Anda di halaman 1dari 6

J. Akademika Kim.

8(1): 28-33, February 2019


ISSN 2302-6030 (p), 2477-5185 (e)

PEMBUATAN ARANG DARI KULIT NANGKA (Artocarpus heterophyllus) SEBAGAI


ADSORBEN TERHADAP KADMIUM DAN NIKEL TERLARUT
Fabrication of Charcoal from Jackfruit’s Peel (Artocarpus heterophyllus) as Adsorbent on
Dissolved Cadmium and Nickel

*Hendra Baloga, Daud Karel Walanda, dan Baharuddin Hamzah


Pendidikan Kimia/FKIP – Universitas Tadulako, Palu – Indonesia 94118
Received 06 December 2018, Revised 04 January 2019, Accepted 06 February 2019
doi: 10.22487/j24775185.2019.v8.i1.2349

Abstract
Jackfruit’s peel contains lignocellulosic compounds that potential for fabrication of charcoal and
useful for adsorbing heavy metals. Based on this, then it was conducted a study on the utilization of
charcoal from jackfruit’s peel to be used as adsorbent on cadmium and nickel. The analysis process of
this research was conducted by using atomic absorption spectrophotometry (SSA). The results showed
that charcoal’s characteristics from jackfruit’s peel contained of 4.4% water, 9.3% ash, and biomass
content that can be used as an absorbent was 86.3%. The optimum adsorption of charcoal from
jackfruit’s peel for cadmium ion was contact time of 120 minutes, pH 7 and concentration of 40 mg/L
with the percentages of penetration respectively were 84.65%, 99.10%, and 99.43%. On the other
hand, for nickel was 150 minutes of contact time, pH 5, and concentration of 20 mg/L with percentage
of penetration were 87.95%, 91.75%, and 75.15% respectively.

Keywords: Charcoal, jackfruit’s peel, adsorption, cadmium, nickel, and atomic absorption spectrophotometry.

berat dalam air akan meracuni kehidupan air.


Pendahuluan 1 Pada konsentrasi rendah, organisme air tingkat
Perkembangan industri yang ada saat ini rendah seperti plankton, akan mengadsorbsi ion
telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. logam tersebut dan berakumulasi dalam sel
Akibat proses industrialisasi tersebut dihasilkan plankton tersebut. Apabila organisme air yang
buangan limbah industri berupa limbah cair, lebih tinggi seperti ikan memakan plankton-
padat maupun gas yang dapat mengakibatkan plankton tersebut, akumulasi logam berat di
terjadinya pencemaran lingkungan. Limbah cair dalam tubuh ikan akan berlangsung, dan jika
pada industri ini memberikan kontribusi terhadap akhirnya ikan-ikan tersebut dikonsumsi manusia
pelepasan logam berat beracun di dalam aliran akan dapat menimbulkan gangguan-gangguan
air. Hal ini akan berdampak negatif pada kesehatan yang serius bagi manusia, terutama
makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya menyerang sistem sarafnya (Fahruddin, 2010).
(Apriliani, 2010). Dampak negatif inilah yang Beberapa jenis logam berat berbahaya
menjadi permasalahan yang serius bagi makhluk adalah logam kadmium (Cd) dan nikel (Ni).
hidup. Logam berat umumnya bersifat racun Keracunan kronis Cd dapat mengakibatkan
terhadap makhluk hidup, walaupun beberapa kerusakan sistem fisiologis tubuh antara lain
perantara, seperti udara, makanan, maupun air sistem urinaria, sistem respirasi (paru-paru),
yang terkontaminasi oleh logam berat, logam sistem sirkulasi (darah) dan jantung, kerusakan
tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh sistem reproduksi, sistem saraf bahkan dapat
manusia dan sebagian akan terakumulasikan. mengakibatkan kerusakan tulang. Sedangkan
Jika keadaan ini berlangsung terus menerus, tingginya kadar nikel dalam jaringan tubuh
dalam jangka waktu lama dapat mencapai jumlah manusia bisa mengakibatkan munculnya
yang membahayakan kesehatan manusia berbagai efek samping yaitu akumulasi Ni pada
(Diantariani, 2006). kelenjar pituitari yang bisa mengakibatkan
Senyawa logam berat tidak didegradasi depresi sehingga mengurangi sekresi hormon
secara biologi. Penyisihan secara biologi yang prolaktin di bawah normal. Akumulasi Ni pada
dapat terjadi hanya merupakan adsorpsi oleh pankreas bisa menghambat sekresi hormon
jasad hidup dan logam berat tersebut akan insulin (Widowati, dkk., 2008)
terakumulasi di dalam sel jasad hidup tersebut. Kadmium dan nikel merupakan logam berat
Pada konsentrasi tinggi, kehadiran ion logam yang juga dihasilkan oleh aktifitas limbah
domestik perkotaan. Aktifitas tersebut antara lain
*Correspondence pembuatan cat senyawa kadmium digunakan
Hendra Baloga sebagai zat warna kuning, orange, dan merah.
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Bahkan aliansi nikel-kadmium digunakan untuk
Pendidikan, Universitas Tadulako
e-mail: balogahendra@gmail.com
baterai isi ulang (Lestari, 2004).
Published by Universitas Tadulako 2019

