Anda di halaman 1dari 118

KIM MED II

HKSA ANALGETIKA

Dra. Erlita Verdia Mutiara, M Si., Apt.


ANALGETIKA
• Analgetika adalah senyawa yang dapat menekan SSP
secara selektif, mempunyai efek menghilangkan atau
mengurangi nyeri tanpa disertai hilangnya kesadaran
atau fungsi sensorik lainnya.
• Bekerja dg meningkatkan nilai ambang rasa sakit
• Inflamasi merupakan respon terhadap kerusakan
jaringan akibat berbagai rangsangan yang merugikan,
baik rangsangan kimia maupun mekanis, infeksi, serta
benda asing seperti bakteri dan virus.
• Berdasar mekanisme kerja pada tk molekul dibagi 2
gol; narkotik dan non narkotik
ANALGETIKA
• A. Analgetika narkotik
- 2. Anti inflamasi non steroid
– 1. Turunan morfin
(AINS)
– 2. Turunan meperidin a. Turunan asam salisilat
– 3. Turunan Metadon b. Turunan 5-pirazolidindion
– 4. Turunan Morfinan c. Turunan asam N-
– 5. Turunan lain-lain arilantranilat
d. Turunan asam Arilasetat
• B. Analgetika non narkotik
e. Turunan asam
– 1. Analgetik-antipiretika heteroarilasetat
• a. Turunan anilin dan f. Turunan oksikam
para aminofenol g. Senyawa Penghambat
• b. Turunan 5- Selektif COX-2
pirazolon h. Turunan lain-lain
ANALGETIK NARKOTIK
• Seny yg dpt menekan SSP scr selektif , digun
unt mengurangi rasa sakit sedang sp berat.
• Seperti kanker, serangn jantung akut, sesudah
operasi dan kolik usus atau ginjal
• Sering pula digun unt pramedikasi anestesi
bersama atropin, unt mengontrol sekresi.
• Aktivitas jauh lebih besar dibanding non
narkotik
• Menimbulkan euforia shg byk disalahgunakan
• Penggunaan terusmenerus menimbulkan
ketergantungan fisik dan mental (kecanduan)
• Kelebihan dosis dapat menyebabkan kematian
krn depresi pernafasan
• Meknsme kerja krn adanya pengikatan obat
dg sisi reseptor khas sel dalam otak dan spinal
cord.
• Rangsangan reseptor menimbulkan efek
euforia dan mengantuk
• Reseptor turunan morfin mempunyai 3 bgn
penting unt aktvts analgesik
1. Struktur bidang datar yg mengikat cincin
aromatik mell ikt Van der Waals
2. Lubang dg orientasi yg sesuai unt
menampung ggs –CH2-CH2 dari proyeksi
cincin piperidin
3. Tempat anionik, yg mampu berinteraksi dg
pusat muatan positif obat.
1. Turunan morfin
• MORFIN
• Morfin didapat dari opium, yaitu getah kering tanaman
Papaver somniferum mgd tdk kurang dr 25 alkaloida,
a.l morfin, kodein, noskapin, papaverin, tebain, narsein
• Menimbulkan euforia shg srg dislhgunakan
• Disintesis turunan atau analognya yg memp efek
analgesik tetpi efek kecanduan rendah
• Contoh obat,
• Morfin1, didapat dr isolasi opium, kadar 5-20%
dalam sediaan sbg morfin HCl, morfin sulfat digun unt
mengurangi rasa sakit yg hebat
Hubungan Struktur dan Aktivitas

• Eterifikasi dan esterifikasi gugus hidroksil fenol akan


menurunkan aktivitas analgesik, meningkatkan aktivitas
antibatuk dan meningkatkan efek kejang.
• Eterifikasi, esterifikasi, oksidasi, atau penggantian gugus
hidroksil alkohol dengan halogen atau hidrogen dapat
meningkatkan efek analgesik, meningkatkan efek stimulan,
tetapi juga meningkatkan toksisitas.
• Perubahan gugus hidroksil alkohol dari posisi 6 ke posisi 8
menurunkan aktivitas analgesik secara drastis.
• Pengubahan konfigurasi hidroksil pada C6 dapat meningkatkan
aktivitas analgesik.
• Hidrogenasi ikatan rangkap C7-C8 dapat menghasilkan efek yang
sama atau lebih tinggi dibanding morfin.
• Substitusi pada cincin aromatik akan mengurangi aktivitas analgesic.
• Pemecahan jembatan eter antara C4 dan C5 akan menurunkan
aktivitas.
• Pembukaan cincin piperidin menyebabkan penurunan aktivitas.
• Demetilasi pada C17 dan perpanjangan rantai alifatik yang terikat
pada atom N dapat menurunkan aktivitas. Adanya gugus alil pada
atom N menyebabkan senyawa bersifat antagonis kompetitif.
• Kodein (metil morfin), hasil metilasi ggs OH fenol
morfin, efek analgesik< morfin, efek anti batuk>>
• Dionin (etil morfin), memp efek antibatuk yg kuat
spt kodein digun dlm optalmologi, memp efek
kemosis (merangsang peredaran vaskular dan
limpatik mata unt mengeluarkan kotoran pada
infeksi mata)
• Heroin(diasetil morfin), hasil asetilasi kedua ggs
hidroksil morfin, efek analgesik & euforia >>
morfin, srg dislhgunakan tergolong obat terlarang
2. TURUNAN MEPERIDINE
Meperidin (Pethidine=Dolantin), mempunyai efek
analgesik antara morfin dan kodein. Meperidin
digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada kasus
obsetri dan untuk pramedikasi pada anestesi.
Sering digunakan sebagai obat pengganti morfin
untuk pengobatan penderita kecanduan turunan
morfin karena mempunyai efek analgesik seperti
morfin tetapi kecenderungan kecanduan lebih rendah.
Absorbsi obat dalam saluran cerna cukup baik,
obat diikat oleh protein plasma ± 40-50%. Kadar
plasma tertinggi obat dicapai dalam 1-2 jam, dengan
waktu paro plasma ± 5 jam. Dosis oral, I.M dan S.C : 50-
100mg, dapat diulang setiap 3-4 jam.
Struktur Kimia
Lanjutan

