Uraian Materi
Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara geografis bahwa wilayah
Indonesia terdiri dari kurang lebih 70 % wilayahnya terdiri atas lautan. Potensi yang
dimiliki tersebut sangat mendukung kegiatan perikanan dan kegiatan budidaya,
penangkapan serta pengolahannya. Hal ini terlihat dari perkembangan berbagai kegiatan
perikanan di Indonesia yang semakin pesat diiringi dengan kemajuan teknologi di bidang
industri hasil perikanan. Namun, selain menghasilkan produk yang dapat dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan pangan, industri pengolahan dan sumber pendapatan negara,
industri hasil perikanan juga menghasilkan limbah baik berupa limbah padat, cair maupun
gas. Limbah perikanan merupakan bahan-bahan yang tersisa ataupun bahan yang
terbuang dari proses perlakuan atau pengolahan untuk memperoleh hasil utama atau hasil
samping. Nutrisi yang terkandung tidak berbeda dari bahan utamanya dan telah banyak
juga diteliti pemanfaatannya (Poernomo, 1997). Di dalam limbah, biasanya masih
mengandung karbohidrat, protein, lemak, garam mineral, dan sisa bahan kimia yang
digunakan dalam pengolahan/pembersihan. Sumber limbah perikanan dapat berasal dari
kegiatan perikanan hulu (budidaya), maupun kegiatan perikanan hilir (pengolahan,
transportasi, pemasaran). Limbah perikanan hulu biasanya berupa ikan yang mati selama
proses budidaya., sedangkan limbah kegiatan hilir umumnya berupa kepala, jeroan, kulit,
tulang, sirip, darah dan air bekas produksi. Menurut Bhaskar dan Mahendrakar (2008),
jeroan ikan mengandung protein dan lemak tak jenuh yang tinggi. Fakta yang ditemukan
menunjukkan bahwa produk buangan yang kaya akan protein dan lemak meningkatkan
peluang
untuk mengalami kebusukan. Limbah tersebut dapat menimbulkan masalah lingkungan
bila tidak dilakukan penanganan. Menurut Dao dan Kim (2011), telah banyak penelitian
yang berkembang untuk memanfaatkan limbah jeroan ikan, seperti pembuatan pakan
ikan, pupuk serta media pertumbuhan bakteri, dengan menggunakan media pepton.
Sampai saat ini limbah-limbah tersebut sebagian besar belum dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik, namun dibuang ke sungai, danau, laut, pantai dan tempat-
tempat pembuangan sampah. Apabila kondisi ini berlangsung secara terus-menerus akan
berdampak buruk pada lingkungan serta dapat menghambat perkembangan industri
perikanan pada masa yang akan datang. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan konsep
pembangunan berwawasan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan Disamping itu
praktek pembuangan limbah tersebut dapat menurunkan daya guna dan nilai guna produk
perikanan, sehingga secara ekonomi sangat merugikan. Pemerintah Indonesia telah
berupaya dalam mempertahankan daya dukung lingkungan melalui pengembangan
industri yang bersih dan upaya peningkatan daya guna dan hasil guna produk perikanan.
Oleh karena itu pengembangan manajemen limbah perikanan harus menjadi prioritas
untuk dipikirkan secara lebih serius. Strategi yang dapat diterapkan agar tercapai tujuan
tersebut antara lain melalui peningkatan efisiensi dalam penanganan dan pengolahan hasil
samping perikanan, memaksimalkan pemanfaatan limbah hasil perikanan untuk menekan
jumlah limbah yang dihasilkan, serta perlakuan yang tepat terhadap limbah yang dibawah
ambang batas yang ditentukan sehingga apabila limbah tersebut dibuang tidak akan
menjadikan pencemaran terhadap lingkungan di sekitarnya.
Rumput laut menjadi komoditas hasil perikanan yang semakin populer di dunia.
Umur budidayanya yang relatif pendek menjadikan rumput laut sangat ideal sebagai
bahan baku sebuah industri pengolahan. Pemanfaatan produk olahan rumput laut seperti
agar, alginat, dan karageenan sangat luas sehingga industri pengolahannya di sejumlah
negara berkembang pesat disertai dengan permintaan bahan baku yang semakin
meningkat (Anonin, 2010). Eucheuma cottonii adalah salah satu jenis rumput laut yang
banyak
dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun untuk keperluan industri sebagai sumber
penghasil karageenan (Hung et al., 2009). Rumput laut spesies ini juga telah
dibudidayakan di lebih dari 20 negara sebagai bahan pangan (Ask & Azanza, 2002). Saat
ini rumput laut di Indonesia banyak dikembangkan di pesisir pantai Kalimantan,
Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara dan wilayah pesisir lain di Indonesia. Mengingat panjang
garis pantai Indonesia yang kurang lebih 81.000 km, maka peluang budidaya rumput laut
sangat menjanjikan. Permintaan pasar dunia terhadap rumput laut Indonesia setiap
tahunnya rata - rata
mencapai 21,8 % dari kebutuhan dunia, sedangkan pemenuhan kebutuhan terhadap
permintaan tersebut masih sangat kurang, yaitu hanya berkisar 13,1%. Rendahnya
pasokan bahan baku dari Indonesia disebabkan karena teknologi budidaya yang kurang
baik dan kurangnya informasi tentang potensi rumput laut kepada para petani. Ada
beberapa jenis rumput laut yang ada di Indonesia yang dapat diolah menjadi bahan yang
berguna dan mempunyai nilai ekonomis, yaitu jenis gracilaria (rambukarang), Gelidium
(kades) dan Gelidiella (kades) yang akan menghasilkan agar-agar serta Eucheuma dan
hypnea (paris) yang akan menghasilkan karageenan serta Sargassum dan Turbinaria yang
menghasilkan
alginate.
Rumput laut Euchemma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut yang
sangat berpotensi untuk menghasilkan karageenan. Karageenan banyak digunakan
sebagai stabilitator dan emulsifier dalam industri bahan pangan, kosmetik, dan obat-
obatan. Karageenan merupakan metabolit primer yang diperoleh melalui proses ekstraksi.
Potensi ekonomi sumber daya kelautan kita antara lain dapat kita peroleh dari
budidaya rumput laut. Rumput laut tersebut setelah dikeringkan dapat diolah langsung
menjadi berbagai produk olahan pangan, atau dilakukan ekstraksi untuk memperoleh
agar-agar, karageenan dan align/alginat sesuai dengan metabolit yang kandungannya.
Rumput laut mempunyai nilai ekonomis penting karena penggunaannya sangat
luas. Sampai saat ini, rumput laut digunakan dalam industri makanan dan industri non
pangan yang antara lain berupa dodol, manisan, nugget, jam, jelly, sirup, saos, kecap, es
krim, kembang gula, kosmetik, obat-obatan, media pertumbuhan mikroba, tablet, kapsul,
cat, keramik dan masih banyak lagi. Rumput laut juga berguna bagi kesehatan, karena
kandungan seratnya yang cukup tinggi, rumput laut dipercaya mampu membantu
memperlancar sistem pencernaan makanan.
Tabel di atas menunjukkan bahwa didalam rumput laut terdapat nilai nutrisi
yang tinggi, yaitu protein, karbohidrat, dan serat kasar. Zat-zat tersebut sangat baik untuk
dikonsumsi sehari-hari karena mempunyai fungsi dan peran penting untuk menjaga dan
mengatur metabolisme tubuh manusia. Selain itu, rumput laut juga mengandung mineral
esensial (besi, iodin, aluminum, mangan, calsium, nitrogen dapat larut, phosphor, sulfur,
khlor. silicon, rubidium, strontium, barium, titanium, cobalt, boron, copper, kalium, dan
unsur-unsur lainnya), asam nukleat, asam amino, protein, mineral, trace elements, tepung,
gula dan vitamin A, C, D E, dan K. Salah satu faktor yang sangat menentukan mutu
rumput laut adalah umur panen. Umur panen rumput laut untuk jenis Euchema cottonii
adalah 45 – 55 hari karena pada umur tersebut, Euchema cottonii akan menghasilkan
rendemen karaginan serta kekuatan gel yang optimal.
