JUDUL PROGRAM
SALAH CAPIT (Salep Limbah Cangkang Kepiting) : The Express Healer
Solusi Pengolahan Limbah Cangkang Kepiting di Indonesia
BIDANG KEGIATAN :
PKM GAGASAN TERTULIS
Diusulkan oleh :
MUHAMMAD DIRGA GIFARDI
RUSMIN INDRA
MUKHAMMAD YUSUF KADIR P.
UMMI FAHMI
(O11114308/ 2014)
(O11113302 / 2013)
(O11113307 / 2013)
(O11114017 / 2014)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
2. Bidang Kegiatan
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas/Institut/Politeknik
e. Alamat Rumah dan No. Telp/HP
f. Alamat Email
4. Anggota pelaksana kegiatan/penulis
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIDN
c. Alamat Rumah dan No. Telp/HP
Menyetujui
Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDULi
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
RINGKASANiv
BAGIAN INTI1
1.1.PENDAHULUAN1
1.2.GAGASAN1
1.3.KESIMPULAN6
DAFTAR PUSTAKA7
LAMPIRAN9
RINGKASAN
SALAH CAPIT (SALEP LIMBAH CANGKANG KEPITING) : THE
EXPRESS HEALER SOLUSI PENGOLAHAN LIMBAH CANGKANG
KEPITING DI INDONESIA
Muhammad Dirga Gifardi, Rusmin Indra, Mukhammad Yusuf K.P., Ummi Fahmi
Universitas Hasanuddin
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, selaras
dengan itu kekayaan laut berlimpah ruah di sepajang garis pantai yang
membentang. Kekayaan yang berlimpah membuat Indonesia menjadi negara
dengan jumlah ekspor hasil laut terbesar kedua setalah Cina di pasar dunia,
terutama kepiting dan udang.
Tingkat konsumsi kepiting masyarakat Indonesia sangatlah tinggi. Karena
tingkat konsumsi yang begitu tinggi, menyisakan limbah cangkang kepiting yang
dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi untuk mengatasi
permasalahan limbah cangkang kepiting tersebut.
Gagasan ini mencoba untuk mengolah dan memanfaatkan limbah cangkang
kepiting menjadi sebuah produk kesehatan dalam bentuk salep untuk
penyembuhan luka dikarenakan di dalam cangkang kepiting terdapat kandungan
kitin dan kitosan yang berguna dalam penyembuhan luka.
Dalam merealisasikannya, penulis menggagas untuk membuat sebuah
rumah penampungan khusus untuk menampung limbah cangkang kepiting yang
selanjutnya akan diolah menjadi salep pemyembuh luka. Dalam merealisasikan
program tersebut, penulis sangat mengharapkan kerjasama dari berbagai pihak,
diantaranya pemerintah, instansi farmasi, masyarakat, dan rumah-rumah makan
sebagai salah satu faktor pendukung dari gagasan yang penulis ajukan.
GAGASAN INTI
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki perairan yang
luas sehingga mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penunjang
kehidupan berbagai jenis ikan. Dari keseluruhan panjang pantai tersebut, yang
potensial sebagai lahan tambak 1,2 juta Ha, dan yang digunakan sebagai
tambak udang baru 300.000 Ha, sisanya masih belum dimanfaatkan. Hal ini
membuka peluang untuk budidaya kepiting. Kepiting dapat ditemukan di
sepanjang pantai Indonesia. Ada dua jenis kepiting yang memiliki nilai
komersil, yakni kepiting bakau dan rajungan (Bank Indonesia, 2011).
Kepiting merupakan salah satu jenis hasil perikanan yang cukup penting
dalam penerimaan devisa negara melalui ekspor komoditi non-migas
Di samping harganya mahal, pemasaran internasionalnya pun cukup
luas di pasaran. Kepiting umumnya diekspor hanya bagian daging dalam
bentuk beku tanpa cangkang. Hasil pengupasan kepiting tersebut dianggap
sebagai limbah dan merupakan bahan pencemar lingkungan yang potensial
karena mudah busuk dan berbau amis apabila tidak dilakukan pengolahan
dengan baik (Anjayani, 2009).
Saat ini, baru sebagian besar limbah cangkang kepiting yang
dimanfaatkan. Sementara di Negara maju seperti Amerika dan Jepang, limbah
cangkang kepiting telah digunakan sebagai bahan mentah penghasil kitin dan
kitosan yang berdaya guna serta bernilai tinggi. Hasil pengolahan ini
digunakan dalam berbagai bidang industri seperti industri kedokteran,
farmasi, kosmetika, pertanian, pertanian, pangan dan teknologi
(Wahyuningsih, 2002).
Gagasan ini bertujuan untuk mengolah dan memanfaatkan limbah
cangkang kepiting sebagai alat kesehatan khususnya sebagai salep
penyembuh luka mengingat kandungan kitin dan kitosan di dalam cangkang
tersebut. Dengan memanfaatkan cangkang kepiting tersebut diharapkan
pencemaran lingkungan akibat cangkang kepiting dapat berkurang atau dapat
diatasi sepenuhnya. Selain itu, diharapkan pula melalui pembuatan salep
penyembuh luka ini, dapat diserap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi
angka pengangguran di Indonesia.
