Anda di halaman 1dari 5

ISOLASI KAFEIN DARI TEH HITAM (Camellia sinensis) SIAP SEDUH MERK X

DENGAN ANALISA KUALITATIF SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS


(KLT) DAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Abi Aufa1, Afina2, Ajeng Purwaningsih3, Alvin Muthoharoh4, Ana Kartika5 Anizatun
Azizah6
Email : avina6079@gmail.com
1-6
Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Mandala Husada Slawi,
Jl. Cut Nyak Dhien No.16 Kalisapu, Slawi, Kabupaten Tegal Telp/Fax (0283) 6197570

ABSTRAK

Telah dilakukan ekstraksi dengan metode refluks pada teh hitam (Camellia sinensia) dan dilanjutkan dengan
isolasi kafein dengan metode mikrosublimasi, hasil kristal isolasi dilakukan identifikasi senyawa kafein dengan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Spektrofotometri Uv-Vis. Hasil isolasi berupa kristal berwarna putih diuji
kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fase gerak kloroform:etanol (99:1). Hasil
uji kualitatif kromatografi lapis tipis (KLT) positif mengandung senyawa kafein terlihat dari bercak berpedar biru
yang nampak pada panjang gelombang 254 nm, kristal hasil isolasi diperoleh nilai Rf 0,225 dan HRf 22,5 sejajar
dengan bercak kafein standar dengan nilai Rf 0,237 dan HRf 23,7 sedangkan nilai HRx 94,9. Pada uji kualitatif
menggunakan spektrofotometer Uv-Vis didapat 2 peak yang menandakan masih adanya senyawa lain yang
terkandung dalam kristal hasil isolasi yang dihasilkan. Panjang gelombang maksimal kristal hasil isolasi pada
spektrofotometer Uv-Vis sebesar 273,0 nm dan 206,8 nm sedangkan panjang gelombang maksimal standar kafein
273,5 yang menandakan bahwa kristal hasil isolasi terdapat senyawa kafein.

Kata Kunci : kafein, daun teh hitam, KLT, spektofotomteri Uv-Vis.

