Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-4)

Institut Teknologi Padang (ITP), Padang, 27 Juli 2017


ISBN: 978-602-70570-5-0
http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/pimimd2017

Pemanfaatan Kappa-Karaginan dari Rumput Laut Merah


(Eucheuma cottonii) sebagai Bahan Solidifikasi dan Stabilisasi
Logam Berat Chromium pada Limbah Tekstil

Nyoman Bagus Aryananda Suardika*, Bambang Tri Atmaja, Shandira Deseliane


LNG Academy (Politeknik Negeri Jakarta-PT Badak NGL)
Kompleks PT Badak NGL, Bontang, Kalimantan Timur, Indonesia
*Correspondence should be addressed to aryanandabagus03@gmail.com

Abstrak
Sandang merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Kebutuhan tekstil yang meningkat mendorong
tumbuhnya industri tekstil di Indonesia. Sayangnya, perkembangan industri sering kali melupakan faktor
keamanan lingkungan seperti pengolahan limbah secara efektif. Limbah industri tekstil teridentifikasi
mengandung logam berat chromium yang digunakan dalam jumlah besar pada proses penyempurnaan tekstil.
Limbah tekstil yang dibuang tanpa pengolahan berpotensi menimbulkan migrasi logam berat chromium menuju
ekosistem sekitar. Logam berat chromium pada limbah tekstil dapat mencemari perairan bahkan terakumulasi
pada hasil persawahan dan perkebunan yang berujung pada penurunan kesehatan masyarakat. Di lain sisi,
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi besar pada daerah pesisir. Salah satunya adalah
rumput laut. Kappa-karaginan merupakan getah rumput laut Eucheuma cottonii yang diekstraksi dengan air
panas atau larutan alkali. Karaginan dapat berfungsi sebagai bahan penjerap (adsorbent), pengikat bahan-bahan
lain (flocculating agent), dan gelling agent. Kappa-karaginan memicu proses solidifikasi/stabilisasi (S/S) yaitu
membentuk padatan limbah yang kuat dan tahan lama, serta mudah ditangani dan tidak meluluhkan kontaminan
ke lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme kappa-karaginan Eucheuma cottonii
dalam pengolahan limbah tekstil yang tercemar chromium serta implementasinya. Berdasarkan analisis dan
sintesis, disimpulkan bahwa mekanisme kappa-karaginan sebagai adsorbent dan flocculating agent terjadi
karena adanya gugus sulfat dan gugus hidroksil. Selain itu, sifat gelling agent akan membentuk agregat yang
menurunkan mobilisasi chromium. Implementasi kappa-karaginan dilakukan dengan menambahkannya dalam
bak penampungan limbah. Kandungan chromium akan terjerap dan membentuk flok-flok sehingga lebih mudah
dihilangkan melalui proses pemisahan berupa settling dan filtrasi. Dengan pemanfaatan karaginan untuk
mengurangi pencemaran limbah tekstil diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir di
Indonesia dengan mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang ada.

Kata kunci: Eucheuma cottonii, karaginan, limbah tekstil, solidifikasi/stabilisasi, chromium.

1. Pendahuluan pencemaran limbah industri tekstil. Salah satu


Kebutuhan akan sandang bagi manusia contoh pencemaran limbah industri tekstil
sangatlah penting. Sandang bagi manusia adalah oleh tiga perusahaan tekstil yang
memiliki fungsi perlidungan, tanda keagungan membuang limbah cair tanpa pengolahan ke
dan perhiasan. Dewasa ini, kepedulian manusia Sungai Cikijing terjadi di Rancaekek, Bandung.
akan kebutuhan sandang semakin tinggi. Hal Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah
ini mendorong peningkatan produksi pada Jawa Barat menerbitkan hasil penelitian
industri tekstil, khususnya di Indonesia. kondisi air Sungai Cikijing tahun 2009-2015
Menurut catatan Kementerian perindustrian, berada dalam kondisi tercemar dan melebihi
pada tahun 2016 investasi industri tekstil dan baku mutu kualitas air kelas IV. Dinas
produk tekstil (TPT) mencapai Rp7,54 triliun Pertanian dan Kehutanan kabupaten Bandung
dengan perolehan devisa sebesar USD11,87 mencatat hingga tahun 2009, lahan sawah yang
miliar [1]. tercemar limbah industri di Desa Linggar,
Sayangnya, perkembangan industri sering Sukamulya, Jelegong, dan Bojongloa seluas
kali melupakan faktor keamanan lingkungan 415 hektare atau 42,2% dari total bahan baku
seperti pengolahan limbah secara efektif. Telah lahan sawah seluas 983 hektare di empat desa
banyak terjadi kasus-kasus pencemaran limbah tersebut. Ditemukan pula kandungan timbal
yang ditemui di Indonesia, terutama dan cadmium dalam tanah sawah lapisan olah
© 2017 ITP Press. All rights reserved. DOI 10.21063/PIMIMD4.2017.9-16
10 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang

dan chromium dalam jerami dan beras di membentuk padatan limbah yang kuat dan
Rancaekek [2]. tahan lama, serta mudah ditangani dan tidak
Limbah industri sangat berbahaya karena meluluhkan kontaminan ke lingkungan.
banyak mengandung zat-zat kimia berbahaya Dengan pemanfaatan karaginan untuk
bagi makhluk hidup. Limbah industri tekstil mengurangi pencemaran limbah tekstil
teridentifikasi mengandung logam berat diharapkan dapat meningkatkan perekonomian
chromium yang digunakan dalam jumlah besar masyarakat pesisir di Indonesia dengan
pada proses penyempurnaan tekstil. Limbah mengoptimalkan potensi sumber daya alam
tekstil yang dibuang tanpa pengolahan yang ada.
berpotensi menimbulkan migrasi logam berat Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian
chromium menuju ekosistem sekitar. Seperti berjudul Pemanfaatan Kappa-Karaginan dari
terjadi pada Sungai Winongo, Yogyakarta Rumput Laut Merah (Eucheuma cottonii)
yang menerima limbah industri berbagai sebagai Bahan Solidifikasi dan Stabilisasi
macam industri termasuk di dalamnya limbah Logam Berat Chromium pada Limbah Tekstil
industri tekstil, industri batik, an industri ini kami lakukan.
penyamakan kulit. Sungai ini merupakan Berdasarkan latar belakang di atas, maka
sumber air untuk kegiatan MCK dan perikanan. dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai
Pada sebuah penelitian disebutkan bahwa berikut:
kandungan logam berat chromium pada Ikan 1) Bagaimana mekanisme kappa-karaginan
Nila Merah (Oreochromis sp) sudah melebihi Euchema cottonii dalam pengolahan
ambang batas sehingga tidak layak untuk limbah tekstil?
dikonsumsi [3]. Logam berat chromium pada 2) Bagaimana implementasi kappa-karaginan
limbah tekstil yang mencemari perairan dapat Euchema cottonii dalam pengolahan
terakumulasi pada organisme air, hasil limbah tekstil?
persawahan dan perkebunan yang berujung Adapun Tujuan penelitian ini adalah:
pada penurunan kesehatan masyarakat seperti 1) Mengetahui mekanisme kappa-karaginan
timbulnya penyakit-penyakit pada jangka Euchema cottonii dalam pengolahan
waktu yang panjang. limbah tekstil.
Di lain sisi, Indonesia merupakan negara 2) Mengetahui implementasi kappa-
maritim yang memiliki potensi besar pada karaginan Euchema cottonii dalam
daerah pesisir. Salah satunya adalah rumput pengolahan limbah tekstil.
laut. Indonesia berada pada posisi kedua
setelah China sebagai produsen terbesar 2. Kajian Pustaka
rumput laut jenis Euchema cottonii di dunia [4]. A. Limbah Industri Tekstil
Luas indikatif lahan yang dimanfaatkan untuk Industri tekstil mengonsumsi air dan bahan
budidaya rumput laut di Indonesia mencapai kimia untuk proses basah dalam, pemucatan,
769.452 ha dan baru setengahnya yang pewarnaan, pencetakan, dan penyempurnaan.
termanfaatkan secara efektif [5]. Pada umumnya Air limbah tekstil terlihat
Rumput laut memiliki banyak nilai guna, keruh berwarna, kadang-kadang panas dan
diantaranya dimanfaatkan sebagai produk berbusa, mengandung berbagai jenis bahan
makanan, kesehatan, kosmetika, pupuk tani, organik dan anorganik dengan nilai pH,
dan pengendalian pencemaran. Rumput laut padatan tersuspensi, COD dan BOD yang
telah ditemukan dapat membersihkan polutan tinggi, serta bahan beracun berupa senyawa
mineral dan menyerap logam secara efektif. fenol dan logam berat, akan memberikan
Dalam temuan terbaru, peneliti Eropa mampu beban pencemaran tinggi pada badan air
menggunakan rumput laut untuk menyerap penerima mengakibatkan terganggunya
logam dalam air limbah tambang hingga 95% kehidupan biota air atau siklus ekologi yang
[6]. Salah satu cara memanfaatkan rumput laut berdampak luas terhadap kehidupan mahluk
sebagai penyerap logam adalah dengan pada umumnya [7].
mengolahnya sebagai kappa-karaginan.
Kappa-karaginan merupakan getah rumput laut B. Pengolahan Industri Tekstil
Eucheuma cottonii yang diekstraksi dengan air Menurut Degreemont ada beberapa
panas atau larutan alkali. Karaginan dapat alternatif teknologi yang dapat digunakan
berfungsi sebagai bahan penjerap (adsorbent), untuk mengolah limbah cair yang mengandung
pengikat bahan-bahan lain (flocculating agent), zat pewarna [8]:
dan gelling agent. Kappa-karaginan memicu
proses solidifikasi/stabilisasi (S/S) yaitu
Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 11

1) Netralisasi dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan


Secara umum proses netralisasi digunakan internasional. Klasifikasi Eucheuma cottonii
untuk menetralkan limbah cair yang bersifat adalah sebagai berikut [12].
terlalu asam atau basa. Bahan kimia penetral
yang sering digunakan adalah natrium Kingdom : Plantae
hidroksida, natrium karbonat, kalsium Divisi : Rhodophyta
hidroksida hidrat, asam sulfat, asam klorida Kelas : Rhodophyceae
dan karbon dioksida Ordo : Gigartinales
2) Koagulasi dan Flokulasi Famili : Solieracea
Pada proses koagulasi dan flokulasi, Genus : Eucheuma
padatan termasuk juga zat pewarna akan saling Spesies : Eucheuma alvarezii
menempel dan membentuk partikel dengan
ukuran yang lebih besar dan berat (flok). Flok
selanjutnya dapat dipisahkan melalui filtrasi,
pengendapan dan pengapungan.
3) Adsorpsi
Adsorbsi adalah penyerapan partikel-
partimel halus oleh bahan adsorben. Pada
proses ini warna yang ada dalam air limbah
juga akan ikut terserap. Proses penghilangan
warna dengan karbon aktif saat ini banyak
digunakan terutama untuk zat warna anorganik
dengan konsentrasi rendah.

C. Chromium (Cr) dan Penggunaannya


dalam Industri Tekstil Gambar 1. Eucheuma cottonii [11]
Kromium dalam larutan biasanya
3+
berbentuk trivalen (Cr ) dan ion heksavalen E. Karaginan
(Cr6+). Sebenarnya kromium dalam bentuk ion Karaginan adalah senyawa yang diekstraksi
trivalent tidak begitu berbahaya dibandingkan dari rumput laut dari Famili Rhodophyceae
dengan bentuk heksavalen. Namun, limbah seperti Eucheuma spinosum dan Eucheuma
tekstil banyak mengandung senyawa organik cottonii yang terdiri dari rantai poliglikan
sehingga terdapat potensi terjadinya peristiwa bersulfat [13]. Tiga jenis karaginan komersial
oksidasi. Sehingga keadaan tersebut Cr 3+ yang penting adalah karaginan kappa, iota dan
tersebut akan berubah Cr6+ yang berbahaya [9]. lambda karaginan yang memiliki struktur dan
Pencemaran lingkungan oleh Cr(VI) dapat bentuk yang jelas sebagai polisakarida
membahayakan kesehatan manusia karena hidrofilik linier, yang tersusun dari disakarida
sangat beracun yang dapat menimbulkan iritasi berulang dengan unit galaktosa dan 3,6-
kulit, rasa mual, kanker saluran pernapasan anhydro galactose (3,6 AG) dan terdiri dari
dan paru-paru. grup sulfat dan nonsulfat, bergabung dengan
Senyawa krom di industri tekstil terutama rantai glikosidik dengan α-(1,3) dan β-(1,4)
digunakan dalam proses pencelupan yang yang bertukar. Karaginan berperan sangat
menggunakan zat warna direk, sebagai penting sebagai stabilisator (pengatur
komponen fiksasi zat warna tersebut, dan zat keseimbangan), thickener (bahan pengentalan),
warna mordan, digaunakan dalam bentuk pembentuk gel, pengemulsi dan lain-lain [14].
garam Cr(III). Uni-Eropa menentukan Karaginan termasuk senyawa hidrokoloid yang
prasyarat kadar Cr dalam zat warna tekstil banyak digunakan untuk meningkatkan sifat-
maksimum 100 ppm [10]. sifat tektur dan kestabilan suatu cairan produk
pangan [15].
D. Eucheuma cottonii 1) Kappa Karaginan
Eucheuma cottonii merupakan salah satu Kappa karaginan memiliki gugus ester
jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) dan sulfat dalam jumlah yang rendah, tetapi
berubah nama menjadi Kappaphycus alvarezii mengandung 3.6 anhidrogalaktosa yang
karena karaginan yang dihasilkan termasuk bersifat hidrofobik seperti kalium.
fraksi kappa-karaginan. Maka, jenis ini secara Keseimbangan antara komponen yang larut
taksonomi disebut Kappaphycus alvarezii [11]. dengan komponen yang tidak larut, akan
Nama daerah ‘cottonii’ umumnya lebih dikenal mengganggu terbentuknya gel [16, 17].
12 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang

selluler seperti polisakarida yang dapat


digunakan untuk menghilangkan logam.
Pada pengujian karakterisasi gugus fungsi
kappa-karaginan menggunakan Fourier
Transform Infrared (FTIR) didapatkan hasil
bilangan gelombang yang menunjukkan
adanya gugus 3,6-anhidrogalaktosa-4-sulfat,
Gambar 2. Struktur Kimia Kappa Karaginan [18] gugus ester sulfat, OH, dan ikatang likosidik
pada kappa-karaginan [21]. Adanya gugus OH,
Semua karaginan larut air panas. Karaginan pada kappa-karaginan menyebabkan terjadinya
jenis kappa kurang hidrofilik karena lebih sifat polar pada adsorben tersebut. Dengan
banyak memiliki gugus 3.6-anhidro-D- demikian kappa-karaginan lebih kuat menjerap
galaktosa. Karaginan jenis iota lebih hidrofilik zat yang bersifat polar dari pada zat yang
karena adanya gugus 2-sulfat yang dapat kurang polar [22]. Mekanisme jerapan yang
menetralkan 3.6-anhidro-D-galaktosa yang terjadi antara gugus -OH yang terikat pada
kurang hidrofilik dan lambda karaginan mudah permukaan dengan ion logam Cr yang
larut pada semua kondisi karena tanpa unit 3.6- bermuatan positif (kation) merupakan
anhidro-D-galaktosa dan mengandung gugus mekanisme pertukaran ion dapat dilihat pada
sulfat yang lebih tinggi [12, 19]. Gambar 3.

