Anda di halaman 1dari 73

ANTIBIOTIKA

Amoksisilin

O CH3
S
H H
HO C C N
CH 3
NH 2 C N

O COOH
ANTIBIOTIKA
DEFINISI :
Waksman : Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh jasad renik dan
yang punya kekuatan untuk menghambat atau membunuh
jasad renik lain, meskipun dengan kadar yang kecil
Benedict : Antibiotika adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh
jasadrenik hidup atau turunannya yang mampu menghambat
atau membunuh jasadrenik lain, meskipun dalam kadar kecil
Secara umum suatu zat digolongkan sebagai antibiotika apabila :
1. Hasil metabolisme jasadrenik atau produk sintesa yang strukturnya
analog
2. Bersifat antagonis terhadap pertumbuhan satu atau beberapa spesies
jasadrenik lain
3. Efektif pada kadar yang rendah
PERKEMBANGAN
- A. Fleming (1929) mendapatkan bahwa Penicillium notatum
menghasilkan zat yang bersifat bakteriostatik, terutama untuk bakteri
gram positif
- Florey & Chain (1940), menggunakan zat temuan Fleming tersebut
dalam terapi penyakit
- Waksman (1944) mengisolasi Streptomisin dari strain Actinomycetes
yang ternyata bersifat anti-tuberkulosis
- Sejak saat itu dilakukan upaya secara intensif penelitian untuk
mendapatkan antibiotika baru
- Antibiotika terdapat dalam berbagai mikroorganisme
- Bakteri
- Fungi
- Actinomycetes
- Sekarang eksplorasi ke tanaman tinggi & binatang
PRODUKSI ANTIBIOTIKA
- Pada garis besarnya antibiotika yang diperdagangkan diperoleh melalui
beberapa langkah :
1. Menyiapkan kultur jasadrenik yang dikehendaki secara murni untuk
ditanam pada media fermentasi
2. Proses fermentasi dengan kondisi tertentu
3. Isolasi antibiotik dari kultur
4. Pemurnian
- Beberapa antibiotika saat ini dihasilkan scr semisintesa atau sintesa total

MEKANISME KERJA & TEMPAT KERJA


- Mekanisme kerja berbeda-beda, pada umumnya dengan caa
mempengaruhi sistem metabolisme jasadrenik
- Beberapa antibiotika berpengaruh secara selektif terhadap sintesa
protein (Tetrasiklin, Kloramfenikol), atau sintesa asam nukleat
(Rifampisin). Ada yang mempengaruhi fungsi membran sel (Polimiksin)
DAYA KERJA
Dapat berupa daya statik, yaitu menghambat pertumbuhan (bakteriostatik) , dapat
pula berupa daya sidal, yaitu membunuh jasadrenik lain (bakterisidal)

:
Berdasarkan
PENGGOLONGANluas efeknyaATAS
terhadap jasadrenik,
DASAR antibiotika dibedakan
SPEKTRUM AKTIVITAS:
a. Antibiotika dengan spektrum aktivitas yang sempit (Narrow Spectrum), yaitu
hanya efektif terhadap beberapa jasadrenik gram positif atau gram negatif saja
(Basitrasin, Nistatin)
b. Antibiotika dengan spektrum aktifitas yang luas (Broad Spectrum), yaitu efektif
terhadap berbagai jasadrenik gram positif maupun gram negatif serta
jasadrenik lainnya (Tetrasiklin, Kloramfenikol)
c. Antibiotika dg aktivitas dominan pd bakteri gram positif ( penisillin dll)
Antibiotika dg aktivitas dominan pd bakteri gram negatif (polimiksin)
Antibiotika dg aktivitas dominan pd mycobacteriae/TBC( rifampisin)
Antibiotika dg aktivitas dominan pd jamur ( nistatin)
Antibiotika dg aktivitas dominan pd neoplasma/kanker (Aktinomisin)
PENGGOLONGAN ATAS DASAR STRUKTUR

Secara garis besar dapat dikelompokkan sbb.:


I. Antibiotika ß- laktam
II. Antibiotika turunan amfenikol
III. Antibiotika turunan tetrasiklin
IV. Antibiotika turunan aminoglikosida
V. Antibiotika turunan makrolida
VI. Antibiotika turunan polipeptida
VII. Antibiotika gol linkosamida
I. TURUNAN ß-LAKTAM
Dalam strukturnya selalu terdapat cincin ß-laktam (amida siklis dengan 4 atom)
Dibagi dalam 3 kolompok:
a. Turunan Penisilin
b. Turunan Sefalosporin
c. Beta-Laktam nonklasik
Mekanisme kerja antibiotik turunan B-laktam:
- Adanya kemiripan antara bagian struktur penisilin dan sefalosporin dengan bagian
tertentu dari asam N-asetilmuramat,L-alanil-D-alanin dan L-alanil-D-asam glutamat
yang dapat menghambat kerja enzim transpeptidase sehingga pembentukan dinding
sel bakteri terhambat.
- Pada tingkat molekul: serangan nukleofil gugus hidroksil serin enzim transpeptidase
pada karbonil cincin b-laktam yang bermuatan postif  hambatan biosintesa
peptidoglikan  dinding menjadi lemah, pecah/lisis  kematian bakteri
MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA TURUNAN BETA LAKTAM:

Ikatan silang

Serat peptidoglikan Berperan dalam rigiditas dinding sel


bakteri

Karbonil cincin beta laktam


Beta laktamase: enzim yg dihasilkan mikroba yg mampu menginaktifkan
antibiotika beta laktam.
I.a. Penisilin dan Turunannya
– Pertamakali diisolasi dari kultur jamur Penicillium notatum dan P. chrysogenum.
– Telah berhasil diisolasi asam 6-aminopenisilanat sebagai bahan dasar sintesa
tur. penisilin (penicilin semisintetik)
– Ikatan karbonamid rantai samping penisilin dapat dipecah oleh enzim amidase 
asam 6-aminopenisilanat (6-APA) yang tidak aktif
– Senyawa penisilin ternyata memiliki struktur dasar yang sama, hanya berbeda
pada struktur bagian asam dari rantai samping amida.
– Perbedaan struktur ini menyebabkan perbedaan sifat kimia/fisika, stabilitas dan
perbedaan efek antibiotikanya
Struktur dasar Penisilin:
Pembuatan :
a. Fermentasi, umumnya dengan biosintesa yaitu dengan cara
menambahkan zat tertentu pada proses fermentasi agar dihasilkan
lebih banyak senyawa dengan struktur tertentu

b. Semisintesa, dimana hasil antara (intermediate) tertentu dibuat


secara biologis, kemudian dilakukan reaksi kimia
Misal: Asam 6-Aminopenisilinat (6-Amino Penicillinic Acid = 6-APA)
sebagai hasil antara diisolasi dari P. chrysogenum, kemudian
dilakukan asilasi hingga terjadi senyawa Penisilin tertentu.

