Anda di halaman 1dari 24

Percobaan 3

PENGUBAHAN ASAM MALEAT


MENJADI ASAM FUMARAT
TUJUAN PERCOBAAN

Memahami aspek berikut :


1. Prinsip dasar mengubah keisomeran ruang
senyawa organik, khususnya isomer geometri.
2. Mengetahui perbedaan sifat fisik antara
senyawa yang berisomer cis dan trans.
Dasar Teori
Asam Maleat
Asam maleat atau Asam -butenadioat adalah
senyawa organik yang merupakan asam
dikarboksilat. Asam maleat berisomer cis
(Fessenden, 1992).

Dua gugus
asam
karboksilat
Etilena
Asam Fumarat
Asam fumarat adalah isomer trans dari
asam butenadioat, sedangkan asam maleat
merupakan isomer cisnya (Fessenden, 1992).
Isomer Geometri
Dua gugus yang terletak pada satu titik
ikatan phi disebut cis, sedangkan gugus
yang terletak pada sisi yang berlawanan
disebut trans. (Fessenden, 1992)
H H H COOH

C C C C

HOOC COOH HOOC H


asam maleat asam fumarat
Asam fumarat dapat diperoleh
sebagai hasil rotasi asam maleat
dengan bantuan asam klorida.
(Fessenden, 1992)

+ HCl → + HCl
(aq) (s)
Perbedaan sifat fisik senyawa cis dan trans

Sifat-sifat fisik, seperti titik didih senyawa berisomer cis


dan trans berbeda. Cis dan trans bukan isomer struktural.
Pasangan isomer ini masuk dalam kategori stereoisomer.
Isomer cis dan trans pada suatu senyawa dapat
mempengaruhi titik didihnya, sehingga senyawa
berisomer cis dan trans dapat dipisahkan dengan destilasi.
(Fessenden, 1992)
Reaksi Adisi

Reaksi adisi hanya dapat terjadi pada senyawa yang


mempunyai ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Suatu
pereaksi di adisikan kepada alkena tanpa terlepasnya atom-
atom lain.
 Senyawa yang mengandung ikatan phi (rangkap)
biasanya berenergi lebih tinggi daripada senyawa yang
mengandung hanya ikatan sigma, sehingga suatu reaksi
adisi biasanya eksoterm. (Fessenden, 1992)
Reaksi Eliminasi
Reaksi eliminasi adalah reaksi dimana terjadi pelepasan gugus-gugus
tertentu dari sutu senyawa. Raksi ini terjadi pada senyawa-senyawa yang
jenuh. Produk organik suatu reaksi eliminasi suatu alkil halida adalah suatu
Alkena.
Jenis-jenis reaksi eliminasi :
a. Reaksi eliminasi I (E1)
Suatu karbokation adalah suatu zat antara yang tidak stabil dan berenergi
tinggi. Karbokation itu dapat memberikan sebuah proton kepada suatu basa
dalam suatu reaksi eliminasi untuk mencapai kestabilan.
b. Reaksi Eliminasi II (E2)
Reaksi E2 berjalan tidak lewat suatu karbokation sebagai zat antara
melainkan berupa reaksi serempak, yakni terjadi pada suatu tahap,
mekanismenya :
1. Basa membentuk ikatan dengan hidrogen
2. Elektron C-H membentuk ikatan
3. Br bersama sepasang elektronnya meninggalkan ikatan sigma C-Br
Dalam reaksi E2 alkil halida tersier bereaksi paling cepat dan alkil halide
primer paling lambat. (Fessenden, 1992)
Kristalisasi

Merupakan metode pemisahan dengan cara pembentukan


Kristal sehingga campuran dapat dipisahkan. Campuran
senyawa yang akan dimurnikan dilarutkan dalam pelarut
yang cocok untuk kristalisasi : (Cahyono, 1991)
a. Memiliki tittik didih rendah
b. Titik didih pelarut lebih rendah dari titik didih
zat padatnya
c. Hanya melarutkan zat-zat yang ingin dimurnikan
d. Pelarut harus inert.
Proses-proses dalam kristalisasi