3. Metode Penulisan
Data-data yang digunakan dalam karya tulis
ini bersumber dari berbagai referensi atau
literatur yang relevan dengan topik
permasalahan yang dibahas. Jenis data ang
diperoleh berupa data sekunder yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif. Gambar 3. Pengikatan Ion Cr pada Gugus OH [22]
Digunakan metode studi pustaka yang
didasarkan atas hasil studi terhadap berbagai Cr3+ adalah ion logam Chromium, -OH
literatur. adalah gugus hidroksil dan Y adalah matriks
Setelah data yang diperlukan terkumpul, tempat gugus -OH terikat. Interaksi antara
dilakukan pengolahan data dengan menyusun gugus -OH dengan ion logam kromium juga
secara sistematis dan logis. Teknik analisis memungkinkan melalui mekanisme
data yang dipilih adalah analisis deskriptif pembentukan kompleks koordinasi karena
argumentatif, dengan tulisan yang bersifat atom oksigen (O) pada gugus -OH mempunyai
deskriptif, menggambarkan tentang potensi pasangan elektron bebas, sedangkan ion logam
karaginan pada pada rumput laut Eucheuma mempunyai orbital kosong. Pasangan elektron
cottonii dalam pengolahan logam berat Cr bebas tersebut akan menempati orbital kosong
pada limbah cair tekstil. yang dimiliki oleh ion logam, sehingga
Setelah proses analisis, dilakukan proses terbentuk suatu senyawa atau ion kompleks.
sintesis dengan menghimpun dan Ikatan kimia yang terjadi antara gugus aktif
menghubungkan rumusan masalah, tujuan pada zat organik dengan molekul dapat
penulisan serta pembahasan yang dilakukan. dijelaskan sebagai perilaku interaksi asam-basa
Berikutnya ditarik simpulan yang bersifat Lewis yang menghasilkan kompleks pada
umum kemudian direkomendasikan beberapa permukaan padatan [22, 23].
hal sebagai upaya transfer gagasan. Terjadi pengikatan ion Cr 3+ oleh gugus –
gugus fungsi yang dimiliki oleh karaginan
4. Analisis dan Sintesis akan membuat ion Chromium terikat atau
A. Agen Stabilisasi terserap, terkumpul dan terjadi flok – flok
Kappa-karaginan sangat berpotensi sebagai logam. Kappa-karaginan dengan kemampuan
adsorben logam berat melalui mekanisme daya ikat atau daya serapnya mampu
biosorpsinya. Biosorpsi dapat didefinisikan menjadikannya tidak berbahaya. Polielektrolit
sebagai penghapusan logam atau spesi merupakan bagian dari polimer khusus yang
metalloid, senyawa dan partikel dari larutan dapat terionisasi dan mempunyai kemampuan
dengan bahan biologis [20]. Baik yang hidup untuk membuat terjadinya suatu flokulasi
maupun biomassa mati memiliki produk dalam medium cair [24].
Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 13

Mekanisme karaginan dalam menstabilkan dengan makin bertambahnya bentuk helix akan
air limbah tekstil dapat terjadi karena terbentuk agregat yang bertanggung jawa
karaginan dapat berfungsi sebagai flocculating terhadap terbentuknya gel yang kuat[17].
agent. Dengan penambahan karaginan pada air Mekanisme pembentukan gel oleh kappa-
limbah tekstil akan memicu terjadinya karaginan dapat dilihat pada Gambar 4.
flokulasi dan koagulasi. Koagulasi adalah
proses pengolahan air atau limbah cair dengan
menstabilkan partikel – partikel koloid untuk
memfasilitasi pertumbuhan partikel selama
flokulasi, sedangkan flokulasi adalah proses
pengolahan air dengan cara mengadakan
kontak diantara partikel – partikel koloid yang
telah mengalami destabilisasi sehingga ukuran