Sheerhan dan Ferris menempuh cara lain, yaitu merubah Penisilin


alamiah (misal Penisilin-G) menjadi 6-APA melalui reaksi enzimatik
dengan asilase, kemudian disintesa menjadi senyawa lain yang
dikehendaki dengan rantai samping tertentu.
Dengan cara ini senyawa Penisilin yang lebih stabil, lebih aktif dapat
dihasilkan (misal Ampisilin, Fenitisilin, Metisilin, dll)
c. Sintesa total, pada umumnya memberikan hasil yang sangat kecil.
Sintesa Penisilin-V oleh Sheerhan dengan dasar sintesa Peptida
Stabilitas Penisilin
Kerusakan Penisilin terjadi karena hidrolisis yang dipengaruhi pH larutan.
1. Dalam suasana basa ion OH - atau air menyebabkan serangan nukleofil pada gugus karbonil
cincin B-laktam, terbentuk asam penisiloat yang tidak aktif dan relatif stabil dalam suasana
basa atau netral
2. Hidrolisa lebih lanjut dengan asam kuat (pH<3) ion H+ terjadi protonasi atom N cincin beta-
laktam dan serangan nukleofil atom O asil pada atom C cincin B-laktam  cincin terbuka
destabilisasi cincin tiazolidin asam penisilenat
3. Cincin Beta-Laktam juga dihidrolisa oleh air dengan adanya enzim bakteri (Penisilinase).
Dengan adanya enzim tersebut beberapa bakteri dapat tahan terhadap Penisilin, misal beberapa
Staphyllococci
4. Penisilin juga diinaktifkan oleh logam berat (Cu, Zn) , diatasi dengan penambahan dapar sitrat-
fosfat membentuk kompleks.

Dengan mengatur pH larutan antara 6,0-6,8 dengan dapar sitrat atau fosfat, dan pada suhu
rendah, larutan Penisilin dapat tahan beberapa minggu
Gol penisilin mampu mengasilasi protein tertentu dalam tubuh manusia membentuk penisiloil
protein (antigen)  (reaksi alergi)

Asam Penisilenat tidak stabil, terdegradasi melalui 2 jalur:

- Hidrolisis cincin oksazolon  asam penamaldat yang tidak stabil  terhidrolisa


menjadi penisilamin dan asam penaldat. Pada larutan asam, asam penaldat
mengalami dekarboksilasi menjadi peniloaldehid
- Penataulangan asam penisilenat  asam penilat  dekarboksilasi menjadi
asam peniloat
Hubungan struktur-aktivitas turunan penisilin:

• Penisilin tahan asam, karena ada gugus penarik elektron (misal gugus fenoksi) yang
terikat pada rantai samping amino, gugus tsb mencegah penata ulangan penisilin
menjadi asam penilat yang terjadi dalam suasana asam.
• Penisilin tahan terhadap ß-laktamase karena adanya gugus meruah pada rantai
samping amino, misal cincin aromatik pada kedudukan orto mengandung gugus
halogen atau metoksi.
• Penisilin dengan spektrum luas, karena ada gugus hidrofil seperti NH2 pada rantai
samping  penembusan obat melalui pori saluran protein membran terluar bakteri
Gram-neg menjadi lebih besar.
• Penisilin yang aktif terhadap bakteri Gram-neg
dan P.aeroginosa karena ada gugus asidik
pada rantai samping seperti –COOH,
SO3H dan –NHCO-
• Penisilin yang bekerja sebagai pra-obat ,
didapat dengan cara:membentuk garam,
menutupi gugus amino bebas, membentuk
ester pada gugus karboksil yang terikat
pada atom C3
Modifikasi Struktur Rantai Samping
1. Terjadinya peruraian oleh asam lambung  beberapa senyawa
penisilin tidak dapat digunakan per-oral (misal Penisilin-G).
Setelah dilakukan penelitian ternyata bagian asam rantai samping
Penisilin yang memiliki gugus yang bersifat elektronegatif dapat
menstabilkan cincin ß-laktam terhadap hidrolisa asam. Misal
Fenoksi Metil Penisilin (Penisilin-V), Amino Benzil Penisilin (Ampisilin)
2. Beberapa bakteri, misal S.aureus resisten terhadap Penisilin karena
dapat menghasilkan enzim Penisilinase yang mampu menguraikan
Penisilin hingga tidak aktif lagi. Enzim ini sebenarnya terdiri atas 2 zat
yaitu ß-Laktamase yang menguraikan cincin ß-laktam dan Asilase
yang menghidrolisa rantai samping Asilamino, sering digunakan
secara komersil untuk membuat 6-APA yang merupakan bahan baku
untuk sintesa penisilin
Senyawa Penisilin paling tahan terhadap enzim ß-laktamase jika atom
alfa-karbon dari gugusan asil merupakan bagian dari inti benzen
(fenil, naftil), atau hetero aromatik
Misal pada: Metisilin, Nafsilin, Oksasilin, Dikloksasilin
Isoksasoil-Penisilin (Oksasilin) yang punya subsitusi
elektronegatif pada fenil (Kloksasilin, Dikloksasilin), disamping
tahan terhadap enzim, juga tahan terhadap hidrolisa asam
3. Adanya gugusan yang dapat terion atau polar pada kedudukan alfa
dari rantai benzil menyebabkan zat tersebut aktif terhadap gram
negatif basil. Misal Ampisilin, Amoksisilin efektif terhadap Escherichia,
Hemophilis, Salmonella, Shigella. Apabila gugusan tersebut berupa
asam (Karboksil), misal pada Karbenisilin, spektrum aktifitasnya akan
lebih luas lagi
4. Penisilin dengan rantai samping yang memiliki gugusan polar/terion,
ikatan dengan protein plasma akan rendah, dan sebaliknya yang
non-polar ikatan dengan protein plasma tinggi. Misal Ampisilin dan
Amoksisilin. Hanya 25-30% terikat pada protein plasma, hingga cepat
diekskresi. Sebaliknya Nafsilin sampai 90% terikat pada protein
plasma, hingga lama terdapat dalam tubuh
Produk
1. Benzil Penisilin (Penisilin-G)
- Tidak digunakan per-oral (tak tahan asam)
- Sebagi obat suntuk digunakan garamnya (Garam Na atau K)
- Garam dengan basa organik
a. Penisilin-Prokain
Kelarutan kecil. Digunakan sebagai preparat depot dalam
bentuk suspensi dalam air/minyak
b. Penisilin-Benzatin
Larut dalam air, bersifat stabil digunakan dalam bentuk tablet dan obat suntik
Diisolasi dari Penicillium Notatum
2. Fenoksi Metil Penisilin (Penisilin-V)
Tahan terhadap asam lambung, diabsorbsi dengan baik, digunakan per-oral
3. Fenoksi Etil Penisilin (Fenetisilin) – Kalium
- Penisilin yang pertama dibuat secara semi sintesa melalaui 6-APA
- Dibanding Penisilin-V, zat ini lebih stabil terhadap asam dan terhadap Penisilinase
4. 2,6-Dimetoksi Fenil Penisilin (Metisilin) – Natrium
- Dibuat semisintesa dari 6-APA dan 2,6-Dimetoksi Benzoil Klorida
- Peka terhadap kelembaban dan asam (tidak digunakan per-oral); tahan terhadap
Penisilinase yang terdapat dalam Staphyllococci
5. 5-Metil 3-Fenil Isoksasoil Penisilin (Oksasilin) – Na
- Senyawa Penisilin tahan terhadap enzim, juga tahan terhadap asam
hingga digunakan per-oral
- Cepat diekskresikan melalui ginjal
- Digunakan untuk infeksi Staphyllococcus yang resisten terhadap Penisilin lain
6. 5-Metil 3-Klorofenil Isoksasoil Penisilin (Kloksasilin)
Sifat sama dengan Oksasilin, lebih stabil terhadap asam
7. 5-Metil 3-Diklorofenil Isoksasoil Penisilin (Dikloksasilin)
Lebih stabil terhadap asam
8. 6-Etoksi Naftil Penisilin (Nafsilin) – Natrium
- Penisilin Semisintesis yang tahan terhadap Penisilinase serta tahan
terhadap Penisilinase serta tahan terhadap asam
- Untuk injeksi digunakan garamnya yang larut dalam air
9. α-Amino Benzil Penisilin (Ampisilin)
- Penisilin semisintetik dengan spektrum aktifitas yang lebih luas
dibanding Penisilin-G. Selain efektif terhadap bakteri Gram positif juga
efektif terhadap bakteri Gram negatif serta infeksi Enterococcal
- Tidak tahan terhadap enzim Penisilinase
- Diabsorpsi tak sempurna hingga efektif juga terhadap Salmonelosis
dan Shigelosis
- Tahan terhadap asam lambung, digunakan per-oral, cepat diekskresikan
- Dikenal 2 bentuk, anhidrat dan trihidrat
9a. Hetasilin
- Dibuat dengan mereaksikan Ampisilin dengan aseton (hasil kondensasi).
Dalam air cepat terurai menjadi ampisilin dan aseton
- Garam larut dalam air, untuk penggunaan intravena
9b. Bekamdisilin HCl
- Ester Ampisilin dengan etoksi karboksilasi
- Tidak aktif
- Setelah absorpsi  ampisilin
10. Amoksisilin
- Merupakan p-hidroksi analog dari ampisilin
- Sifat-sifat sama dengan ampisilin, diabsorpsi lebih sempurna, hingga kadar
darah lebih tinggi
11. Karbenisilin – Dinatrium
Penisilin semisintetik dengan spektrum paling luas, karena adanya gugusan
karboksil pada α-metil
12. Siklasilin
- Amino Sikloheksil Penisilin
- Sifat-sifat mirip ampisilin, tetapi lebih resisten terhadap β-laktamase
(kecuali Streptococcus aureus)
- Potensi lebih kecil dari ampisilin, tetapi absorpsinya lebih sempurna
13. Tikarsilin (Dinatrium)
- α-Karboksi 3-Tienil Penisilin
- Struktur mirip Karbenisilin (gugus fenil diganti tienil)
- Stabil dalam asam, spektrum luas
14. Azlosilin Na
- Turunan ampisilin
- Spektrum luas mempunyai Gugus karbenisilin
15. Piperasilin
- Turunan ampisilin
- Spektrum lebih luas
- Tidak stabil terhadap asam lambung  intravena
1b. Turunan Sefalosporin
Diperoleh dari jamur spesies Cephalosporium acremonium, atau dibuat secara
semisintetik
Telah diisolasi 3 macam zat dengan struktur yang berbeda yaitu
Sefalosporin-P, Sefalosporin-N, dan Sefalosporin-C, yang dikembangkan
lebih lanjut adalah Sefalosporin-C, merupakan senyawa awal dari
perkembangan Sefalosporin
Berbeda dengan penisilin, pada sefalosporin cincin ß-laktam terikat pada
cincin Dihidrotiazin (membentuk cincin Sefam), sedang pada penisilin
cincin ß-laktam terikat pada cincin Tiazolidin (membentuk cincin Penam)

S S

C N C N
SEFAM PENAM
O O
• Sefalosporin P : struktur mirip steroid, aktivitas antibakteri rendah
• Sefalosporin N : = Penisilin N = sinearatin B/ D- (4-amino-karboksibutil)
penisilin

+
H 3N
S CH 3
(H2C) 3 HNOC
- CH 3
OOC
C N COOH

Sefalosporin C : sama dengan Sefalosporin N , beda pada inti dihidrotiazin


menggantikan cincin tiazolidin.
Hubungan struktur aktivitas:

1. Pada umumnya turunan sefalosporin berbeda pada gugus yang terikat pada
rantai asil pada posisi 7 atau rantai asetoksimetil pada posisi 3 dari cincin
sefam. Modifikasi substituen C-3 mendapatkan sifat kimia fisika yang
dikehendaki, sedang modifikasi pada C-7 mengubah spektrum aktivitas.

2. Adanya gusus pendorong elektron pada posisi 3 meningkatkan resonansi


enamin hingga kereaktifan cincin B-laktam terhadap sisi aktif pada substrat D-
alanil-D-alanin dalam biosintesa peptidoglikan meningkat  aktivitas antibakteri
meningkat.

3. Aktivitas biologis tergantung pd rantai


samping yang terikat pada posisi 7.
Substitusi gugus metoksi pada posisi 7 
meningkatkan ketahan senyawa terhadap
B-laktamase

4. Penggantian isosterik dari atom S pada


cincin dihidrotiazin dengan atom O 
oksasefamisin atau oksasefem.
Turunan baru tsb didapat melalui sintesa total 
spektrum antibakteri yang lebih luas.
• Sefalosporin-C (alam) kurang aktif, dengan menghilangkan rantai
samping (rantai asam) pada posisi 7 akan diperoleh Asam Amino
Sefalo Sporat (7-ACA) yang merupakan zat antara untuk proses semi
sintetik (mirip 6-APA pada penisilin)
• Berbeda dengan penisilin, pada sefalosporin ada 2 rantai yang dapat
dimodifikasi, yaitu rantai asil pada posisi 7 dan rantai asetoksimetil
pada posisi 3. Berdasar hal tersebut pada semisintesa senyawa
sefalosporin, disamping melalui 7-ACA, juga dapat melalui 7-ACDA (7-
Amino Deasetil Cephalosporanic Acid)
• Modifikasi rantai posisi 7/asil berpengaruh pada aktivitas
sefalosporin yang mirip dengan senyawa penisilin, sedang modifikasi
pada rantai posisi 3/Asetoksimetil juga berpengaruh pada sifat
sefalosporin
• Turunan 7 Fenilglisin dari 7-ACA (Sefaloglisin) dan 7 ACDA (Sefaleksin)
aktif, digunakan per-oral. Struktur mirip ampisilin, spektrumnya luas dan
lebih tahan terhadap Beta-Laktamase
Klasifikasi:
Sefalosporin dibagi menjadi generasi pertama, kedua , ketiga,& keempat atas
dasar periode ditemukannya dan sifat antimikrobial.
Secara umum dari generasi pertama, kedua, ketiga dan keempat luas spektrum
terhadap Gram-neg makin sempit ,terhadap Gram pos dan resisten terhadap β-
laktamase meningkat
Perbaikan semisintetik turunan Sefalosporin adalah dengan :
1. Menaikkan stabilitas asam
2. Memperbaiki sifat farmakokinetik ( menaikkan absorpsi oral )
3. Menaikkan luas spektrum antibakteri
4. Menaikkan aktivitas melawan mikroorganisme resisten (menurunkan
peruraian enzimatik oleh bakteri, perbaikan penetrasi, menaikkkan afinitas
reseptor, dll)
5. Menurunkan alerginesitas
6. Menaikkan toleransi pada pemberian parenteral.
Produk
1. Sefalotin – Na
- Spektrum luas (seperti Ampisilin), tahan terhadap enzim Penisilinase
- Sukar diabsorpsi, digunakan secara parenteral
2. Sefaloridin
- Struktur mirip Sefalotin, rantai Asetoksi diganti dengan inti piridin
- Lebih poten dibanding Sefalotin, larutannya kurang stabil,
digunakan
secara par-enteral. Terutama aktif terhadap Gram negatif
3. Sefalozin – Na
- Sefalosporin semisintesa, dimana gugusan asetoksi pada posisi 3
diganti dengan heterosiklis dan tiol
- Hanya digunakan par-enteral, banyak terikat pada protein plasma
(75%) hingga bekerja cukup lama
- Terutama aktif terhadap Gram negatif bacil
4. Sefaloglisin
- Struktur mirip ampisilin
- Tahan terhadap asam hingga dapat digunakan per-oral
5. Sefaleksin
- Struktur mirip Sefaloglisin, tanpa asetoksi pada posisi 3
- Aktif per-oral
- Ikatan dengan protein plasma kecil, hampir seluruhnya cepat
diekskresikan melalui ginjal, dianjurkan untuk infeksi saluran urin
6. Sefadroksil
- Merupakan p-hidroksi analog dari sefaleksin
- Pada penggunaan per-oral lebih cepat diabsorpsi, ikatan plasma
agak besar hingga lambat dieksresi (bekerja lebih lama)
I.c. Antibiotik Beta-Laktam Lain (Penghambat Laktamase)
= Antibiotika beta laktam non klasik : antibiotika yg mengandung cincin
beta laktam yg kadang2 bergabung dg cincin lain yg terdiri dari 5-6
atom antara lain : turunan dari asam amidinopenisilanat; asam
penisilanat; karbapenem; oksapenem; turunan beta laktam monosiklik
Ada 3 senyawa yang penting yaitu turunan Oksapenem contoh Asam
klavulanat; senyawa ß-laktam monosiklik lain contoh Nokardisin,
Tienamisin,
Senyawa ini pada umumnya tahan terhadap Laktamase hingga pada saat
ini banyak dikombinasi dengan ß-laktam lain dengan tujuan agar
senyawa tersebut dapat menetralisir enzim
1. Tienamisin
Diperoleh dari Streptomyces cattleya.
Spektrum luas, efektif terhadap aerob/anaerob gram positif dan
negatif. Tahan terhadap Laktamase, tidak stabil dalam larutan
terutama asam/alkali encer.
2. Nokardisin
• Diperoleh dari spesies Nocardia
• Cincin beta-laktam tidak terikat pada cincin lain
• Spektrum sempit, hanya efektif terhadap beberapa spesies
Gram negatif
3. Asam Klavulanat
• Diperoleh dari Streptomyces clavuligerus
• Aktivitas dengan spektrum sempit, tahan terhadap ß-
Laktamase hingga sering dikombinasi dengan ß-laktam lain
4. Sulbaktam
• Merupakan senyawa ß-laktam sintesa
• Sering dikombinasi dengan senyawa Penisilin (Ampisilin)
Turunan oksapenem
Kombinasi :