1. Pendahuluan Di zaman dahulu, genus Camellia


Kafein merupakan metabolit sekunder dibedakan menjadi beberapa spesies teh yaitu
golongan alkaloid yang terdapat secara alami sinensis, assamica, irrawadiensis. Sejak tahun
pada kopi, teh dan coklat. Selain terdapat secara 1958 semua teh dikenal sebagai suatu spesies
alami, kafein juga sering ditambahkan kedalam tunggal Camellia sinensis dengan beberapa
beberapa minuman berenergi serta beberapa varietas khusus, yaitu sinensis, assamica dan
obat-obatan. Kafein memiliki nama lain kafein, irrawadiensis. Menurut Graham HN (1984);
tein, dan 1,3,7-trimethylxanthine. Kafein sangat Van Steenis CGGJ (1987) dan Tjitrosoepomo G
larut didalam air panas, larut sedikit didalam (1989), tanaman teh Camellia sinensis
aseton dan air dingin serta sangat larut di dalam O.K.Var.assamica (Mast) diklasifikasikan
dietil eter. Ekastraksi dan Isolasi kafein pertama sebagai berikut :
sekali dilakukan tahun 1819 oleh kimiawan Divisi : Spermatophyta
Jerman Feriedrich Ferdinand Runge (Soraya, Sub Divisi : Angiospermae
2008). Kelas : Dicotyledoneae
Penelitian-penelitian relevan mengenai Sub Kelas : Dialypetalae
isolasi dan identifikasi kadar kafein diantaranya Ordo : Guttiferales
penelitian oleh Raharjo (2010) penentuan kadar Familia : Camelliaceae
kafein dalam kopi dengan cara mengisolasi Genus : Camellia
kafein, diperoleh kristal kafein sebanyak 2%. Spesies : Camellia sinensis
Nesyanti (2006) meneliti kadar kafein pada Varietas : Assamica
minuman suplemen sebesar 335,99 ppm dan
kadar kafein pada ekstrak teh sebesar 1,91% Teh Hitam (Black Tea, Theae Nigra
menggunakan metode KCKT. Soraya (2008) Folium, Schwarzer Tee) di dapat dari hasil
Rendemen kafein sebanyak 1,9% diperoleh dari peragian daun muda Camellia sinensis (L). Teh
limbah Teh Hitam CTC Jenis Powder diisolasi berasal dari pegunungan sebelah tenggara asia,
menggunkan ekstraksi bertahap menggunakan sekarang dibudidayakan di hampir semua
air dan pelarut organik. negara di daerah lintang utara antara 30 dan
40. Tergantung dari asalnya teh hasil
fermentasi mengandung kafein 1-5%(min 2% kemudian disaring menggunakan penyaring
menurut Ph.Gall.8) disamping teobromina dan buchner selanjutnya dilakukan penyaringan
teofilina yang kandunganya sangat kecil. Tanin kembali sebanyak 3 kali menggunakan kapas.
dan hasil reaksi berwarna gelap (flobafena) Filtrat dimasukan kedalam corong pisah dan
dapat mencapai 25% (Stahl, 1985). ditambah dengan kloroform 15 mL, digojog
sampai gas terbuang habis dan didiamkan
Isolasi kafein dalam percobaan bertujuan kemudian diambil fase kloroform (bening).
untuk mendapatkan kafein yang berasal dari teh Ditambah koroform kembali sebanyak 10 mL,
hitam. Sedangkan identifikasi kristal kafein digojog dan diambil fase kloroformnya
dilakukan untuk memastikan apakah benar kemudian diulang penambahan klororform 10
kristal yang diperoleh dari hasil isolasi tersebut mL sebanyak 2 kali. Selanjutnya dilakukan
merupakan kristal kafein yang dilakukan penguapan kloroform dan kristalisasi kafein
identifikasi kualitatif menggunakan dengan cara sublimasi yaitu fase kloroform
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan yang mengadung kafein dimasukkan ke dalam
spektrofotometer UV-Vis. Penelitian ini beaker glass, tutup dengan kertas saring yang
penting dilakukan sebagai informasi mengenai dilubangi bagian tengahnya dan ditutup dengan
kadar kafein dari teh hitam yang selanjutnya corong kaca yang sudah dilapisi kapas basah.
digunakan untuk melihat apakah konsumsi Panaskan dengan api kecil hingga terbentuk
kafein pada teh hitam ini aman atau tidak untuk kristal.
dikonsumsi sesuai standar SNI yang berlaku Setelah didapat kristal kemudian
sehingga dampak negatif kafein dapat dikurangi. dilakukan identifikasi dengan metode KLT,
fase diam menggunakan lempeng silica gel dan
2. Metode Penelitian fase gerak yang digunakan yaitu kloroform –
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium etanol (99 : 1) sebanyak 30 mL. Selanjutnya
Bahan Alam Program Studi S1 Farmasi STIKes yaitu untuk mengetahui kristal yang dihasilkan
Bhakti Mandala Husada Slawi, Tegal. sudah murni apa belum maka dilakua uji
Penelitian dimulai dengan isolasi kafein dalam pemurnian dengan metode spektrofotometri
serbuk daun teh hitam, proses kristalisasi dan UV-Vis.
dilanjutkan identifikasi dengan metode
kromatografi lapis tipis dan spektrofotometer 3. Hasil dan Pembahasan
UV-Vis. Isolasi kafein dilakukan untuk
memisahkan atau mendapatkan senyawa kafein
Alat dan Bahan yang terkandung dalam teh hitam. Langkah
Alat yang digunakan dalam penelitian ini awal dalam mengisolasi kafein adalah dengan
antara lain : gelas beker , gelas ukur, corong cara merefluks sebanyak 50 gram teh hitam
kaca, corong pisah, statif dan klem, seperangkat dengan 250 ml aquades. Tujuanya dari reflusk
alat spektrofotometer uv-vis jenis shimadzu agar kafein larut kedalam air panas, karena
mini 1240, seperangkat alat refluk, lempeng kelarutan kafein terhadap air panas tinggi.
KLT GF254, penyaring buchner, lampu spirtus, Proses merefluks teh hitam selama 30 menit
kaki tiga, asbes, labu ukur, penampak bercak bertujuan agar menghomogenkan teh yang akan
UV 254, kertas saring, kain flanel putih, diisolasi. Setelah proses refluks selesai,
chamber, kapas dan timbangan gram analitik. dilakukan penyaringan menggunakan corong
Bahan yang digunakan dalam penelitan ini buchner agar proses penyaringan filtrat
yaitu aquadest, simplisia serbuk kasar daun teh berlangsung lebih cepat, kemudian dilakukan
hitam, HCl 0,1 N, kloroform, etanol 96%, Pb penambahan larutan Pb asetat kedalam filtrat
asetat dan standar kafein. yang masih panas sebanyak 40 ml
menghasilkan larutan coklat pekat dan bau
Posedur Kerja menyengat. Menurut Raharjo (2010)
Pembuatan ekstrak daun teh hitam Penambahan larutan timbal asetat dalam
dilakukan dengan metode refluk. Serbuk kasar keadaan panas-panas secara tetes- pertetes
simplisia daun teh hitam sebanyak 50 gr bertujuan untuk mengendapkan kotoran-
direfluk menggunakan pelarut aquadest kotoran dari filtrat teh berupa garam- garam
sebanyak 250 mL pada suhu lebih kurang 50⁰C. seperti albumin, asam-asam, tannin dan
Refluk dilakukan selama 30 menit sebagainya.
Ketika larutan telah dingin, dilakukan menggunakan air. Untuk mendapatkan kristal
penyaringan untuk memperoleh filtrat yang kafein dari larutan hasil ekstraksi, dilakukan
terbentuk. Endapan yang terbentuk berupa mikrosublimasi dengan ditutupi kertas saring,
garam-garam dari kotoran-kotoran filtrat teh. yang sebelumnya telah dilubangi di bagian
Penyaringan menghasilkan filtrat berwarna tengahnya. Kemudian ditutup dengan posisi
coklat pekat. Proses selanjutnya adalah corong terbalik, lapisi sisi corong dengan kapas
melakukan pemisahan senyawa kafein yang basah kemudian dinyalakan api hingga
terkandung didalam larutan teh. Pemisahan ini terbentuk kristal jarum. Proses mikrosublimasi
dilakukan dengan mengunakan corong pisah memerlukan suhu diatas 110o C karena harus
yang ditambah dengan 20 ml kloroform, melewati titik didih kafein agar kafein yang
menghasilkan dua fase yaitu fase atas berwarna terdapat didala m larutan berubah menjadi gas
coklat pekat dan fase bawah berwarna cream, kemudian mengkristal. Menurut Firdaus (2011)
kemudian diambil fase bawah. Di ulang dua dalam sublimasi, padatan diubah menjadi uap
kali kemudian digojog dan didiamkan. Setelah tanpa melalui fasa cair, yang kemudian
didiamkan terbentuk tiga fasa, yaitu fasa atas terkondensisasi ada menjadi kristal. Kristal
larutan berwarna coklat, fase tengah berwarna kafein yang diperoleh kemudian ditimbang
cream, dan fasa bawah larutan jernih, kemudian untuk mengetahui hasil isolasi kafein.
diambil fasa bawah. Selanjutnya diulang Diperoleh kristal kafein berwarna putih seberat
dengan penambahan kloroform 10 mL. 0,087gram.
Kloroform dipilih karena kafein sangat larut
dalam kloroform. Menurut Mc Murry (2004)
kafein lebih larut dalam air jika dibandingkan
dengan etanol. Namun, kelarutan kafein lebih
besar didalam klorofom jika dibandingkan
dengan air. Saat proses pemisahan
menggunakan corong pisah berlangsung, tutup
corong pisah harus sekali-sekali dibuka agar
memperkecil terjadinya tekanan uap akibat
proses penggojogan yang dilakukan.
Gambar 2. Kristal kafein