28
Volume, 8, No. 1, 2019, 28-33 Jurnal Akademika Kimia

Beberapa metode untuk menghilangkan Tujuan penulisan ini yaitu untuk


logam berat dari air telah dilakukan dengan mendeskripsikan karakteristik arang dari kulit
proses secara fisika dan kimia yang meliputi nangka; waktu sentuh optimum kadmium dan
presipitasi, koagulasi dan pertukaran ion. Tetapi nikel dalam larutannya terhadap daya jerap arang
metode-metode tersebut masih mahal terutama dari kulit nangka; pH optimum logam kadmium
bagi negara-negara sedang berkembang. Proses dan nikel dalam larutan yang dapat diadsorpsi
adsorpsi merupakan teknik pemurnian dan oleh arang dari kulit nangka; dan konsentrasi
pemisahan yang efektif dipakai dalam industri optimum logam kadmium dan nikel dalam
karena dianggap lebih ekonomis dalam larutan yang dapat diadsorpsi oleh arang dari
pengolahan air limbah dan merupakan teknik kulit nangka.
yang sering dipakai untuk mengurangi ion logam
berat dalam air limbah (Apriliani, 2010).
Salah satu alternatif yang dapat digunakan Metode
untuk pengolahan limbah yang mengandung Alat utama yang digunakan yaitu tanur,
logam berat yaitu penggunaan bahan-bahan spektrofotometri serapan atom, shaker dan pH
biologis sebagai adsorben. Bahan biologis yang meter. Sedangkan untuk bahan yang digunakan
dapat digunakan sebagai bahan baku biosorben yaitu arang kulit nangka, aquades, serbuk
adalah limbah produk-produk pertanian. Limbah Cd(NO3)2.4H2O (Merck), serbuk Ni(NO3)2.6H2O
produk pertanian merupakan limbah organik (Merck), larutan HCl 0,1% dan kertas saring
yang tentunya akan sangat mudah ditemukan Whatman 41 (Hardened).
dalam jumlah besar. Sesuai dengan pendapat ini,
kulit buah nangka dapat menjadi alternatif yang Pembuatan Arang dari kulit nangka
baik karena ketersediaan yang memadai dan Limbah kulit nangka bersih dikeringkan
harganya yang terjangkau (Kurniasari, 2010). dengan cara dijemur selama ± tiga hari. Untuk
Buah nangka (artocarpus heterophyllus) memperoleh arang, sampel kulit nangka yang
merupakan tanaman buah berupa pohon yang telah kering dipirolisis menggunakan alat
berasal dari india dan menyebar ke daerah tropis pembakar tanur dengan suhu 600 oC. Arang yang
termasuk Indonesia. Tumbuhan ini memiliki dihasilkan selanjutnya dihaluskan secara manual
banyak manfaaf antara lain: daging buah nangka menggunakan lumpang dan alu lalu diayak
muda dimanfaatkan sebagai makanan sayuran; menggunakan ayakan 200 mesh .
tepung biji nangka digunakan sebagai bahan Karakteristik arang dari kulit nangka