partikel – partikelnya tumbuh menjadi partikel
yang lebih besar [24]. Random coil Double helix Agregat
Agar partikel – partikel koloid dapat
menggumpal, gaya tolak menolak elektrostatis Gambar 4. Mekanisme Pembentukan Gel oleh
antara partikelnya harus dikurangi dan Kappa-Karaginan [17]
transportasi partikel harus menghasilkan
kontak diantara partikel yang mengalami Gel yang dihasilkan bersifat mudah
destabilisasi. Setelah partikel koloid mengeras jika kontak dengan udara terbuka
mengalami destabilisasi maka partikel – dalam waktu yang relative lama. Kekerasan
partikel terbawa kedalam satu kotak antara atau kekakuan ini disebabkan karena
satu dengan yang lainnya sehingga dapat penguapan air dari basis sediaan. Dengan
mengalami penggumpalan dan membentuk berbagai mekanisme yang dimiliki oleh kappa-
partikel yang lebih besar yang disebut dengan karaginan seperti absorpsi, flokulasi dan
flok. Koagulasi yang disebabkan oleh pembentukan gel, maka kappa-karaginan dapat
polielektrolit (kappa-karaginan) meliputi diganakan sebagai bahan pengolahan logam
empat tahap yaitu dispersi dari polielektrolit berat Cr pada limbah cair tekstil. Berbagai
dalam suspensi, adsorbsi antara permukaan mekanismenya dapat mengurangi laju migrasi
solid- liquid, kompresi atau pemeraman dari chromium sehingga tidak mencemari
polielektrik yang terabsorpsi, penyatuan dari lingkungan dan mempermudah untuk
masing –masing polielektrik yang telah pengolahan lebih lanjut.
dilingkupi oleh partikel untuk membentuk
flok-flok kecil dan berkembang menjadi flok C. Implementasi
yang lebih besar. Logam kromium dalam Banyak pihak yang menyadari tentang
larutan elektrolit merupakan partikel bahaya limbah cair tekstil. Namun lemahnya
bermuatan positif sedangkan kappa-karaginan pengawasan pemerintah tentang pengelolaan
merupakan polielektrolit bermuatan negative, limbah industry tekstil mengakibatkan sangat
reaksi antar kedua partikel akan menuju pada jarang adanya Instalasi Pengolahan Air
penghilangan gradient muatan dan Limbah (IPAL) untuk mengolah limbah
terbentuknya senyawa produk yang tidak cairnya. Maka dari itu kami memanfaatkan
bermuatan. rumput laut sebagai bahan pengolahan air
limbah tekstil. Biopolimer dari rumput laut
B. Agen Solidifikasi tidak bersifat toksik, murah, efisien, kompetitif
Kappa-karaginan merupakan fraksi yang terhadap resin penukar ion dan karbon aktif
mampu membentuk gel dalam air dan bersifat untuk penghapusan logam berat pada medium
thermo-reversible yaitu meleleh jika air [21, 25, 27].
dipanaskan dan membentuk gel kembali jika Secara umum, keuntungan pemanfaatan
didinginkan. Proses pemanasan dengan suhu rumput laut sebagai bahan pengolahan air
yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel limbah tekstil adalah kemampuannya yang
akan mengakibatkan polimer karaginan dalam cukup tinggi dalam mengabsorpsi karena
larutan menjadi random coil (acak). Bila suhu didalam rumput laut terdapat gugus fungsi
diturunkan, maka polimer akan membentuk yang dapat melakukan pengikatan dengan ion.
struktur double helix (pilinan ganda) dan bila Gugus fungsi tersebut terutama gugus
penurunan suhu terus dilanjutkan polimer – karboksil, hidroksil, amina, sulfudril imadazol,
polimer ini akan terikat silang secara kuat dan sulfat dan sulfonat yang terdapat dalam
14 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang

dinding sel dalam sitoplasma. Selain itu, bahan pengumpulan juga dapat dilakukan kurang dari
baku rumput laut mudah didapatkan dalam sehari apabila 2/3 wadah telah terisi oleh
jumlah banyak, biaya operasional yang rendah, limbah.
sludge yang dihasilkan sangat minim dan tidak Cara yang disarankan adalah dikirim ke
perlu nutrisi tambahan [21]. negara yang mempunyai fasilitas pengolahan
Rumput laut merah (Eucheuma cottonii) limbah dengan kandungan logam tingkat tinggi.
adalah rumput laut yang memiliki potensi Bila tidak memungkinkan, limbah dibuang ke
besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan tempat pembuangan yang aman sebagai
pengolahan air limbah tekstil. Rumput laut pembuangan akhir untuk limbah industri yang
Eucheuma cottonii dapat menghasilkan berbahaya. Cara lain yang paling sederhana
karaginan yang termasuk fraksi kappa- yaitu dengan cara kapsulisasi kemudian
karaginan. Pembuatan karaginan dilakukan dilanjutkan landfill ditanam di dalam tanah.
dengan merendam Eucheuma cottoni dalam air
tawar selama 12-24 jam, kemudian dibilas dan 5. Simpulan
ditiriskan. Hasilnya direndam kembali dalam Berdasarkan analisis dan sintesis dapat
air kapur selama ±2-3 jam kemudian dicuci disimpulkan bahwa:
kembali dan dibilas menggunakan air sampai 1) Mekanisme kappa-karaginan hasil ekstraksi
bersih. Setelah bersih dikeringkan dalam oven dari rumput laut merah (Eucheuma cottonii)
suhu 80°C selama 4 jam. Kemudian diblender sebagai adsorben ion kromium dapat terjadi
menjadi ukuran kecil dan dilakukan karena adanya berbagai gugus fungsi yang
pengayakan. Eucheuma cottonii yang dimilikinya terutama gugus karboksil,
diekstraksi lolos saringan 90 mesh ditimbang hidroksil, amina, sulfudril imadazol, sulfat
kemudian dimasukkan kedalam ekstraktor. dan sulfonat. Mekanisme yang dimiliki oleh
Selanjutnya diekstraksi pada suhu 90°C-95°C kappa karaginan adalah adsorpsi, flokulasi
menggunakan larutan NaOH dengan dan pembentukan gel, maka kappa-
konsentrasi tertentu selama 2 jam dengan karaginan dapat diganakan sebagai bahan
perbandingan pelarut dan bahan baku 20 ml : 1 stabilisasi dan solidifikasi kromium pada
g. Hasilnya disaring dan filtratnya air limbah tekstil. Berbagai mekanismenya
ditambahkan HCl hingga pH-nya netral (pH 7). dapat mengurangi laju migrasi kromium
Selanjutnya, ditambahkan pengendap dengan sehingga tidak mencemari lingkungan dan
perbandingan tertentu dan diaduk-aduk mempermudah untuk pengolahan lebih
kemudian dibiarkan selama 15 menit. Endapan lanjut.
disaring kemudian dikeringkan, lalu hasilnya 2) Implementasi kappa-karaginan dilakukan
ditimbang [26]. dengan menambahkan biomassa kappa-
Implementasi kappa-karaginan dilakukan karaginan dalam bak penampungan limbah
dengan menambahkan bio-masa ke dalam bak cair yang perlu disediakan pelaku industry
penampungan limbah cair yang perlu tekstil yang mengakibatkan pembentukan
disediakan pelaku industry tekstil. gel yang mengikat unsur ion logam berat,
Penambahan bio-masa ini mengakibatkan khususnya Cr. Gel akan mengendap
pembentukan gel yang mengikat unsur ion dibawah bak penampungan dan
logam berat, salah satunya adalah Cr. mempermudah untuk diambil untuk
Pembentukan gel ini terjadi dengan diproses lebih lanjut dan air limbah tidak
memanfaatkan sifat gelasi pada kappa mengandung unsur B3.
karaginan. Gel hasil ikatan gugus fungsi dan
Cr ini akan mengendap dibawah bak Selain itu, perlu disarankan hal-hal berikut:
penampungan dan mempermudah untuk 1) Konsep implementasi kappa-karaginan dari
diambil untuk diproses lebih lanjut dan air alga merah (Eucheuma cottonii) sebagai
limbah yang berada pada bak penampungan absorben dan flocculating agent ion
tidak lagi mengandung unsur logam berat kromium pada air limbah tekstil merupakan
bebas termasuk Cr yang dapat membahayakan. suatu proses transfer gagasan yang perlu
Hasil limbah ini akan dikemas dan ditaruh di dikonfirmasi potensinya melalui
wadah untuk diolah lebih lanjut. Pengumpulan serangkaian penelitian lebih lanjut.
limbah B3 medis dapat dilakukan oleh petugas 2) Diperlukan analisis lebih komprehensif
tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri mengenai implementasi kappakaraginan
(APD) yang khusus. APD yang digunakan dari alga merah (Eucheuma cottonii) pada
hanya sarung tangan. Limbah ini dapat air limbah tekstil dengan berbagai faktor
dikumpulkan setiap hari. Namun, eksternal yang berbeda.
Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang 15

