Anda di halaman 1dari 20

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
SALAH CAPIT (Salep Limbah Cangkang Kepiting) : The Express Healer
Solusi Pengolahan Limbah Cangkang Kepiting di Indonesia

BIDANG KEGIATAN :
PKM GAGASAN TERTULIS
Diusulkan oleh :
MUHAMMAD DIRGA GIFARDI
RUSMIN INDRA
MUKHAMMAD YUSUF KADIR P.
UMMI FAHMI

(O11114308/ 2014)
(O11113302 / 2013)
(O11113307 / 2013)
(O11114017 / 2014)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

PENGESAHAN PKM GAGASAN TERTULIS


1. Judul Kegiatan

2. Bidang Kegiatan
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas/Institut/Politeknik
e. Alamat Rumah dan No. Telp/HP
f. Alamat Email
4. Anggota pelaksana kegiatan/penulis
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIDN
c. Alamat Rumah dan No. Telp/HP

: SALAH CAPIT (Salep Limbah


Cangkang Kepiting) : The Express
Healer solusi pengolahan limbah
cangkang kepiting di Indonesia.
: PKM-GT
: Muhammad Dirga Gifardi
: O11114308
: Pendidikan Dokter Hewan
: Universitas Hasanuddin
: BTN Mangga Tiga B 13/16 /
082346194198
: muhammad.eldorjie430.md@gmail
.com
: 3 (tiga) orang
:Abdul Wahid Jamaluddin,
S.Farm., Apt
: 0028088801
:BTP Blok I No.160
/082335377456
Makassar, 3 Desember 2015

Menyetujui
Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin

Katua Pelaksana Kegiatan

(Prof. dr. Muh. Nasrum Massi, Ph.D. )


NIP. 19670910 199603 1 001
Wakil Rektor III
Universitas Hasanuddin
(Dr. Ir. Abd. Rasyid J., M.Si.)
NIP. 19650303 199103 1 004

(Muhammad Dirga Gifardi)


NIM. O11114308
Dosen Pendamping

(Abd. Wahid Jamaluddin, S.Farm., Apt)


NIDN.

DAFTAR ISI
2

HALAMAN JUDULi
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
RINGKASANiv
BAGIAN INTI1
1.1.PENDAHULUAN1
1.2.GAGASAN1
1.3.KESIMPULAN6
DAFTAR PUSTAKA7
LAMPIRAN9

RINGKASAN
SALAH CAPIT (SALEP LIMBAH CANGKANG KEPITING) : THE
EXPRESS HEALER SOLUSI PENGOLAHAN LIMBAH CANGKANG
KEPITING DI INDONESIA
Muhammad Dirga Gifardi, Rusmin Indra, Mukhammad Yusuf K.P., Ummi Fahmi
Universitas Hasanuddin
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, selaras
dengan itu kekayaan laut berlimpah ruah di sepajang garis pantai yang
membentang. Kekayaan yang berlimpah membuat Indonesia menjadi negara
dengan jumlah ekspor hasil laut terbesar kedua setalah Cina di pasar dunia,
terutama kepiting dan udang.
Tingkat konsumsi kepiting masyarakat Indonesia sangatlah tinggi. Karena
tingkat konsumsi yang begitu tinggi, menyisakan limbah cangkang kepiting yang
dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi untuk mengatasi
permasalahan limbah cangkang kepiting tersebut.
Gagasan ini mencoba untuk mengolah dan memanfaatkan limbah cangkang
kepiting menjadi sebuah produk kesehatan dalam bentuk salep untuk
penyembuhan luka dikarenakan di dalam cangkang kepiting terdapat kandungan
kitin dan kitosan yang berguna dalam penyembuhan luka.
Dalam merealisasikannya, penulis menggagas untuk membuat sebuah
rumah penampungan khusus untuk menampung limbah cangkang kepiting yang
selanjutnya akan diolah menjadi salep pemyembuh luka. Dalam merealisasikan
program tersebut, penulis sangat mengharapkan kerjasama dari berbagai pihak,
diantaranya pemerintah, instansi farmasi, masyarakat, dan rumah-rumah makan
sebagai salah satu faktor pendukung dari gagasan yang penulis ajukan.

GAGASAN INTI
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki perairan yang
luas sehingga mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penunjang
kehidupan berbagai jenis ikan. Dari keseluruhan panjang pantai tersebut, yang
potensial sebagai lahan tambak 1,2 juta Ha, dan yang digunakan sebagai
tambak udang baru 300.000 Ha, sisanya masih belum dimanfaatkan. Hal ini
membuka peluang untuk budidaya kepiting. Kepiting dapat ditemukan di
sepanjang pantai Indonesia. Ada dua jenis kepiting yang memiliki nilai
komersil, yakni kepiting bakau dan rajungan (Bank Indonesia, 2011).
Kepiting merupakan salah satu jenis hasil perikanan yang cukup penting
dalam penerimaan devisa negara melalui ekspor komoditi non-migas
Di samping harganya mahal, pemasaran internasionalnya pun cukup
luas di pasaran. Kepiting umumnya diekspor hanya bagian daging dalam
bentuk beku tanpa cangkang. Hasil pengupasan kepiting tersebut dianggap
sebagai limbah dan merupakan bahan pencemar lingkungan yang potensial
karena mudah busuk dan berbau amis apabila tidak dilakukan pengolahan
dengan baik (Anjayani, 2009).
Saat ini, baru sebagian besar limbah cangkang kepiting yang
dimanfaatkan. Sementara di Negara maju seperti Amerika dan Jepang, limbah
cangkang kepiting telah digunakan sebagai bahan mentah penghasil kitin dan
kitosan yang berdaya guna serta bernilai tinggi. Hasil pengolahan ini
digunakan dalam berbagai bidang industri seperti industri kedokteran,
farmasi, kosmetika, pertanian, pertanian, pangan dan teknologi
(Wahyuningsih, 2002).
Gagasan ini bertujuan untuk mengolah dan memanfaatkan limbah
cangkang kepiting sebagai alat kesehatan khususnya sebagai salep
penyembuh luka mengingat kandungan kitin dan kitosan di dalam cangkang
tersebut. Dengan memanfaatkan cangkang kepiting tersebut diharapkan
pencemaran lingkungan akibat cangkang kepiting dapat berkurang atau dapat
diatasi sepenuhnya. Selain itu, diharapkan pula melalui pembuatan salep
penyembuh luka ini, dapat diserap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi
angka pengangguran di Indonesia.
2. GAGASAN
Setiap tahun, menurut catatan Departernen Kelautan dan Perikanan
tahun 2000, Cold Storage (perusahaan pengolahan ikan) tanah air
menghasilkan limbah kulit / kepala udang, cangkang kepiting dan hewan laut
lainnya tidak kurang dan 56.200 metrik ton. Limbah tersebut terbukti kaya
akan kitin, yang melalui proses tertentu akan dapat dihasilkan kitosan.
Sebagai salah satu negara pengekspor kepiting, Indonesia tentu saja
berpeluang memproduksi kitin atau kitosan. Dengan ekspor kepiting

(umumnya kaleng) sekitar 4000 ton per tahun juga berpotensi menghasilkan
kulit sebagai limbah sebanyak 1000 ton per tahun. Limbah tersebut berpotensi
diolah menjadi kitin, dengan produksi sekitar 1700 ton per tahun. Sebaran
ketersediaan kulit kepiting, mencakup Sumatera Utara, Pantai Timur
Sumatera, Pantura Jawa, Kalimantan dan Sulawesi Selatan (Agus 2011).
Dengan demikian jumlah hasil samping produksi yang berupa kepala,
kulit, ekor maupun kaki kepiting yang umumnya 25-50 % dari berat, sangat
berlimpah. Hasil samping ini, di Indonesia belum banyak digunakan sehingga
hanya menjadi Iimbah yang mengganggu lingkungan, terutama pengaruh
pada bau yang tidak sedap dan pencemaran air (kandungan BOD 5, COD,
dan ISS perairan disekitar pabrik kitin cukup tinggi) . Kepiting mengandung
persentase kitin paling tinggi (70%) diantara bangsa-bangsa krustasea,
insekta, cacing maupun fungi. Kitin inilah yang nantinya dideasetilasi
menjadi kitosan (Agus 2011).
Wilayah perairan Indonesia merupakan sumber cangkang hewan
invertebrata laut berkulit keras (Crustacea) yang mengandung kitin
secara berlimpah. Kitin yang terkandung dalam Crustacea berada dalam
kadar yang cukup tinggi berkisar 20-60% tergantung spesies
(Rochima, 2004).
Pemanfaatan limbah cangkang kepiting di Indonesia hanya sebatas
sebagai bahan pangan (Hastuti et al, 2012). Sedangkan beberapa negara
sudah memanfaatkan limbah cangkang kepiting sebagai bahan obat-obatan.
Seperti yang dikemukakan oleh Artiningsih (2003), di Jepang dan Amerika
Serikat, kitin dan produk-produk turunannya telah diproduksi secara
komersial sebagai bahan dasar berbagai industri modern seperti farmasi,
bioteknologi, kosmetik, pertanian, industri tekstil, industri kertas, industri
pangan, pengolahan air limbah dan sebagainya.
Cangkang kepiting diketahui mengandung senyawa aktif kitin yang
banyak manfaatnya sebagai enzim, industri kosmetika maupun farmasi. Kitin
yang telah mengalami deasetilasi akan menjadi kitosan (Lesbani et al, 2011).
Enzim pendegradasi kitin secara langsung adalah kitinase dan kitin
deasetilase. Kitinase adalah enzim yang dapat menghidrolisis kitin secara
acak pada ikatan glikosidiknya, sedang kitin deasetilase adalah enzim yang
dapat mengkonversi kitin menjadi kitosan (Gooday, 1990). Kitosan
merupakan produk deasetilasi kitin dengan basa kuat yang merupakan
polimer linier berberat molekul tinggi dari 2-deoksi-2-amino glukosa. Sifat
kitosan dapat disamakan dengan sifat polimer kationik, sehingga kitosan tidak
larut dalam air atau larutan alkali di atas pH 6,5. Kitosan larut dengan cepat
dalam asam organik cair seperti asam formiat, asam sitrat, dan asam mineral
lain, kecuali sulfur (Mc Kay, Blair, dan Grant 1987 diacu dalam Nasyirudin
2002). Kitosan aman bagi lingkungan karena dapat mengalami degradasi
secara biologis dan tidak beracun (Rha 1984 diacu dalam Nasyirudin 2002).
Kualitas dan nilai ekonomi khitosan dan kitin ditentukan oleh besarnya

derajat deasetilasi. Semakin tinggi derajat deasetilasi maka semakin tinggi


kualitas dan harga jualnya. Kualitas khitosan berdasarkan penggunaan dapat
dibagi ke dalam tiga jenis kualitas yaitu kualitas teknis, pangan dan farmasi.
Sifat dan kegunaan multiguna khitosan tidak terlepas dari sifat alaminya. Sifat
alami tersebut dapat dibagi menjadi dua sifat besar yaitu, sifat kimia dan
biologi. Sifat kimia khitosan sama dengan kitin tetapi yang khas antara lain
merupakan polimer poliamin berbentuk linear, mempunyai gugus amino aktif,
mempunyai kemampuan mengkelat beberapa logam. Aplikasi khitosan yang
utama adalah sebagai senyawa pengkelat logam dalam instalasi pengolahan
air bersih atau limbah, kosmetik, fungisida, dan obat penyembuh luka
(Bastaman 1989).
Sifat biologi khitosan antara lain bersifat biokompatibel artinya sebagai
polimer alami sifatnya tidak mempunyai akibat samping , tidak beracun,
mudah diuraikan oleh mikroba (biodegradable) dan bersifat hemostatik,
fungistatik, spermisidal, antitumor, serta antikolesterol. Berdasarkan sifat
tersebut maka khitosan mempunyai sifat fisik khas yaitu mudah dibentuk
menjadi spons, larutan, gel, pasta, membran, dan serat. yang sangat
bermanfaat dalam aplikasinya (Bastaman, 1989).
Salah satu pemanfaatan kitosin dapat digunakan untuk mempercepat
proses penyembuhan luka. Penyembuhan luka merupakan suatu proses
kompleks yang melibatkan banyak sel dan jaringan. Proses ini terdiri atas
beberapa tahap yang saling tumpang tindih dan saling berkaitan. Setiap sel
yang terlibat dalam proses ini memiliki peranan yang berbeda-beda.
Penyembuhan luka diawali dengan fase peradangan. Sel-sel yang berperan
dalam tahap ini adalah sel-sel leukosit seperti neutrofil, makrofag, dan
limfosit. Ketiganya memiliki peranan masing-masing, bahkan memiliki
waktu yang berlainan untuk menginfiltrasi daerah luka. Tentunya, semakin
banyak sel leukosit (sel radang) yang muncul di daerah luka akan membuat
penyembuhan luka menjadi lebih cepat (Djamaluddin, 2009). Banyak bahan
kimia dalam jaringan yang dapat menyebabkan neutrofil dan makrofag
bergerak menuju sumber bahan kimia tersebut (Guyton dan Hall 1997). Bila
suatu jaringan mengalami radang, sedikitnya terbentuk produk-produk yang
dapat menyebabkan kemotaksis ke arah area yang mengalami radang. Bahanbahan ini adalah beberapa racun yang dikeluarkan oleh bakteri, produk
degeneratif dari jaringan yang meradang itu sendiri, dan beberapa produk
reaksi yang disebabkan oleh pembekuan plasma dalam area peradangan.
Jumlah neutrofil yang menginfiltrasi daerah luka mengalami penurunan
pada hari ke-4. Keberadaan sel neutrofil mulai digantikan oleh sel makrofag.
Jumlah neutrofil berkurang karena daerah luka telah bebas dari infiltrasi
mikroba sehingga dapat dilanjutkan dengan fase berikutnya yaitu fase
proliferasi jaringan. Sifat antibakteri yang dimiliki khitosan diduga sebagai
penyebab proses ini berlangsung lebih cepat bila dibandingkan dengan kedua