baku industri makanan (bahan makan campuran); Pada penentuan kadar air, arang ditimbang
daun muda dapat dimanfaatkan sebagai pakan sebanyak 5 gram bersama cawan bersih yang
ternak; kayu nangka dianggap lebih unggul telah diketahui beratnya lalu dikeringkan dalam
daripada jati untuk pembuatan meubel, oven selama 3 jam dengan suhu 105 oC.
konstruksi bangunan pembubutan, tiang kapal, selanjutnya didinginkan di dalam desikator dan
untuk tiang kuda dan kandang sapi (di Priangan), timbang. Proses ini dilakukan berulang hingga
dayung, perkakas, dan alat musik; dan pohon diperoleh berat yang konstan. Pada penentuan
nangka dapat dimanfaatkan sebagai obat kadar abu, arang ditimbang sebanyak 10 gram
tradisional (Alim, 2013). bersama cawan bersih yang telah diketahui
Kulit nangka merupakan sisa yang beratnya lalu diabukan menggunakan tanur
dihasilkan ketika mengkonsumsi buah dengan temperatur 700 oC selama 3 jam,
nangka.Kulit nangka kurang dimanfaatkan oleh selanjutnya sampel arang didinginkan didalam
masyarakat karena dianggap tidak dapat menjadi desikator dan ditimbang. Proses ini dilalukaan
bahan yang menghasilkan nilai ekonomis.Oleh berulang hingga diperoleh berat yang konstan.
karena itu kulit nangka merupakan limbah
pertanian yang menjadi limbah organik bagi Pengaruh waktu kontak
lingkungan. Larutan kadmium 20 mg/L dimasukkan ke
Kulit nangka pada dasarnya adalah material dalam 5 buah labu Erlenmeyer masing-masing
yang terbentuk dari polimer-polimer alami sebanyak 25 mL. Ditambahkan arang sebanyak
(selulosa, lignin, dan hemiselulosa) (Prahas, 80 mg ke dalam masing-masing labu Erlenmeyer
dkk., 2008). Tiga polimer ini dikelompokkan tersebut lalu ditutup dengan alumunium
dalam menjadi senyawa lignoselulosa.Senyawa foil.Larutan dikocok menggunakan shaker
ini memang banyak ditemukan dalam limbah- dengan variasi waktu kontak 30, 60, 90, 120, dan
limbah pertanian seperti kuli nangka.Lignoselusa 150 menit.Filtrat disaring dengan kertas saring
dalam limbah petanian mengandung selulosa Whatman 41 lalu diukur konsentrasinya
(35%-50%), hemiselulosa (20%-35%), dan lignin menggunakan spektrofotometri serapan atom.
(10%-25%). Kandungan bahan lignoselulosa Perlakuan yang sama dilakukan untuk larutan
membuat kulit nangka dapat dijadikan arang nikel.
hayati melalui proses pembakaran. Arang hayati
dari kulit nangka dapat dimanfaatkan sebagai Pengaruh pH larutan
adsorben terhadap logam berat (Saha, 2004). Larutan kadmium dan nikel dibuatsebanyak
25 mL dengan pH 3, 4, 5, 6, dan 7 melalui