Turunan beta laktam monosiklik:


Turunan asam amidinopenisilanat:
II. Turunan Amfenikol
- Terdiri dari Kloramfenikol dan senyawa sintetik analognya
- Merupakan senyawa bakteriostatik dengan spektrum luas
- Mudah larut dalam lemak sehingg mudah menembus sel bakteri

MEKANISME KERJA
- Menghambat biosintesa protein pada siklus pemanjangan rantai
asam amino ( penghambatan pembentukan ikatan peptida).
- Setelah menembus sel bakteri, mengikat subunit 50-S secara
terpulihkan, menghambat enzim peptidil transferase, mencegah
penambahan asam amino pada rantai peptida  terjadi hambatan
pembentukan ikatan peptida dan biosintesa protein

- Stereokimia sangat berperan untuk aktivitas antibakteri, kloramfenikol


mempunyai 2 pusat kiral  dapat membentuk 4 isomer, yang aktif
sebagai antibakteri hanya isomer D-(-)treo.
Contoh produk:
1. Kloramfenikol
Diisolasi tahun 1947 dari Streptomyces venezuellae, sekarang dibuat secara sintesa
dari p-Nitroasetofenon
Dalam keadaan kering sangat stabil, dalam bentuk larutan akan terhidrolisa secara
perlahan, akan dihasilkan 2-amino 1-p-nitrofenil 1,3-propandiol dan asam diklorasetat
Adanya gugusan nitro aromatik merupakan ciri khas senyawa ini, dan berperan
penting pada sifat kloramfenikol. Gugusan ini dapat direduksi menjadi amin aromatis,
diazotasi dan seterusnya yang menjadi dasar analisanya.
Merupakan antibiotik sintetik pertama yang menyaingi produksi secara alamiah
Spektrum aktivitasnya luas, biasanya digunakan untuk infeksi saluran cerna yang
resisten terhadap Penisilin, seperti S. typhi, S. pneumoniae dan Meningitis
Karena zat ini memiliki spektrum yang cukup luas, serta mudah disintesa, maka telah
dilakukan usaha untuk mencari senyawa modifikasinya tetapi hasilnya tidak
memuaskan
2. Tiamfenikol
Merupakan obat pilihan untuk pengobatan demam tifoid dan paratipoidakut yang
disebabkan oleh Salmonella sp. Tiamfenikol efektif untukpengobatan infeksi
meningitis, infeksi pada saluran napasdan saluran urogenital.
III. TURUNAN AMINOGLIKOSIDA

Aminoglikosida adalah antibiotik dengan struktur kimia yg bervariasi, mengandung basa


deoksistreptamin atau streptidin dan gula amino 3-aminoglukosa, 6-aminoglukosa,
2,6-diaminoglukosa, garosamin, D-glukosamin, L-N-metilglukosamin.
Streptomisin merupakan antibiotika Aminoglikosida pertama yang ditemukan Waksman
(1944). Turunan yang sering digunakan dalam terapi antara lain adalah Kanamisin,
Neomisin, Gentamisin, Amikasin serta Tobramisiin.
Antibiotik aminoglikosid sukar diabsorpsi oleh saluran cerna (kurang dari 1%) jika
digunakan per-oral. Oleh sebab itu Kanamisin dan Neomisin digunakan untuk
infeksi saluran cerna. Sektrum aktivitas luas. Untuk memperoleh efek sistemik
digunakan sebagai parenteral
Memiliki struktur gula amin yang terikat secara glikosidis, paling sedikit memiliki satu
aminoheksosa, aminosikloheksan dengan atau tanpa pentosa
Bersifa basa kuat, garamnya dengan asam anorganik mudah larut dalam air dan stabil
pada pemanasan
Meskipun berspektrum luas, tetapi penggunaannya terbatas untuk kasus tertentu. Misal
Streptomisin hanya untuk antituberkulosa, Paramomisin untuk desentri amoeba. Hal
ini disebabkan karena toksisitasnya cukup besar.
Produk
1. Streptomisin (Sulfat)
• Ditemukan Waksman (1944) dari kultur Streptomyces griseus
• Pada hidrolisa dengan asam akan terbentuk basa berasam dua
(Streptidin) dan disakarida Streptobiosamin yang terdiri atas L-
Streptosa dan N-Metil Glukosamin. Streptidin mengandung 2 gugusan
Guanidin, yang pada hidrolisa lebih lanjut terjadi senyawa Diamin
(Streptamin). Jadi struktur Streptomisin terdiri atas : N-Metil
Glukosamin (gula amin), Streptidin (amino sikloheksan) dan L-
Streptosa (Pentosa)
• Merupakan basa berasam 3, garam sulfat punya komposisi 2 S.
3H2SO4
• Meski spektrum luas, penggunaan utama hanya untuk Tuberkulosis
• Apabila gugusan aldehid pada streptosa direduksi menjadi alkohol
akan terbentuk Dihidro Streptomisin (DHS)
2. Neomisin (Sulfat)
• Dalam rangka mencari antibiotika aminoglukosida yang kurang
toksis dibanding streptomisin, Waksman (1949) menemukan
Neomisin dari kultur Streptomyces fradiae.
• Merupakan antibiotik berspektrum luas, toksisitas dan
hipersensitivitas rendah, sukar diabsorpsi. Hingga kini masih
dianggap penting dalam pengobatan infeksi saluran cerna serta
infeksi kulit
• S. fradiae menghasilkan 3 zat dengan struktur hampir sama, yaitu
Neomisin-A, Neomisin-B dan Neomisin-C, yang digunakan lebih
lanjut Neomisin-C
• Struktur Neomisin-A merupakan 2 cincin yaitu Deoksi Streptamin
(Amino Sikloheksan) dan Neosamin-C (gula amin). Struktur
Neomisin-B dan –C terdiri atas 2 molekul Neosamin-C, 1 molekul
Deoksi Streptamin, dan 1 molekul D-Ribosa (Pentosa). Neomisin-
B merupakan stereo isomer Neomisin-C pada molekul gula
(Neosamin) yang terikat pada ribosa
3. Paromomisin (Sulfat)
• Diisolasi dari kultur spesies Streptomyces yang mirip dengan S. rimosus
(1956). Telah diisolasi Paromomisin-I dan –II.
• Strukturnya mirip Neomisin-C, hanya ada cincin D-Glukosamin sebagai
pengganti Neosamin-C
• Spektrum luas, sukar diabsorpsi. Digunakan untuk pengobatan infeksi
saluran cerna yang disebabkan oleh Salmonell dan Shigella
4. Kanamisin
• Diisolasi dari kultur Streptomyces kanamyceticus (1957). Telah diisolasi
Kanamisin-A, B dan C yang dikembangkan adalah Kamanisin-A (paling
tidak toksis)
• Pada struktur tidak memiliki cincin D-Ribosa/Pentosa (beda dengan
Neomisin dan Paromomisin)
Spektrum luas, sukar diabsorpsi saluran cerna, hingga digunakan par-
enteral atau untuk infeksi intestinal (Desentri)

5. Gentamisin (Garamisin)
Diisolasi dari kultur Micromonospora purpurea (1958)
Spektrum luas, untuk infeksi pada kulit
Struktur tanpa D-Ribosa (Pentosa)
IV. GOLONGAN TETRASIKLIN

Struktur merupakan turunan Oktahidronaftasen yang


terbentuk oleh gab 4 buah cincin, mempunyai 5 atau 6 pusat
atom asimetrik. Dari rumus dasarnya yang dapat dimodifikasi
adalah subsitusi pada posisi-5 (R4), posisi-6 (R2 dan R3) serta
posisi-7 (R1)
Merupakan senyawa yang bersifat amfoter karena memiliki struktur
yang bersifat asam seperti hidroksil dan bersifat basa mis gugus
dimetilamin; membentuk garam baik dengan asam maupun dengan
alkali
Tetrasiklin mengandung gugus yang dapat membentuk ikatan hidrogen
intramolekul dan dapat membentuk senyawa kompleks (chelat) dengan
beberapa logam seperti Ca, Mg dan Fe. Chelat yang terjadi sukar larut dan
sukar diabsorpsi (tidak dianjurkan bersama makanan yang kaya Ca, Mg,
Fe misal susu)
Dalam larutan pH 2-6 mudah mengalami epimerisasi pada atom C-4
(gugusan dimetilamin yang mula-mula berorientasi alfa menjadi
orientasi beta) membentuk Epitetrasiklin yang kurang aktif.
Asam kuat atau basa kuat akan menginaktifkan tetrasiklin yang memiliki
gugusan –OH pada atom C-6 (Tetrasiklin, Oksitetrasiklin), hingga terjadi
perubahan struktur dan aktifitasnya hilang.
Asam kuat terjadi Anhidrotetrasiklin yang tidak aktif,
Basa kuat terjadi Isotetrasiklin yang tidak aktif.
Berdasar hal tersebut telah dibuat senyawa tanpa – OH pada C-6 (6-
Deoksi) yang lebih stabil (misal Doksisiklin, Metasiklin)
Senyawa tetrasiklin yang paling sederhana yang masih berspektrum
luas adalah 6-demetil, 6-deoksi tetrasiklin. Oleh sebab itu semua
tetrasiklin harus punya rumus dasar tersebut. Perubahan subsitusi
dari rumus dasar tersebut menurunkan potensinya

Gugusan dimetilamin pada C-4 harus berorientasi alfa, dan


epimerisasi hingga berorientasi beta akan akan sangat menurun
kan potensinya

Senyawa kompleks dengan Ca yang ada dalam tubuh akan melekat


pada tulang dan gigi yang baru tumbuh menyebabkan warna
kuning/coklat dan pertumbuhan terganggu. Oleh karena itu
tetrasiklin tidak dianjurkan untuk bayi, anak-anak dan ibu-ibu
hamil

Tetrasiklin merupakan antibiotika yang paling luas spektrumnya.


Aktif terhadap berbagai bakteri Gram pos dan Gram neg, juga
terhadap Spiroseta, Mikoplasma, Riketsia dan lainnya. Sifat efeknya
adalah statika, maka untuk penyakit yang gawat digunakan
antibiotika lain
• Subsitusi pada posisi-5, 6, 7, 8 dan 9 dapat dimodifikasi yang
kadang-kadang dapat menaikkan aktifitasnya. Senyawa 6-deoksi
tetrasiklin punya kelebihan dibanding tetrasiklin, karena tahan
terhadap asam dan alkali kuat
• Struktur umum

Disamping itu senyawa 6-Deoksi punya sifat farmakokinetik tertentu


yaitu karena lebih mudah larut dalam lemak maka lebih mudah
diabsorpsi
Hubungan Struktur dan aktivitas:

1. Gugus farmakofor dengan aktivitas biologis adalah


senyawa semisintetis sansiklin, mengandung struktur
yang dibutuhkan untuk pembentukan kelat dan punya
peranan penting pada pengangkutan turunan tetrasiklin ke
dalam sel bakteri dan penghambatan biosintesa protein di
dalam sel.
2. Konfigurasi pusat kiral pada C-4,C-4a dan C-12a sangat
penting untuk aktivitas,konfigurasi pada C-5a dan C-
6dapat berubah-ubah.Penambahan atau pengurangan
jumlah cincin dan pembukaan cincin  menghilangkan
aktivitasnya
3. Perluasan atau pengurangan gugus kromofor 
penurunan/hilangnya aktivitas.
Produk
1. Tetrasiklin
Diperoleh dari Klortetrasiklin dengan cara Hidrogenolisis Katalitis
• Stabil dalam larutan asam pH diatas 2
• Lebih populer dibanding oksitetrasiklin dan klortetrasiklin karena kadar dalam
plasma darah lebih tinggi dan bekerja lebih lama
• Dikombinasi dengan zat lain untuk pertinggi kadar dalam darah, misal MgCl2,
fosfat
2. Rolitetrasiklin
• Merupakan hasil kondensasi antara tetrasiklin dengan Pirolidin dan Formaldehid
• Sangat mudah larut dalam air, digunakan dalam bentuk obat suntik
3. Klortetrasiklin (7-Kloro Tetrasiklin)
• Senyawa tetrasiklin pertama yang diisolasi (1948) dari Streptomyces
Aureofaciens
4. Oksitetrasiklin, Teramisin (5-Oksi Tetrasiklin)
• Diisolasi dari Streptomyces Rimosus
• Cepat menjadi tidak aktif dalam alkali hidroksi dan asam dibawah pH 2. Jika kena
cahaya kuat akan berwarna gelap
5. Metasiklin (6-Deoksi 6-Demetil 6-Metilen Tetrasiklin)
• Spektrum aktivitas sama dengan Tetrasiklin yang lain tetapi dengan potensi
lebih besar (600 mg setara dengan 1 g Tetrasiklin. Tinggal dalam darah lama,
hingga dosis 300 mg cukup untuk 12 jam)
6. Demeklosiklin (7-Kloro 6-Demetil 6-Deoksi Tetrasiklin)
• Diisolasi (1957) dari Streptomyces aurefaciens
• Tanpa OH pada C-6, hingga stabil
7. Doksisiklin, Vibramisin (6-Deoksi, 5-Oksi Tetrasiklin)
• Dibuat secara semisintesa dari Oksitetrasiklin sekarang banyak dibuat dengan
hidrogenasi katalitik dari Metasiklin
• Stabil terhadap asam/alkali
• Pada penggunaan per-oral diabsorpsi dengan baik, hingga diperlukan dosis
yang kecil
8. Minosiklin (7-Dimetil Amino 6-Demetil 6-Deoksi Tetrasiklin)
• Diedarkan tahun 1971, potensinya paling tinggi dibanding senyawa tetra lain
• Stabil terhadap asam dan alkali
• Diabsorpsi dengan baik, bekerja dalam waktu yang cukup lama
V. ANTIBIOTIKA MAKROLID
Merupakan antibiotika makromolekular, yang diisolasi dari Actinomycetes.
Dari kelompok ini yang penting hanya Eritromisin, Oleandomisin dan
Spiramisin
Struktur dasarnya memiliki 3 ciri
a. Adanya cincin lakton yang besar
b. Senyawa keton pada cincin tersebut
c. Adanya Sakarida Amin dan Sakarida Netral yang terikat secara
glikosidis. Cincin lakton biasanya memiliki 12, 14 atau 16 atom.
Karena adanya gugusan dimetilamino pada molekul Sakarida,makrolid
biasanya bersifat basa dan membentuk garam dengan asam, basa sukar
larut dalam air, larut dalam pelarut organik polar. Larutan air stabil pada
suhu kamar, menjadi tidak aktif oleh asam, alkali atau panas.
Berspektrum luas, efektif terhadap hampir semua spesies bakteri Gram
positif (Cocci/Bacilli) dan terhadap Gram negatif
Produk
1. Eritromisin
• Diisolasi (1952) dari Streptomyces erythreus
• Efektif untuk menanggulangi infeksi pada saluran nafas bagian atas dan jaringan
lemak
• Dari Streptomyces tersebut telah diisolasi 3 senyawa yaitu Eritromisin-A, B dan
C. Tetapi yang digunakan dalam terapi hanya Eritromisin-A, Eritromisin-B lebih
tahan terhadap asam, tetapi potensinya hanya 80% sedangkan Eritromisin-C
potensinya sama dengan A, tetapi dalam hasil fermentasi hanya terdapat dalam
kadar yang sangat kecil .
• Struktur:
Struktur Eritromisin-A terdiri atas cincin lakton (aglukon) yg pada posisi C-5
mengikat (glikosidis) gula amin yang disebut Desosamin yang
menyebabkan sifat basa, dan pada posisi C-3 mengikat (glikosidis)
Sakarida Netral yang disebut Kladinosa
Struktur Eritromisin-B tanpa gugusan –OH pada C-12 aglikon, sedang
Eritromisin-C tanpa gugusan Metoksil pada Kladinosa
Eritromisin dapat digunakan dalam bentuk basa per-oral atau topikal. Untuk
cegah rasa pahit dan absorpsi yang kurang teratur, dibuat preparat salut
enterik
Modifikasi struktur dilakukan dengan tujuan :
1. Menaikkan kelarutan untuk obat suntik
2. Menaikkan stabilitas dan absorpsi
Modifikasi dilakukan dengan 2 cara :
1. Dibuat senyawa garamnya dengan asam, misal : Stearat, Laktobionat,
Glukoheptanat
2. Dibuat senyawa ester pd –OH Desosamin, misal Etil Suksinat, Propionat. Garam
Stearat, dan ester Etil Suksinat serta Propionat digunakan per-oral dengan tujuan
menaikkan absorpsi
• Garam Stearat terurai dalam saluran cerna. Menghasilkan Eritromisin
bebas yang kemudian diabsorpsi. Sedangkan Etil Suksinat dan Estolat
langsung diabsorpsi, dan hidrolisa terjadi dalam plasma dan jaringan
melepaskan eritromisin bebas
• Senyawa esternya tidak efektif oleh karena itu harus dihidrolisa dulu in-
vivo
• Ester Estil Suksinat tidak larut dalam air hingga injeksinya dalam
bentuk suspensi. Sedang garam Laktobionat dan Glukoheptanat mudah
larut dalam air hingga obat suntinya dalam bentuk larutan
2. Troleandomisin (Triasetil Oleandomisin)
• Oleandomisin diisolasi dari Streptomyces Antibioticus
• Struktur Oleandomisin terdiri atas cincin Lakton (dengan 14 atom) yang
disebut Oleandolid, yang mengikat Desosamin (Sakarida Amin) dan
Oleandrosa (Sakarida Netral)
• Triasetil Ester terikat pada hidroksil dari sakarida amin, sakarida
netral, serta hidroksil dari Oleandolid
• Troleandomisin mempunyai sifat farmakokinetik yang lebih baik,
cepat diabsorpsi, dan ester ini tidak berasa pahit
VI. ANTIBIOTIK GOLONGAN LINKOSAMID
Linkomisin merupakan antibiotika yang mengandung unsur belerang,
diisolasi dari Streptomyces lincolnensis
Efektif terhadap bakteri gram positif terutama Cocci, bakteri anaerob yang
tidak membentuk spora, Actinomycetes, Mycoplasma dan beberapa
Plasmodium
Produk
1. Linkomisin HCl
• Struktur terdiri atas molekul gula
disebut Metiltiolinkosamid yang
mengikat senyawa Pirolidin
dengan ikatan amida
• Adanya Pirolidin sebabkan zat ini
bersifat basa, dengan asam
membentuk garam
2. Klindamisin HCl (7-Kloro 7-Deoksi Linkomisin)
Dibuat secara semisintesis (1967) dengan mengganti Klor
pada posisi 7 dari Linkomisin dengan gugusan hidroksil
Dibanding dengan Linkomisin zat ini lebih mudah diabsorpsi,
ikatan dengan jaringan lebih besar, lebih mudah menembus
dinding sel bakteri. Digunakan terutama untuk infeksi saluran
nafas atas, infeksi kulit dan jaringan
Efek samping diakibatkan oleh pertumbuhan yang cepat dari
Clostridium (anaerob) yang resisten terhadap obat tersebut
VII. ANTIBIOTIKA POLIPEPTIDA