Referensi [15] Distantina, Fadilah Sperisa ,YC.


[1] Ridwan. 2017. 2017, Pertumbuhan Danarto, Wiratni dan Moh. Fahrurrozi.
Industri TPT Capai Tujuh Persen. 2009. Pengaruh Kondisi Proses pada
[2] Marsiela, Adi. 2016. Cemari Pengolahan Eucheuma cottonii
Lingkungan, Tiga Pabrik di Sumedang terhadap Rendemen dan Sifat Gel
digugat. Karaginan. EKUILIBRIUM Vol.
[3] Intan Handayani, Ririn. 2015. 8.No.1. Hal 35-40.
Akumulasi Logam Berat Kromium (Cr) [16] Suryaningrum. 1988. Kajian
pada Daging Ikan Nila Merah Pertumbuhan dan Kandungan
(Oreochromis sp) dalam Karamba Karaginan Rumput Laut Kappaphycus
Jaring Apung (KJA) di Sungai Winongo alvarezii.
Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri [17] Syamsuar. 2006. Karakteristik
Semarang. Karaginan Rumput Laut Eucheuma
[4] Mutmainna. 2012. Dampak Kebijakan cottonii pada Berbagai Umur Panen,
Pemerintah terhadap Keuntungan dan Konsentrasi KOH dan Lama Ekstraksi.
Daya Saing Rumput Laut di Kepulauan Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.
Tanakeke Provinsi Sulawesi Selatan. [18] Komariah, Engkom. 2012.
Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Pengembangan Granul Mukoadhesif
[5] Hikmah. 2015. Strategi Pengembangan Diltiazem Tertahan di Lambung
Industri Pengolahan Komoditas Rumput Menggunakan Eksipien Koproses
Laut E. Cottonii untuk Peningkatan Karagenan dan Pragelatinasi Pati
Nilai Tambah di Sentra Kawasan Singkong Propionat. Tesis. Depok:
Industrialisasi. Universitas Indonesia.
[6] Jonathan Sahat, Hendro, Tim Redaksi. [19] Towle, G.A. 1973. Carrageenan. In
2013. Warta Ekspor Rumput Laut Industrial Gums. R.L. Wistler and Be.
Indonesia. Miller. S.N. (eds) Academic Press.
[7] Chen JM, Hao OJ. 1998. Microbial London.
Chromium(VI) Reduction. Critical Rev. [20] Gadd, G.M. dan White, C. 1993.
Environ Sci Technol Microbial Treatment of Metal Pollution
[8] Monod,J. 1991. Water Treatment a Working Biotechnology. Tibtech, 11:
Handbook, 6th edition, Volume 1. 353−359.
RueilMalmaison Cedex : Degremont [21] Lestari, Anisa Purwo. 2013. Studi
Water and the Environment. Pembuatan Komposit Film: Alginat
[9] Anonim, 1987, Kemungkinan Terikat Silang Karagenan dari Hasil
Pemanfaatan Buangan Mengandung Ekstraksi Biomassa Rumput Laut Coklat
Khrom Sebagai Bahan Penyamak Kulit, (Sargassum crassifolium) dan Rumput
BPPI, Semarang. Laut Merah (Eucheuma cottonii)
[10] Wahyudi, Tatang. 2007. Tesis: sebagai Biosorben Ion Logam Cu(II).
Prakonsentrasi Krom (VI) dari Matriks Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.
Tekstil dan Penyatuannya secara [22] Yantri, Ni Ketut. 1998. Pemanfaatan
Spektrometri Serapan Atom Tungku Jerami Padi (Oryza Sativa) Sebagai
Karbon. Bandung. Institut Teknologi Bahan Penyerap Ion Cu2+, Cd2+ Dan
Bandung. Pb2+ Pada Limbah Pencelupan
[11] Doty M.S. 1985. Eucheuma Farming for Perusahaan Garmen. Skripsi. PSP
Carrageenan-sea Grant Advisory Kimia Jurusan MIPA. STKIP Negeri
Report. New Jersey : Prentice-Hall. Singaraja
[12] Winansari, Wicitra. 2013. Efektifitas [23] Terada, K., Matsumoto, K., dan Kimuro,
Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma H., 1983. Sorption of Copper(II) by
cottonii sp. Sebagai Penyerap Ion Some Complexing Agents Loaded on
Cr(III) pada Limbah Tekstil. Denpasar. Various Supports, Anal. Chim. Acta, vol
[13] Campo V.L. 2009. Carbohydrate 153: 237-247.
Polymers. 77,167–180. [24] Kiely, G. (1998), ”Environmental
[14] Imeson, Alan. 2010. Food Stabilisers, Engineering”, Irwin McGraw-Hill,
Thickeners and Gelling Agent. United Boston.
Kingdom, West Sussex: Blackwell [25] Harris, O. P., and J. G. Ramelow. 1990.
Publishing Ltd. Binding of metal ions by particulate
16 Prosiding Seminar Nasional PIMIMD-4, ITP, Padang

quadricauda. Environt Science and


Technology. 24 : 220-227.
[26] Yasita D, Rachmawati I.D. 2009.
Optimasi Proses Ekstraksi Pada
Pembuatan Karaginan dari Rumput
Laut Eucheuma cottonii untuk Mencapai
Foodgrade. Skripsi. Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro, Semarang.
[27] Yunus, Apri Arisandi, dan Indah W. A.
2009. Daya Hambat Ekstrak Metanol
Rumput Laut (Euchema spinosum)
terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila.
Jurnal Kelautan. Volume 2 No.2 hal 16-
24 ISSN : 1907-9931.

Anda mungkin juga menyukai