29
Hendra Baloga Pembuatan Arang Dari Kulit Nangka........................

penambahan larutan HCl. Masing-masing larutan kualitas arangnya semakin baik (Hartanto &
tersebut ditambahkan arang sebanyak 80 mg. Ratnawati, 2010).
Erlenmeyer ditutup menggunakan kertas Arang hasil karbonasi tidak hanya
aluminium foil dan selanjutnya dikocok mengandung karbon akan tetapi memiliki
menggunakan shaker selama waktu sentuh kandungan lain seperti mineral. Bahan-bahan
optimum yang telah diperoleh pada tahapan mineral itu antara lain lempung, silica, kalsium,
sebelumnya. Filtrat dan residu dipisahkan dengan dan magnesium oksida (FAO, 1987).
penyaringan menggunakan kertas Dalam penelitian ini, kadar abu yang
saringWhatman 41. Konsentrasi larutan filtrat diperoleh yaitu 9,3%. Hasil ini memenuhi
diukur menggunakan spektrofometri serapan standar mutu arang yang ditetapkan oleh standar
atom. nasional Indonesia (SNI) yaitu 10%. Kandungan
kadar abu pada arang dapat mempengaruhi
Pengaruh konsentrasi larutan kapasitas adsorpsinya (Abdullah, dkk., 2001).
Larutan kadmium dan nikel dibuat sebanyak Abu dapat menyumbat pori-pori pada arang
25 mL dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80 dan 100 sehingga luas permukaan arang menurun (Feng,
mg/L dari larutan induk.Kemudian masing- dkk., 2014). Penurunan luas permukaan
masing larutan dimasukkan ke dalam 5 buah mengakibatkan penurunan kapasitas adsorpsi
Erlenmeyer.Larutan ditambahkan dengan HCl (Sembiring & Sinaga, 2003).
untuk memperoleh pH optimum pada prosedur Dari data kadar air dan kadar abu yang
sebelumnya.Masing-masing larutan dicampur diperoleh dapat diketahui bahwa persen kadar
dengan adsorben sebanyak 80 mg.Erlenmeyer biomassa yang dapat digunakan dalam menjerap
ditutup dengan kertas aluminium foil dan adalah 86,3%. Melubu, dkk., (n.d) dalam
selanjutnya dikocok menggunakan shaker penelitiannya memperoleh kadar air dan kadar
dengan waktu sentuh optimum yang telah abu dari arang hayati kulit manggis sebesar 3,9%
diperoleh dari prosedur sebelumnya.Filtrat dan dan 4,1%. Hal ini menunjukkan bahwa arang dari
residu dipisahkan dengan penyaringan kulit nangka memiliki kadar air dan kadar abu
menggunakan kertas saring Whatman yang lebih besar daripada kadar air dan kadar
41.Konsentrasi filtrat diukur menggunakan abu pada kulit manggis.
spektrofotometri serapan atom
Variasi waktu kontak
Analisa data Pada umumnya, kekuatan efisiensi adsorpsi
Untuk menganalisa persentase adsorpsi bergantung pada waktu dari penjerapan (Gaya,
menggunakan persamaan sebagai berikut: dkk., 2015). Oleh karena itu, pengaruh waktu
(%)  Co -Ce Co ×100 ; dimana, Co adalah kontak dalam proses adsorpsi logam kadmium
konsentrasi kadmium dan nikel sebelum adsorpsi dan nikel diteliti. Dalam penelitian ini, variasi
(mg/L); Ceadalah konsentrasi kadmium dan nikel waktu kontak yang digunakan pada adsorpsi
setelah adsorpsi (mg/L) (Gaya, dkk., 2015). logam kadmium dan nikel oleh arang kulit
nangka adalah 30, 60, 90, 120 dan 150
Hasil dan Pembahasan menit.Perbedaan variasi waktu digunakan untuk
mengetahui waktu optimum dari adsorpsi logam
Kadar air dan kadar abu arang kadmium dan nikel oleh adsorben arang dari
Penetapan kadar air bertujuan untuk kulit nangka.
mengetaui sifat higroskopis atau kemampuan Hasil penelitian pada Gambar 1
menyerap air oleh arang. Kadar air arang dari menunjukkan bahwa adsorpsi ion kadmium dan
kulit nangka yang diperoleh pada penelitian ini ion nikel oleh arang dari kulit nangka
yaitu 4,4%. Hasil yang diperoleh menunjukkan dipengaruhi oleh waktu sentuh.Dari gambar
bahwa kadar air arang kulit nangka yang dalam tersebut juga dapat dilihat bahwa ion kadmium
penelitian ini memenuhi standar kualitas arang terjerap secara maksimum pada periode waktu
aktif berdasar Standar Nasional Indonesia, yaitu sentuh 120 menit dan ion nikel pada periode
maksimal 15% (Pujiarti & Sutapa, 2005). waktu sentuh 150 menit. Data hasil penelitian
Hasil ini menunjukkan bahwa arang dari menunjukkan efisiensi adsorpsi (%) ion
kulit nangka yang dihasilkan memiliki sifat kadmium oleh arang kulit nangka pada masing
higroskopis. Hal ini terjadi karena pada proses masing variasi waktu adalah sebaga berikut: pada
karbonisasi yang semakin lama maka pori-pori waktu 30 menit sebesar 80,40%, pada waktu 60
dari arang akan makin terbuka, sehingga pada menit sebesar 84,25%, pada waktu 90 menit
saat pemindahan arang dari tanurke alat sebesar 83,10%, pada waktu 120 menit sebesar
penimbangan untuk menentukan kadar air, 84,65% dan pada waktu 150 menit sebesar
terjadi kontak langsung antara arang yang 83,90%. Sedangkan untuk ion nikel adalah pada
bersifat higroskopis dengan udara sehingga arang waktu 30 menit sebesar 83,35%, pada waktu 60
banyak menyerap uap air. Daya adsorpsi sangat menit sebesar 83,30%, pada waktu 90 menit
bergantung pada karakteristik arang yang sebesar 86,00%, pada waktu 120 menit sebesar
dihasilkan, semakin kecil kadar airnya, maka 87,20% dan pada waktu 150 menit sebesar
87,95%.

30
J. Akademika Kim. 8(1): 28-33, February 2019
ISSN 2302-6030 (p), 2477-5185 (e)

0.90 kesetimbangan dimana konsentrasi ion logam


pada fase cair sama dengan konsentrasi ion

% Cd dan Ni Terjerap
0.80 logam pada fase adsorben (Marlinawati, dkk.,
2015).
0.70 Variasi pH larutan
Cd
Menurut Syauqiah, dkk., (2011) pH larutan
0.60 Ni mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas
0.50 gugus fungsi pada biosorben dan kompetisi ion
logam dalam proses adsorpsi. Oleh karena itu
0 100 200 penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
Waktu Kontak (menit) mengetahui pH optimum penjerapan ion
kadmium dan nikel oleh arang dari kulit nangka.
Variasi pH yang digunakan untuk
Gambar 1.Grafik hubungan antara waktu sentuh menentukan pH optimum adalah pH 3, 4, 5, 6,
(menit) terhadap % ion kadmium dan nikel dan 7. Hal ini mengacu pada diagram Pourbaix
terjerap yaitu diagram yang menunjukkan kestabilan ion
Cd2+ dan Ni2+ dalam larutan air (Takeno, 2005).
Gambar 2 menunjukan bahwa pH larutan
Dalam rentang waktu 30 menit sampai 60
dapat mempengaruhi kapasitas jerapan ion
menit berdasarkan data pada Gambar 1 terjadi
kadmium maupun nikel. Untuk ion kadmium
peningkatan efisiensi adsorpsi ion kadmium yang
pada pH 3, efisiensi adsorpsinya sebesar 96,45%
tinggi yaitu dari 80,40% sampai 84,25%.
lalu mengalami peningkatan pada pH 4 yaitu
Peningkatan tersebut terjadi karena semakin lama
97,70% dan menurun pada pH 5 yaitu 96,10%.
waktu kontak mengakibatkan interaksi antara
Lalu pada pH 6 – 7 efisiensi adsorpsi kembali
arang kulit nangka dengan ion kadmium terjadi
meningkat secara signifikan yaitu dari 97,35% -
secara efektif.Hal ini dikarenakan arang kulit
99,10%. Sedangkan untuk ion nikel efisiensi
nangkamasih mampu mengadsorpsi lebih banyak
adsorpsi meningkat dari pH 3 – 5 yaitu masing-
ion logamkadmium karena sisi aktif pada arang
masing sebesar 83,00%, 87,20%, dan 91,75%.
masih efektif mengikat ion logam
Lalu mengalami penurunan pada pH 6 dan 7
kadmium.Semakin lama waktu kontakmaka
yaitu sebesar 90,25%, dan 89,95%. Berdasarkan
semakin besar pula konsentrasi ion logam
data hasil penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa
kadmiumyang teradsorpsi karena semakin
ion kadmium dan nikel terjerap secara optimum
banyak kesempatanpartikel arang aktif untuk
masing-masing pada pH 7 dan 5.Hal ini dapat
bersinggungan dengan ionlogam kadmium.Pada
terjadi akibat berkurangnya ion H+ dalam larutan.
ion nikel, peningkatan efisiensi adsorpsi terjadi
Pada pH 7 dan 5, ion logam kadmium dapat
dari waktu sentuh 60 menit sampai pada 150
terjerap oleh adsorben dengan baik karena tidak
menit.Hal ini menyebabkan semakin banyak
terjadi persaingan ketat antara ion H+ dan ion
ionlogam kadmium yang terikat di dalam pori-
logam itu sendiri untuk berikatan dengan gugus
pori arang aktif.Kondisi ini akan terus berlanjut
anionik pada sisi aktif adsorben arang dari kulit
hingga mencapaikondisi jenuh atau waktu
nangka.
optimum, dimana arang aktiftelah dipenuhi oleh
Secara keseluruhan efisiensi adsorpsi ion
ion logam kadmium sehingga waktukontak tidak
kadmium maupun ion nikel mengalami
lagi berpengaruh (Marlinawati, dkk., 2015).
peningkatan seiring bertambah besarnya nilai pH
Sedangkan pada waktu kontak 60 menit dan
larutan. Pada pH rendah, ion H+ terdapat secara
150 menit terjadi penurunan efisiensi adsorpsi
melimpah menyebabkan permukaan adsorben
pada ion kadmium.Sedangkan pada ion nikel,
terprotonasi oleh ion H+ sehingga terjadi
penurunan efisiensi adsorpsi ini terjadi pada
persaingan antara proton H+ dengan ion
menit awal yaitu menit ke-60.Hal ini
kadmium dan nikel. Oleh karena itu ion H+
menandakan bahwa arang aktif mengalami
bereaksi dengan gugus anionik yang merupakan
desorpsi yaitu melepaskan kembali ion logam
sisi aktif pada permukaan adsorben dan hanya
yang telah diadsorpsi karena arang aktif
sedikit yang bereaksi dengan ion kadmium dan
mengalami kejenuhan sehingga tidak mampu
nikel. Sedangkan pada pH tinggi ion H+
mengadsorpsi ion logam lebih banyak lagi akibat
berkurang sehingga ion kadmium dapat dijerap
seluruh gugus aktif telah terikat dengan ion
oleh adsorben secara maksimal (Anggraini &
logam dalam larutan. Dalam hal ini telah tercapai
Ulfin, 2013).

