Novriyanti Lubis
Abstrak
Analisis metanil yellow pada tahu kuning telah dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif dengan menggunakan KLT dan spektrofotometri UV-Vis.
Analisis kualitatif menggunakan metode KLT, adanya metanil yellow dalam
tahu kuning dievaluasi dengan menggunakan harga Rf yang mendekati atau
setara dengan Rf larutan metanil yellow standar. Analisis kuantitatif
dilakukan dengan mengukur kadar metanil yellow pada tahu kuning dengan
metode Spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5
dari 35 sampel yang diuji positif mengandung metanil yellow. Sedangkan
pada penetapan kadar sampel dengan metode Spektrofotometri UV-Vis
didapatkan hasil sebagai berikut: kadar sampel nomor 21 dengan
konsentrasi sebesar 2591,3 ppm/30gr sampel, sampel 23 sebesar 1039,62
ppm/30gr sampel, sampel 25 sebesar 2357,87 ppm/30gr sampel, sampel
26 sebesar 1002 ppm/30gr sampel dan sampel 32 sebesar 3235,47
ppm/30gr sampel.
Kata kunci :Metanil Yellow, TahuKuning, KLT, Spektrofotometri UV-Vis.
1.
Pendahuluan
Warna merupakan salah satu sifat yang sangat penting dari makanan, disamping
juga nilai gizi, cita rasa, atau tekstur yang baik. Oleh karena itu, warna
menimbulkan banyak pengaruh terhadap konsumen dalam memilih suatu
produk makanan dan minuman.
Menurut Syah dkk., penambahan zat pewarna pada minuman dan makanan
bertujuan untuk memberi kesan menarik bagi konsumen. Zat pewarna pada
makanan secara umum digolongkan menjadi dua kategori yaitu zat pewarna
alami dan zat pewarna sintetis. Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang
berasal dari tanaman atau buah-buahan. Zat pewarna sintesis merupakan zat
pewarna buatan manusia.
Zat warna sintetis ada yang membahayakan kesehatan sehingga tidak diizinkan
penggunaannya. Beberapa produsen makanan dan minuman masih
kepada masyarakat mengenai ada atau tidaknya zat pewarna berbahaya metanil
yellow dalam tahu kuning yang beredar di wilayah Garut.
2.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Penelitian bersifat eksperimental laboratorium, dengan melakukan analisis
kualitatif pendahuluan dengan reaksi warna kemudian dilanjutkan
menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan untuk analisis secara
kuantitatif menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah ciri-ciri yang melekat pada subyek yang diteliti dan
mempunyai variasi dari hasil pengukurannya. Variabel dalam penelitian ini
adalah variabel bebas dan variabel tergantung.
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap menentukan
variabel terikat, dalam penelitian ini adalah 35 sampel tahu kuning yang beredar
di wilayah Garut yang diambil dari pasar tradisional berbeda di Garut
berdasarkan metode simple random sampling. Sedangkan variabel tergantung
merupakan variabel yang berubah karena variabel bebas (23). Variabel
tergantung dalam penelitian ini adalah ada tidaknya zat warna metanil yellow
dalam sampel tahu kuning dan kadar metanil yellow yang terkandung
didalamnya.
3.
Hasil Penelitian
Tahapan Penelitian
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling yaitu
dengan mengambil 35 sampel tahu kuning secara acak dari pasar tradisional
berbeda yang berada di daerah Garut. Tahu kuning yang diambil berwarna
kuning mencolok dan dari produsen atau merk yang berbeda.
Preparasi Sampel
Sampel tahu yang berwarna kuning dikeringkan dengan menggunakan oven
kemudian dihaluskan dan ditimbang 30 gram dari masing-masing sampel
dimasukkan ke dalam erlenmayer untuk diisolasi.
Isolasi Zat Warna
Sampel yang telah ditimbang direndam selama 24 jam dengan menggunakan
larutan 2% ammonia dalam 70% alkohol. Hasil disaring dengan menggunakan
kertas saring sehingga didapat filtratnya. Filtrat hasil penyaringan kemudian
diuapkan di waterbath sampai terbentuk filtrat yang kental.
Sampel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
Sampel 7
Sampel 8
Sampel 9
Sampel 10
Sampel 11
Sampel 12
Sampel 13
Sampel 14
Sampel 15
Sampel 16
Sampel 17
Sampel 18
Sampel 19
Sampel 20
Sampel 21
Sampel 22
Sampel 23
Sampel 24
Sampel 25
Sampel 26
Sampel 27
Sampel 28
Sampel 29
Sampel 30
Sampel 31
Sampel 32
Sampel 33
Sampel 34
Sampel 35
Sampel
Simulasi
Reaksi
Warna
dengan HCL
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Ungu Tua
Kuning
Ungu Tua
Kuning
Ungu Tua
Ungu Tua
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Ungu Tua
Kuning
Kuning
Kuning
Nilai Rf
Sampel
Nilai Rf Standar
Metanil Yellow
Keterangan
0,894
0,894
0,882
0,894
0,917
-
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
0,894
Ungu Tua
0,894
0,894
Larutan baku metanil yellow dipipet 0,1 mL; 0,15 mL dan 0,2 mL menggunakan
pipet volume lalu ditambahkan etanol dalam labu takar sebanyak 10 mL
sehingga konsentrasinya menjadi 10 ppm, 15 ppm dan 20 ppm. Diukur serapan
maksimum pada panjang gelombang 390-450 nm.
Tabel 3.2 Hasil Panjang Gelombang Maksimum
max
390 nm
391 nm
392 nm
393 nm
394 nm
395 nm
396 nm
397 nm
398 nm
399 nm
400 nm
401 nm
402 nm
403 nm
404 nm
405 nm
10 ppm
0,274
0,277
0,278
0,280
0,282
0,283
0,285
0,295
0,312
0,331
0,343
0,329
0,305
0,294
0,288
0,282
Absorbansi
15 ppm
0,468
0,469
0,471
0,473
0,475
0,476
0,477
0,488
0,498
0,506
0,513
0,502
0,494
0,483
0,470
0,469
20 ppm
0,626
0,629
0,630
0,633
0,636
0,638
0,632
0,643
0,641
0,671
0,701
0,667
0,638
0,637
0,635
0,634
Absorbansi
0,343
0,415
0,513
0,602
0,701
0,801
0.9
y = 0,0354x - 0,01002
R = 0,9997
0.8
Absorban
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
10
15
20
25
Konsentrasi (ppm)
Gambar 3.1 Kurva baku metanil yellow pada = 400 nm
: y = bx + a
y = Absorbansi Sampel
b = Kemiringan atau slope
a = Titik Potong pada sumbu y
x = Kadar Sampel
Sampel 21
Sampel 23
Sampel 25
Sampel 26
Sampel 32
Tahu
Simulasi
Absorbansi
Sampel
Kadar Metanil
Yellow
(ppm/75 L
sampel)
0,678
0,677
0,678
2,033
0.678
19,435
Kadar
Metanil
Yellow
(ppm/30 g
sampel)
2591,3
0,266
0,266
0,266
0,798
0,266
7,797
1039,62
0,615
0,616
0,617
1,848
0,616
17,684
2357,87
0,257
0,255
0,257
0,769
0,256
7,515
1002
0,849
0,850
0,849
2,548
0,849
24,266
3235,47
0,802
0,802
0,802
2,406
0,802
22,938
3058,4
Keterangan :
= Rerata konsentrasi
x = Konsentrasi sampel
n = Jumlah sampel
( )
)
100%
SD
Semakin kecil simpangan relatif maka semakin tinggi ketelitian yang diberikan.
Semakin kecil kadar zat yang dianalisis dan semakin panjang tahapan prosedur
metode analisis akan semakin besar harga simpangan relatifnya. Kriteria
ketelitian yaitu jika metode memberikan simpangan baku relatif atau koevisien
variasi 2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada
konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium.
Tabel 3.5 Hasil Uji Presisi Larutan Standar Metanil Yellow
Larutan standar
metanil yellow 12,5 ppm
1
2
3
4
5
6
7
Konsentrasi Rata-rata
SD
(%) RSD
Ketelitian alat
X
(Konsentrasi)
12,5
12,5
12,4
12,5
12,3
12,5
12,5
87,2
X2
156,25
156,25
153,76
156,25
151,29
156,25
156,25
1086,3
12,457
0,0061904
0,04969 %
99,95 %
Uji Akurasi
Akurasi adalah kedekatan hasil analisis dengan nilai yang sebenarnya, akurasi
merupakan ukuran kebalikan dari suatu kesalahan analisis, semakin besar
ketepatan maka semakin kecil kesalahannya. Uji akurasi menggunakan
parameter % perolehan kembali. Uji perolehan kembali dilakukan dengan
menambahkan larutan baku metanil yellow 10 ppm sebanyak ke dalam sampel
kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama seperti pada sampel.
Menurut Harmita, perhitungan perolehan kembali dapat ditetapkan dengan
rumus sebagai berikut :
% perolehan kembali =
Tabel 4.6
Hasil Uji Akurasi
Sampel
Penambahan
Baku (ppm)
Absorban
Konsentrasi
Total Sampel
(ppm)
Konsentrasi
sampel
(ppm)
10
0,600
0,599
0,600
17,232
17,204
17,232
7,515
7,515
7,515
0,608
0,609
0,609
17,458
17,486
17,486
7,797
7,797
7,797
Rata rata
2
10
Rata rata
%
Recovery
97,17
96,89
97,17
97,077
96,61
96,89
96,89
96,797
Uji Liniearitas
Uji linearitas ditentukan dengan membuat larutan metanil yellow dengan
variasi konsentrasi dan selanjutnya diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Hasilnya selanjutnya diplotkan menjadi kurva standar
yang menunjukkan hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi standar
metanil yellow. Hasil serapan yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk
menghitung nilai koefisien korelasi (r), intersep (a) dan slop (b) sehingga akan
diperoleh persamaan y = bx + a. Hubungan linear yang ideal dicapai jika nilai b =
0 dan r = +1 atau 1 bergantung pada arah garis.
Uji Limit Deteksi
Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah yang masih
terdeteksi oleh metode pada tingkat kepercayaan tertentu. Batas deteksi (BD)
ditentukan dengan bantuan kurva kalibrasi, yaitu intercept kurva dan standar
deviasi regresi.
Persamaan standar deviasi regresi :
y
S
y y
n2
Keterangan:
y y
n
x
2
+a
yi
0,343
0,415
0,513
0,602
0,701
0,801
0,3439
0,4328
0,5209
0,6095
0,6979
0,7865
(yi - )
0,0009
0,0178
0,0079
0,0075
0,0031
0,0145
(yi - )
0,00000081
0,00031684
0,00006241
0,00005625
0,00000961
0,00021025
(yi - ) = 0,00065617
S
= 0,0128
Y BD = 0,02838
X
4.
= 1,0847 ppm
Pembahasan
Analisis zat warna metanil yellow pada tahu kuning di pasar tradisional Garut
menggunakan uji kualitatif pendahuluan yaitu uji warna dengan menggunakan
HCl 1 N dan dilanjutkan dengan analisis kualitatif menggunakan metode
kromatografi lapis tipis dan metode kuantitatif menggunakan spektrofotometri
uv-visibel. Sampel yang digunakan untuk analisis ini adalah sebanyak 35 sampel
tahu kuning yang diambil secara acak dari pedagang tahu kuning berbeda di 5
pasar tradisional di wilayah Garut yaitu Leles, Wanaraja, Cikajang, Samarang dan
Kota. Sampel yang telah terkumpul kemudian diberi perlakuan pendahuluan
yaitu berupa pengirisan bagian kuning pada tahu, bagian kuning yang telah diiris
kemudian dikeringkan dilemari pengering. Sampel yang telah kering kemudian
dihaluskan dan ditimbang sebangak 30 gram untuk selanjutnya dilakukan proses
perendaman dengan menggunakan pelarut 2% ammonia dalam 70% alkohol
selama 24 jam agar pewarna sampel dapat terlarut sempurna. Zat warna
metanil yellow dapat terlarut dalam ammonia dan etanol karena keduanya
sama-sama bersifat pola. Warna yang telah larut kemudian disaring dan
dipekatkan sampai volumenya 2 mL. Hal ini dilakukan agar bercak yang
diperoleh saat uji warna dan KLT terlihat jelas.
Uji warna dilakukan dengan menggunakan HCl 1 N. Ketika zat warna metanil
yellow ditambah larutan HCl encer maka akan terbentuk warna dengan trayek
warna ungu sampai biru. Hasil uji warna ini menunjukan 5 dari 35 sampel tahu
kuning positif teridentifikasi mengandung pewarna metanil yellow. Sampel yang
teridentifikasi positif mengandung metanil yellow adalah sampel nomer 21, 23,
25, 26 dan 32 yang diambil dari daerah Cikajang dan Leles.
Pada uji warna dengan HCl 1 N ini juga dilakukan uji limit deteksi yang bertujuan
untuk mengetahui konsentrasi terendah metanil yellow yang masih dapat
memberikan perubahan warna ungu tua sampai biru jika ditetesi dengan HCl 1
N. Konsentrasi terendah yang masih dapat memberikan warna pada uji ini
adalah konsentrasi 4 ppm.
Uji kualitatif dengan metode KLT digunakan untuk pemastian identitas apakah
pewarna dalam sampel yang diduga metanil yellow tersebut benar merupakan
pewarna metanil yellow atau bukan dengan cara membandingkan sampel
dengan standar metanil yellow yang diperoleh. Metode ini sederhana, cepat
dalam pemisahan dan sensitif. Kecepatan pemisahan tinggi dan mudah untuk
memperoleh kembali senyawa-senyawa yang terpisahkan.
Sampel dan standar metanil yellow dikembangkan dengan eluen n-butanol :
asam asetat glasial : aquadest dengan perbandingan volume 4 : 5 : 1. Hasil KLT
menunjukan 5 sampel yang teridentifikasi positif mengandung metanil yellow
melalui uji warna dengan HCl 1 N memiliki nilai Rf sama dan mendekati nilai Rf
standar metanil yellow yaitu sampel nomer 21, 23, 25, 26 dan 32. Seperti
dikemukaan oleh Rohman bahwa dua senyawa dikatakan identik jika
mempunyai nilai Rf yang sama jika diukur pada kondisi KLT yang sama. Untuk
sampel yang tidak memiliki harga Rf ketika dilakukan pengujian kualitatif
dengan menggunakan KLT tidak menimbulkan bercak sehingga hasilnya
dianggap negatif atau diduga tidak mengandung metanil yellow. Dari 5 sampel
yang diduga mengandung metanil yellow terdapat 3 sampel yang nilai Rf-nya
sama dengan nilai Rf metanil yellow standar yaitu sampel nomer 21, 23, 26
dengan nilai Rf = 0,894 dan 2 sampel yang memiliki nilai Rf mendekati nilai Rf
standar yaitu sampel nomer 25 dengan nilai Rf = 0,882 dan nomer 32 dengan
nilai Rf = 0,917. Nilai Rf dari 2 sampel yang hanya mendekati nilai Rf standar
terjadi karena kemungkinan adanya pengotor pada saat proses preparasi
sampel. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa 5 dari 35 sampel tahu kuning
dari pasar tradisional di wilayah Garut positif mengandung pewarna berbahaya
metanil yellow.
Metanil yellow sebenarnya merupakan pewarna berbahaya yang sama sekali
tidah diperbolehkan pada produk pangan. Namun untuk mengetahui
konsentrasi metanil yellow yang telah ditambahkan pada tahu kuning, analisis
dilanjutkan dengan menggunakan metode kuantitatif spektrofotometri Uv-Vis.
Metode kuantitatif menggunakan spektrofotometri Uv-Vis bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi pewarna metanil yellow pada 5 sampel tahu kuning
yang telah teridentifikasi positif mengandung pewarna metanil yellow melalui
uji warna dengan HCl 1 N dan uji kualitatif menggunakan KLT. Pengukuran kadar
metanil yellow dengan metode Spektrofotometri Uv-Vis dilakukan dengan
menggunakan standar metanil yellow yang telah diketahui kadarnya dan
dibandingkan dengan absorban sampel yang belum diketahui kadarnya. Langkah
pertama analisis kuantitatif ini adalah penentuan panjang gelombang
maksimum. Panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang
dimana serapan zat terhadap sinar diperoleh nilai absorbansi yang maksimum.
Menurut Rohman , ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang
gelombang maksimum adalah sebagai berikut : (1) Pada panjang gelombang
maksimum, kepekaannya juga maksimum karena pada panjang gelombang
maksimum tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan adalah yang
terbesar; (2) Disekitar panjang gelombang maksimum, bentuk kurva absorbansi
datar dan pada kondisi tersebut hokum Lambert-Beer akan terpenuhi; (3) Jika
dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan
ulang panjang gelombang akan kecil sekali ketika digunakan panjang gelombang
maksimum.
Pada penelitian ini didapat panjang gelombang maksimum adalah 400 nm,
sehingga nilai panjang gelombang maksimum tidak terlalu jauh berbeda dengan
literatur yaitu 414 nm dan masih dalam range standar panjang gelombang
maksimum.
5.
Kesimpulan
Hasil uji kualitatif 35 sampel tahu kuning yang diambil secara acak dari pasar
tradisional di Garut menunjukan 5 sampel teridentifikasi mengandung pewarna
berbahaya metanil yellow.
Hasil uji kuantitatif menunjukan konsentrasi pewarna metanil yellow pada
sampel 21 = 2591,3 ppm/30 gram sampel, sampel 23 = 1039,62 ppm/30 gram
sampel, sampel 25 = 2357,87 ppm/30 gram sampel, sampel 26 = 1002 ppm/30
gram sampel dan sampel 32 = 3235,47 ppm/30 gram sampel
6.
Daftar Pustaka
Azizahwati, Kurniadi, M., Hidayat, Dkk., 2007, Analisis Zat Warna Sintetik
Terlarang untuk Makanan yang Berada di Pasaran, Majalah Ilmu Kefarmasian,
Vol. 4 (1), Departeman Farmasi FMIPA-Universitas Indonesia Depok, Hlm. 7-8.
Syah, M., Syarief, Sobri, Dkk., 2005, Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan
Pangan. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor, Hlm. 1112.
Djalil, A.,D., Hartanti, D., Rahayu, W.,S., Dkk, 2005, Identifikasi Zat Warna
Kuning Metanil (Metanil Yellow) dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) pada berbagai Komposisi Larutan Pengembang, Jurnal Farmasi, Vol. 03
(2), Fakultas Farmasi UMP, Purwokerto, Hlm. 28-29.
Anonima, 2005, Metanil Yellow, dinkes@jombangkab.go.id, diakses 20 Mei
2014.
Mudjajanto., 2005, Tahu Makanan Favorit yang Keamanannya Perlu
Diwaspadai, http://www.unair.ac.id/, diakses 03 Juni 2014.
Depkes RI., 1998, Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang
Kosmetika, Alat Kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, Hlm. 8-11.
Ditjen POM., 1995, Standar Industri Indonesia, Dewan Standarisasi Nasional,
Jakarta, Hlm. 52-53.
Anonimb, 2013, Warna, http://id.wikipedia.org/wiki/warna, diakses 09 Mei
2014.
Cara
Hadi A., 2007, Pemahaman dan Penerapan ISO/IEC 17025 Persyaratan Umum
Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Hlm. 259 -274.
Ditjen POM., 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, Hlm. 515-517.
Saryono, 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Mitra Cedikia
press, Surabaya, Hlm. 34-36.
Firmansyah D., 2005, Identifikasi Zat Warna pada Kerupuk Berwarna Merah
dan Kuning di daerah Jatinangor Sumedang dengan Metode KLT dan
Spektroskopi Infra Merah, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu
Kesehatan, Purwokerto, Hlm. 29-33.
Underwood, 2001, Analisis Kimia Kuantitatif, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hlm.
382-387.
Wanti I., 2005, Analisis Zat Pewarna Rhodamin B pada Minuman Sirup Orson
yang Beredar di Beberapa Sekolah Dasar di Desa Moga Kecamatan Moga
dengan Metode Spektrofotometri, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Muhamadiyah Purwokerto, Purwokerto, Hlm. 37-42.
Kirana W., 2009, Pemeriksaan Penyalahgunaan Rhodamin B sebagai Pewarna
pada Sediaan Lipstik yang Beredar di Pusat Pasar Kota Medan, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan, Hlm. 28-34.
Ditjen POM RI., 2001, Metode Analisis PPOMN, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, Hlm.119-123.
Hartono, 2004, Statistik Untuk Penelitian, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Hlm.
12-23.
Trestiati M., 2003, Analisis Rhodamin B dan Metanil Yellow pada Makanan
dan Minuman Jajanan Anak SD, Thesis, ITB, Bandung, Hlm. 47-51.
Telah dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif kadar klorin pada kantung
teh celup. Pada penetapan kualitatif, 10 sampel kantung teh yang diuji
menunjukkan hasil positif terdapat klorin, dan pada penetapan kuantitiatif
rata-rata kadar klorin dari 10 sampel kantung teh yang diuji bekisar antara
0,9798-1,3064 ppm. Sedangkan pada perbandingan kadar klorin antara
kantung teh dan teh celup berdasarkan lamanya waktu pencelupan
menunjukkan bahwa kadar klorin pada teh celup lebih kecil daripada kadar
klorin pada kantung teh.
Berdasarkan hasil perhitungan statistika menunjukkan Ha, dimana nilai
probabilitas 0,05 yang berarti terdapat perbedaan kadar klorin pada
kantung teh celup dan pada teh celup berdasarkan lamanya waktu
pencelupan.
Kata kunci: Klorin, Kantung teh celup, analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif.
7.
Pendahuluan
Istilah teh digunakan untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah
atau tanaman obat lain yang diseduh. Teh yang biasa dikonsumsi adalah teh
yang berasal dari tanaman Camelia sinensis. Bagian tanaman yang digunakan
diantaranya daun, pucuk daun, atau tangkai daun yang dikeringkan. Macammacam teh diantaranya teh hitam atau teh merah, teh putih, teh hijau, dan teh
olong.
Teh celup merupakan sebutan untuk teh serbuk yang dikemas dalam sebuah
penyaring kertas yang dilengkapi dengan tali. Pada saat menyajikan, kita hanya
perlu mencelup-celupkan saja dan serbuk teh akan tetap tertahan dalam
kantung teh sehingga akan diperoleh air seduhan teh tanpa serbuk teh yang
bertebaran pada gelas.
Kertas yang digunakan sebagai kantung teh ini terbuat dari kertas yang dibuat
dari pulp (bubur kertas). Karena terbuat dari kayu, bubur kertas ini berwarna
cokelat tua dan untuk membuat serat ini terlihat putih maka digunakan bahan
kimia yang berfungsi sebagai pemutih yang terbuat dari senyawa klorin (Cl2).
Klorin (Cl2) merupakan bahan kimia yang digunakan secara luas sebagai bahan
insektisida, desinfektan, pengawet dan pemutih kertas, yang kemudian
digunakan untuk membuat tissue, popok, kain dan sebagainya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui
apakah terdapat kandungan klorin pada kantung teh celup yang akan diuji dan
berapa kadar klorin yang dikandung kantung teh celup tersebut serta
bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya klorin dan kadarnya pada
kantung teh celup yang diuji, dan mengetahui pengaruhnya terhadap
kesehatan.
Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada
pembaca mengenai keberadaan dan bahaya klorin yang terdapat pada kantung
teh celup.
8.
Metode Penelitian
Analisis Kualitatif
Pada penelitian ini akan dilakukan analisis kualitatif klorin yang terdapat pada
kantung teh celup. Sampel kantung teh celup yang akan diperiksa sebanyak 10
sampel yang beredar di pasaran. Uji ini dilakukan pula terhadap kantung teh
yang sengaja ditambahkan klorin. Metode yang digunakan diantaranya uji
kalium iodida kanji, uji timbal asetat dan uji asam klorida encer(9).
Analisis Kuantitatif
Untuk penentuan kadar klorin digunakan analisis kuantitatif dengan metode
titrasi iodometri. Iodometri adalah penetapan kadar suatu zat yang bersifat
oksidator dengan menggunakan larutan standar bersifat reduktor. Metode
titrasi iodometri (tak langsung) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang
dibebaskan dalam reaksi kimia. Pada titrasi iodometri, oksidator yang dianalisis
kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai
yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan
larutan natrium thiosilfat standar(10).
9.
Hasil Penelitian
Persiapan Sampel
Menyiapkan 10 sampel kantung teh celup dari 10 merk teh yang beredar di
pasaran kemudian dihaluskan dan ditambahkan aquades.
Pembuatan Simulasi
Ditimbang sebanyak 10 gram kantung teh celup kemudian ditambahkan
hipoklorit dengan konsentrasi 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, 30 ppm.
Penetapan Kualitatif
Masing-masing jenis sampel disaring kemudian tambahkan besi (II) sulfat
beberapa tetes, panaskan selama 15 menit kemudian dinginkan. Tambahkan
asam nitrat sampai endapan garam besi (II) larut, tambahkan perak nitrat
beberapa tetes sampai lewat jenuh.
Uji Kalium Iodida Kanji
Kantung teh ditambahkan beberapa tetes asam asetat 98% sampai pH 3-4
kemudian ditambahkan sedikit kalium iodida kristal serta tambahkan amilum
beberapa tetes (hasil positif bila terbentuk warna biru pada larutan).
OCl- + 2 I- + H2O I2 + 2OH- + ClUji Timbal Asetat
Kantung teh ditambahkan timbal asetat 10% (hasil positif bila terbentuk
endapan coklat pada larutan setelah dididihkan)
OCl- + Pb2+ + H2O PbO2 + 2H+ + ClUji Asam Klorida Encer
Kantung teh ditambahkan asam klorida encer beberapa tetes, larutan mulamula berwarna kuning, timbul pembuihan, dan klor dilepaskan dengan reaksi :
OCl- + H+ HOCl
HOCl + H+ Cl- Cl2 H2O
Gas ini dapat diidentifikasi dari warnanya yang hijau kekuningan, dari sifatnya
yang memutihkan kertas lakmus dan dari kerjanya atau kertas kalium iodidakanji yang diubahnya menjadi hitam kebiruan.
Cl2 + 2I- 2Cl- + I2
Tabel 3.1 Data Hasil Penetapan Kualitatif Klorin pada Larutan Pembanding
No
Konsentrasi larutan
pembanding (ppm)
Uji kalium
iodida -kanji
+
Uji timbal
asetat
+
Uji asam
klorida
encer
+
10
15
20
25
5
Sampel
+
Uji30kalium iodida +
Uji timbal asetat
kanji
+ klorida
Uji asam
encer
Tabel 3.2 Data Hasil Penetapan Kualitatif Klorin pada kantung Teh
KT1
KT2
KT3
KT4
KT5
KT6
KT7
KT8
KT9
KT10
Keterangan :
KT = Kantung Teh
(+ ) = Kantung teh mengandung klorin
( - ) = Kantung teh tidak mengandung klorin
Penetapan Kuantitatif
Dari 10 sampel yang positif terdapat klorin kemudian dilakukan penetapan
kadar klorin pada kantung teh dengan titrasi iodometri. Diambil 5 sampel untuk
penetapan kadar klorin pada air teh celup dan pada kantung teh sebagai
pembanding dengan variasi waktu pencelupan 1 menit, 3 menit, 5 menit, 10
menit, dan 15 menit yang diseduh dengan air panas.
Pembuatan Larutan Natrium Tiosulfat
Menimbang 25 gram Na2S2O3kemudiandilarutkandengan aquadest sampai 1
Liter, kemudian tambahkan 0,1 gram Na2CO3lalu biarkan satu hari (24jam), lalu
saringdantetapkankonsentrasinya.
Pembakuan Natrium Tiosulfat
Menimbang 0,15 gram KIO3 kemudian tambahkan 25 mL air dan 2 gram KI, lalu
tambahkan 10 mL HCl 1N. Titrasi dengan Na2S2O3 sampai larutan menjadi
berwarna kuning muda. Lalu tambahkan beberapa tetes amilum kemudian
lanjutkan titrasi sampai warna biru tepat hilang.
Penentuan Kadar Klorin
Sampel diambil 10 mL dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, tambahkan 2 gram
KI dan 10 mL asam asetat 1N. Titrasi sampai larutan menjadi kuning, lalu
tambahkan beberapa tetes amilum kemudian lanjutkan titrasi sampai warna
biru tepat hilang. Lakukan titrasi blanko.Hitung kadar klorin dengan
rumusberikut:
( 1 2)
0.355
=
1000
Keterangan:
Tabel 3.3 Data Hasil Titrasi Iodometri Penetapan Kadar Klorin Pada
Kantung Teh
Titrasi 1
Titrasi 2
Titrasi 3
Rata-rata
Sampel
kadar (ppm) kadar (ppm) kadar (ppm) kadar (ppm)
KT1
1,1757
1,1757
1,3717
1,3064
KT2
1,1757
1,1757
1,1757
1,1757
KT3
0,9798
0,9798
1,3717
1,1104
KT4
0,9798
1,1757
0,9798
1,0451
KT5
1,1757
1,1757
0,9798
1,1104
KT6
0,9798
0,9798
1,1757
1,0451
KT7
0,9798
0,9798
0,9798
0,9798
KT8
1,1757
1,1757
0,9798
1,1104
KT9
0,9798
0,9798
1,1757
1,0451
KT10
0,9798
1,1757
0,9798
1,0451
Tabel 3.4 Data Hasil Titrasi Iodometri Penetapan Kadar Klorin Pada Teh Celup
Berdasarkan Lamanya Waktu Pencelupan Pada Beberapa Sampel Teh
Celup
Waktu
Rata-rata kadar (ppm)
pencelupan
TC 1
TC 2
TC 3
TC 4
TC 5
0,2616
0,1959
0,2612
0,1959
0,1959
0,3265
0,2612
0,3265
0,2612
0,2612
0,3918
0,3265
0,3918
0,3265
0,3265
10
0,4572
0,3918
0,3919
0,3918
0,3918
15
*0,5225
0,4572
0,4572
0,4572
0,4572
(menit)
Keterangan:
Tabel 5.5 Data Hasil Titrasi Iodometri Penetapan Kadar Klorin Pada Teh Celup
Berdasarkan Lamanya Waktu Pencelupan Pada Beberapa Sampel Teh
Celup
Waktu
Rata-rata kadar (ppm)
pencelupan
KT 1
KT 2
KT 3
KT 4
KT 5
*0,3919
*0,3252
*0,3262
*0,2612
*0,3265
0,5225
*0,4572
0,5225
0,4572
*0,4572
0,7185
0,6532
0,9145
0,7185
0,6532
10
1,0451
1,0451
1,0451
0,9798
0,8492
(menit)
15
Keterangan:
1,3064
1,1757
1,1104
1,0451
1,1104
KT= KantungTeh
*)kadar klorin berada pada ambang batas aman (0,2-0,5ppm)
10. Pembahasan
10
Gambar 3.1 Grafik kadar rata-rata klorin pada kantung teh celup
Dari grafik diatas dapat dilihat kadar klorin pada kantung teh dari berbagai merk
yang beredar di pasaran. Perlakuan dengan perendaman kantung teh selama 15
menit dengan air hangat memberikan hasil rata-rata kadar klorin dari setiap
merk kantung teh celup yang diuji berkisar antara 0,9798-1,3064 ppm.