Rumus kimia dari meperidin adalah etil – 1 –


metil – 4 – fenilpiperidin – karboksilat. Meperidin
bekerja pada tempat spesifik pada susunan saraf
pusat yang disebut dengan reseptor opioid,
dimana tempat kerja meperidin secara spesifik
adalah pada reseptor κ.8,9 Sampai saat ini telah
teridentifikasi empat tipe reseptor opioid yaitu
reseptor mu (μ, dengan subtipe μ-1 dan μ-2),
reseptor kappa (κ), reseptor delta (δ) dan
reseptor sigma (σ).21,25,2.
Lanjutan

Meskipun strukturnya tidak berhubungan


dengan struktur morfin, tetapi masih
menunjukkan kemiripan karena mempunyai
Pusat atom C kuartener, rantai etilen, gugus N-
tersier dan cincin aromatik sehingga dapat
berinteraksi dengan reseptor analgesik.
Lanjutan
Dibandingkan dengan morfin, angka kejadian mual
dan muntah lebih tinggi, tetapi durasinya lebih pendek.
Kejadian ini karena adanya stimulasi pada daerah
medullary chemoreceptor trigger zone.
Meperidin sudah sering digunakan untuk terapi
menggigil pasca anestesi. Penggunaan dosis kecil
meperidin ( 10 – 25 mg ) setiap 5 – 10 menit efektif
untuk mengatasi menggigil pasca anestesi.
Mekanisme meperidin dalam mengatasi menggigil
pasca anestesi diduga disebabkan karena efek obat
pada reseptor yang akan menurunkan ambang
menggigil. Untuk pencegahan menggigil, dosis
meperidin yang digunakan adalah 0,3 mg/kgBB; 0,35
mg/kgBB; dan 0,5 mg/kgBB, yang ternyata dapat
efektif untuk mencegah menggigil pasca anestesi.
Loperamid(Imodium)3,struktur spt difenoksilat
–C2H4-C-(fenil)2
OCN(CH3)2
Efek lebih khas, memp efek langsung thd otot
longitudinal dan sirkular usus sbg konstipan
pd kasus diare akut dan kronik
IMODIUM
Imodium mengandung bahan aktif
loperamid HCl merupakan derivat difenoksilat
( dan haloperidol, suatu anti psikotikum)
dengan khasiat obstipasi 2 – 3 kali lebih kuat,
tetapi tanpa khasiat terhadap SSP, sehingga
tidak mengakibatkan ketergantungan. Zat ini
mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-
sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu dengan cara
memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan
hipersekresi ke keadaan resorpsi normal
kembali.
Hubungan Struktur Aktivitas
• Meskipun strukturnya tidak berhubungan
dengan struktur morfin tetapi masih
menunjukkan kemiripan karena mempunyai
pusat atom C kuartener,
• Rantai etilen,
• Gugus N-tersier , dan
• Cincin aromatik sehingga dapat berinteraksi
dengan reseptor analgesik
Bentuk Sediaan dan Dosis Penggunaan
• Imodium tersedia dalam bentuk sediaan
tablet untuk dosis diare akut pada awal
pemberian 2 tablet, kemudian dilanjutkan 1
tablet tiap diare, sedangkan untuk diare kronik
dosis awal 2 tablet, maksimal 8 tablet/ hari.
• Nama paten : Imodan, Imolex, Etadium,
Amerol, Imodium, Diasec dan lain-lain.
• Nama generik : Loperamid
3. Turunan metadon
• Bersifat optis aktif biasanya digunakan dlm btk
garam HCl.
• Meski tdk memp cincin piperidin(spt turunan
morfin n meperidin) dpt membtk cincin dlm lart
atau cairan tubuh, disebabkan daya tarik menarik
dipol2 antara basa N dan dg ggs karboksil
• Contoh obat:
• Metadon4, aktivitas analgesik 2xmorfin,
10xmeperidin. Dlm sediaan sbg metadon HCl
Toksisitas 10 xmorfin
Metadon
• Merupakan narkotik analgesik
• Mempunyai aktivitas analgesik 2 kali lebih
besar daripada morfin dan 10 kali meperidin,
tetapi efek kecanduannya lebih rendah
dibanding morfin.
• Dalam sediaan biasanya sebagai garam HCl .
Dosis Pemakaian
• Pada nyeri :
• oral 4 - 6 dd 2,5 - 10 mg, maksimal 150
mg/hari

• PATEN : Symoron tablet


Struktur Metadon
Mekanisme kerja metadon
• Agonis penuh terhadap reseptor μ-opioid. Terikatnya
metadon pada reseptor menghasilkan pengurangan masuknya
ion Ca2+ ke dalam sel, selain itu mengakibatkan pula
hiperpolarisasi dengan meningkatkan masuknya ion K+ ke
dalam sel. Hasil dari berkurangnya kadar ion kalsium dalam sel
adalah terjadinya pengurangan terlepasnya dopamin,
serotonin, dan peptida penghantar nyeri yang mengakibatkan
transmisi rangsang nyeri terhambat.
Farmakokinetika
• Metadon diabsorbsi pada saluran cerna cukup
baik, ± 90% obat diikat oleh protein plasma
kadar plasma tertinggi dicapai dalam ± 4 jam,
dengan waktu paruh plasma ± 15 jam.
• Penggunaan metadon harus dikontrol dengan
ketat karena toksisitasnya 3-10 kali lebih besar
dibanding morfin .
HKSA Metadon
• Struktur metadon mengandung gugus N-basa
dan karbonil yang dalam larutan/cairan tubuh
dapat membentuk siklik akibat adanya daya
tarik-menarik dipol-dipol.
• Dalam bentuk siklik inilah obat tersebut dapat
berinteraksi dengan reseptor analgesik.
• Bila gugus C=O dihilangkan atau diganti dengan gugus lain,
misal CH2, maka aktivitas analgesiknya akan hilang. Hal ini
disebabkan oleh hilangnya daya tarik-menarik dipol-dipol dan
kemampuan membentuk siklik, sehingga senyawa tidak bisa
berinteraksi secara serasi dengan reseptor analgesik.
• Propoksifen, sbg garam HCl atau napsilat. Yang
aktif sbg analgesik adl btk isomer α(+),
mempunyai efek antibatuk yg besar juga sbg
analgesik nyeri gigi. Tidak memp efek antidiare
4. Turunan Morfinan
• Dalam upaya pengembangan turunan morfin
• Menghilangkan jembatan eter dan ik. Rangkap
C7-8
• Didapatkan senyawa dg aktivitas lebih besar
seperti Levorfanol dan Dekstrometorfan
• Butorfanol tartrat
Turunan morfinan dg efek analgesik kuat, dlm btk
sediaan semprot hidung
5. Turunan lain-lain
• Tramadol5 (tramal, seminac)
Analgesik kuat dg aktivitas 0,2xmorfin. Meskipun
efeknya mell reseptor opiat, tetapi efek depresi
pernafasan & resiko kecanduan kecil.
Tramadol
• merupakan obat analgesik yang bekerja secara
sentral, bersifat agonis opioid ( memiliki sifat
seperti opium atau morfin).
• Bentuk sediaan dapat berupa : peroral ;
parenteral ; intravena ; intramuskular.
• Tramadol dapat menigkatkan resiko kejang
pada pasien yang mengkonsumsi MAO(mono
amin oksidase) inhibitor,neuroleptik dan obat-
obatan lainnya yang dapat mengurangi resiko
kejang.
Mekanisme Kerja

• Berikatan dengan reseptor opioid ada di spinal


dan otak sehingga menghambat transmisi
sinyal nyeri dari perifer ke otak.

• Meningkatkan aktivitas saraf penghambat


monoaminergik yang berjalan dari otak ke
spinal sehingga terjadi inhibisi transmisi sinyal
nyeri.
Farmakodinamika
• Termasuk analgesik opioid sintesis golongan
amino sikloheksanol yang bekerja sentral dan
berefek pada neurotransmiter noradrenergik
dan serotogenik.
• Tramadol analgesik yang bersifat seperti opiat
tetapi tanpa efek samping opiat,khususnya
depresi pernafasan pada neonatus. Tramadol
berkerja menghambat re-uptake
noradrenergik dan serotonin in vitro.
FARMAKOKINETIK

• Absorbsi
• Ditraktus gastrointestinal lebih dari 96 % setelah
pemberian awal. Rerata bioavaibilitas absolut pemberian
oral 68-72 %.
• Distribusi
Dimetabolisme oleh demetnilasi N dan O via sitokrom
P450 isoenzim CYP3A4 dan CYP 2D6 dan glukoronidasi
atau sulfasi di hepar.
• Hanya o-desmetiltramadol yang aktif secara farmakologis. o-
desmetiltramadol bergantung pada ikatan iso enzim CYP2D6
pada sitokrom P450. demetilasi nitrogen dikatalisis iso enzim
CYP3A4 pada sitokrom P450.
• Ekskresi
Tramadol dan metabolitnya diekresikan melalui ginjal. Pada
dewasa muda waktu paruh tramadol 5 – 7 jam, total klirens 430 –
610 ml/ min.
OBAT PATEN

• Tramadol HCl : Camigesik = Lucas Djaja


• Centrasic = Graha farma
B. Analgetik non narkotik
• Digun unt mengurangi rasa sakit ringan sp sdg,
disebut juga analgetika ringan, juga
menurunkan suhu badan dan anti radang pd
pengob rematik
• Obat gol ini bekerja pada perifer dan sentral
SSP
• Berpotensiasi dg obat penekan SSP
Mekanisme kerja
1. ANALGESIK, menimbulkan efek analgesik dg cara
menghambat scr lgs & selektif enzim2 pd SSP yg
mengkatalisis biosintesis PG, spt: siklooksigenase, shg
mencegah sensitisasi reseptor rasa skt oleh mediator
rasa skt (bradikinin, histamin, seretonin, prostasiklin,
ion H+dan K+, yg dpt merangsang scr mekanis dan
kimiawi
2. Antipiretik, meningkatkan eliminasi pd penderita
suhu badan tinggi dg cara dilatasi pembuluh darah
perifer dan mobilisasi air shg tjd pengenceran darah &
pengeluaran keringat. Pengaruh obat pada suhu
badan normal relatif kcl. Penurunan suhu adl hsl kerja
obat pd SSP di pusat kontrol suhu di hipotalamus
3. ANTIRADANG, Keradangan timbul krn pengaktifan
fosfolipase A2, enzim yg menyebabkan pelepasan
asam arakidonat, as arakidonat kmd diubah oleh PG
sintetase mjd PG. Menimbulkan efek antiradang mell
bbrp kemungkinan: menghambat biosintesis dan
pengeluaran PG dg cara memblok enzim
siklooksigenase shg menurunkan gejala keradangan,
meningkatkan pergantian jar kolagen dg memperbaiki
jar penghubung dan mencegah pengeluaran enzim
lisosom mell stabilisasi membran yg terkena radang.
Efektif unt mengurangi radang tapi tdk dpt mencegah
kerusakan jaringan penderita artriris
• Berdasarkan struktur kimia, analgetika non
narkotik dibagi mjd 2 gol:
– Analgetik-antipiretik
– Antiradang bukan steroid (AINS=Anti Inflamasi
Non steroid; NSAID=Non Steroidal
Antiinflammatory Drugs)
1. Analgetik-Antipiretik
• Untuk pengob simptomatik
• Berdasar struktur dibagi 2:
a. Turunan anilin & p-aminofenol, contoh Asetaminofen6
(Parasetamol, Panadol, Tempra, Dumin), asetilasi ggs
amino dari p-aminofenol akan menurunkan toksisitas.
Pd dosis terapi aman. Pd dosis lebih besar & jangka
panjang menyebabkan methemoglobin(Hb tdk dpt
mengikat O2 ) dan kerusakan hati
b. Fenasetin, etil eter dari PCT aktivitas analgesik cukup
tinggi, pembtkan methemoglobin juga meningkat
PARASETAMOL
Parasetamol
• Parasetamol atau 4-hidroksiasetanilida memiliki rumus
molekul C8H9NO2 dan bobot molekul 152.16

• Parasetamol berupa serbuk hablur putih, tidak berbau


dan rasa sedikit pahit dengan titik lebur 169-170.5◦C.

• Parasetamol mudah larut dalam air mendidih, sangat


mudah larut dalam chloroform, larut dalam etanol,
metanol, dimetil formamida, aseton dan etil asetat,
praktis tidak larut dalam benzen.