31
Hendra Baloga Pembuatan Arang Dari Kulit Nangka........................

1.10 yang digunakan yaitu 20, 40, 60, 80, dan 100
mg/L.

% Cd dan Ni Terjerap
0.90
1.50

% Cd dan Ni Terjerap
0.70 Cd
Ni 1.00
0.50
0 5 10 0.50 Cd
pH Ion Cd dan Ni Ni
0.00
Gambar 2.Grafik hubungan antara pH larutan 0 20 40 60 80 100120
terhadap % ion kadmium dan nikel terjerap Konsentrasi Larutan Cd dan Ni (mg/L)

Gambar 2 menunjukkan bahwa sebelum Gambar 3.Grafik hubungan antara konsentrasi


terjadi peningkatan pada pH 7, efisiensi adsorpsi ion logam terhadap % ion kadmium dan nikel
logam kadmium mengalami penurunan terlebih terjerap
dahulu pada pH 5.Hal ini jarang terjadi dalam
penelitian tentang penjerapan logam oleh Gambar 3 menunjukkan bahwa konsentrasi
arang.Secara teoritis penurunan ion H+ dapat awal ion kadmium dan nikel mempengaruhi
mengakibatkan efisiensi adsorpsi semakin proses adsorpsi. Efisiensi adsorpsi ion kadmium
meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh mengalami peningkatan dari konsentrasi 20
beberapa kemungkinan antara lain adalah sampai 40 mg/L dengan presentasi 98,50%
terjadinya pengendapan karena adanya reaksi sampai 99,43%. Namun, pada konsentrasi 60
antara ion Cd2+ dengan ion Cl- yang sampai 100 mg/L terjadi penurunan efisiensi
mengakibatkan endapan tidak terjerap oleh arang adsorpsi dengan presentasi jerapan 98,43%
sehingga mempengaruhi pengukuran persentasi sampai 96,67%.
jerapannya. Selain itu, penggunaan konsentrasi Radyawati, (2011) menjelaskan bahwa
yang rendah yaitu Cd 20 mg/L rentan terhadap jerapan dipengaruhi oleh konsentrasi larutan,
kesalahan akibat sensitivitas alat yang digunakan semakin besar konsentrasi maka jerapan ion
termasuk pada tahap pengenceran larutan. logam juga akan semakin bertambah sampai
Sedangkan untuk ion nikel, penurunan batas konsentrasi tertentu. Jumlah ion logam
efisiensi terjadi tepat setelah melewati titik yang terjerap akan meningkat saat adsorben
adsorpsi optimum yaitu pada pH 6 dan 7, hal ini arang belum mengalami penjenuhan oleh
dikarenakan arang kulit nangka telah jenuh oleh adsorbat. Selanjutnya jika pusat aktif telah jenuh
ion Cd2+ sehingga menyebabkan kemampuan oleh ion logam maka akan terjadi penurunan ion
arang aktif untuk menyerap ion logam menurun logam yang terjerap.
(Marlinawati, dkk., 2015). Selain itu, pH netral Gambar 3 menunjukkan bahwa efisiensi
dapat pula mengakibatkan terjadinya hidrolisis adsorpsi ion nikel mengalami penurunan
logam dalam larutan yang mengakibatkan ion Penurunan terjadi sejalan dengan kenaikan
tersebut menjadi tidak stabil, sehingga sulit untuk konsentrasi ion nikel. Pada konsentrasi 20 mg/L
diadsorpsi oleh adsorben (Apriliani, 2010). ion nikel terjerap sebanyak 75,15% dan terus
Variasi konsentrasi larutan menurun sampai pada konsentrasi 100 mg/L
Konsentrasi adsorbat merupakan faktor dengan presentasi jerapan 69,20%. Menurut
yang penting dalam proses adsorpsi. Parlayici, dkk., (2015) saat jumlah adsorben yang
Kemampuan penjerapan suatu adsorben digunakan konstan pada berat tertentu maka
dipengaruhi oleh konsentrasi dari ion logam jumlah situs aktif dalam adsorpsi juga tetap
tersebut. Perbedaan konsentrasi akan konstan yang akhirnya akan menjadi jenuh
mempengaruhi jumlah ion logam yang terdapat dengan ion nikel. Maka karena kejenuhan pada
di dalamnya (Susilawati, dkk., 2015). Parlayici, situs adsorpsi pada adsorben, laju adsorpsi ion
dkk., (2015) menyatakan bahwa konsentrasi awal nikel berkurang.
suatu ion logam memberikan suatu tenaga Kesimpulan
penggerak penting untuk mengatasi semua
halangan dari anion dalam perpindahan massa Karakteristik arang dari kulit nangka
(adsorpsi) antara larutan dan adsorben. meliputi kadar air sebesar 4,4%, kadar abu
Gambar 3 menunjukkan data hasil penelitian sebesar 9,3%, dan kadar biomassa yang dapat
pengaruh konsentrasi awal logam kadmium dan digunakan sebagai arang penjerap sebesar 86,3%.
nikel terhadap proses adsorpsi dengan Adsorpsi optimum oleh adsorben arang dari kulit
memanfaatkan arang dari kulit nangka sebagai nangka untuk ion kadmium terjadi pada waktu
adsorben. Variasi konsentrasi awal ion logam kontak 120 menit, pH 7 dan konsentrasi 40 mg/L
dengan presentase jerapan berturut-turut adalah
84,65%, 99,10%, dan 99,43%. Sedangkan untuk

