BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
sektor kegiatan yang paling cepat dan paling efisien untuk memenuhi
kebutuhan daging bagi masyarakat. Ayam pedaging (broiler) mampu
tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif
singkat (4-5 minggu). Daging ayam mempunyai peranan yang penting
sebagai sumber protein hewani asal ternak. (12)
Ayam pedaging merupakan hasil perkawinan silang dan sistem
yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu
genetik yang baik akan muncul secara maksimal sebagai penampilan
produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung,
misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik,
serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit. (17)
Pakan adalah hal yang paling utama untuk ternak ayam pedaging,
harus mengandung nilai gizi yang perlu dicampur dengan bahan pakan lain
dengan proporsi tertentu untuk mendapatkan pakan seimbang dan
memenuhi kebutuhan zat gizi ayam ras pedaging. Pakan yang diberikan
harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral. Pemberian pakan dengan sistem ad libitum
(selalu tersedia atau tidak dibatasi). (12)
1.1.1 Taksonomi
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Aves
Neornithes
Ordo
Genus
Spesies
: Galiformis
: Gallus
: Gallus domesticus(7)
1.2 Antibiotika
Antibiotik adalah zat-zat kmia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan
kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat
ini, yang dibuat secara semi-sintesis dan sintesis dengan khasiat antibakteri.
Antibiotik merupakan obat yang sangat penting dan dipakai untuk
memberantas berbagai penyakit infeksi, misalnya radang paru-paru, typhus,
luka berta, dan lain-lain. Penggunaan antibiotika harus dibawah pengawasan
seorang dokter, karena dapat menimbulkan efek yang dikehendaki dan
kerugian yang cukup besar jika pemakaiannya tidak dikontrol dengan baik.
(20)
1.2.1
Golongan Antibiotik
1. Golongan Penisilin
Penisilin diklasifikasikan sebagai obat -laktam karena
cincin laktam yang unik. Penisilin memiliki ciri-ciri kimiawi,
mekanismen kerja, farmakologi, efek klinis dan karakteristik
imunologi yang mirip dengan sefalosporin, monobaktam,
karbapenem, -laktamase inhibitor yang juga merupakan
senyawa -laktam.(8)
2. Golongan Sefalosporin dan Sefamisin
Sefalosporin dengan penisilin secara kimiawi, cara kerja
dan toksisitas. Hanya saja sefalosporin lebih stabil terhadap
banyak beta-laktamase bakteri sehingga memiliki spektrum
yang
potensial
dengan
jalan
prototipe
dari obat
stafilokokus
dan
korinebakterium.
Aktifitas
aminoglikosida,
antara
lain
semakin cepat. Antibiotik pada ternak juga diberikan dalam bentuk suntikan.
Apabila hewan ternak yang baru saja mendapatkan suntikan antibiotik atau
ransum tersebut segera dipotong, dapat meninggalkan residu obat-obatan di
dalam daging ternak, telur, susu atau produk ternak lainnya.(18) Keberadaan
residu antibiotik dalam pangan asal hewan dapat mengakibatkan efek yang
buruk bagi manusia, diantaranya alergi, keracunan, karsinogen dan
resistensi terhadap antibiotik tertentu.(13)
1.5 Dampak Residu Antibiotika Dalam Produk Ternak Terhadap
Kesehatan
Pemakaian antibiotika sebagai pengobatan atau terapi sebagai pakan
yang dapat meningkatkan produksi ternak sehingga dapat mengejar target
yang diinginkan bagi para peternak. Disisi lain pemakaian antibiotika dapat
menyebabkan beberapa masalah, apabila pemberian antibiotika tidak
beraturan yang dapat menyebabkan residu dalam jaringan-jaringan atau
organ hewan. Residu dapat membahayakan bagi kesehatan manusia yang
mengkonsumsinya sehingga menyebabkan reaksi alergi yaitu dapat
mengakibatkan peningkatan kepekaan, kemudian reaksi resistensi akibat
mengkonsumsi dalam konsentrasi rendah dalam jangka waktu yang lama.(21)
Bahayanya efek residu terhadap kesehatan, maka ada ketentuan nilai
Batas Maksimum Residu (BMR) dalam produk ternak untuk masing-masing
antibiotika yang berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI, 2001). Pada
ketentuan SNI tertera daftar jenis antibiotika dan metabolitnya, serta diikuti
dengan nilai BMR dalam masing-masing produk ternak (daging, susu dan
telur). Ketentuan ini dapat mengetahui efek keberadaan residu dalam produk
ternak, apakah masih aman untuk dikonsumsi apabila dibawah nilai BMR
Penyimpangan
1.6.2
Jenis Transisi
1. Transisi * : Jauh,
energi >, maks kecil < 150 nm, uv
Konsentrasi
Gambar 1.3 Kurva Hukum Lambert-Beer
vakum, sukar diamati. Contoh : CH4 C-C, C-H maks = 125 nm
2. Transisi n * : Senyawa jenuh, e tak berpasangan, energi <
150 nm 250 nm, rendah. Contoh : metanol maks = 184 nm,
1.6.3
= 15
3. Transisi n * : E kecil, panjang 200-700 nm, = 10-100
4. Transisi -* : Senyawa tak jenuh = 1000-10.000
Analisis Kuantitaif
Analisis kuantitatif dengan metode spektrofotometer uv dapat
digolongkan dua macam pelaksanaannya, yaitu :
1. Analisis Kuantitatif Zat Tunggal (Analisis Satu Komponen)
Analisis kuantitatif zat tunggal dilakukan dengan
pengukuran harga A pada panjang gelombang maksimum atau
dilakukan pengukuran %T pada panjang gelombang minimum.
Dilakukan pengukuran pada panjang gelombang maksimum
karena perubahan absorban untuk setiap satuan konsentrasi adalah
paling besar pada panjang gelombang maksimal, sehingga akan
diperoleh kepekaan analisis yang maksimal. Pita serapan di
sekitar panjang gelombang maksimal datar dan pengukuran ulang
dengan kesalahan yang kecil dengan demikian akan memenuhi
hukum Lambert-Beer.
Ada 4 cara pelaksanaan analisis kuantitatif zat tunggal, yaitu :
dengan
syarat
selisih
panjang
gelombang
digunakan
software
multikomponen
pada
alat
spektrofotometer uv.
c. Prinsip dasar analisis multikomponen dengan spektrometri
molekuler adalah total absorbansi dari larutan adalah jumlah
absorbansi dari tiap-tiap komponen. Anggap suatu larutan
terdiri dari komponen X dan Y, maka hasil absorpsi akan
tampak seperti dibawah ini.
2. Monokromator
Memperoleh sinar yang monokromatis. Alatnya dapat
berupa
prisma
ataupun
grating.
Mengarahkan
sinar
hasil
yang
diperoleh
dengan
hasil
yang
sebenarnya
dengan
perhitungannya,(10) yaitu :
AB
Keterangan : A = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah
% Perolehan kembali =
x
C
penambahan baku
B = konsentrasi sampel sebelum penambahan baku
C = konsentrasi sampel baku yang ditambahkan
2. Presisi (keseksamaan)
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian
antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual
dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampelsampel yang diambil dari campuran yang homogen. Presisi dapat
dilakukan pada 3 tingkatan yang berbeda, yaitu keterulangan
(repeatibility), presisi antara (intermediate precision), dan ketertiruan
(reproducibility). Keterulangan yaitu presisi pada kondisi percobaan
yang sama (berulang), baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun
waktunya. Presisi antara adalah presisi pada kondisi percobaan yang
berbeda, baik orangnya, peralatannya, tempatnya, maupun waktunya.