• Parasetamol dengan pKa 9.5 diabsorpsi cepat melalui


usus dan konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai
dalam waktu ½ jam dan masa paruh dalam plasma
antara 1-3 jam
Hubungan struktur dan aktivitas
• Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi
oleh satu gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus
amida pada posisi para(1,4). Senyawa ini dapat disintesis
dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan
asam sulfat dan natrium nitrat.
• Parasetamol dapat pula terbentuk apabila senyawa 4-
aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat.
Mekanisme Kerja
• Parasetamol menghambat produksi prostaglandin
(senyawa penyebab inflamasi), namun parasetamol
hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi.

• Parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi


enzim siklooksigenase (COX), sehingga
menghambatnya untuk membentuk senyawa penyebab
inflamasi.

• Sebagaimana diketahui bahwa enzim siklooksigenase


ini berperan pada metabolisme asam arakidonat
menjadi prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak
stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa
pro-inflamasi
Mekanisme Kerja
• Parasetamol menghambat enzim siklooksigenase
namun hal tersebut terjadi pada kondisi inflamasi,
dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi.
• Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi,
sehingga menghambat aksi anti inflamasi.
• Hal ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki
khasiat langsung pada tempat inflamasi, namun malah
bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan
temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif.
Metabolisme Parasetamol
• Metabolisme parasetamol terjadi di hati.
Metabolit utamanya meliputi senyawa sulfat yang
tidak aktif dan konjugat glukoronida yang
dikeluarkan lewat ginjal.
• Hanya sedikit jumlah parasetamol yang
bertanggungjawab terhadap efek toksik (racun)
yang diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-
p-benzo-kuinon imina).
• Namun apabila pasien mengkonsumsi
parasetamol pada dosis tinggi, konsentrasi
metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga
menyebabkan kerusakan hati.
Farmakokinetika
• Parasetamol yang diberikan secara oral diserap
secara cepat dan mencapai kadar serum puncak
dalam waktu 30 – 120 menit. Adanya makanan
dalam lambung akan sedikit memperlambat
penyerapan sediaan parasetamol lepas lambat.
• Parasetamol terdistribusi dengan cepat pada
hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih kurang 25%
parasetamol dalam darah terikat pada protein
plasma.
• Waktu paruh parasetamol adalah antara 1,25 – 3
jam. Penderita kerusakan hati dan konsumsi
parasetamol dengan dosis toksik dapat
memperpanjang waktu paruh zat ini.
• Parasetamol diekskresikan melalui urine sebagai
metabolitnya, yaitu asetaminofen, glukoronid,
asetaminofen sulfat, merkaptat dan bentuk yang
tidak berubah.
Farmakodinamika
• Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga berdasarkan efek
sentral seperti salisilat.
• Inhibisi nonkompetitif siklooksigenase,
caranya menangkap oksigen reaktif dan
radikal hidroperoksid (penangkap radikal) yang
diperlukan untuk aktivitas, hanya mempunyai
efek analgetik dan antipiretik, tidak berefek
antiflogistik/antiinflamasi
Overdosis Parasetamol

• Over dosis paracetamol dapat mengakibatkan


mual, muntah dan anorexia.
Penanggulangannya dengan cuci lambung,
juga diperlukan zat-zat penawar (asam amino
N-asetilsistein atau metionin) sedini mungkin,
sebaiknya 8-10 jam setelah intoksikasi.
Paten Obat
• Parasetamol : contratemp = mugi
pamol = interbat
panadol = winthrop
,sherling
b. Turunan 5-Pirazolon
• antipirin (Fenazon), efek samping
agranulositosis cukup besar, skg tdk lg digun
unt sistemik. Memp efek paralisis pd saraf
sensori dan motori, unt anestesi setempat&
vasokonstriksi pd pengob rinitis & laringitis
• Metampiron Na7(Metamizol Na, Antalgin,
Novalgin, Dipiron), efek samping
agranulositosis
METAMPIRON
• Nama generik :
Metampiron
• Nama paten:
Antalgin Berlico
Anacof
Betalgin Emmer
METAMPIRON
Metampiron adalah obat turunan pirazolon. Pengaruhnya
terhadap susunan saraf sentral dan perifer. Secara sentral,
diduga bekerja pada hipotalamus dan secara perifer
menghambat pembentukan prostaglandin di tempat
inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit
terhadap rangsang mekanik atau kimiawi. Obat ini dalam
air asam dan basa akan terurai menjadi senyawa N metil-
4-amino-antipirin.
Lanjutan ...
Metampiron diabsorbsi dengan baik oleh saluran
pencernaan, konsentrasi tertinggi dalam plasma
dicapai dalam waktu 30-45menit dan masa paruh
plasma dicapai dalam waktu 1-4jam. Obat ini
dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati dan
diekskresi melalui ginjal. Dosis yang digunakan adalah
500mg 4 kali sehari.
Lanjutan ...
• EFEK SAMPING :
Agranulositosis, anemia aplastik dan
trombositopenia. Dapat terjadi reaksi
hipersensitif pada kulit.
• ATURAN PAKAI :
Dewasa : Sehari 3 kali 1 tablet.
Atau menurut petunjuk dokter.
• Metampiron mempunyai kerja analgetik dan
dipakai pada pengobatan muscular rheumatism,
sciatica, lumbago, fibrositis, neuralgia dan lain-
lain perasaan sakit.
Dosis
Dosis lazim untuk dewasa (oral) : sekali 500 mg, sehari
500 mg-1,5 g
Dosis lazim untuk anak dan bayi :
>3 bln -1 thn : sekali 50 mg, sehari 150 mg-200 mg.
>1-6 thn : sekali 50 mg-100 mg, sehari 150 mg-400 mg
>6 -12 tahun : sekali 20 - 300 mg, sehari 600 mg-1,2 g.
Lanjutan ...
• Farmakokinetik
Penyerapan obat pada saluran cerna dan cepat pula
termetabolisir di hati mempunyai waktu paruh 1-4 jam.
• Farmakologi
Metampiron adalah turunan 5-pirazolon yang mempunyai
aktifitas analgesik dan Antipiretik serupa dengan Aspirin,
yaitu menahan rangsangan sakit dan bekerja langsung
pada SSP.
Metampiron sebagai Analgesik bekerja pada pusat
pengatur suhu di otak, sehingga terjadi vasodilatasi pada
pembuluh darah perifer serta mengurangi terjadinya
produksi panas dalam tubuh. Efek Antipiretik lebih
kuat daripada acetosal.
Lanjutan ...
• Sifat Fisikokimia
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau
putih kekuningan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik
CARA KERJA OBAT :

Metampiron merupakan derivat metansulfonat


dari Aminopirin. Pengaruhnya terhadap
susunan saraf sentral dan perifer. Secara
sentral, diduga bekerja pada hipotalamus dan
secara perifer menghambat pembentukan
prostaglandin di tempat inflamasi, mencegah
sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap
rangsang mekanik atau kimiawi.
Interaksi Obat

- Metampiron dengan klorpromazin dapat


terjadi hipotermia.
- Dengan alkohol dan obat lain yang mempengaruhi
SSP akan bekerja
aditif.
- Dengan antidiabetik oral dapat terjadi
hipoglikemia.
1. Apa yang dimaksud agranulositosis?
Jawab :
Agranulositosis adalah keadaan yang sangat serius yang
ditandai dengan jumlah leukosit yang sangat rendah dan tidak
adanya neutrofil ( Price Sylvia A, 1995 ). Pada agranulositosis
sumsum tulang berhenti membentuk neutrofil, mengakibatkan
tubuh tidak dilindungi terhadap bakteri dan agen lain yang
akan menyerang jaringan ( Guyton, 1992), keadaan ini
potensial fatal dimana hampir tidak terdapat leukosit
polimorfonuklear atau jumlah granulosit yang lebih rendah
dari 2000/mm³ ( Brunner, 2002 ).
Penyebab dari agranulositosis antara lain adalah penyinaran
tubuh oleh sinar gamma yang disebabkan oleh ledakan nuklir
atau terpapar obat-obatan (sulfonamida, kloramphenikol,
antibiotik betalaktam, Penicillin, ampicillin, tiourasil).
2.Anti inflamasi non steroid
• Berdasar struktur kimia dibagi mjd 7 klp:
a. Turunan asam salisilat
b. Turunan 5-pirazolidindion
c. Turunan N-arilantranilat
d. Turunan asam arilasetat
e. Turunan heteroarilasetat
f. Turunan oksikam
g. Turunan lain-lain
Mekanisme anti inflamasi
a. Turunan asam salisilat
Mengurangi rasa sakit pd nyeri kepala, otot dan
rematik. Menimbulkan e.s iritasi lambung krn
adany ggs COOH yg bersifat asam, sdgkan
iritasi kronik krn penghambatan pembtkn PG
E1 & E2(Seny yg dpt meningkatkan
vasodilatasi mukosa lambung), krn dihambat
maka terjadi vasokonstriksi & peningkatan
sekresi as lambung → nekrosis iskemik,
kerusakan mukosa lambung
Hksa tur as salisilat
1. Seny yg aktif sbg antiradang adl anion salisilat.
Gugus OH letaknya posisi ortho dg COOH
2. Adanya atom halida menaikkan aktivitas
sekaligus toksisitas
3. Ggs NH2 pd posisi 4 menghilangkan aktivitas
4. Ggs CH3 pd posisi 3 menyebbkan metab atau
hidrolisis ggs asetil mjd lambat shg durasi obat
lbh panj
5. Ggs aril pd posisi 5 meningkatkan aktivitas
Contoh obat:
1. Aspirin8 (as asetilsalilat, Asetosal, Naspro), dlm
dosis rendah & wkt lama mencegah serangan
jantung, memp efek antiplatelet pd pengob
trombosis.
2. Salisilamid (o-hidroksibenzamid) akt hampir =
aspirin, tdk menimbulkan efek antiradang &
antirematik.
3. Diflunisal, memp aktiv analgesik,antiradang &
antipiretik > aspirin. Efektif unt mengurangi rasa
nyeri sesdh operasi & osteoartritis
Aspirin
• Aspirin merupakan salah satu obat NSAID
yang bersifat sebagai analgesik, anti piretik,
anti platelet dan anti radang.Aspirin sering
diresepkan, meskipun penggunaannya
dibatasi karena mempunyai efek samping yang
merugikan pada saluran cerna dan ginjal.
Kegunaan
• Kegunaan :
- mengurangi rasa sakit, misalnya: sakit
kepala, nyeri otot, nyeri tulang, nyeri haid.
- menurunkan demam, misalnya: demam
setelah imunisasi.
- antiradang, misalnya: radang sendi
rematoid, radang tulang dan sendi.
Efek Samping
- nyeri lambung, mual, muntah
- pemakaian jangka lama dapat menimbulkan
tukak lambung, perdarahan lambung.
Dosis
Dewasa :
• 500 - 650 mg setiap 4 jam (maksimal 4 g/hari)

Anak-anak:
• 2 - 3 tahun : 80 - 160 mg setiap 4 jam
• 4 - 5 tahun : 160 - 240 mg setiap 4 jam
• 6 - 8 tahun : 240 - 320 mg setiap 4 jam
• 9 - 10 tahun : 320 - 400 mg setiap 4 jam
• > 11 tahun : 400 - 480 mg setiap 4 jam
Stuktur dan Nama Paten
O

O C CH3

C OH

Nama Paten : O
1. Aspirin (Bayer)
2. Thrombo Aspilets (Medifarma)
3. Aspilets (Medifarma)
FARMAKOKINETIK
• Waktu paruh : asam asetil salisilat 15-20 menit ; asam salisilat
3,15 jam.
• T maks aspirin : 14 menit
• Bioavailabilitas : tergantung pada dosis, bentuk, waktu
pengosongan lambung, pH lambung, obat antasida dan ukuran
partikelnya.
• Metabolisme : sebagian dihidrolisa rnenjadi asam salisilat
selama absorbsi dan didistribusikan ke seluruh jaringan dan
cairan tubuh dengan kadar tertinggi pada plasma, hati, korteks
ginjal , jantung dan paru-paru.
• Ekskresi : dieliminasi oleh ginjal dalam bentuk asam salisilat
dan oksidasi serta konyugasi metabolitnya.
FARMAKODINAMIK
• Adanya makanan dalam lambung
memperlambat absorbsinya, pemberian
bersama antasida dapat mengurangi iritasi
lambung tetapi meningkatkan kelarutan dan
absorbsinya. Sekitar 70-90 % asam salisilat
bentuk aktif terikat pada protein plasma.
Mekanisme Kerja
• Hambatan agregasi trombositnya berdasarkan
inhibisi pembentukan tromboksan-A2 (TxA2) dari
asam arachidonat yang dibebaskan dari senyawa
esternya dengan fosfolipida (dalam membran sel)
• Asetosal mengasetilasi secara ireversibel sehingga
akan menginaktifkan enzim
siklooksigenase,enzim ini bertanggung jawab
pada pembentukan mediator inflamasi yaitu
prostaglandin
HKSA
• Senyawa yang aktif sebagai anti radang adalah
anion salisilat. Gugus karboksilat penting
untuk aktivitas dan letak gugus hidroksil harus
berdekatan
• Turunan halogen, seperti asam 5-klorsalisilat,
dapat meningkatkan aktivitas tetapi
menimbulkan toksisitas yang lebih besar
• Adanya gugus amino pada posisi 4 akan
menghilangkan aktivitas
Lanjutan ...
• Pemasukan gugus metil pada posisi 3
menyebabkan metabolismeatau hidrolisis
gugus asetil menjadi lebih lambat sehingga
masa kerja obat menjadi lebih panjang
• Adanya gugus aril yang bersifat hidrofob pada
posisi 5 dapat meningkatkan aktivitas
Pertanyaan :
• 1. Sebagian besar analgesik golongan NSAID
menyebabkan iritasi mukosa lambung,
mengapa demikian?
• Karena analgesik golongan NSAID
mengandung gugus karboksilat, dimana gugus
karboksilat ini menyebabkan timbulnya rasa
nyeri pada mukosa lambung
Lanjutan ...
• 2. Jelaskan mekanisme kerja siklooksigenase?
• Mekanisme pada saat terjadinya luka maka akan
terjadi gangguan pada membran sel dimana
dalam membran sel terdapat fosfolipid. Dengan
bantuan enzim fosfolipase maka fosfolipid akan
melepaskan asam arachidonat. Asam arachidonat
akan mengeluarkan enzim siklooksigenase,
dimana enzim ini akan mensintesis terbentuknya
prostaglandin atau mediator nyeri
b. Tur 5-pirazolidindion
• Conoh obat:
• Fenilbutazon & oksifen butazon
• Antiradang non steroid byk digun analgesik pd
rematik, peny pirai & sendi e.s agranulositosis
& iritasi lambung
C. Tur AS. N-arilantranilat
• Analog nitrogen dr as salisilat, terutama sbg
antiradang pengob rematik, analgesik unt
ringan sp moderat, efek samping iritasi sal
cerna, mual, diare, nyeri abdominal, anemia
agranulositosis dan trombositopenia
• Contoh obat:
• Asam mefenamat9 (Ponstan, mefinal), Akt
analgesik 3x aspirin, antiradang 1/5
fenilbutazon, byk digun unt analgesik gigi
pengob tdk > 1 mgg
ASAM MEFENAMAT
• Rumus molekul C15H15NO2.
• Berat molekul 241, 29
• Generik : Asam Mefenamat
• Paten : Ponstan, Benostan, Mefinal
COOH
R1 R2
3
2

NH 1 4

6 5

R3
turunan asam N-arilantranilat
Hubungan struktur aktivitas :

• cincin benzen yang terikat atom N memiliki


subtituen pada posisi 2, 3, dan 6 akan
meningkatkan aktivitas
• jika gugus-gugus pada N-aril berada diluar
koplanaritas asam antranilat maka aktivitas
meningkat
• penggantian atom N pada asam antranilat
dengan gugus isosterik seperti O, S, dan CH2
menurunkan aktivitas.
SIFAT FISIKA KIMIA ASAM
MEFENAMAT
• Pemerian serbuk hablur, putih atau hampir
putih; melebur pada suhu lebih kurang 230oC
disertai peruraian, larut dalam larutan alkali
hidroksida; agak sukar larut dalam kloroform;
sukar larut dalam etanol dan dalam methanol;
praktis tidak larut dalam air.
• Asam mefenamat memiliki kelarutan yang kecil
dalam air (0,0041 g/100 ml (25°C) dan 0,008
g/100 ml (37°C) pada pH 7,1. Kelarutan asam
mefenamat yang kecil dalam air menjadikan
tahap penentu kecepatan terhadap
bioavailabilitasnya adalah laju disolusi asam
mefenamat dalam media aqueous.
Dosis
• Dosis yang dianjurkan untuk nyeri akut pada
dewasa dan anak diatas 14 tahun adalah 500 mg
sebagai dosis awal yang diikuti dengan 250 mg
tiap 6 jam bila diperlukan, biasanya tidak lebih
dari satu minggu.

• Untuk mengatasi nyeri haid, dosis yang


dianjurkan adalah 500 mg sebagai dosis awal
yang diikuti dengan 250 mg tiap 6 jam,
penggunaan tidak boleh lebih dari 2 sampai 3
hari yang dimulai saat menstruasi hari pertama
atau pada saat adanya rasa nyeri.
PROFIL FARMAKOKINETIKA
• Asam mefenamat diabsorbsi dengan cepat
dari saluran gastrointestinal apabila diberikan
secara oral. Kadar plasma puncak dapat
dicapai 1 sampai 2 jam setelah pemberian
2x250 mg kapsul asam mefenamat.
• Cmax dari asam mefenamat bebas adalah
sebesar 3.5 μg/mL dan T1/2 dalam plasma
sekitar 3 sampai 4 jam.
Lanjutan...
• Pemberian dosis ganda memberikan kadar
plasma puncak yang proporsional tanpa
adanya bukti akumulasi dari obat.
• Pemberian berulang asam mefenamat (kapsul
250 mg) menghasilkan kadar plasma puncak
sebesar 3.7 sampai 6.7 μg/mL dalam 1 sampai
2.5 jam setelah pemberian masing-masing
dosis.
Profil farmakodinamik Asam
mefenamat
• Mempunyai aktifitas analgesik 2-3 kali aspirin
dan aktifitas antiradang seperlima kali
fenilbutazon.
• Asam mefenamat dapat digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri sedang dalam
berbagai kondisi seperti nyeri otot, nyeri
sendi, nyeri ketika atau menjelang haid, sakit
kepala dan sakit gigi.
MEKANISME KERJA ASAM
MEFENAMAT
• Asam mefenamat merupakan golongan obat antiinflamasi,
tempat aksi utama dari antiinflamasi adalah enzim
siklooksigenase ( Cox ), yang mengkatalis perubahan asam
arakhidonat menjadi prostaglandin dan ednoperoksida.

• Prostagladin memodulasi komponen dari inflamasi.


Prostagladin juga terlibat dalam mengontrol suhu, transmitter
nyeri, agregasi platetlet dan efek yang lainnya. Prostagladin ini
tidak dismpan di dalam sel, tetapi disintesis dan dibebaskan
sesuai dengan kebutuhan sel tubuh.

• Ketika mengkonsumsi asam mefenamat kerja dari enzim


siklooksigenase akan dihambat, sehingga perubahan asam
arakhidonat untu menjadi prostaglandin akan terhambat
sehingga nyeri yang terjadi akan berkurang.
Lanjutan...
• Dalam tubuh asam mefenamat mengalami
biotransfarmasi dimana asam mefenamat
dimetabolisis oleh CYP2C9 menjadi 3-
hidroksimetil asam mefenamat, dan oksidasi
lebih lanjut menjadi asam 3-
carboxymefenamic mungkin terjadi.
• Aktivitas metabolit ini belum diteliti
EFEK SAMPING
• Saluran pencernaan :
- Kadang- kadang : nyeri epigastrum, gangguan saluran
pencernaan seperti mual, muntah, diare, kejang perut,
dyspepsia, perut kembung, anoreksia.
- Jarang : perdarahan saluran pencernaan
(hematemesis, melena, tukak lambung dengan atau tanpa
perdarahan/ perforasi, diare berdarah )
- Sangat jarang : gangguan usus bawah seperti “nonspesifik
haemorrhagic colitis” dan eksaserbasi colitis ulseratif atau
chron’s disease, stomatitis aphthosa, glositis, lesi
esophagus, konstipasi.
• Susunan saraf pusat dan perifer :
- Kadang- kadang : sakit kepala, pusing, vertigo
• Kulit
- Kadang-kadang : ruam atau erupsi kulit
d. Turunan asam arilasetat
• Memp akt antiradang dan analgesik yg tinggi, digun sbg
antirematik, e.s iritasi sal cerna
• Struktur umum;
• X

• R2 CH-COOH

• R1
• R1 = ggs alkil: tur asam fenilasetat
• R2 ggs yg bersifat hidrofob
• X = ggs yg bersifat EN (F /Cl) yg terletak pd posisi meta dr
rantai samping
Contoh tur aril asetat
• Diklofenak Na10 (Voltaren), Diklofenak K (Cataflam)
memp akt antirematik, antiradang, dan analgesik-
antipiretik digun unt mengurangi rasa nyeri krn radang
pd rematik & kelainan degeneratif pd sistem otot
rangka. Dosis 50 mg 3 dd
• Ibuprofen (Brufen, Ifen, Proris), akt= diklofenak, dosis
400 mg 3 dd
• Naproksen (naxen), akt= diklofenak, mrpkn tur aril
asetat dmn cincin fenil bergabung dg cincin fenil yg lain
(membtk naftalen asetat) dosis 500 mg 2dd
Dosis
• Umumnya takaran permulaan untuk
dewasa 100-150 mg sehari. Pada kasus-
kasus yang sedang , juga untuk anak-anak
di atas usia 14 tahun 75-100 mg sehari
pada umumnya sudah mencukupi.
• Dosis seharian harus diberikan dengan
dosis terbagi 2-3 kali
• Tablet harus diberikan dengan air,
sebaiknya sebelum makan, tidak
dianjurkan untuk pemakaian anak-anak.
PROFIL FARMAKOKINETIKA Na
diklofenak
• Kalium diklofenak akan diabsorbsi dengan
cepat dan lengkap dan jumlah yang
diabsorbsi tidak berkurang jika diberikan
bersama dengan makanan. Kadar puncak
obat dicapai dalam ½ -1 jam. Ikatan protein
99,7%, waktu paruh 1-2 jam. Pemberian
dosis berulang tiidak menyebabkan
akumulasi . eliminasi terutama melalui urin
PROFIL FARMAKODINAMIKA Na
diklofenak
• Cataflam adalah obat antiinflamasi nonsteroid
yang mengandung garam kalium dari
diklofenak. Obat ini memiliki efek analgesic
dan antiinflamasi.
• Sebagai pengobatan jangka pendek
untuk kondisi-kondisi akut sebagai berikut:
- Nyeri inflamasi setelah trauma seperti terkilir.
- Nyeri dan inflamasi setelah operasi, seperti
operasi gigi atau tulang.
e. Tur asam heteroarilasetat
• Indometasin 11 (Areumetin), ggs karboksil penting
unt aktiv antiradang penggantian dg ggs lain
menurunkan aktiv. Memp aktiv antiradang &
analgetik menyebabkan iritasi lambung
• As tioprofenat (surgam), Memp aktiv antiradang
& analgetik-antipiretik, terutama pengob radang
pd kelainan degeneratif sistem otot rangka,
artritis tulang, rematik artritis dan peny pirai
akut, menyebabkan iritasi lambung
Indometasin
 Indometasin merupakan derivat asam heteroarilasetat.
Indometasin juga termasuk golongan obat NSAIDs yaitu
golongan obat yang terutama bekerja perifer, memiliki
aktivitas penghambat radang.
 Indometasin memiliki ikatan protein yang kuat, dimana
indometasin dapat memindahkanikatan protein dari obat
lain seperti obat antikuagulan oral, hidatoin, salisilat,
sulfonamide, dansulfonilureas. Pasien yang diberikan
indometasin bersamaan dengan beberapa obat tersebut
dapatmenimbulkan efek samping
 Dosis :
Oral : 2-3 dd 25-50 mg p.c
Rektal : 1-2 dd 100 mg
Struktur Indometasin
HKSA INDOMETASIN
• Adanya gugus karboksil penting untuk aktivitas anti radang,
penggantian gugus lain akan menurunkan aktivitas
• Penggantian gugus C=0 dengan –CH2- akan menurunkan
aktivitas
• Penggantian gugus Cl dengan gugus para-halogen, CF3 dan
SCH3 dapat meningkatkan aktivitas
• Penggantian gugus metil (-CH3) dengan gugus aril akan
menurunkan aktivitasnya.
• Adanya gugus α-metil pada –CH2COOH menunjukkan
aktivitas yang sama dengan senyawa induk, sedangkan
pemasukan α, β-dimetil akan mengurangi aktivitas
• Hilangnya atom N-heterosiklik menurunkan efek samping
gejala pada SSP dan mengurangi efek iritasi lambung.
Namun, metabolitnya tidak larut dalam urin dan pada dosis
tinggi menyebabkan kristaluria sehingga tidak digunakan lagi
dalam klinik
Farmakokinetik Indometasin

• Absorpsi indometasin setelah pemberian oral


cukup baik ; 92-99% indometasin terikat pada
protein plasma. Metaboloismenya terjadi di hati.
Indometasin diekskresi dalam bentuk asal
maupun metabolit melalui urine atau empedu.
Waktu paruh plasma kira-kira 2-4 jam
• Efek samping : gangguan lambung usus dan efek-
efek sentral seperti nyeri kepala, perasaan kacau,
rasa lelah, dan depresi.
Mekanisme kerja Indometasin
• Mekanisme kerja indometasin menghambat
biosintesis prostaglandin melalui penghambatan
aktivitas enzim siklooksigenase.
• Prostaglandin ini berperanan penting pada
timbulnya nyeri, demam, dan reaksi-reaksi
peradangan, maka NSAIDs melalui
penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase,
mampu menekan gejala-gejala tersebut. Sebagai
tambahan, indometasin kemungkinan juga
mendesak efek penghambatan pada pergerakan
PMNs ( polymorphonuclear leukocyte).
F. Turunan oksikam
• Bersifat asam, memp efek antiradang,
analgesik dan antipiretik, efektif unt pengob
simptomatikrematik, artritis, osteoartritis dan
antipirai, contoh:
• Piroksikam12(Feldene, indene) memp efek
antiradang, analgesik dan antipiretik,
menimbulkan e.s iritasi sal cerna. Dosis:20mg
per hari
Piroksikam
 Piroksikam merupakan derivat oksikam yang pada umumnya bersifat asam.
 Sifat fisikokimia : bersifat asam, berbentuk kristal putih , agak larut dalam
alkohol dan larutan alkali, sedikit larut dalam air, alkohol dan basa.

 Dosis :
 Dewasa :
dosis awal 20 mg/hari
Dosis pemeliharaan 20-40 mg/hari

 Anak-anak :
BB 15-30 kg : 5 mg/ hari
BB 31-45 kg : 10 mg/hari
BB46-55 kg : 15 mg/hari
 Dosis diturunkan untuk pasien dengan kerusakan fungsi hati atau ginjal
Efek samping piroksikam
• Efek samping lain meliputi pusing, nyeri
kepala, dan iritasi saluran cerna yang cukup
besar. Obat ini dapat digunakan pada
pengobatan atritis rematoid, spondilitas
ankilosa, dan osteoartritis
Struktur Piroksikam

4-hidroksi-2-metil-N-(2-piridil)-2 H-1,2 benzotiasini,1-dioksid.


Farmakokinetika Piroksikam
 Obat ini cepat diabsorpsi di dalam lambung dan
usus halus , 99% obat ini terikat oleh protein
plasma dan mencapai kadar plasma tertinggi
dalam 3-5 jam setelah pemberian oral, dengan
waktu paruh plasma 30-60 jam. Piroksikam
diekskresikan sebagai konjugat glukuronida dan
dalam jumlah kecil dengan bentuk tidak berubah.
 Meskipun absorpinya lambat pada pemberian po
piroksikam cocok diberikan sebagai dosis tunggal
setiap hari. Dengan dosis tunggal ini, dapat
dicapai kadar terapeutik obat selama 24 jam
…lanjutan

• Kadar plasma menetap (steady state) piroksikam


dicapai dalam waktu 7 hari atau kurang dengan
pembaerian dosis antara 10-30 mg

•Kombinasi dengan obat lain seperti dengan aspirin


akan mengurangi kadar obat AINS tersebut dalam
plasma.
Mekanisme Piroksikam
• Piroksikam adalah obat antiinflamasi non steroid yang
mempunyai aktifitas antiinflamasi, analgetik - antipiretik.
Aktifitas kerja piroksikam belum sepenuhnya diketahui,
diperkirakan melalui interaksi beberapa tahap respons
imun dan inflamasi, antara lain: penghambat enzim siklo-
oksigenase pada biosintesa prostaglanin, penghambat
pengumpulan netrofil dalam pembuluh darah, serta
penghambat migrasi polimorfonuklear (PMN) dan monosit
ke daerah inflamasi.
• Mekanisme Aksi
Menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat
kerja isoenzim COX-1 & COX-2
Jawaban & Pertanyaan
• Terangkan dengan struktur mengapa
piroksikam bersifat sangat asam ?
Piroksikam bersifat asam disebapkan karena
adanya gugus substitusi dari asam 4-hidroksi
enolat
G. Senyawa Penghambat Selektif COX-2
• Pertama kali dipasarkan tahun 1999 adalah selekoksib
(Celebrex) dan Rofekoksib(Vioxx)
• Tidak ada efek samping yg ditimbulkan isoenzim Cox-1
• Tahun 2000 dilaporkan Rofekoksib beresiko terhadap
jantung
• Tahun 2002 diperkenalkan beberapa obat turunan
koksib yaitu Valdekoksib(Bextra), Etorikoksib(Arcoxia),
Parekoksib Na(DynaSat)
• Tahun 2004 Rofecoxib ditarik dari pasar
• Produk yang lain masih digunakan
H. Turunan lain-lain
• Menimbulkan e.s iritasi sal cerna,
ketidaknormalan hematologis kadang
hepatotoksik atau nefrotoksik
• Tinoridin (nonflamin), sbg antiradang stl
pembedahan, perdarahan pd
urologi,meringankan nyri punggung, nyeri gigi
dan rematik kronik. Dosis 100mg 3dd

Anda mungkin juga menyukai