32
Volume, 8, No. 1, 2019, 28-33 Jurnal Akademika Kimia

logam nikel terjadi pada waktu kontak 150 Lestari, S. (2004). Mengurai susunan periodik
menit, pH 5, dan konsentrasi 20 mg/L dengan unsur kimia. Jakarta: P.T Kawan Pustaka.
presentase jerapan berturut-turut adalah 87,95%, Marlinawati, Yusuf, B., & Alimuddin. (2015).
91,75%, dan 75,15%. Pemanfaatan arang aktif dari kulit durian
Ucapan Terima Kasih (durio zibethinus L) sebagai adsorben ion
logam kadmium(II). Jurnal Kimia
Diucapkan terima kasih banyak kepada Mulawarman, 13(1), 23-27.
Tasrik dan Jumasta yang telah membantu dalam
Melubu, O., Walanda, D. K., & Abram, P. H.
melaksanakan penelitian ini. (dalam pencetakan). Daya adsorpsi arang
Referensi hayati kulit manggis (garcinia mangostana
L) terhadap logam timbal dan zink terlarut.
Abdullah, A. H., Kassim, A., Zainal, Z., Hussien, Jurnal Akademika Kimia(178/B/2016).
M. Z., Kuang, D., Ahmad, F., & Wooi, O. S.
(2001). Preparation and characterization of Parlayici, S., Eskizeybek, V., Avcı, A., &
activated carbon from gelam wood bark Pehlivan, E. (2015). Removal of chromium
(melaleuca cajuputi). Malaysian Journal of (VI) using activated carbon-supported-
Analytical Sciences, 7(1), 65-68. functionalized carbon nanotubes. Journal of
Nanostructure in Chemistry, 5(3), 255-263.
Alim, T. (2013). Nangka (artocarpus
heterophyllus). http//www.biologi- Prahas, D., Kartika, Y., Indraswati, N., &
sel.com/2013/2009/nangka-artocarpus- Ismadji, S. (2008). Activated carbon from
heterophyllus.html. jackfruit peel waste by H3PO4 chemical
activation: Pore structure and surface
Anggraini, Y. I. M., & Ulfin, I. (2013). chemistry characterization. Chemical
Penurunan kadar ion Cd(II) dalam larutan Engineering Journal, 140(2008), 32-42.
menggunakan biomassa dari tempurung biji
nyamplung: Studi kinetika. Jurnal Sains dan Pujiarti, R., & Sutapa, J. P. G. (2005). Mutu
Seni Pomits, 1(1), 1-3. arang aktif dari limbah kayu mahoni
(swietenia macrophylla king) sebagai bahan
Apriliani, A. (2010). Pemanfaatan arang ampas penjernih air. Jurnal Ilmu dan Kayu Tropis,
tebu sebagai adsorben ion logam Cd, Cr, Cu 3(2), 33-38.
dan Pb dalam limbah air. Skripsi. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Radyawati. (2011). Pembuatan biocharcoal dari
Hidayatullah. kulit pisang kepok untuk penyerapan logam
timbal (Pb) dan logam seng (Zn). Skripsi.
Diantariani, N. P. (2006). Penentuan kandungan Palu: Universitas Tadulako.
logam Pb dan Cr pada air dan sedimen
sungai Ao di Desa Sam Sam Kabupaten Saha, B. C. (2004). Lignocellulose
Tabanan. Skripsi. Bali: Universitas Tabanan. biodegradation and application in
biotechnology. Peoria: United States
Fahruddin. (2010). Bioteknologi lingkungan Department of Agricultural.
(Revisi ed.). Bandung: Alfabeta.
Sembiring, M. T., & Sinaga, T. S. (2003). Arang
FAO. (1987). Simple technologies for charcoal aktif (pengenalan dan proses
making. Roma: Forestry Department. pembuatannya). Medan: Universitas
Feng, Y., Yang, W., & Chu, W. (2014). Sumatera Utara.
Contribution of ash content related to Susilawati, N. E., Walanda, D. K., & Napitupulu,
methane adsorption behaviors of bituminous M. (2015). Biocharcoal dari serbuk gergaji
coals. International Journal of Chemical kayu cempaka (elmerrillia ovalis miq) serta
Engineering, 2014, 1-11. daya adsorpsinya pada zink dan tembaga.
Gaya, U. I., Otene, E., & Abdullah, A. H. (2015). Jurnal Akademika Kimia, 4(2), 71-77.
Adsorption of aqueous Cd(II) and Pb(II) on Syauqiah, I., Amalia, M., & Kartini, H. A.
activated carbon nanopores prepared by (2011). Analisis variasi waktu dan kecepatan
chemical activation of doum palm shell. pengaduk pada proses adsorpsi limbah logam
SpringerPlus, 4(1), 458-476. berat dengan arang aktif. Info Teknik, 12(1),
Hartanto, S., & Ratnawati. (2010). Pembuatan 11-20.
karbon aktif dari tempurung kelapa sawit Takeno, N. (2005). Atlas of Eh-pH diagrams.
dengan metode aktivasi kimia. Jurnal Sains Japan: National Institute of Advanced
Materi Indonesia, 12(1), 12-16. Industrial Science and Technology.
Kurniasari, L. (2010). Pemanfaatan Widowati, W., Sastiono, A., Rosari, R. W., &
mikroorganisme dan limbah pertanian Rumampuk, R. J. (2008). Efek toksik logam.
sebagai bahan baku biosorben logam berat. Yogyakarta: Andi.
Momentum, 6(2), 5-8.

33

Anda mungkin juga menyukai