Anda di halaman 1dari 7

Nadia Farhah

Tugas

1. Kurva kadar obat dalam plasma vs waktu

- MEC (Minimum Effect Concentration) : konsentrasi minimal obat dalam plasma


diperlukan untuk memberikan efek terapi. Jika kadar obat dibawah MEC, maka obat
belum dapat memberikan efek terapinya.
- MTC (Minimum Toxic Concentration) : konsentrasi minimal obat dalam plasma yang
diperlukan untuk memberikan gejala toksik.
- Therapeutic Range : Rentang konsentrasi obat dalam plasma yang dapat memberikan
efek terapi. Jika dibawah therapeutic range, obat belum dapat memberikan efek terapi.
Jika melebihi therapeutic range, maka dapat memberikan efek toksik.
- Onset of action : Waktu yang diperlukan obat dapat memberikan efek terapi (kadar obat
mencapai MEC) setelah pemberian.
- T max : waktu yang diperlukan obat untuk dapat mencapai kadar puncak dalam plasma
- AUC (Area Under Curve) : jumlah obat dalam plasma
- Duration of action : lama waktu obat didalam rentang terapinya/dapat memberikan efek
terapi.
2. Antibiotik
 Definisi
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Antibiotik bisa
bersifat bakterisid (membunuh bakteri) atau bakteriostatik (menghambat berkembang
biaknya bakteri).
 Penggolongan

 Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme aksi, sebagai berikut:

1. Menghambat sintesis peptidoglikan pada dinding sel bakteri

o Golongan β-lactam

Mekanisme kerja : menghambat sintesis dinding sel dengan mengikat PBP


(Penicillin-binding Protein) pada bakteri dan mengganggu ikatan silang
(cross-linking) struktur peptidoglikan yang mencegah transpeptidasi terminal
di dinding sel bakteri. Dengan demikian, dinding sel bakteri menjadi lemah
dan terjadi sitolisis atau kematian karena tekanan osmotik.

Macam-macam golongan beta laktam:

 Penisilin ada 4 jenis :

1. Alami : memiliki spektrum sempit (gram+) sensitif terhadap


penicilinase. Contoh: penicillin G, Penicillin V, Benzathine Penicillin G

2. Reisten terhadap penicillinase : memiliki spektrum sempit (gram+)


resisten terhadap penicilinase. Contoh: Methicillin, Cloxacillin,
Dicloxacillin, Oxacillin, Nafcillin

3. Aminopenicillin : memiliki spektrum luas (gram+ dan juga beberapa


bakteri gram-). Contoh: ampicillin, amoxicillin.

4. Spektrum diperluas : efektif melawan pseudomonas dan proteus yang


resisten ampicillin. Relatif tidak efektif melawan gram positif dan
rentan terhadap penicilinase (enzim yg diproduksi oleh bakteri yang
dapat menghancurkan penicilin dengan memecah dinding beta laktam
pada penicillin).
 Sefalosporin.

Sefalosporin memiliki struktur dan fungsi yang sama dengan penisilin


namun memiliki spektrum aktivitas lebih luas dari penisilin karena stabilitas
yang lebih besar dengan adanya β-Lactamase.

1. Cefalosporin Generasi Pertama ; merupakan sefalosporin yang sangat


aktif terhadap cocci gram positif, seperti streptococci dan staphylococci
tetapi kurang efektif terhadap bakteri gram negatif. Contoh: Cefazolin,
Cefadroxil, Cefalexin, Cefalotin, Cefapirin dan Cefradin.

2. Cefalosporin generasi kedua : Sefalosporin generasi kedua lebih stabil


terhadap β-Lactamase gram negatif dan sangat aktif melawan
Haemophilus influenza dan Neisseria gonorrhoeae tetapi memiliki
aktifitas lebih rendah terhadap gram positif. Contoh: cefuroxime,
cefprozil, cefaclor, cefotetan, cefoxitin, cefuroxime, cefamandole.

3. Cefalosporin generasi ketiga: memiliki aktifitas terhadap gram negatif


yang lebih besar, aktifitas terhadap streptokokus yang baik, mampu
menembus sawar darah otak tetapi aktifitas stafilokokus lebih rendah
dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Contoh: Cefoperazon,
Cefotaxim, Ceftazidim, Ceftizoxim, Ceftriaxon, Cefixim, Cefdinir,
Ceftibuten.

4. Cefalosporin generasi keempat: Cefepim adalah satu-satunya


cefalosporin generasi keempat memiliki spektrum paling luas
(broadest-spectrum) diantara cefalosporin lainnya karena lebih tahan
terhadap hidrolisis oleh kromosom β-Lactamase dan mudah terpenetrasi
ke dalam cairan serebrospinal. Contoh: cefpirome, cefepime

 Carbapenem

Mekanisme kerja: golongan antibiotik β-Lactam yang mampu menahan


hidrolisis enzim β-Lactamse sehingga aktifitas antibiotik tetap bekerja.
memiliki spektrum aktivitas terluas dan potensi terbesar melawan bakteri
gram positif dan gram negatif sehingga sering disebut “antibiotik pilihan
terakhir” yang diberikan ketika pasien dengan infeksi parah atau diduga
memiliki bakteri resisten. Contoh: Imipenem, Meropenem dan Ertapenem
o Golongan glikopeptida (vancomicin, bacitracin)

Mekanisme kerja : membunuh bakteri dengan mencegah sintesis dinding sel.


Aktif terhadap gram positif. Contoh: vancomycin.

2. Antibiotik yang merusak membran sel

Mekanisme kerja: mengacaukan sintesa molekul lipoprotein di membran sel


sehingga meningkatkan permeabilitas dan zat-zat yang ada di dalam sel dapat
merembas keluar, contohnya polimiksin dan daptomycin.

3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein

Mekanisme kerja: dengan merusak fungsi subunit 50S ribosom seperti golongan
kloramfenikol, makrolida, klindamisin, linezolid dan streptogramin serta
antibiotik yang bekerja dengan berikatan pada subunit 30S ribosom seperti
aminoglikosida dan tetrasiklin sehingga terjadi penghambatan pertumbuhan
bakteri atau bacteriostatic

 Aminoglikosida

Mekanisme kerja: bekerja dengan cara berikatan dengan ribosom 30S dan
menghambat sintesis protein. Terikatnya aminoglikosida pada ribosom ini
mempercepat transpor aminoglikosida ke dalam sel diikuti dengan
kerusakan membran sitoplasma dan disusul oleh kematian sel bakteri.
Bersifat bakteriosid dan aktif terhadap bakteri gram negatif yang aerob.
Golongan ini tidak diserap melalui saluran cerna sehingga harus diberikan
secara parenteral untuk infeksi sistemik. ES: alergi,ototoksik,nefrotoksik.

Contoh: gentamicin, amikacin, kanamycin,streptomycin, neomycin.

 Tetrasiklin

Mekanisme kerja: Tetrasiklin merupakan antibiotik broad-spectrum bersifat


bakteriostatik yang menghambat sintesis protein. Tetrasiklin menembus
bakteri melalui difusi pasif dan proses transport aktif bergantung pada
energi. Saat sudah memasuki sel, tetrasiklin mengikat subunit 30S ribosom
bakteri secara reversible sehingga menghambat pertumbuhan bakteri
Contoh: Tetrasikline, Doxycycline, Minocycline, Oxytetracycline,
Chlortetracycline.
 Makrolida

Mekanisme kerja: menghambat sintesis protein dengan cara berikatan


secara reversibel dengan ribosom 50S dan umumnya bersifat bakteriostatik
walaupun kadang bersifat bakteriosidal untuk bakteri yang peka. Contoh:
Azitromycin, Spiramycin, Erytromycin

 Chloramphenicol

Mekanisme kerja : kloramfenikol menghambat sintesis protein bakteri


dengan mengikat secara terbalik ke subunit 50S ribosom sehingga
menghambat pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol merupakan
antibiotik broad-spectrum yang berkhasiat bakteriostatik terhadap gram
positif aerob maupun anaerob dan bakteri gram negatif. Kloramfenikol
dapat bersifat bakterisid terhadap H. influenza, Neisseria meningitides, dan
beberapa jenis Bacteroides.

Contoh : Chloramphenicol, Thiamphenicol

 Lincosamide

Mekanisme kerja: Antibiotik ini berikatan dengan subunit 50S dari ribosom
bakteri dan menghambat sintesis protein. Efektif terhadap bakteri gram+ yang
aerob atau anaerob. Memiliki sifat bakteriostatik. Contoh : Clindamycin,
Lincomycin.

 Oxazolidinones

Mekanisme kerja: Oxazolidinone menghambat sintesis protein dengan


mencegah pembentukan kompleks ribosom yang menginisiasi sintesis
protein. Linezolid merupakan Oxazolidinone yang aktif terhadap bakteri
gram positif termasuk staphulococci, streptococci, enterococci dan
Mycobacterium tuberculosis. Penggunaan Linezolid untuk perawatan
pneumonia dan infeksi kulit serta jaringan lunak yang rumit maupun tidak
rumit oleh bakteri gram positif yang rentan. Penggunaan off-label Linezolid
pada pengobatan tuberculosis multidrugresisten dan infeksi Nacordia.
Tedizolid merupakan Oxazolidinone generasi baru memiliki potensi yang
tinggi terhadap bakteri gram posited termasuk MRSA.
4. Antibiotik yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat

Mekanisme kerja dengan menghambat polimerisasi RNA dan menghambat


topoisomerase seperti Quinolon, Rifampisin.

 Quinolon

Mekanisme kerja:menghambat topoisomerase II (DNA gyrase) untuk


mencegah transkripsi dan replikasi normal oleh DNA superkoil; dan
menghambat topoisomerase IV untuk mengganggu pemisahan DNA
kromosom yang direplikasi ke sel anak selama pembelahan sel. Bekerja
langsung terhadap sintesis DNA bakteri. Contoh: Ciprofloxacin, Levifloxacin,
Ofloxacin, Floxacin, lomefloxacin.

 Rifamicin

.Rifamisin bertindak dengan menghambat RNA polimerase

Rifamisin terdiri dari rifampin (juga disebut rifampisin), rifabutin,


rifapentin, dan rifaximin.

5. Antibiotik yang menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolisme folat

Trimethoprim-sulfamethoxazole menghambat pertumbuhan bakteri dengan


mencegah sintesis tetrahydrofolate (THF), bentuk aktif asam folat. THF adalah
kofaktor penting untuk jalur yang menghasilkan deoksinukleotida, yang
merupakan blok pembangun DNA. Sulfamethoxazole melakukan ini dengan
meniru para-aminobenzoate (PABA) dan dengan demikian secara kompetitif
menghambat enzim dihydropteroate synthase yang biasanya memasukkan PABA
ke jalur sintesis THF. Trimethoprim, di sisi lain menghambat dihydrofolate
reductase, yang diperlukan untuk konversi dihydrofolate menjadi THF. Dengan
demikian, kedua obat ini menghambat langkah berbeda di jalur yang sama,
sehingga menghambat produksi senyawa penting untuk pertumbuhan bakteri.

3. DRP
Drug related problems adalah Drug Related Problem (DRP) atau masalah
terkait obat adalah bagian dari asuhan kefarmasian (parmaceutical care) yang
menggambarkan suatu keadaan, dimana apoteker menilai adanya ketidaksesuaian
pengobatan dalam mencapai terapi yang sesungguhnya.
DRP terdiri dari DRP aktual dan DRP potensial.
- DRP Aktual adalah problem yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi obat
yang sedang diberikan pada penderita.
- DRP potensial adalah problem yang diperkirakan akan terjadi yang berkaitan
dengan terapi obat yang sedang digunakan oleh penderita

Kategori DRP menurut ASHP (American Society of Hospital Pharmacist)

Jenis DRP Penjelasan


Indikasi yang tidak terobati Permasalahan dapat terjadi jika pasien memiliki
masalah medis yang memerlukan terapi obat (indikasi
untuk penggunaan obat) tetapi tidak menerima obat
untuk indikasi tersebut.
Pemilihan obat yang tidak tepat Permasalahan dapat terjadi jika pasien dengan indikasi
tetapi menggunakan obat yang salah.
Dosis subterapeutik Permasalahan dapat terjadi jika pasien memiliki
masalah medis dengan terlalu sedikit obat yang benar
Gagal menerima obat Permasalahan dapat terjadi jika pasien memiliki
masalah medis yang merupakan akibat dari tidak
menerima obat-obatan
Overdosis Permasalahan terjadi jika pasien memiliki masalah
medis yaitu mendapatkan perawatan dengan terlalu
banyak menerima dosis obat (toksisitas).
Reaksi obat yang merugikan Permasalahan terjadi jika pasien memiliki masalah
medis yang merupakan hasil dari reaksi obat yang
merugikan.
Interaksi obat Permasalahan terjadi jika pasien memiliki masalah
medis yang merupakan hasil dari interaksi dari obat-
obat, obat-makanan, atau obat -interaksi uji
laboratorium.
Penggunaan obat tanpa indikasi Permasalahan terjadi jika pasien minum obat tanpa
indikasi medis yang sah

Anda mungkin juga menyukai