Jenis-jenis
Penisilin
Antibioik sefalosporin terbagi menjadi 3 generasi, yang pertama adalah cephalothin dan
cephaloridine yang sudah tidak banyak digunakan. Generasi kedua (antara lain: cefuroxime,
cefaclor, cefadroxil, cefoxitin, dll.) digunakan secara luas untuk mengatasi infeksi berat dan
beberapa di antaranya memiliki aktivitas melawan bakteri anaerob. Generasi ketiga dari
sefalosporin (di antaranya: ceftazidime, cefotetan, latamoxef, cefotetan, dll.) dibuat pada tahun
1980-an untuk mengatasi infeksi sistemik berat karena bakteri gram negatif-basil.
Penggolongan Sefalosporin
Hingga tahun 2006 golongan Sefalosporin sudah menjadi 4 generasi, pembedaan generasi dari
Sefalosporin berdasarkan aktivitas mikrobanya dan yang secara tidak langsung sesuai dengan
urutan masa pembuatannya.
Berikut merupakan penggolongan generasi Sefalosporin
Penggunaannya
Sebagian besar dari sefalosporin perlu diberikan parenteral dan terutama digunakan di rumah
sakit.
1. Generasi I, digunakan per oral pada infeksi saluran kemih ringan dan sebagai obat pilihan
kedua pada infeksi saluran napas dan kulit yang tidak begitu parah dan bila terdapat alergi untuk
penisilin.
2. Generasi II atau III, digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten terhadap
amoksisilin dan sefalosporin generasi I, juga terkombinasi dengan aminoglikosida (gentamisin,
tobramisin) untuk memperluas dan memperkuat aktivitasnya. Begitu pula profilaksis pada antara
lain bedah jantung, usus dan ginekologi. Sefoksitin dan sefuroksim (generasi ke II) digunakan
pada gonore (kencing nanah) akibat gonokok yang membentuk laktamase.
3. Generasi III, Seftriaxon dan sefotaksim kini sering dianggap sebagai obat pilihan pertama
untuk gonore, terutama bila telah timbul resistensi terhadap senyawa fluorkuinon
(siprofloksasin). Sefoksitin digunakan pada infeksi bacteroides fragilis.
4. Generasi IV, dapat digunakan bila dibutuhkan efektivitas lebih besar pada infeksi dengan
kuman Gram-positif.
Mekanisme kerja
Sefalosporin biasanya bakterisida terhadap bakteri dan bertindak dengan sintesis mucopeptide
penghambat pada dinding sel sehingga penghalang rusak dan tidak stabil. Mekanisme yang tepat
untuk efek ini belum pasti ditentukan, tetapi antibiotik beta-laktam telah ditunjukkan untuk
mengikat beberapa enzim (carboxypeptidases, transpeptidases, endopeptidases) dalam membran
sitoplasma bakteri yang terlibat dengan sintesis dinding sel. Afinitas yang berbeda bahwa
berbagai antibiotic beta-laktam memiliki enzim tersebut (juga dikenal sebagai mengikat protein
penisilin; PBPs) membantu menjelaskan perbedaan dalam spektrum aktivitas dari obat yang
tidak dijelaskan oleh pengaruh beta-laktamase. Seperti antibiotik beta-laktam lainnya,
sefalosporin umumnya dianggap lebih efektif terhadap pertumbuhan bakteri aktif.
Kontra Indikasi
Efek Samping
• Reaksi hipersensitifitas dan dermatologi : shock, rash, urtikaria, eritema, pruritis, udema,
• Hematologi : pendarahan, trombositopenia, anemia hemolitik Hematologi : pendarahan,
trombositopenia, anemia hemolitik
• Saluran cerna, terutama penggunaan oral : colitis (darah dalam tinja), nyeri lambung, diare, rasa
tidak enak pada lambung, anoreksia, nausea, konstipasi.
• Defisiensi vitamin K : karena sefalosporin menimbulkan efek anti vitamin K.
• Efek pada ginjal : meningkatnya konsentrasi serum kreatinin, disfungsi ginjal dan toksik
nefropati.
Karbapenem
Hanya terdapat satu agen antibiotik dari golongan karbapenem yang digunakan untuk perawatan
klinis, yaitu imipenem yang memiliki kemampuan antibakterial yang sangat baik untuk melawan
bakteri gram negatif-basil (termasuk P. aeruginosa, Staphylococcus, dan bacteroides)[3].
Penggunaan imipenem harus dikombinasikan dengan inhibitor enzim tertentu untuk
melindunginya dari degragasi enzim dari liver di dalam tubuh[4].
Monobaktam
Golongan ini memiliki struktur cincin beta-laktam yang tidak terikat ke cincin kedua dalam
molekulnya[3]. Salah satu antibiotik golongan ini yang umum digunakan adalah aztreonam yang
aktif melawan berbagai bakteri gram negatif, termasuk P. aeruginosa[3].
Mekanisme kerja
Antibiotik beta-laktamase bekerja membunuh bakteri dengan cara menginhibisi sintesis dinding
selnya[5]. Pada proses pembentukan dinding sel, terjadi reaksi transpeptidasi yang dikatalis oleh
enzim transpeptidase dan menghasilkan ikatan silang antara dua rantai peptida-glukan[5]. Enzim
transpeptidase yang terletak pada membran sitoplasma bakteri tersebut juga dapat mengikat
antibiotik beta-laktam sehingga menyebabkan enzim ini tidak mampu mengkatalisis reaksi
transpeptidasi walaupun dinding sel tetap terus dibentuk[5]. Dinding sel yang terbentuk tidak
memiliki ikatan silang dan peptidoglikan yang terbentuk tidak sempurna sehingga lebih lemah
dan mudah terdegradasi[5]. Pada kondisi normal, perbedaan tekanan osmotik di dalam sel bakteri
gram negatif dan di lingkungan akan membuat terjadinya lisis sel[5]. Selain itu, kompleks protein
transpeptidase dan antibiotik beta-laktam akan menstimulasi senyawa autolisin yang dapat
mendigesti dinding sel bakteri tersebut[5]. Dengan demikian, bakteri yang kehilangan dinding sel
maupun mengalami lisis akan mati[5].
30
terjadinya kejang terutama imipenem. Ertapenem dan meropenem tampaknya kurang bersifat
epileptogenic. F.
Penggunaan Klinis Carbapenem diindikasi untuk infeksi yang disebabkan oleh kuman yang masih
susceptible namun resisten terhadap obat-obat lain yang tersedia. Misalnya untuk infeksi oleh
pseudomonas aeruginosa dan untuk penatalaksanaan infeksi campuran antara aerob dan
anaerob.
Carbapenem juga aktif terhadap banyak kuman tergolongan “highly penicillin resistant strain of
pneumococcus”
5.
Monobactam
Monobactam aktif hanya terhadap kuman gram negatif aerob. Aztreonam merupakan satu-satunya
-laktam yang merupakan hasil modifikasi dari senyawa yang dihasilkan oleh Choromobacterium
violacum. Tidak bermanfaat untuk kuman gram negatif dam anaerobic. Aztreonam melakukan
penetrasi membran bagian luar dari kuman gram negatif dan resisten terhadap hydrolisis oleh
-laktam dan class B enzyme. Diinaktivasi oleh class A carbapenemase, ESBL dan class C
-laktamase. Aztreonam tidak diabsobsi melalui saluran pencernaan. Pemberian aztreonam sebanyak
500mg secara intramuscular akan menghasilkan konsentrasi dalam serum sebesar 21-27 mg/ml
pada 1jam pertama dan akan menjadi 4-6mh/ml 6jam sesudahnya. Konsentrasi dalam serum 1
jam sesudah pemberian secara im memberikan hhasil yang sama sengan pemberian secara iv.
Aztreonam diekskresikan melalui ginjal. Pada dewasa dengan fungsi ginjal dan hati normal, waktu
paruh aztreonam sekitar 2 jam. Pada neonatus usia 7 hari dan bera badab <2,5 kg , waktu paruh
berkisar 5,5-9,9 jam. Sedangkan pada dewasa dengan gangguan fungsi hati dan ginjal maka waktu
paruhnya berubah menjadi 8jam pada keadaan creatinine clearance, 10mg/ml.sedangkan pada
pasien dengan gangguan fungsi yang ringan maka tidak perlu dilakukan penyesuaian dosis.
31
Aztreonam jarang digunakan untuk terapi empiris karena spektrum luas aktifitas yang dimilikinya
terbatas pada kuman aerobic gram negatif. Aztreonam telat digunakan telah digunakan dengan
Penggunaan yang paling utama adalah untuk infeksi yang disebabkan oleh kuman aerob gram
negatif pada pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap penicillin maupun beta lactam lainnya.
Juga bisa digunakan intuk terapi infeksi yang disebabkan mettalo-beta-lactamase. Dosis yang
32
Kesimpulan
Antibiotik golongan β
-laktam merupakan obat antimikrobial yang sangatlah berguna dan sangat sering diresepkan yang
memiliki persamaan struktur dan mekanisme kerja, yaitu menghambat sintesis peptidoglikan
pada dinding bakteri. Beberapa obat yang masuk dalam golongan antibiotik ini antara lain adalah:
farmakologi, farmakokinetik, efek samping dan toksisitas, penggunaan klinis dan dosis yang