kelompok lainnya. Selain neutrofil dan makrofag, terdapat jenis sel radang
lain pada daerah luka pada hari ke-2 yaitu limfosit. Sel limfosit-T merupakan
sel limfosit dengan jumlah tertinggi yang berperan dalam perekrutan
makrofag ke daerah luka dengan mengeluarkan limfokin berupa macrophage
aggregating factor (MAF) dan macrophage chemotatic factor (MCF). MAF
merangsang agregasi dari makrofag, sedangkan MCF berfungsi sebagai
chemoattractant bagi makrofag (Banks 1993 diacu dalam Handayani 2006).
Dalam proses reparasi jaringan, keberadaan pembuluh darah memiliki
peranan penting untuk memberikan asupan nutrisi bagi jaringan yang sedang
beregenerasi. Untuk menunjang fungsi tersebut, pembuluh darah akan
membentuk tunas-tunas pembuluh baru yang nantinya akan menjadi
percabangan baru pada jaringan luka yang biasa disebut dengan
neokapilerisasi. Proses neokapilerisasi dimulai dengan pembekuan darah.
Lebih dari 50 macam zat yang mempengaruhi pembekuan darah, beberapa
diantaranya mempermudah terjadinya pembekuan yang disebut prokoagulan,
dan yang lain menghambat pembekuan, disebut antikoagulan. Pembekuan
darah akan terjadi bergantung dengan keseimbangan antara kedua golongan
zat tersebut (Guyton dan Hall 1997). Pembekuan darah itu sendiri terjadi
dalam tiga langkah utama. Langkah pertama adalah terbentuknya rangkaian
reaksi kimiawi yang kompleks yang melibatkan selusin faktor pembekuan
darah sebagai respon terhadap rusaknya pembuluh darah untuk menghasilkan
suatu senyawa yang disebut activator protombin. Langkah kedua adalah
perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisis oleh aktivator
protombin. Langkah ketiga adalah mengubah fibrinogen menjadi benang
fibrin yang merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk
bekuan dengan trombin sebagai enzimnya (Guyton dan Hall 1997). Benangbenang fibrin ini yang akan menutup pembuluh darah yang rusak untuk
kemudian membentuk tunas-tunas pembuluh baru.
Khitosan memiliki beberapa sifat dan fungsi yang khas, diantaranya
sebagai koagulan. Larutan khitosan pun akan menjadi suatu membran yang
akan menutup daerah luka selama penyembuhan berjalan. Diduga, khitosan
ini bekerja sebagai katalis pembekuan darah atau sebagai pengganti peranan
dari trombosit dalam pembekuan darah (Djamaluddin, 2009).
Dengan berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan kitosin,
khususnya dalam mempercepat proses penyembuhan luka, sehingga penulis
memberikan gagasan untuk memanfaatkan kitosin yang diperoleh dari limbah
cangkang kepiting. Pemanfaatan kitosin tersebut diimplementasikan dengan
pengolahan limbah cangkang kepiting yang kemudian akan dipisahkan
kandungan kitosinnya. Kitosin yang telah dipisahkan akan diolah sebagai
bahan utama untuk penyembuh luka dalam bentuk salep atau gel. Penggunaan
kitosan untuk penyembuh luka dipermudah dengan membuatnya
dalam bentuk sediaan seperti salep atau gel. Penulis memilih

bentuk salep atau gel


karena mempunyai sifat yang
menyejukkan, melembabkan, mudah penggunaannya, mudah
berpenetrasi
pada
kulit
sehingga
memberikan
efek
penyembuhan (Allen et al., 2004). Salah satu gelling agent yang
dapat digunakan adalah kitosan. Kitin dan kitosan tampaknya akan
menjadi bahan penyembuh luka yang dapat diunggulkan. Hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Jayakumar dkk pada tahun 2011, menunjukkan
bahwa bahan berserat yang berasal dari kitin dan turunannya memiliki sifatsifat ketahanan yang tinggi, biokompatibilitas yang baik, rendah toksisitas,
dapat menyerap cairan dan aktivitas antibakteri sehingga akan mempercepat
penyembuhan. Untuk meningkatkan sifat penyembuhan kitosan berbasis
membran telah dikembangkan dengan mencampurkan ke dalam beberapa
polimer. Sebenarnya kitosin ini juga terdapat dalam kulit udang, tetapi
penulis lebih memilih menggunakan cangkang kepiting karena mengandung
kadar protein yang lebih rendah dibandingkan dengan kulit udang, sehingga
membuat masa simpan kulit kepiting lebih panjang dibandingkan dengan
kulit udang. Tentunya selama penyimpanan, limbah kulit kepiting akan
menghasilkan bau yang lebih ringan dibandingkan dengan yang akan
dihasilkan limbah kulit udang.
Dalam merealisasikan gagasan yang telah dibuat, dibutuhkan bantuan
dari berbagai pihak penting seperti pemerintah, industri obat dan farmasi,
kelompok kerja masyarakat pesisir, dan rumah-rumah makan yang
menjadikan kepiting sebagai salah satu menu makanannya.
Pemerintah yang dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan
diharapkan dapat mensosialisasikan kepada masyarakat untuk mengumpulkan
cangkang kepiting untuk dapat dimanfaatkan kembali menjadi salep
penyembuh luka. Selain itu, pemerintah juga dapat membuat aturan baru agar
masyarakat tidak membuang cangkang kepiting secara sembarangan dan
mengumpulkannya pada tempat yang telah disediakan.
Industri obat dan farmasi dapat memberikan bantuan berupa penyediaan
bahan kimia tambahan lain yang dapat digunakan dalam pengolahan zat kitin
dari cangkang kepiting menjadi salep yang berkhasiat untuk dapat
menyembuhkan luka. Industri farmasi juga dapat membantu dalam penentuan
kadar kitin yang tepat dalam penggunaannya sebagai penyembuh luka dengan
hasil optimum. Bersama dengan industri farmasi, dapat pula dijalin kerjasama
agar gagasan yang telah dibuat bisa mendapatkan hak paten produk.
Masyarakat wilayah pesisir dapat membantu merealisasikan program
pemanfaatan cangkang kepiting sebagai salep penyembuh luka dengan
membantu mengumpulkan cangkang kepiting pada tempat yang disediakan
serta tidak membuangnya di sembarang tempat. Masyarakat wilayah pesisir
juga dapat berkontribusi langsung dalam pembuatan salep sehingga dapat
menambah penghasilan dari masyarakat dan mengurangi tingkat
pengangguran.

Pihak lainnya yang dapat membantu merealisasikan gagasan ini adalah


rumah-rumah makan yang menyediakan kepiting sebagai menu makanannya.
Terkadang cangkang kepiting dari rumah-rumah makan tersebut hanya
terbuang begitu saja tanpa dimanfaatkan. Oleh karena itu, rumah-rumah
makan tersebut dapat dijadikan mitra kerjasama dalam menyediakan limbah
cangkang kepiting yang selanjutnya dapat diolah menjadi salep penyembuh
luka.
Untuk pengimplementasiannya, limbah cangkang kepiting dikumpulkan
di sebuah rumah penampungan limbah cangkang kepiting sekaligus sebagai
tempat produksi SALAH CAPIT (salep limbah cangkang kepiting). Untuk
metode pengumpulannya itu, dibutuhkan beberapa pekerja yang bertugas
untuk mengumpulkan limbah cangkang kepiting tersebut. Mereka mendatangi
tempat-tempat yang memiliki banyak limbah cangkang kepiting, seperti
pabrik yang mengolah daging kepiting untuk diekspor, rumah-rumah makan
yang menjadikan olahan kepiting sebagai salah satu hidangan mereka,
maupun dari sisa-sisa rumah tangga. Setelah terkumpul di rumah
penampungan tersebut, dibutuhkan beberapa pekerja yang bertugas untuk
membersihkan limbah cangkang kepiting yang telah dikumpulkan.
3. KESIMPULAN
Gagasan ini merupakan solusi pengolahan limbah yang berupa cangkang
kepiting

DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2011. Pemanfaatan Limbah Udang dan Kepiting. http://blog.Unpad.ac.id


/boanga/2011/08/22/pemanfaatan-limbah-udangkepiting/. Diakses pada
tanggal 2 Desember 2015.
Allen, M. J.; Schoonmaker, J. E.; Bauer, T. W.; Williams, P. F.; Higham, P. A. &
Yuan, H. A. 2004. Preclinical Evaluation Of a Poly (Vinyl Alcohol)
Hydrogel Implant as a Replacement For The Nucleus Pulposus. Spine, 29,
515-523.
Anjayani, Meyla. 2009. Karakteristik Benang Kitosan yang Terbuat dari Kitin
Iradiasi dan Tanpa Iradiasi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah [Skripsi]
Bank Indonesia. 2011. Budidaya Kepiting Soka. Jakarta: Pusat Pengembangan
BPR dan UMKM.
Bastaman, S. 1989. Studies on degradation and extraction of chitin and chitosan
from prawn shell ( Nephrops norvegicus ) [Thesis]. The Department of
Mechanical, Manufacturing, Aeronautical and Chemical Engineering, The
Faculty of Engineering, The Queens University of Belfast.
Djamaluddin, Andre Mahesa. 2009. Pemanfaatan Khitosan dari Limbah
Krustasea untuk Penyembuhan Luka pada Mencit (Mus Musculus Albinus).
Program Studi Biokimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Gooday W. Graham. 1990. The Ecology Of Chitin Degradation Advance In
Microbial. Ecot. Vol. 11 editor K.C. Marshall.
Guyton CA, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Setiawan I, Tengadi
KA, Santoso A, penerjemah; Setiawan I, editor. Jakarta: ECG. Terjemahan
dari: Textbook of Medical Physiology.
Handayani I. 2006. Aktivitas sediaan gel dari ekstrak lidah buaya (Aloe
barbadensis Miller) untuk proses persembuhan luka pada mencit (Mus
musculus) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor.
Hastusi, S., Syamsul Arif, Darimiyya Hidayati. 2012. Pemanfaatan Limbah
Cangkang Rajungan (Portunus pelagicus) sebagai Perisa Makanan Alami.
Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura,
Madura.
Lesbani, Aldes et al. 2011. Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang
Kepiting Bakau (Scylla Serrata). Jurnal Penelitian Sains, Vol. 14 No. 3

Nasyirudin. 2002. Penggunaan khitin dan khitosan dalam pengolahan bahan


baku air minum [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan.
Rochima E., Sugiyono, D.S. M.T. Suhartono. 2004. Derajat Deasetilasi Kitosan
Hasil Reaksi Enzimatis Kitin Deasetilasi Isolate Bacillus Papandayan K2914. Makalah Seminar Nasional dan Kongres PATPI
Tsigost, Lason. 2000. Chitin deactylases: New Versatile tools in biotechnoligy.
Aggeliki Martinou, Dimitris kafetzoupolos and Vassillis Bouriotis.
Wahyuningsih, Sri et al. 2002. Percobaan Pendahuluan Pemisahan Kitin dari
Limbah Kulit Udang dan Kepiting. Yogyakarta: Pusat Penilitian dan
Pengembangan Teknologi Maju.
Wang San-Lang, and Wen-Tsu Chang. 2000. Purification and characterization of
two fungctionanl chittinase/lysosymes extacellularly produced by
pseudomonas aerugionass K-187 in a shrimp and crab shel powder
medium. Departemen of Food Engineering. Da-yeh Institute of Technology:
Chang-Hwa Taiwang 51505, Republic of China.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing
A. Identitas Diri
1

Nama Lengkap

Muhammad Dirga Gifardi

Jenis Kelamin

Laki-Laki

Program Studi

Pendidikan Dokter Hewan

NIM

O11114308

Tempat dan Tanggal Lahir

Email

Nomor Telepon/Hp

Awaru, 24 November 1995


Muhammad.eldorjie430.md@gmail.co
m
082346194198

B. Riwayat Pendidikan

Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk
- Lulus

SD

SMP

SDN 181
Ceppaga
-

SMPN 1
Libureng
-

2002-2008

2008-2011

C. Pemakalah Seminar Ilmiah


N
Nama Pertemuan
o
Ilmiah/Seminar
1
2

Judul Artikel
Ilmiah

SMA
SMAN 1 Lappariaja
IPA
2011-2014

Waktu dan
Tempat

D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau


institusi lainnya)
N
Institusi Pemberi
Jenis Penghargaan
Tahun
o
Penghargaan
1
2

10

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Gagasan Pekan Kreativitas Mahasiswa-Gagasan
Tertulis.
Makassar, 3 Desember 2015
Pengusul,

(Muhammad Dirga Gifardi)

11

A. Identitas Diri
1

Nama Lengkap

Rusmin Indra

Jenis Kelamin

Laki-laki

Program Studi

Pendidikan Dokter Hewan

NIM

O11113302

Tempat dan Tanggal Lahir

Ujung Pandang, 28 Januari 1995

Email

indrarusmin@gmail.com

Nomor Telepon/Hp

0898451148

B. Riwayat Pendidikan
SD
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk Lulus

SD Neg. 263
Awang Tangka
2000-2006

C. Pemakalah Seminar Ilmiah


N
Nama Pertemuan
o
Ilmiah/Seminar
1
2

SMP

SMA

SMPN 1 Kajuara

SMAN 1 Kajuara

IPA

2006-2009

2009-2012

Judul Artikel
Ilmiah

Waktu danTempat

D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau


institusi lainnya)
N
o
1

Jenis Penghargaan

Institusi Pemberi
Penghargaan

Tahun

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan gagasan dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa
Gagasan Tertulis.

12

Makassar, 3 Desember 2015


Pengusul,

(Rusmin Indra)

13

A. Identitas Diri
1

Nama Lengkap

Mukhammad Yusuf Kadir Pole

Jenis Kelamin

Laki-laki

Program Studi

Pendidikan Dokter Hewan

NIM

O11113307

Tempat dan Tanggal Lahir

Bunu, 20 Januari 1995

Email

ymukhammad@gmail.com

Nomor Telepon/Hp

085299919820

B. Riwayat Pendidikan
SD

SMP

SMA

Nama Institusi

SDN 129 Bunu

SMPN 1 Makale

SMAN 1 Makale

Jurusan
Tahun Masuk Lulus

IPA

2001-2007

2007-2010

2010-2013

Judul Artikel
Ilmiah

Waktu danTempat

C. Pemakalah Seminar Ilmiah


N
Nama Pertemuan
o
Ilmiah/Seminar
1
2

D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau


institusi lainnya)
N
Institusi Pemberi
Jenis Penghargaan
Tahun
o
Penghargaan
1
2

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan gagasan dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa
Gagasan Tertulis.

14

Makassar, 3 Desember 2015


Pengusul,

(Mukhammad Yusuf Kadir Pole)

15

A. Identitas Diri
1

Nama Lengkap

Ummi Fahmi

Jenis Kelamin

Perempuan

Program Studi

Pendidikan Dokter Hewan

NIM

O11114017

Tempat dan Tanggal Lahir

Jongkang 29 September 1996

Email

Um_ro_fagara_kim13@yahoo.o.id

Nomor Telepon/Hp

085299758268

B. Riwayat Pendidikan
SD
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk Lulus

SMP
SDN 53
Tangkoli

SMPN 1
Maniangpajo

SMAN 3
Sengkang
unggulan
kab.wajo
IPA

2002-2008

2008-2011

2011-2014

C. Pemakalah Seminar Ilmiah


N Nama
Pertemuan Judul
o
Ilmiah/Seminar
Ilmiah
1
2

SMA

D. Penghargaan dalam 10 tahun


institusi lainnya)
N
Jenis Penghargaan
o
1
Juara 3 olimpiade biologi
Juara 1 lomba cipta puisi se2
Kabupaten wajo
3
Juara 1 musikalisasi puisi

Artikel

Waktu danTempat

terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau


Institusi Pemberi
Tahun
Penghargaan
Dinas pendidikan 2012
Dinas pariwisata

2012

Dinas pariwisata

2012

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

16

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Pekan Kreativitas Mahasiswa Penelitian.

Makassar, 3 Desember 2015


Pengusul,

(Ummi Fahmi)

Anda mungkin juga menyukai