2. GAGASAN
Setiap tahun, menurut catatan Departernen Kelautan dan Perikanan
tahun 2000, Cold Storage (perusahaan pengolahan ikan) tanah air
menghasilkan limbah kulit / kepala udang, cangkang kepiting dan hewan laut
lainnya tidak kurang dan 56.200 metrik ton. Limbah tersebut terbukti kaya
akan kitin, yang melalui proses tertentu akan dapat dihasilkan kitosan.
Sebagai salah satu negara pengekspor kepiting, Indonesia tentu saja
berpeluang memproduksi kitin atau kitosan. Dengan ekspor kepiting
(umumnya kaleng) sekitar 4000 ton per tahun juga berpotensi menghasilkan
kulit sebagai limbah sebanyak 1000 ton per tahun. Limbah tersebut berpotensi
diolah menjadi kitin, dengan produksi sekitar 1700 ton per tahun. Sebaran
ketersediaan kulit kepiting, mencakup Sumatera Utara, Pantai Timur
Sumatera, Pantura Jawa, Kalimantan dan Sulawesi Selatan (Agus 2011).
Dengan demikian jumlah hasil samping produksi yang berupa kepala,
kulit, ekor maupun kaki kepiting yang umumnya 25-50 % dari berat, sangat
berlimpah. Hasil samping ini, di Indonesia belum banyak digunakan sehingga
hanya menjadi Iimbah yang mengganggu lingkungan, terutama pengaruh
pada bau yang tidak sedap dan pencemaran air (kandungan BOD 5, COD,
dan ISS perairan disekitar pabrik kitin cukup tinggi) . Kepiting mengandung
persentase kitin paling tinggi (70%) diantara bangsa-bangsa krustasea,
insekta, cacing maupun fungi. Kitin inilah yang nantinya dideasetilasi
menjadi kitosan (Agus 2011).
Wilayah perairan Indonesia merupakan sumber cangkang hewan
invertebrata laut berkulit keras (Crustacea) yang mengandung kitin
secara berlimpah. Kitin yang terkandung dalam Crustacea berada dalam
kadar yang cukup tinggi berkisar 20-60% tergantung spesies
(Rochima, 2004).
Pemanfaatan limbah cangkang kepiting di Indonesia hanya sebatas
sebagai bahan pangan (Hastuti et al, 2012). Sedangkan beberapa negara
sudah memanfaatkan limbah cangkang kepiting sebagai bahan obat-obatan.
Seperti yang dikemukakan oleh Artiningsih (2003), di Jepang dan Amerika
Serikat, kitin dan produk-produk turunannya telah diproduksi secara
komersial sebagai bahan dasar berbagai industri modern seperti farmasi,
bioteknologi, kosmetik, pertanian, industri tekstil, industri kertas, industri
pangan, pengolahan air limbah dan sebagainya.
Cangkang kepiting diketahui mengandung senyawa aktif kitin yang
banyak manfaatnya sebagai enzim, industri kosmetika maupun farmasi. Kitin
yang telah mengalami deasetilasi akan menjadi kitosan (Lesbani et al, 2011).
Enzim pendegradasi kitin secara langsung adalah kitinase dan kitin
deasetilase. Kitinase adalah enzim yang dapat menghidrolisis kitin secara
acak pada ikatan glikosidiknya, sedang kitin deasetilase adalah enzim yang
dapat mengkonversi kitin menjadi kitosan (Gooday, 1990). Kitosan
merupakan produk deasetilasi kitin dengan basa kuat yang merupakan
polimer linier berberat molekul tinggi dari 2-deoksi-2-amino glukosa. Sifat
kitosan dapat disamakan dengan sifat polimer kationik, sehingga kitosan tidak
larut dalam air atau larutan alkali di atas pH 6,5. Kitosan larut dengan cepat
dalam asam organik cair seperti asam formiat, asam sitrat, dan asam mineral
lain, kecuali sulfur (Mc Kay, Blair, dan Grant 1987 diacu dalam Nasyirudin
2002). Kitosan aman bagi lingkungan karena dapat mengalami degradasi
secara biologis dan tidak beracun (Rha 1984 diacu dalam Nasyirudin 2002).
Kualitas dan nilai ekonomi khitosan dan kitin ditentukan oleh besarnya
kelompok lainnya. Selain neutrofil dan makrofag, terdapat jenis sel radang
lain pada daerah luka pada hari ke-2 yaitu limfosit. Sel limfosit-T merupakan
sel limfosit dengan jumlah tertinggi yang berperan dalam perekrutan
makrofag ke daerah luka dengan mengeluarkan limfokin berupa macrophage
aggregating factor (MAF) dan macrophage chemotatic factor (MCF). MAF
merangsang agregasi dari makrofag, sedangkan MCF berfungsi sebagai
chemoattractant bagi makrofag (Banks 1993 diacu dalam Handayani 2006).
Dalam proses reparasi jaringan, keberadaan pembuluh darah memiliki
peranan penting untuk memberikan asupan nutrisi bagi jaringan yang sedang
beregenerasi. Untuk menunjang fungsi tersebut, pembuluh darah akan
membentuk tunas-tunas pembuluh baru yang nantinya akan menjadi
percabangan baru pada jaringan luka yang biasa disebut dengan
neokapilerisasi. Proses neokapilerisasi dimulai dengan pembekuan darah.
Lebih dari 50 macam zat yang mempengaruhi pembekuan darah, beberapa
diantaranya mempermudah terjadinya pembekuan yang disebut prokoagulan,
dan yang lain menghambat pembekuan, disebut antikoagulan. Pembekuan
darah akan terjadi bergantung dengan keseimbangan antara kedua golongan
zat tersebut (Guyton dan Hall 1997). Pembekuan darah itu sendiri terjadi
dalam tiga langkah utama. Langkah pertama adalah terbentuknya rangkaian
reaksi kimiawi yang kompleks yang melibatkan selusin faktor pembekuan
darah sebagai respon terhadap rusaknya pembuluh darah untuk menghasilkan
suatu senyawa yang disebut activator protombin. Langkah kedua adalah
perubahan protombin menjadi trombin yang dikatalisis oleh aktivator
protombin. Langkah ketiga adalah mengubah fibrinogen menjadi benang
fibrin yang merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk
bekuan dengan trombin sebagai enzimnya (Guyton dan Hall 1997). Benangbenang fibrin ini yang akan menutup pembuluh darah yang rusak untuk
kemudian membentuk tunas-tunas pembuluh baru.
Khitosan memiliki beberapa sifat dan fungsi yang khas, diantaranya
sebagai koagulan. Larutan khitosan pun akan menjadi suatu membran yang
akan menutup daerah luka selama penyembuhan berjalan. Diduga, khitosan
ini bekerja sebagai katalis pembekuan darah atau sebagai pengganti peranan
dari trombosit dalam pembekuan darah (Djamaluddin, 2009).
Dengan berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan kitosin,
khususnya dalam mempercepat proses penyembuhan luka, sehingga penulis
memberikan gagasan untuk memanfaatkan kitosin yang diperoleh dari limbah
cangkang kepiting. Pemanfaatan kitosin tersebut diimplementasikan dengan
pengolahan limbah cangkang kepiting yang kemudian akan dipisahkan
kandungan kitosinnya. Kitosin yang telah dipisahkan akan diolah sebagai
bahan utama untuk penyembuh luka dalam bentuk salep atau gel. Penggunaan
kitosan untuk penyembuh luka dipermudah dengan membuatnya
dalam bentuk sediaan seperti salep atau gel. Penulis memilih
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing
A. Identitas Diri
1
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Program Studi
NIM
O11114308
Nomor Telepon/Hp
B. Riwayat Pendidikan
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk
- Lulus
SD
SMP
SDN 181
Ceppaga
-
SMPN 1
Libureng
-
2002-2008
2008-2011
Judul Artikel
Ilmiah
SMA
SMAN 1 Lappariaja
IPA
2011-2014
Waktu dan
Tempat
10
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Gagasan Pekan Kreativitas Mahasiswa-Gagasan
Tertulis.
Makassar, 3 Desember 2015
Pengusul,
11
A. Identitas Diri
1
Nama Lengkap
Rusmin Indra
Jenis Kelamin
Laki-laki
Program Studi
NIM
O11113302
indrarusmin@gmail.com
Nomor Telepon/Hp
0898451148
B. Riwayat Pendidikan
SD
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk Lulus
SD Neg. 263
Awang Tangka
2000-2006
SMP
SMA
SMPN 1 Kajuara
SMAN 1 Kajuara
IPA
2006-2009
2009-2012
Judul Artikel
Ilmiah
Waktu danTempat
Jenis Penghargaan
Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan gagasan dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa
Gagasan Tertulis.
12
(Rusmin Indra)
13
A. Identitas Diri
1
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Laki-laki
Program Studi
NIM
O11113307
ymukhammad@gmail.com
Nomor Telepon/Hp
085299919820
B. Riwayat Pendidikan
SD
SMP
SMA
Nama Institusi
SMPN 1 Makale
SMAN 1 Makale
Jurusan
Tahun Masuk Lulus
IPA
2001-2007
2007-2010
2010-2013
Judul Artikel
Ilmiah
Waktu danTempat
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan gagasan dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa
Gagasan Tertulis.
14
15
A. Identitas Diri
1
Nama Lengkap
Ummi Fahmi
Jenis Kelamin
Perempuan
Program Studi
NIM
O11114017
Um_ro_fagara_kim13@yahoo.o.id
Nomor Telepon/Hp
085299758268
B. Riwayat Pendidikan
SD
Nama Institusi
Jurusan
Tahun Masuk Lulus
SMP
SDN 53
Tangkoli
SMPN 1
Maniangpajo
SMAN 3
Sengkang
unggulan
kab.wajo
IPA
2002-2008
2008-2011
2011-2014
SMA
Artikel
Waktu danTempat
2012
Dinas pariwisata
2012
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
16
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Pekan Kreativitas Mahasiswa Penelitian.
(Ummi Fahmi)