1. Kristalisasi dengan penguapan


Kelarutan suatu bahan yang berkurang sedikit demi sedikit dengan menurunnya suhu.
Kondisi lewat jenuhnya dapat dipakai dengan penguapan sebagian pelarut (yang artinya
pemikatan larutan).
2. Kristalisasi dengan pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang drastis dengan menurunnya
temperature, kondisi lewat jenuh dicapai dengan pendinginan larutan panas yang jenuh.
3. Kristalisasi dengan salting out
Pemisahan bahan organic dari larutan akuatik dapat dilakukan dengan penambahan suatu
garam yang harganya murah. Garam ini larut lebih baik dari pada bahan yang diinginkan.
Sehingga terjadi penambahan bahan padat terkristalisasi.
4. Kristalisasi secara adiabatik
Metode ini sering disebut metode vakum, merupakan gabungan antara kristalisasi dengan
pendinginan dan penguapan. Pendinginan bertujuan untuk memperkecil daya larut,
sedangkan maksud dari penguapan adalah untuk membuat tekanan total dengan
permukaan lebih kecil dari tekanan uap pada suhu tersebut. Sehingga perubahan ini
secara adiabatik karena pendinginan yang terjadi pada sistem penguapan itu sendiri.
Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah melakukan tahapan
kristalisasi sekali lagi pada Kristal yang telah
dihasilkan. Penambahan pelarut panas pada
kristalisasi pertama hanya melarutkan sedikit
kotoran tersebut dan setelah dingin kotoran akan
mengkristal dan mengkontaminasi produk, oleh
karena itu perlu dilakukan rekristalisasi.
(Cahyono, 1991)
Pengukuran titik leleh
Alat pengukur titik leleh yang sederhana yaitu dengan
pemanas listrik yang dilengkapi dengan magnifier optic
untuk memudahkan pengamatan sampel. Ketika Kristal
dipanaskan, gerak getaran molekul meningkat sehingga
pola keteraturannya terganggu.
 Titik leleh dicapai saat pola molekul pecah dan padatan
meleleh berubah menjadi cair, senyawa Kristal murni
umumnya memiliki titik didih tajam, yaitu meleleh
pada selang suhu yang sangat kecil (0,5℃ – 10℃).
Adanya sedikit kotoran yang terlarut dalam Kristal
dapat menurunkan titik leleh. (Wilcox, 1995)
Rendemen
Rendemen adalah perbandingan jumlah
(kuantitas) ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi
bahan.
Alat
1. Set Refluks 3. Erlenmeyer 125 mL

2. Corong Buchner
4. Penentu Titik Leleh
6. Gelas Arloji

7. Gelas ukur 100 mL 9. Kompor listrik

8. Termometer
Bahan
1. Anhidrida Maleat

Sifat Kimia Sifat Fisik


1. Adanya ikatan 1. Berbentuk Kristal
etilenik dengan 2. Berwarna putih
gugus karbonil padat dengan bau
didalamnya, ikatan yang tajam
ini berperan dalam 3. Massa Molar : 98,06
reaksi adisi. g/mol
2. Berbahaya jika 4. Kelarutan dalam Air
terhirup 40 g / 100 ml
2. HCL Pekat
Sifat Kimia
1.HCl akan berasap tebal di
Sifat Fisik
udara lembab.
1. Massa atom : 36,45
2. Gasnya berwarna kuning
2. Massa jenis : 3,21 gr/cm3.
kehijauan dan berbau
3. Titik leleh : -101°C
merangsang.
4. Energi ionisasi : 1250 kJ/mol
3.Dapat larut dalam alkali
5. Kalor jenis : 0,115 kal/gr°C
hidroksida, kloroform, dan eter.
6. Pada suhu kamar, HCl
4.Merupakan oksidator kuat.
berbentuk gas yang tak
5.Berafinitas besar sekali
berwarna
terhadap unsur-unsur lainnya,
7. Berbau tajam.
sehingga dapat
6. Racun bagi pernapasan.
3. Kertas Saring

Sifat Kimia
Sifat Fisik
1. Dapat larut secara
1. memiliki luas perkiraan
kimia dalam pelarut
10 cm² dan berat
organic, seperti
sekitar 80 hingga 130
kloroform (CHCl3) atau
g/m²
tetra kloro metan(CCl4)
2. memiliki kekasaran dan
2. Tidak higroskospis
diameter pori yang
3. Tidak mengadsorpsi zat
berbeda-beda
atau parameter uji
tergantung jenisnya.
selama penyaringan
Erlenmeyer 125ml
Didihkan 20ml akuades + 15g anhidrida maleat

Dinginkan campuran dalam air kran

Corong Buchner
Kumpulkan asam maleat, keringkan, dan tentukan titik
lelehnya

Labu bulat 100 ml


Larutan hasil salingan ditambahkan 15 ml HCl pekat

Refluks perlahan selama 10 menit kemudian dinginkan sampai
suhu kamar

Penyaring Buchner
Lakukan kristalisasi asam fumarat menggunakan pelarut air
dan tentukan titik lelehnya
Mekanisme Reaksi
Pengubahan Anhidrida Maleat menjadi Asam
Maleat
Mekanisme Reaksi
Pengubahan Asam Maleat menjadi Asam
Fumarat
Hipotesa
Titik leleh asam maleat lebih kecil daripada
titik leleh asam fumarat. Hal ini disebabkan oleh
adanya perbedaan sifat fisik antara senyawa
berisomer cis dan trans.
Senyawa berisomer cis memiliki titik leleh
lebih kecil diakibatkan adanya tolakan antara dua
gugus karboksilat yang bersebelahan yang
mengakibatkan senyawa kurang stabil, sedangkan
senyawa berisomer trans memiliki titik leleh lebih
tinggi karena tolakan yang lebih kecil sehingga
senyawa relatif lebih stabil.
Daftar Pustaka
1. Cahyono, Bambang. 1991. Segi Praktis dan
Metode Pemisahan Senyawa Organik.
Semarang: UNDIP-Press
2. Chasles, Wilcox. 1995. Prinsip Dasar Belajar
Kimia. Padang: Unand-Press
3. Fessenden, Ralph J. and Fessenden, Joan. S.
1992. Kimia Organik. Erlangga: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai