Tugas :
1) Beri 1 contoh Desain/model Sato-umi dalam bidang Pengolahan Hasil Perikanan
2) Beri 1 contoh kegiatan Smart Farming (Perikanan Budidaya) atau Smart Fishing
(Perikanan Tangkap)
Jawaban :
1) Contoh Desain/model Sato-umi dalam bidang Pengolahan Hasil Perikanan
Sebagai negara maritim, Indonesia memang kaya dengan hasil laut yang melimpah.
Hal ini memberi peluang untuk berkembangnya industri pengolahan hasil perikanan.
Apalagi bila kebijakan pemberantasan illegal fishing dilaksanakan secara konsisten
oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka pasokan ikan sebagai bahan baku
di dalam negeri akan semakin melimpah. Namun perkembangan industri
pengolahan hasil perikanan pasti akan menyisakan hasil samping limbah yang
berupa darah, kulit, kepala, sisik, tulang, ataupun sisa daging ikan yang menempel
pada tulang, serta limbah cair dari proses pencucian dan pengolahan hasil
perikanan tersebut. Limbah hasil perikanan dapat berbentuk padatan, cairan atau
gas. Limbah yang berbentuk padat berupa potongan daging ikan, sisik, insang atau
saluran pencernaan. Limbah yang berbentuk cairan antara lain darah, lendir dan air
pencucian ikan. Sedangkan limbah yang berbentuk gas adalah bau yang
ditimbulkan karena adanya senyawa amonia, hidrogen sulfida, atau keton.
Tentu saja penanggungjawab usaha pengolahan hasil perikanan wajib melakukan
penanganan limbah agar tidak mencemari lingkungan. Berbagai teknik penanganan
dan pengolahan limbah telah dikembangkan. Masing-masing jenis limbah
membutuhkan cara penanganan khusus, berbeda antara jenis limbah yang satu
dengan yang lainnya. Namun secara garis besar, teknik penanganan dan
pengolahan limbah dapat dibagi menjadi penanganan dan pengolahan limbah
secara fisik, kimiawi, dan biologis. Walaupun ada sanksi yang diberikan bila tidak
melakukan pengolahan limbah, namun sering kali pengolahan limbah tidak
dilaksanakan dengan baik karena memerlukan tambahan pembiayaan.
Padahal, limbah tersebut tidak seharusnya dibuang begitu saja sehingga
mencemari lingkungan, justru dapat dimanfaatkan atau diolah menjadi produk yang
bernilai, sehingga dapat memberikan pendapatan tambahan. Bayangkan saja, 20-
30 % dari produksi ikan kita sekitar 6.5 juta ton per tahun menjadi limbah. Hal ini
berarti sekitar 2 juta ton terbuang sebagai limbah, yang seharusnya bisa
dimanfaatkan.
Pemanfaatan limbah ini merupakan penerapan dari salah satu prinsip ekonomi biru
(blue economy) yang saat ini sedang gencar dikembangkan, yaitu prinsip nirlimbah
(zero waste) yang menekankan sistem siklikal dalam proses produksi, sehingga
tercipta produksi bersih. Artinya, limbah dari sebuah proses produksi akan menjadi
bahan baku atau sumber energi bagi produk berikutnya.
Bentuk-bentuk produk hasil pemanfaatan limbah dari proses pengolahan hasil
perikanan cukup beragam, antara lain berupa :
(1) Daging lumat (minced fish), dihasilkan dari sisa-sisa daging ikan yang
menempel pada tulang dan masih bisa dikumpulkan, dapat digunakan untuk
bahan dasar pembuatan produk-produk gel ikan seperti bakso, sosis, nugget,
siomay, dll.
(2) Minyak ikan, dapat diproduksi dari sisa-sisa daging dan kulit ikan.
Pengolahannya dengan cara ekstraksi, dengan kombinasi pemasakan,
pengeringan, dan pengepresan untuk memisahkan minyak dan tepung ikan.
Manfaat minyak ikan untuk kesehatan dapat mencegah beberapa penyakit,
antara lain jantung koroner, kelebihan kolesterol darah, kanker, kerontokan
rambut, dan untuk kekebalan tubuh.
(3) Tepung dan silase ikan, dari limbah daging, tulang, insang dapat digunakan
sebagai bahan pembuatan pupuk dan pakan ternak/ikan. Tepung ikan
merupakan produk berkadar air rendah yang kaya akan protein dan mineral,
yang diperoleh dari beberapa proses pengolahan antara lain pemasakan,
pengepresan, pengeringan dan penggilingan. Sedangkan silase ikan adalah
sisa-sisa ikan yang diawetkan dalam kondisi asam dengan penambahan asam
(silase kimia) atau dengan fermentasi/kemampuan bakteri asam laktat (silase
biologis). Silase ikan yang dihasilkan berbentuk cair karena protein ikan dan
jaringan struktur lainnya didegradasi menjadi unit larutan yang lebih kecil oleh
enzim yang terdapat pada ikan.
(4) Kolagen dan gelatin : Kolagen merupakan protein penting yang
menghubungkan sel dengan sel yang lain. Kulit dan sisik ikan merupakan salah
satu sumber utama kolagen. Pembuatan kolagen dapat dilakukan melalui
ekstraksi baik secara konvensional maupun secara enzimatis. Kegunaan
kolagen diantaranya adalah untuk suplemen makanan, kosmetik, dan aditif
pada makanan dan minuman ringan. Sedangkan gelatin, adalah derivat protein
dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan, yang
diperoleh melalui proses hidrolisis serat kolagen. Berguna untuk pengolahan
pangan (penstabil, pembentuk gel, pengental, pengemulsi, perekat, edible
coating, pengikat air), dan non-pangan (kosmetik, medis/farmasi, kertas dll).
(5) Chitin dan chitosan, terdapat dalam kulit luar hewan golongan Crustaceae
seperti udang dan kepiting, merupakan limbah yang dihasilkan dari proses
pembekuan dan pengalengan udang/kepiting, dan pengolahan kerupuk udang.
Untuk memperoleh chitin dari cangkang udang melibatkan proses-proses
pemisahan protein (deproteinasi) dan pemisahan mineral (demineralisasi).
Sedangkan untuk mendapatkan chitosan dilanjutkan dengan proses deasetilasi.
Chitosan dapat dimanfaatkan di berbagai bidang biokimia, obat-obatan atau
farmakologi, pangan dan gizi, pertanian, mikrobiologi, penanganan air limbah,
industri kertas, tekstil membran atau film, kosmetik dan lain sebagainya.
(6) Pupuk organik/pupuk cair, pupuk organik lengkap yang terbuat dari bahan baku
ikan memiliki kualitas sebagai pupuk yang lebih baik dibandingkan dengan
pupuk organik (kompos, pupuk kandang, ataupun pupuk hijau). Untuk
pembuatan pupuk cair dilakukan dengan proses hidrolisis dengan bantuan
enzim tertentu. Seluruh bagian tubuh ikan maupun limbah cair pengolahan ikan
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk ini.
(7) Aneka kerajinan dapat dibuat dari limbah yang berupa sisik dan kulit ikan serta
cangkang kekerangan.
Aplikasi laut nusantara untuk nelayan Indonesia telah lama diluncurkan oleh
Balai Riset dan Observasi Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Aplikasi Laut Nusantara yang berbasis Android tersebut lahir berkat kerjasama
bersama dengan salah satu penyedia layanan komunikasi nasional. Aplikasi ini
berisi berbagai macam fitur yang memudahkan aktivitas nelayan tradisional
dalam mencari ikan dilautan. Terdapat 6 fitur yang disuguhkan oleh aplikasi ini
bagi para nelayan yaitu:
- Pesisir
Fitur Pesisir digunakan untuk mengetahui dimana saja posisi ikan yang
potensial untuk ditangkap. Titik-titik lokasi itu digambarkan dengan checkpoint
bergambar ikan.
- Kelautan
Pengguna juga dapat mengetahui kecepatan angin dan tinggi gelombang
dengan membuka fitur Kelautan.
- Hitung BBM
Fitur Hitung BBM memungkinkan nelayan mengetahui seberapa banyak
bahan bakar yang diperlukan untuk melakukan pelayaran dengan jenis mesin,
kecepatan, dan jarak tertentu.
- Tangkapan Nelayan
Adapun fitur Tangkapan Nelayan menunjukkan harga berbagai jenis ikan hasil
tangkapan di berbagai pelabuhan.