Abstract
Jackfruit’s peel contains lignocellulosic compounds that potential for fabrication of charcoal and
useful for adsorbing heavy metals. Based on this, then it was conducted a study on the utilization of
charcoal from jackfruit’s peel to be used as adsorbent on cadmium and nickel. The analysis process of
this research was conducted by using atomic absorption spectrophotometry (SSA). The results showed
that charcoal’s characteristics from jackfruit’s peel contained of 4.4% water, 9.3% ash, and biomass
content that can be used as an absorbent was 86.3%. The optimum adsorption of charcoal from
jackfruit’s peel for cadmium ion was contact time of 120 minutes, pH 7 and concentration of 40 mg/L
with the percentages of penetration respectively were 84.65%, 99.10%, and 99.43%. On the other
hand, for nickel was 150 minutes of contact time, pH 5, and concentration of 20 mg/L with percentage
of penetration were 87.95%, 91.75%, and 75.15% respectively.
Keywords: Charcoal, jackfruit’s peel, adsorption, cadmium, nickel, and atomic absorption spectrophotometry.
28
Volume, 8, No. 1, 2019, 28-33 Jurnal Akademika Kimia
29
Hendra Baloga Pembuatan Arang Dari Kulit Nangka........................
penambahan larutan HCl. Masing-masing larutan kualitas arangnya semakin baik (Hartanto &
tersebut ditambahkan arang sebanyak 80 mg. Ratnawati, 2010).
Erlenmeyer ditutup menggunakan kertas Arang hasil karbonasi tidak hanya
aluminium foil dan selanjutnya dikocok mengandung karbon akan tetapi memiliki
menggunakan shaker selama waktu sentuh kandungan lain seperti mineral. Bahan-bahan
optimum yang telah diperoleh pada tahapan mineral itu antara lain lempung, silica, kalsium,
sebelumnya. Filtrat dan residu dipisahkan dengan dan magnesium oksida (FAO, 1987).
penyaringan menggunakan kertas Dalam penelitian ini, kadar abu yang
saringWhatman 41. Konsentrasi larutan filtrat diperoleh yaitu 9,3%. Hasil ini memenuhi
diukur menggunakan spektrofometri serapan standar mutu arang yang ditetapkan oleh standar
atom. nasional Indonesia (SNI) yaitu 10%. Kandungan
kadar abu pada arang dapat mempengaruhi
Pengaruh konsentrasi larutan kapasitas adsorpsinya (Abdullah, dkk., 2001).
Larutan kadmium dan nikel dibuat sebanyak Abu dapat menyumbat pori-pori pada arang
25 mL dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80 dan 100 sehingga luas permukaan arang menurun (Feng,
mg/L dari larutan induk.Kemudian masing- dkk., 2014). Penurunan luas permukaan
masing larutan dimasukkan ke dalam 5 buah mengakibatkan penurunan kapasitas adsorpsi
Erlenmeyer.Larutan ditambahkan dengan HCl (Sembiring & Sinaga, 2003).
untuk memperoleh pH optimum pada prosedur Dari data kadar air dan kadar abu yang
sebelumnya.Masing-masing larutan dicampur diperoleh dapat diketahui bahwa persen kadar
dengan adsorben sebanyak 80 mg.Erlenmeyer biomassa yang dapat digunakan dalam menjerap
ditutup dengan kertas aluminium foil dan adalah 86,3%. Melubu, dkk., (n.d) dalam
selanjutnya dikocok menggunakan shaker penelitiannya memperoleh kadar air dan kadar
dengan waktu sentuh optimum yang telah abu dari arang hayati kulit manggis sebesar 3,9%
diperoleh dari prosedur sebelumnya.Filtrat dan dan 4,1%. Hal ini menunjukkan bahwa arang dari
residu dipisahkan dengan penyaringan kulit nangka memiliki kadar air dan kadar abu
menggunakan kertas saring Whatman yang lebih besar daripada kadar air dan kadar
41.Konsentrasi filtrat diukur menggunakan abu pada kulit manggis.
spektrofotometri serapan atom
Variasi waktu kontak
Analisa data Pada umumnya, kekuatan efisiensi adsorpsi
Untuk menganalisa persentase adsorpsi bergantung pada waktu dari penjerapan (Gaya,
menggunakan persamaan sebagai berikut: dkk., 2015). Oleh karena itu, pengaruh waktu
(%) Co -Ce Co ×100 ; dimana, Co adalah kontak dalam proses adsorpsi logam kadmium
konsentrasi kadmium dan nikel sebelum adsorpsi dan nikel diteliti. Dalam penelitian ini, variasi
(mg/L); Ceadalah konsentrasi kadmium dan nikel waktu kontak yang digunakan pada adsorpsi
setelah adsorpsi (mg/L) (Gaya, dkk., 2015). logam kadmium dan nikel oleh arang kulit
nangka adalah 30, 60, 90, 120 dan 150
Hasil dan Pembahasan menit.Perbedaan variasi waktu digunakan untuk
mengetahui waktu optimum dari adsorpsi logam
Kadar air dan kadar abu arang kadmium dan nikel oleh adsorben arang dari
Penetapan kadar air bertujuan untuk kulit nangka.
mengetaui sifat higroskopis atau kemampuan Hasil penelitian pada Gambar 1
menyerap air oleh arang. Kadar air arang dari menunjukkan bahwa adsorpsi ion kadmium dan
kulit nangka yang diperoleh pada penelitian ini ion nikel oleh arang dari kulit nangka
yaitu 4,4%. Hasil yang diperoleh menunjukkan dipengaruhi oleh waktu sentuh.Dari gambar
bahwa kadar air arang kulit nangka yang dalam tersebut juga dapat dilihat bahwa ion kadmium
penelitian ini memenuhi standar kualitas arang terjerap secara maksimum pada periode waktu
aktif berdasar Standar Nasional Indonesia, yaitu sentuh 120 menit dan ion nikel pada periode
maksimal 15% (Pujiarti & Sutapa, 2005). waktu sentuh 150 menit. Data hasil penelitian
Hasil ini menunjukkan bahwa arang dari menunjukkan efisiensi adsorpsi (%) ion
kulit nangka yang dihasilkan memiliki sifat kadmium oleh arang kulit nangka pada masing
higroskopis. Hal ini terjadi karena pada proses masing variasi waktu adalah sebaga berikut: pada
karbonisasi yang semakin lama maka pori-pori waktu 30 menit sebesar 80,40%, pada waktu 60
dari arang akan makin terbuka, sehingga pada menit sebesar 84,25%, pada waktu 90 menit
saat pemindahan arang dari tanurke alat sebesar 83,10%, pada waktu 120 menit sebesar
penimbangan untuk menentukan kadar air, 84,65% dan pada waktu 150 menit sebesar
terjadi kontak langsung antara arang yang 83,90%. Sedangkan untuk ion nikel adalah pada
bersifat higroskopis dengan udara sehingga arang waktu 30 menit sebesar 83,35%, pada waktu 60
banyak menyerap uap air. Daya adsorpsi sangat menit sebesar 83,30%, pada waktu 90 menit
bergantung pada karakteristik arang yang sebesar 86,00%, pada waktu 120 menit sebesar
dihasilkan, semakin kecil kadar airnya, maka 87,20% dan pada waktu 150 menit sebesar
87,95%.
30
J. Akademika Kim. 8(1): 28-33, February 2019
ISSN 2302-6030 (p), 2477-5185 (e)
% Cd dan Ni Terjerap
0.80 logam pada fase adsorben (Marlinawati, dkk.,
2015).
0.70 Variasi pH larutan
Cd
Menurut Syauqiah, dkk., (2011) pH larutan
0.60 Ni mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas
0.50 gugus fungsi pada biosorben dan kompetisi ion
logam dalam proses adsorpsi. Oleh karena itu
0 100 200 penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
Waktu Kontak (menit) mengetahui pH optimum penjerapan ion
kadmium dan nikel oleh arang dari kulit nangka.
Variasi pH yang digunakan untuk
Gambar 1.Grafik hubungan antara waktu sentuh menentukan pH optimum adalah pH 3, 4, 5, 6,
(menit) terhadap % ion kadmium dan nikel dan 7. Hal ini mengacu pada diagram Pourbaix
terjerap yaitu diagram yang menunjukkan kestabilan ion
Cd2+ dan Ni2+ dalam larutan air (Takeno, 2005).
Gambar 2 menunjukan bahwa pH larutan
Dalam rentang waktu 30 menit sampai 60
dapat mempengaruhi kapasitas jerapan ion
menit berdasarkan data pada Gambar 1 terjadi
kadmium maupun nikel. Untuk ion kadmium
peningkatan efisiensi adsorpsi ion kadmium yang
pada pH 3, efisiensi adsorpsinya sebesar 96,45%
tinggi yaitu dari 80,40% sampai 84,25%.
lalu mengalami peningkatan pada pH 4 yaitu
Peningkatan tersebut terjadi karena semakin lama
97,70% dan menurun pada pH 5 yaitu 96,10%.
waktu kontak mengakibatkan interaksi antara
Lalu pada pH 6 – 7 efisiensi adsorpsi kembali
arang kulit nangka dengan ion kadmium terjadi
meningkat secara signifikan yaitu dari 97,35% -
secara efektif.Hal ini dikarenakan arang kulit
99,10%. Sedangkan untuk ion nikel efisiensi
nangkamasih mampu mengadsorpsi lebih banyak
adsorpsi meningkat dari pH 3 – 5 yaitu masing-
ion logamkadmium karena sisi aktif pada arang
masing sebesar 83,00%, 87,20%, dan 91,75%.
masih efektif mengikat ion logam
Lalu mengalami penurunan pada pH 6 dan 7
kadmium.Semakin lama waktu kontakmaka
yaitu sebesar 90,25%, dan 89,95%. Berdasarkan
semakin besar pula konsentrasi ion logam
data hasil penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa
kadmiumyang teradsorpsi karena semakin
ion kadmium dan nikel terjerap secara optimum
banyak kesempatanpartikel arang aktif untuk
masing-masing pada pH 7 dan 5.Hal ini dapat
bersinggungan dengan ionlogam kadmium.Pada
terjadi akibat berkurangnya ion H+ dalam larutan.
ion nikel, peningkatan efisiensi adsorpsi terjadi
Pada pH 7 dan 5, ion logam kadmium dapat
dari waktu sentuh 60 menit sampai pada 150
terjerap oleh adsorben dengan baik karena tidak
menit.Hal ini menyebabkan semakin banyak
terjadi persaingan ketat antara ion H+ dan ion
ionlogam kadmium yang terikat di dalam pori-
logam itu sendiri untuk berikatan dengan gugus
pori arang aktif.Kondisi ini akan terus berlanjut
anionik pada sisi aktif adsorben arang dari kulit
hingga mencapaikondisi jenuh atau waktu
nangka.
optimum, dimana arang aktiftelah dipenuhi oleh
Secara keseluruhan efisiensi adsorpsi ion
ion logam kadmium sehingga waktukontak tidak
kadmium maupun ion nikel mengalami
lagi berpengaruh (Marlinawati, dkk., 2015).
peningkatan seiring bertambah besarnya nilai pH
Sedangkan pada waktu kontak 60 menit dan
larutan. Pada pH rendah, ion H+ terdapat secara
150 menit terjadi penurunan efisiensi adsorpsi
melimpah menyebabkan permukaan adsorben
pada ion kadmium.Sedangkan pada ion nikel,
terprotonasi oleh ion H+ sehingga terjadi
penurunan efisiensi adsorpsi ini terjadi pada
persaingan antara proton H+ dengan ion
menit awal yaitu menit ke-60.Hal ini
kadmium dan nikel. Oleh karena itu ion H+
menandakan bahwa arang aktif mengalami
bereaksi dengan gugus anionik yang merupakan
desorpsi yaitu melepaskan kembali ion logam
sisi aktif pada permukaan adsorben dan hanya
yang telah diadsorpsi karena arang aktif
sedikit yang bereaksi dengan ion kadmium dan
mengalami kejenuhan sehingga tidak mampu
nikel. Sedangkan pada pH tinggi ion H+
mengadsorpsi ion logam lebih banyak lagi akibat
berkurang sehingga ion kadmium dapat dijerap
seluruh gugus aktif telah terikat dengan ion
oleh adsorben secara maksimal (Anggraini &
logam dalam larutan. Dalam hal ini telah tercapai
Ulfin, 2013).
31
Hendra Baloga Pembuatan Arang Dari Kulit Nangka........................
1.10 yang digunakan yaitu 20, 40, 60, 80, dan 100
mg/L.
% Cd dan Ni Terjerap
0.90
1.50
% Cd dan Ni Terjerap
0.70 Cd
Ni 1.00
0.50
0 5 10 0.50 Cd
pH Ion Cd dan Ni Ni
0.00
Gambar 2.Grafik hubungan antara pH larutan 0 20 40 60 80 100120
terhadap % ion kadmium dan nikel terjerap Konsentrasi Larutan Cd dan Ni (mg/L)
32
Volume, 8, No. 1, 2019, 28-33 Jurnal Akademika Kimia
logam nikel terjadi pada waktu kontak 150 Lestari, S. (2004). Mengurai susunan periodik
menit, pH 5, dan konsentrasi 20 mg/L dengan unsur kimia. Jakarta: P.T Kawan Pustaka.
presentase jerapan berturut-turut adalah 87,95%, Marlinawati, Yusuf, B., & Alimuddin. (2015).
91,75%, dan 75,15%. Pemanfaatan arang aktif dari kulit durian
Ucapan Terima Kasih (durio zibethinus L) sebagai adsorben ion
logam kadmium(II). Jurnal Kimia
Diucapkan terima kasih banyak kepada Mulawarman, 13(1), 23-27.
Tasrik dan Jumasta yang telah membantu dalam
Melubu, O., Walanda, D. K., & Abram, P. H.
melaksanakan penelitian ini. (dalam pencetakan). Daya adsorpsi arang
Referensi hayati kulit manggis (garcinia mangostana
L) terhadap logam timbal dan zink terlarut.
Abdullah, A. H., Kassim, A., Zainal, Z., Hussien, Jurnal Akademika Kimia(178/B/2016).
M. Z., Kuang, D., Ahmad, F., & Wooi, O. S.
(2001). Preparation and characterization of Parlayici, S., Eskizeybek, V., Avcı, A., &
activated carbon from gelam wood bark Pehlivan, E. (2015). Removal of chromium
(melaleuca cajuputi). Malaysian Journal of (VI) using activated carbon-supported-
Analytical Sciences, 7(1), 65-68. functionalized carbon nanotubes. Journal of
Nanostructure in Chemistry, 5(3), 255-263.
Alim, T. (2013). Nangka (artocarpus
heterophyllus). http//www.biologi- Prahas, D., Kartika, Y., Indraswati, N., &
sel.com/2013/2009/nangka-artocarpus- Ismadji, S. (2008). Activated carbon from
heterophyllus.html. jackfruit peel waste by H3PO4 chemical
activation: Pore structure and surface
Anggraini, Y. I. M., & Ulfin, I. (2013). chemistry characterization. Chemical
Penurunan kadar ion Cd(II) dalam larutan Engineering Journal, 140(2008), 32-42.
menggunakan biomassa dari tempurung biji
nyamplung: Studi kinetika. Jurnal Sains dan Pujiarti, R., & Sutapa, J. P. G. (2005). Mutu
Seni Pomits, 1(1), 1-3. arang aktif dari limbah kayu mahoni
(swietenia macrophylla king) sebagai bahan
Apriliani, A. (2010). Pemanfaatan arang ampas penjernih air. Jurnal Ilmu dan Kayu Tropis,
tebu sebagai adsorben ion logam Cd, Cr, Cu 3(2), 33-38.
dan Pb dalam limbah air. Skripsi. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Radyawati. (2011). Pembuatan biocharcoal dari
Hidayatullah. kulit pisang kepok untuk penyerapan logam
timbal (Pb) dan logam seng (Zn). Skripsi.
Diantariani, N. P. (2006). Penentuan kandungan Palu: Universitas Tadulako.
logam Pb dan Cr pada air dan sedimen
sungai Ao di Desa Sam Sam Kabupaten Saha, B. C. (2004). Lignocellulose
Tabanan. Skripsi. Bali: Universitas Tabanan. biodegradation and application in
biotechnology. Peoria: United States
Fahruddin. (2010). Bioteknologi lingkungan Department of Agricultural.
(Revisi ed.). Bandung: Alfabeta.
Sembiring, M. T., & Sinaga, T. S. (2003). Arang
FAO. (1987). Simple technologies for charcoal aktif (pengenalan dan proses
making. Roma: Forestry Department. pembuatannya). Medan: Universitas
Feng, Y., Yang, W., & Chu, W. (2014). Sumatera Utara.
Contribution of ash content related to Susilawati, N. E., Walanda, D. K., & Napitupulu,
methane adsorption behaviors of bituminous M. (2015). Biocharcoal dari serbuk gergaji
coals. International Journal of Chemical kayu cempaka (elmerrillia ovalis miq) serta
Engineering, 2014, 1-11. daya adsorpsinya pada zink dan tembaga.
Gaya, U. I., Otene, E., & Abdullah, A. H. (2015). Jurnal Akademika Kimia, 4(2), 71-77.
Adsorption of aqueous Cd(II) and Pb(II) on Syauqiah, I., Amalia, M., & Kartini, H. A.
activated carbon nanopores prepared by (2011). Analisis variasi waktu dan kecepatan
chemical activation of doum palm shell. pengaduk pada proses adsorpsi limbah logam
SpringerPlus, 4(1), 458-476. berat dengan arang aktif. Info Teknik, 12(1),
Hartanto, S., & Ratnawati. (2010). Pembuatan 11-20.
karbon aktif dari tempurung kelapa sawit Takeno, N. (2005). Atlas of Eh-pH diagrams.
dengan metode aktivasi kimia. Jurnal Sains Japan: National Institute of Advanced
Materi Indonesia, 12(1), 12-16. Industrial Science and Technology.
Kurniasari, L. (2010). Pemanfaatan Widowati, W., Sastiono, A., Rosari, R. W., &
mikroorganisme dan limbah pertanian Rumampuk, R. J. (2008). Efek toksik logam.
sebagai bahan baku biosorben logam berat. Yogyakarta: Andi.
Momentum, 6(2), 5-8.
33