Berdasarkan strukturnya, karagenan dibagi menjadi tiga jenis yaitu kappa, iota
dan lambda karagenan. Karagenan pada alga merah, merupakan senyawa polisakarida
yang tersusun dari D–galaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan
oleh ikatan 1-4 glikosilik. Karaginan merupakan senyawa polisakarida linear yang
tersusun dari unit Dgalaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan
oleh ikatan glikosidik alfa-1,3 dan beta-1,4 secara bergantian. Kegunaan karaginan yang
awalnya digunakan sebagai makanan, sejalan dengan perkembangan teknologi, saat ini
penggunaannya semakin berkembang seperti halnya agaragar, yaitu sebagai bahan
pengatur keseimbangan (stabilizer), bahan pengental (thickener), pembentuk gel, dan
pengemulsi. Karaginan juga digunakan dalam beberapa industri antara lain industri
makanan seperti pembuatan dodol, syrup, nugget, kue, roti, macaroni, jelly, jam, es krim,
dan lain sebagainya. Dalam industri farmasi karaginan digunakan dalam produk pasta
gigi dan obat-obatan, selain itu karaginan juga dimanfaatkan dalam industri kosmetik,
industri tekstil dan industri cat.
Hypnea
Hypnea adalah rumput laut dari ordo Gigartinales yang dapat menghasilkan
karagenan, sedangkan Gracilaria adalah rumput laut dari ordo Gigartinales yang
menghasilkan agar yang sama dengan Gelidium dari ordo Gelidiales. Rumput laut
hypnea termasuk ke dalam kelas Rhodophyta atau alga merah. Kelas Alga merah atau
Rhodophyta adalah salah satu filum dari alga berdasarkan atas zat warna atau
pigmentasinya. Warna merah pada alga tersebut disebabkan oleh pigmen fikoeritrin
dalam jumlah yang banyak apabila dibandingkan dengan pigmen klorofil, karoten, dan
xantofil. Alga merah pada umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis.
Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran. Alga
merah ini berwarna muda, merah sampai ungu. Chromatofora berbentuk cakram atau
lembaran yang mengandung klorofil a, klorofil b dan karoteboid. Akan tetapi, warna yang
lain tertutup oleh warna merah fikoiretrin sebagai pigmen utama yang menghasilkan
fluoresensi
Ciri talusnya antara lain adalah :
a. Bentuknya berupa helaian atau berbentuk seperti pohon.
b. Tidak berflagella.
c. Selnya terdiri dari komponen yang berlapis – lapis.
d. Mempunyai pigmen fotosintetik fikobilin, memiliki pirenoid yang terletak
didalam koroplas, pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan
atau hasil asimilasi.
Hypnea memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Hypneaceae
Marga : Hypnea
Jenis : Hypnea sp
*) Benda asing disini adalah garam, pasir, karang, kayu dan jenis lain
**) Benda asing disini adalah garam, pasir, karang dan kayu.
Gracilaria merupakan salah satu spesies dari golongan alga merah yang
banyak tumbuh di wilayah pesisir pantai bahkan berhasil dibudidayakan di tambak.
Selain dikonsumsi secara langsung sebagai sayuran, Gracilaria sp. Dan Gelidium sp.
menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid yang disebut agar. Agar-agar ini
banyak digunakan sebagai bahan baku makanan dan minuman, juga sebagai bahan
penunjang di berbagai industri. Klasifikasi Gracilaria adalah sebagai berikut:
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Glacelariaeceae
Marga : Glacelaria
Jenis : Glacelaria gigas
Glacelaria verrucosa
Glacelaria lichenoides