Pada teh celup, dengan perlakuan berdasarkan lama waktu pencelupan 1menit,
3 menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit dengan air panas menunjukkan kadar
rata-rata dari TC1 sebesar 0,0784-0,5486 ppm, TC2 sebesar 0,0392-0,5095ppm,
TC3 sebesar 0,0392-0,5095 ppm, TC4 sebesar 0,1175-0,4703 ppm, TC5 sebesar
0,1175-0,4705 ppm.
Dari sampel kantung teh yang diberi perlakuan sama dengan teh celup yakni
dengan perlakuan berdasarkan lama waktu pencelupan 1 menit, 3 menit, 5
menit, 10 menit, dan 15 menit dengan air panas menunjukkan kadar rata-rata
klorin dari KT1 sebesar 0,3919-1,3064 ppm, KT2 sebesar 0,3265-1,1757 ppm,
KT3 sebesar 0,3262-1,1104 ppm, KT4 sebesar 0,2612-1,0451 ppm, dan KT5
sebesar 0,3265-1,1104 ppm.
Berikut adalah grafik kenaikan kadar dari sampel teh celup dan sampel kantung
teh.
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
TC1
KT1
0.2
0
1
10
15
Gambar 3.2 Grafik kadar rata-rata klorin pada teh celup berdasarkan lamanya
waktupencelupan dari sampel Teh Celup 1 (TC1) dan Kantung Teh 1 (KT1)
1.4
1.2
1
0.8
0.6
TC2
0.4
KT2
0.2
0
1
10
15
Gambar 5.3 Grafik kadar rata-rata klorin pada teh celup berdasarkan lamanya
waktupencelupan dari sampel Teh Celup 2 (TC2) dan Kantung Teh 2 (KT2)
1.2
1
0.8
0.6
0.4
TC3
0.2
KT3
0
1
10
15
Gambar 3.4 Grafik kadar rata-rata klorin pada teh celup berdasarkan lamanya
waktupencelupan dari sampel Teh Celup 3 (TC3) dan Kantung Teh 3 (KT3)
1.2
1
0.8
0.6
0.4
TC4
0.2
KT4
0
1
10
15
Gambar 5.5 Grafik kadar rata-rata klorin pada teh celup berdasarkan lamanya
waktu pencelupan dari sampel Teh Celup 4 (TC4) dan Kantung Teh 4 (KT4)
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
TC5
KT5
1
10
15
Gambar 3.6 Grafik kadar rata-rata klorin pada teh celup berdasarkan lamanya
waktu pencelupan dari sampel Teh Celup 5 (TC5) dan Kantung Teh (KT5)
Grafik diatas menunjukkan bahwa semakin lama waktu pencelupan, kadar klorin
semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu pencelupan
semakin banyak klorin yang larut dalam air. Salah satu yang mempengaruhi
kelarutan suatu zat adalah waktu, dimana semakin lama waktu kontak makin
banyak zat yang dapat larut dalam air. Hal ini juga didukung oleh sifat klorin
yang mudah larut dalam air.
Jika dibandingkan dengan kadar klorin pada kantung teh celup, kadar klorin
pada teh celup lebih kecil. Hal ini berarti keberadaan teh berpengaruh terhadap
kelarutan klorin dalam air. Penghambatan kelarutan klorin dalam teh ini diduga
karena adanya komposisi pada teh dimana komposisi tersebut mampu
berikatan dengan klorin sehingga menyebabkan klorin sulit larut dalam air(8)
Salah satu senyawa teh yang berikatan dengan klorin adalah kafein, klorin yang
berikatan dengan kafein disebut klorin terikat. Disebut klorin terikat karena
klorin berikatan dengan senyawa lain sedangkan jika klorin tidak terikat dengan
senyawa lain disebut klorin bebas.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 416/MENKES/PER/IX/1990
tentang persyaratan air minum, persyaratan air bersih, air kolam renang dan air
pemandian, batas kandungan klorin yang diperbolehkan antara 0,2 - 0,5 ppm.
Dan menurut WHO (2004) nilai ambang batas klorin adalah 0,5 ppm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar klorin pada sampel teh celup masih
berada pada ambang batas aman (0,2-0,5 ppm) sampai waktu pencelupan 15
menit kecuali untuk sampel teh celup 1 yang ambang batas amannya berada
pada waktu pencelupan 10 menit. Berbeda dengan kadar klorin pada kantung
teh yang lebih besar dengan ambang batas aman berada pada waktu
pencelupan 3 menit selebihnya kadar klorin sudah melebihi batas yang
Iritasi klorin pada kulit dapat menyebabkan rasa terbakar, peradangan dan
melepuh. Pemaparan cairan klorin dapat menyebabkan peradangan akibat suhu
dingin.
Pemaparan pada mata dengan konsentrasi rendah di udara dapat menyebabkan
rasa terbakar, mata berkedip tidak teratur atau kelopak mata tertutup tanpa
sengaja, konjungtivitis. Kornea mata terbakar dapat terjadi pada konsentrasi
yang tinggi.
Hasil analisis dilakukan dengan perhitungan secara statistika dengan T-Test
paired sample pada Statistical Product and Service Solution (SPSS), karena
sampel dibandingkan antara kadar klorin pada teh celup dan kadar klorin pada
kantung teh celup yang diberi perlakuan berdasarkan lama waktu pencelupan 1
menit, 3 menit, 5 menit, 10 menit, dan 15 menit dengan air hangat. T-Test
paired sample merupakan uji perbedaan rata-rata dua sampel berpasangan
untuk menguji ada tidaknya perbedaan rata-rata pada dua sampel bebas yang
saling berhubungan (dependent).
Uji t-test paired sample atau uji dua rata-rata ini menggunakan taraf
kepercayaan 95%. Kesimpulan diambil dari perhitungan statistika yang dilihat
dari perbandingan nilai probabilitas (Sig.) seperti berikut:
Jika nilai probabilitas 0,05 = Ho
Jika nilai probabilitas 0,05 = Ha
Keterangan:
Tabel 3.6Perbandingan Kadar Klorin Secara Statistik pada Teh Celup dan pada
Kantung Teh Celup berdasarkan Lamanya Waktu Pencelupan
No
1
2
3
4
5
Waktu pencelupan
(menit)
1
3
5
10
15
Nilai probabilitas
Keterangan
0,003 0,05
0,000 0,05
0,001 0,05
0,000 0,05
0,000 0,05
Ha
Ha
Ha
Ha
Ha
Hasil perhitungan statistika dari tabel diatas menunjukkan Ha, dimana nilai
probabilitas 0,05 yang berarti terdapat perbedaan kadar klorin pada kantung
teh celup dan pada teh celup berdasarkan lamanya waktu pencelupan.
11. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penetapan kualitatif, dari tiga metode kualitatif yang
digunakan yaitu uji kalium iodida kanji, uji timbal asetat dan uji asam klorida
encer menunjukkan hasil positif adanya klorin pada semua sampel yang diuji.
Jika dibandingkan dengan kadar klorin pada kantung teh celup, kadar klorin
pada teh celup lebih kecil. Hal ini berarti keberadaan teh berpengaruh terhadap
kelarutan klorin dalam air. Penghambatan kelarutan klorin dalam teh ini diduga
karena adanya komposisi pada teh dimana komposisi tersebut seperti kafein
mampu berikatan dengan klorin sehingga menyebabkan klorin sulit larut dalam
air.
Teh sebaiknya dicelupkan tidak lebih dari 3 menit karena kadar klorin masih
berada pada batas aman terendah selain itu juga tercantum pada kemasan
bahwa mencelupkan teh sebaiknya hanya 2-3 menit saja. Selain itu dengan
mencelupkan teh tidak lebih dari 3 menit maka rasa, aroma, dan keunggulan teh
sudah didapatkan.
Bila terjadi keracunan melalui jalur pencernaan, larutan klorin yang dihasilkan
dalam bentuk sodium hipoklorit dapat menyebabkan luka yang korosif apabila
tertelan karena efek toksik klorin yang terutama adalah sifat korosifnya.
Kemampuan oksidasi klorin sangat kuat, di dalam air klorin akan melepaskan
oksigen dan hidrogen klorida yang menyebabkan kerusakan jaringan.
12. Daftar Pustaka
Riana Dyah Suryaningrum, Mohammad Sulthon, Dkk, 2007 , Peningkatan
Kadar Tanin Dan Penurunan Kadar Klorin Sebagai Upaya Peningkatan Nilai
Guna Teh Celup, Jurnal PKM Penulisan Ilmiah, 5,7,12.
Murni Sari Rahayu dan Nurhayati, 2005 , Penggunaan EM-4 Dalam
Pengomposan Limbah Teh Padat, Jurnal Kimia , 26-30.
Naniek Widyaningrum, 2013 ,Epigallocatechin-3-Gallate (EGCG) Pada Daun
Teh Sebagai Anti Jerawat, Semarang, 95.