Antibiotika dengan struktur polipeptida, terdiri atas asam amino yang terikat
secara peptida. Umumnya dengan struktur melingkar tanpa atau dengan
rantai samping
Sumber utama adalah genus Bacillus
Ada 3 tipe senyawa, yaitu netral, asam atau basa.
Senyawa netral (misal Gramisidin) memiliki struktur siklopeptida
tanpa gugusan amino atau karboksilat bebas.
Senyawa asam memiliki karboksil bebas,
Senyawa basa memiliki gugusan amina bebas
CHO-X-Gly-L-Ala-D-Leu-L-Ala-(D-Val)2-L-Try-D-Leu-Y-D-Leu-L-Try-D-Leu-L-Try-NH-(CH 2)2-OH
Produk
1. Gramisidin
• Diisolasi dari Tirotrisin, suatu campuran polipeptida yang diperoleh dari
Bacillus brevis
• Tirotrisin terdiri atas 2 kelompok antibiotika yaitu Gramisidin dan Tirosidin,
dimana Gramisidin lebih aktif dengan kadar 10-20%
• Gramisidin strukturnya lurus, sedang Tirosidin melingkar
• Gramisidin terutama efektif terhadap gram positif, hanya digunakan
topikal, karena dapat menyebabkan lisis (peruraian) darah jika digunakan
untuk infeksi sistemik
2. Basitrasin
• Diisolasi (1945) dari Bacillus subtilis. Terdiri atas 10 senyawa, yang
diperdagangkan adalah Basitrasin-A dengan sedikit B, D, E dan F
• Aktif terhadap berbagai gram positif dan beberapa gram negatif.
Digunakan topikal dan parenteral
• Dalam saluran cerna tidak diserap, hingga tidak digunakan peroral, kecuali
untuk infeksi anaerob di saluran cerna
3. Polimiksin
• Diisolasi (1947) dari Bacillus polymyxa
• Terdiri atas campuran Polimiksin dan Kolistin, yang diperdagangkan hanya
Polimiksin-B dalam bentuk garam sulfat
• Efektif terhadap berbagai gram negatif, terutama digunakan secara topikal,
dikombinasi dengan Basitrasin yang efektif terhadap gram positif
• Tidak diabsorpsi di saluran cerna, hingga tidak digunakan per-oral
VIII. ANTIBIOTIKA LAIN
1. Griseofulvin
Diisolasi tahun 1939 dari Penicillium griseofuluum
Struktur merupakan turunan dari sikloheksenon
Digunakan terutama sebagai antifungal per-oral, terutama untuk infeksi
jamur
pada kulit (Ringworm)
Sangat sukar larut dalam air, oleh karena itu jika digunakan per-oral,
untuk menjamin absorpsi dalam saluran cerna, zat tersebut harus sangat
halus.
Beberapa farmakope mensyaratkan ukuran partikelnya tidak lebih dari 5
mikron.
2. Nistatin (Mycostatin)
Diisolasi oleh Brown tahun 1951 dari Streptomyces noursei
Strukturnya merupakan makrosiklis dengan 6 ikatan rangkap, hingga sering
dikelompokkan sebagai antibiotika Poli-en
Karena punya banyak ikatan rangkap, senyawa ini mudah mengalami auto-
oksidasi oleh pengaruh cahaya
Aktif terhadap jamur, baik secara per-oral maupun lokal
3. Amfoterisin
Diisolasi dari Streptomyces nodosus. Yang telah diisolasi Amfoterisin A
dan B, dimana yang aktif adalah B
Struktur berupa makrosiklis dengan 7 ikatan rangkap (poli-en)
Aktif terhadap jamur

4. Novobiosin
Diisolasi dari Streptomyces niveus
Struktur terdiri atas aglukon yang memiliki struktur Kumarin (disebut Asam
Novobiosat) yangmengikat molekul gula (Noviosa) secara glukosidis.

Cincin Kumarin bersifat asam karena adanya gugusan hidroksil, dan dapat
membentuk garam dengan basa kuat (logam)
Dalam perdagangan dikenal garam Na dan Ca
Aktif terhadap bakteri gram positif
5. Rifampisin (Rifampin)
• Merupakan 3 (4-Metilpiperazinil) Iminometil Rifamisin, yang dibuat secara
semisintetis dari Rifamisin-B
Rifamisin merupakan antibiotika yang diisolasi dari Streptomyces
mediterranei yang merupakan campuran terdiri atas Rifamisin A, B, C, D, E, S
dan Rifamisin SV.
• Rifamisin merupakan turunan dari Naftohidrokinon dengan rantai alifatis
besar yang melingkar. Masing-masing rifamisin hanya berbeda pada subsitusi
C1 dan C4
• Dalam keadaan kering stabil, dalam lembab atau larutan kurang stabil dan
terurai tergantung dari pH. Dalam alkali teroksidasi menjadi Kinon dengan adanya
oksigen. Dalam asam terhidrolisa terjadi 3 Formil Rifamisin
• Peroral diabsorpsi dengan baik. Makanan mengganggu absorpsi (diberikan
dalam keadaan perut kosong)
• Aktif terhadap Tuberkulose (larutan 5 μg tiap ml efektif terhadap
Mycobacterium tuberculosis)
• Cepat timbulkan resisten, hingga tidak digunakan untuk infeksi lain

Anda mungkin juga menyukai