Penelitian ini untuk mengetahui apakah


kristal hasil isolasi sama dengan kafein standart
berdasarkan uji kualitatif dengan kromatografi
lapis tipis (KLT) dan Spektrofotometer.
Keuntungan dari sistem KLT antara lain :
dengan jumlah zat yang sangat kecil dapat
dipisahkan dengan jelas, hasil pemisahan lebih
baik dengan batas deteksi lebih rendah, butuh
waktu singkat dengan sedikit alat. Langkah
untuk melakukan KLT cukup dengan
melarutkan masing-masing kristal kafein hasil
Gambar 1. Proses Ekstraksi membentuk tiga isolasi dan kafein standar dengan kloroform dan
fase. menotolkan pada lempeng silica GF 254,
kemudian dielusi dengan fase gerak kloroform-
Hasil ekstraksi tiga kali ini berupa larutan etanol (99:1).
bening yang mengandung kloroform. Menurut Hasil kromatogram jika dilihat dibawah
Firdaus (2011) metode ekstraksi corong pisah sinar uv 254 nm maka bercak kafein standar
didasarkan atas distribusi senyawa antara dua akan berpendar biru dengan nilai Rf 0,237 dan
fasa pada dua lapisan cair yang HRf 23,7 sejajar dengan bercak kafein hasil
berkesinambungan. Kloroform digunakan isolasi dengan nilai Rf 0,225 dan nilai HRf 22,5
untuk mengekstraksi senyawa polar dan berada sedangkan nilai nilai HRx sebesar 94,9.
pada lapisan bawah saat mengekstraksi
dengan absorbansi 0,231 dan ʎ maksimum
206,8 dengan absorbansi 1,820. Dua ʎ
maksimum yang dihasilkan ini menandakan
bahwa larutan kafein hasil isolasi belum murni,
masih terdapat zat pengotor, sehingga ada satu
tambahan ʎ maksimum yang diperoleh jika
dibandingkan dengan standar kafein. Panjang ʎ
maksimum maksimal 273,0 nm menandakan
bahwa larutan sampel yang diuji terdapat kafein
yang terdeteksi oleh spektrofotometer Uv-Vis,
karena mendekati ʎ maksimum standart kafein
sebesar 273,5 nm.
Gambar 3. Hasil KLT standart kafein (kanan);
kafein hasil isolasi (kiri) dibawah
sinar UV 254 nm.