Ketertiruan merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium yang lain.(6)
Simpangan baku atau standar deviasi (SD) merupakan akar
jumlah kuadrat deviasi masing-masing hasil penetapan terhadap mean
dibagi dengan derajat kebebasannya yang dinyatakan dalam rumus,
yaitu :
Keterangan : X
( x x )2
n1
X
n
= frekuensi penetapan
SD
x
x 100 %
= Standart Deviation
x
= rata-rata
3 x S ( y / x)
Batas deteksi =
b
Keterangan : S (y/x) = simpangan baku residual
b
= slope
yang
digunakan.(10)
Batas
kuantitasi
dihitung
dengan
10 x S ( y / x)
b
= slope
5. Spesifitas (selektivitas)
Spesifisitas dari suatu metode analisis adalah kemampuannya
untuk mengukur analit secara khusus dengan akurat, disamping
komponen lain yang terdapat dalam matriks sampel. Spesifisitas metode
ditentukan dengan membandingkan hasil analisis sampel yang
mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing
lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa
penambahan bahan-bahan tadi. Penyimpangan hasil jika ada merupakan
selisih dari hasil uji keduanya.(10)
6. Linieritas dan Rentang
Linieritas suatu metode analisis adalah kemampuan untuk
menunjukkan bahwa nilai hasil uji langsung untuk setelah diolah secara
matematika, proporsional dengan konsentrasi analit dalam sampel batas
rentang konsentrasi tertentu. Rentang metode adalah pernyataan batas
terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan
dengan akurasi, presisi, dan linieritas yang dapat diterima.(8)
Linieritas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah
garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang
diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi
analit. Pengujian linieritas secara matematik melalui persamaan garis
lurus dengan metode kuadrat terkecil antara hasil analisis terhadap
konsentrasi analit dengan rumus,(10) yaitu :
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada analisis kadar residu antibiotik tetrasiklin
dalam ayam broiler di Pasar Ciawitali Garut dilakukan dengan metode
spektrofotometri UV-Vis. Pertama yang dilakukan yaitu dilakukan simulasi
sampel pada ayam broiler, kemudian pengumpulan sampel daging ayam telah
dipilih, persiapan daging ayam dihaluskan dan ditambahkan dengan pelarut.
Dilanjutkan dengan uji kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis untuk
mengetahui berapa besar kadar residu antibiotik tetrasiklin dalam sampel ayam
jika hasil menunjukkan positif.
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam peneltian ini adalah batang pengaduk,
gelas kimia, blender, botol semprot, gelas ukur, hot plate, kaca arloji, labu
ukur, magnetic stirrer, neraca analitik, pipet tetes, pipet volume 10 ml, spatel,
Spektrofotometer UV-Vis, sentrifugator PLC Series dan tabung reaksi.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air suling, asam
klorida, asam nitrat monohidrat, dinatrium hidrogen fosfat anhidrat, dinatrium
edetat dihidrat, daging ayam potong segar dan tetrasiklin hidroklorida.
BAB IV
PROSEDUR PENELITIAN
4.1 Pengumpulan Sampel
Pengumpulan sampel ayam dilakukan dengan menggunakan teknik
quota sampling yaitu teknik sampling yang dilakukan dengan atas dasar
jumlah atau jatah yang ditentukan. Sampel ayam broiler yang memiliki
kriteria dimungkinkan mengandung residu tetrasiklin yang beredar di Pasar
Ciawitali, Garut.
direndam dengan air panas, dicabut bulunya kemudian cuci dengan air
mengalir sampai bersih. Dilakukan pemotongan mulai paha, sayap, dada dan
hati kemudian dilakukan preparasi sampel dan pengujian selanjutnya.
4.3 Preparasi sampel
Preparasi sampel bertujuan untuk menyiapkan sampel agar bisa
digunakan untuk analisis kuantitatif. Proses preparasi sampel dimulai dari
pemilihan sampel ayam yang segar, pencucian, pemotongan bagian ayam
yang digunakan untuk pengujian analisis kadarnya yaitu dada, sayap, paha
dan hati. Proses penghalusan sampel dengan menggunakan blender untuk
memudahkan saat pengujian analisis kadarnya, penimbangan hingga
penarikan zat yang diinginkan pada sampel.
4.4 Pembuatan Larutan Induk Tetrasiklin HCl
1) Ditimbang tetrasiklin 25 mg, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml;
2) Dilarutkan dengan asam klorida (HCl) 0,1 N tanda batas dikocok hingga
homogen, sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 g/ml,
larutan ini disebut larutan induk baku (LIB I);
3) Dipipet 5 ml LIB I, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml, lalu
diencerkan dengan HCl 0,1 H hingga tanda batas dan diperoleh
konsentrasi 50 g/ml (LIB II).
4.5.2
konsentrasi 10 g/ml;
4) Diukur serapan pada panjang gelombang 200-400 nm.
Ekstraksi sampel
1) Sampel yang telah dihaluskan, ditimbang sebanyak 20 g;
2) Ditambahkan 40 ml buffer Mcllvaine-EDTA (pH 4) lalu
dihomogenkan dengan menggunakan magnetic stirrer dan hot
plate selama 10 menit;
3) Disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm pada suhu 15 oC selama
10 menit. Larutan supernatan diambil dan diendapkan;
4) Ditambahkan lagi dengan 20 ml buffer Mcllvaine-EDTA dan
disentrifugasi lagi dengan kecepatan 3500 rpm pada suhu 15 oC
selama 10 menit. Supernatan diambil dan endapan ditambahkan
lagi dengan 20 ml buffer Mcllvaine-EDTA dan disentrifugasi lagi
dengan kecepatan 3500 rpm pada suhu 150oC selama 10 menit;
5) Supernatan yang diperoleh dikumpulkan dan disentrifugasi lagi
dengan 5000 rpm selama 20 menit pada suhu 15oC;
6) Dimasukkan supernatan yang telah disentrifugasi ke dalam labu
ukur 100 ml dan dicukupkan dengan HCl 0,1 N hingga baris tanda
4.5.3
baku
dengan
konsentrasi 0,0; 5,0; 7,5; 10,0; dan 12,5 g/ml. Absorbansi dari
masing-masing larutan diukur pada panjang gelombang 270 nm;
4) Dibuat grafik absorbansi dan konsentrasi standar.
Cx
4.6.1
dengan nilai
= 0,05.
Kadar residu
tetrasiklin
= X baku (t x SD /
SD = standart
deviation
/ simpangan
Xi = kadar residu tetrasiklin
n )
X
n
t
4.6.2
= jumlah pengulangan
= harga ttabel sesuai derajat kepercayaan
Uji Presisi
Presisi metode penelitian dinyatakan oleh simpangan baku relatif
(Relative Standart Deviation/RSD) dari serangkaian data uji perolehan
kembali. RSD dapat dirumuskan sebagai berikut :
SD
Keterangan : SD = Standart
simpangan baku
RSD =Deviation
X X/ 100%
X
4.6.3
Uji Akurasi
Akurasi ditentukan dengan menggunakan metde penambahan
baku (the method of standart additives), yakni ke dalam sampel daging
ayam ditambahkan tetrasiklin HCl baku banyak 100% dari kadar
tetrasiklin yang diketahui terdapat dalam sampel, kemudian dianalisis
dengan prosuder yang sama seperti pada sampel.
% Perolehan kembali =
Keterangan :
C A
C F C A
X 100%
CF
baku
CA
C A
= kadar tetrasiklin baku yang ditambahkan
DAFTAR PUSTAKA
11. Miller, J.N., dan J.C. Miller., 2010, Statistics and Chemometrics for
Analytical Chemistry for Analytical Chemistry, Edisi VI, Ashford Colour
Press, UK
12. Murdiati, Tri Budhi., 1997, Pemakaian Antibiotika Peternakan, WARTAZOA
Vol. 6 No.1, hal. 18
13. Nofita, 2016, Validasi Metode Matrix Solid Phase Dispersion (MSPD)
Spektrofotometri UV Analisis Residu Tetrasiklin dalam Daging Ayam
Pedaging, Skripsi, FMIPA Universitas Lampung, Lampung
14. Rico, AG., 1986, Drug Residues in Animal, Academic Press, Toulose
15. Riti N., Handayani N., Dewi A, 2002, Survei Residu Antibiotika Asal
Hewan di Kabupaten Bandung Tahun 2002. Bandung
16. Rival, Hairul., 2013, Penggunaan Spektrofotometer UV-Vis (Analisis
Kuantitatif), Universitas Andalas, Padang
17. Rouessac, F., 2007, Chemical Analysis, John Wiley & Son Ltd., Engla
18. Satiadarma, K., 2004, Azas Pengembangan Prosedur Analisis, Airlangga
University Press, Surabaya, hal. 87-91.
19. Situmorang, Glorya F., 2013, Analisis Usaha Peternak Broiler Pola
Kemitraan dan Peternak Mandiri, Skripsi, Fakultas Petarnian, Universitas
Sumatera Utara, Medan
20. Suryani, D., 2009, Validasi Metode Analisis Antibiotik Tetrasiklin dalam
Daging Ayam Pedaging secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi,
Skripsi, Departemen Kimia FMIPA IPB Bogor.
21. Subronto, 2001, Ilmu Penyakit Ternak II, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, hal 257-259, 315-321