Anda di halaman 1dari 7

ANTIBIOTIK

Dian Hutami Wahyudi


F1B016046
1. Defenisi
Antimikroba atau antibiotik adalah obat atau zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,
terutama fungi yang dapat menghambat/membasmi mikroba lain (jasad renik/bakteri),
khususnya mikroba yang merugikan manusia (penyebab infeksi pada manusia). Antibiotika
adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik yang mempunyai efek menekan atau
menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi
oleh bakteri.
2. Contoh-Contoh Senyawa Antibiotik
Senyawa –senyawa antibiotik teridiri dari berbagai golongan, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin,
netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, trobramisin.
b. Beta-Laktan
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem),
golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftadizim),
golongan Beta-Laktam monosiklik dan golongan penisilin (penisilin dan amoksilin).
c. Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
d. Polipeptida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,
roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin,
oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e. Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
f. Kinolon (Fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin,
levofloksasin dan trovafloksasin.
g. Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-
dalfopristin.
h. Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
i. Sulfonamida
Diantaranya kontrimoksazol dan trimetoprim.
j. Antiniotika lain yang penting seperti kloramfenikol, klindamisin, dan asam fusidat.

Berikut rumus struktur dari beberapa senyawa-senyawa antibiotik :


 Penicilin

 Gentamycin
 Levofloksasin

 Eritromycin

3. Mekanisme Kerja Antibiotik


a. Penghambatan pada sintesis dinding sel
Sintesis dinding sel berupa sintesis peptidoglikan yang menjadi unsur dinding
sel bakteri. Proses ini diawali dari sub unit dinding yang dibawa melintasi
membran sitoplasma dan akhirnya dimasukkan dalam molekul peptodoglikan
yang sedang berkembang.
b. Penghambatan pada fungsi membran sitoplasma
Membran sitoplasma berfungsi sebagai barrier untuk air, ion, nutrisi dan
sistem transport aktif dan mengontrol komposisi internal sel. Ketika fungsi
integritas membran sel dirusak maka makromolekul dan ion akan keluar dari
sel, kemudian sel rusak dan mati.
c. Penghambatan sintesis protein
Menghambat proses translasi m RNA ke protein. Proses translasi tersebut
terjadi pada ribosom, baik pada sub unit 30 S maupun subunit 50 S. Kedua
titik tersebut yang menjadi target kerja dari antibiotika.
d. Penghambatan sintesis asam nukleat
Proses ini dapat dibagi dalam beberapa tingkatan
 Penghambatan sintesis prekursor untuk asam nukleat yaitu folat.
Contoh sulphonamide, trimethoprim.
 Penghambatan aktifitas DNA.
 Penghambatan RNA polymerase. Contoh Rifampicin
 Menginterferensi replikasi DNA. Contoh metronidazole.

4. Klasifikasi antibiotik berdasarkan mekanisme kerja antibiotik


a. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri
 Antibiotik ini menghambat sintesis dinding sel terutama dengan
mengganggu sintesis peptidoglikan. Yang termasuk ke dalam golongan
ini adalah beta-laktam, penicilin, polypeptida, dll.
b. Antibiotik yang menghambat transkripsi dan replikasi
 Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah quinolone, nalidixic acid,
metronidazole dll.
c. Antibiotik yang menghambat sintesis protein
 Yang termasuk kedalam golongan ini adalah marcolide,
aminoglycoside, tetracyline, chloramphenicol, kanamycin dll.
d. Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel
 Contohnya antara lain ionimycin dan valinomycin.
e. Antibiotik yang menghambat bersifat antimetabolit
 Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah sulfa atau sulfonamide,
trimetophrim, azaserine dll.
5. Hubungan Struktur dengan Aktifitas
 Hubungan struktur aktivitas turunan penisilin
Penisilin alami telah mengalami banyak modifikasi pada molekulnya untuk membuat
turunan penisilin baru dengan sifat yang lebih baik, diantaranya :
a. Penisilin yang tahan asam, karena adanya gugus penarik electron seperti gugus
fenoksi yang terikat pada rantai samping amino. Gugus tersebut mencegah
penataulangan penisilin menjadi asam penilat yang terjadi dalam suasana asam.
b. Penisilin yang tahan terhadap β-laktamase, karena adanya gugus meruah (bulky)
pada rantai samping amino, misalnya cincin aromatic yang pada kedudukan orto
mengandung gugus halogen atau metoksi
c. Penisilin dengan spektrum luas yaitu karena ada gugus hidrofil seperti NH2 pada
rantai samping sehingga penembusan obat melalui pori saluran protein
membran terluar bakteri gram-negatif menjadi lebih besar.
d. Penisilin yang aktif terhadap bakteri gram negatif dan Pseudomonas aeruginosa
disebabkan adanya gugus asidik pada rantai samping seperti COOH, SO3H, dan –
NHCO-.
e. Penisilin yang bekerja sebagai prodrug (pra-obat), didapatkan melalui cara-cara
berikut ini :
 dibuat dalam bentuk garamnya, contoh: prokain penisilin G, dan benzatin
penisilin G;
 menutupi gugus amino bebas, missal yang terdapat pada struktur ampisilin,
dengan membentuk garam amida yang akan diurai kembali pada in vivo. Contoh :
piperasilin, azlosilin, mezlosilin dan apalsilin;
 membentuk ester pada gugus karboksil yang terikat pada atom C3, contoh :
bakampisilin, pivampisilin, dan talampisilin.

 Uraian tentang hubungan struktur dan aktivitas turunan sefalosporin adalah sebagai
berikut:
a. Turunan sefalosporin memiliki struktur inti yang sama, kecuali pada rantai samping
pada posisi C7 dan C3. Modifikasi substituen pada C-3 dilakukan untuk mendapatkan
sifat fisika kimia yang lebih baik, dan modifikasi substituent pada posisi C7 untuk
mengubah spektrum aktivitasnya.
b. Adanya gugus pendorong electron pada posisi C3 dapat meningkatkan aktivitas
antibakteri.
c. Aktivitas biologis sangat bergantung pada rantai samping yang terikat pada posisi C7.
Substitusi gugus metoksi pada posisi C7 seperti pada sefamisin dapat meningkatkan
ketahanan terhadap β laktamase.
d. Pergantian isosterik dari atom S pada cincin dihidrotiazin dengan atom O
menghasilkan oksasefamisin atau oksasefem, menunjukkan spektrum antibakteri yang
lebih luas.

 Berikut penjelasan hubungan struktur dan aktivitas turunan Tetrasiklin :


a. Cincin D harus merupakan cincin aromatic dan cincin A harus tersubstitusi pada
setiap atom karbonnya dengan tepat untuk kepentingan aktivitasnya.
b. Cincin B dan C dapat mentoleransi perubahan substituent selama system keto
enol (C11, C12,12a) tidak berubah dan terkonjugasi pada cincin fenol D.
c. Cincin B,C,D fenol, merupakan system ketoenol yang sangat penting dan cincin A
harus memiliki system keto enol yg terkonjugasi.
d. Secara spesifik cincin A mengandung trikarbonil, suatu gugus ketoenol pada
posisi C1,2 dan 3. Struktur kimia penting lainnya untuk aktivitas antibakteri
adalah pada gugus amin pada posisi C4 pada cincin A.

 Uraian hubungan struktur molekul dan aktivitas antibiotik dari turunan linkomisin
diuraikan sebagai berikut:
a. N-demetilasi memberikan aktivitas melawan bakteri gram negative.
b. Bertambahnya panjang rantai substituent propil hingga n-heksil pada posisi C4
pada gugus pirolidin meningkatkan aktivitas in vivo.
c. Thiometil eter pada gugus thiolinkosamida adalah penting untuk aktivitas
antibakteri.
d. Modifikasi struktur pada posisi C7 , seperti penambahan 7-S kloro, atau 7R-OCH3
akan mengubah sifat fisikokimia obat dan mempengaruhi sifat farmakokinetika
dan spektrum aktivitasnya. Efek samping yg umumnya terjadi adalah ruam kulit,
mual, muntah dan diare.

 Hubungan struktur dan aktivitas kloramfenikol dijelaskan sebagai berikut:


a. Modifikasi gugus p-nitrofenol dapat dilakukan melalui beberapa cara yakni :
 Penggantian gugus nitro oleh substituent lainnya akan menurunkan aktivitas
antibakteri.
 Pemindahan posisi gugus nitro dari posisi para juga akan menurunkan aktivitas
antibakteri.
 Penggantian gugus fenil oleh gugus alisiklik akan menghasilkan senyawa yang
kurang poten.
b. Modifikasi pada rantai samping dikloroasetamida, rantai samping dihalogen lainnya
akan menghasilkan senyawa yang kurang poten, meski aktivitas utama tetap ada.
c. Modifikasi 1,3 propanadiol , bila gugus alkohol pada C1 diubah akan menurunkan
aktivitas. Sehingga adanya gugus alkohol pada senyawa ini penting untuk aktivitas
antibakterinya.

Anda mungkin juga menyukai