Spektofotometri Uv-Vis adalah


pengukuran serapan cahaya di daerah
ultraviolet (20-350 nm ) dan serapan cahaya Uv
atau Vis mengakibatkan transisi elektronik
yaitu promosi elektron- elektron dan orbital
keadaan dasar yang mengenergi lebih tinggi Gambar 4. Hasil Uji spektrofotometer UV
gelombang cahaya Uv-Vis bergantung pada Kafein standar (kiri) Peak; (kanan)
mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul nilai absorbansi.
yang memerlukan lebih banyak energi untuk
promosi elekron, akan menyerap pada panjang
gelombang yang lebih pendek. Molekul yang
memerlukan energi yang lebih sedikit akan
menyerap pada panjang gelombang yang lebih
panjang. Prinsip dari sprektrofotometer Uv- Vis
senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah
nampak (senyawa berwarna) mempunyai
elektron yang lebih mudah dipromosikan
daripada senyawa yang menyerap pada panjang
Gambar 5. Hasil Uji spektrofotometer UV
gelombang lebih pendek. Jika radiasi
Kafein hasil isolasi (kiri) Peak;
elektromagnetik dilewatkan pada suatu media
(kanan) nilai absorbansi.
yang homogen maka sebagian radiasi itu ada
yang dipantulkan dan ada yang ditansmisikan.
4. Kesimpulan
Sprektrofotometer Uv-Vis adalah alat
Berdasarkan hasil penelitian senyawa
yang digunakan saat praktikum penentuan
kafein dapat diisolasi dari daun teh hitam,
kualitatif kafein hasil isolasi yang dibandingkan
dengan hasil KLT nilai HRx sebesar 94,9. Uji
dengan kafein standart dengan melihat ʎ
kualitatif dengan spektrofotometer UV-Vis
maksimumnya. Sebelum digunakan alat
menunjukan nilai λ maksimum untuk standar
tersebut dikalibrasi terlebih dahulu sehingga
kafein sebesar 273,5 nm dan untuk hasil isolasi
spektrofotometri Uv-Vis nilai absorbansinya
diperoleh λ maksimum sebesar 273 nm dan
0,000 A. Hal pertama yang dilakukan adalah
206,8 nm.
membuat larutan standart kafein 8 ppm dalam
HCl 0,1 N, selanjutnya dilakukan pencarian ʎ
5. Daftar Pustaka
maksimum dengan sprektrofotometer Uv-Vis
Cahyanta, A. N. (2016). Penetapan Kadar
diperoleh ʎ maksimum 273,5 nm dan
Flavonoid Total Ekstrak Daun Pare
absorbansinya 0,029. Kemudian diperlakukan
Metode Kompleks Kolorimetri dengan
sama untuk larutan kafein hasil isolasi. Pada
Pengukuran Absorbansi secara
penentuan ini didapatkan 2 ʎ maksimum yaitu
Spektrofotometri. Jurnal Ilmiah Farmasi.
273,0 nm
5 (1): 58-6
Firdaus. (2011). Teknik Dalam Laboratorium
Kimia Organik. Hibah Penulisan Buku
Ajar. Makasar : Unversitas Hasanuddin.
McMurray, J. (2004). Organik Chemistry.
Brooks/Cole: USA.
Nersyanti, F. (2006). Spektrofotometri
Derivatif Ultraviolet Untuk Penentuan
Kadar Kafein Dalam Minuman Suplemen
dan Ekstrak Teh, Skripsi, Departemen
Kimia, Fakultas MIPA IPB.
Raharjo, R.A. (2010). Penentuan Kadar Kafein
Dalam Kopi. Laporan Praktikum.
Kendari: Unversitas Haluoleo.
Soraya, N. (2008). Isolasi Kafein Dari Limbah
Teh Hitam CTC Jenis Powder Secara
Ekstraksi. Skripsi. Bogor: Institut
Tertanian Bogor.
Stahl, E., (1985). Analisis Obat Secara
Kromatografi dan Mikroskopi, Penerbit
ITB. Press, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai