Anda di halaman 1dari 7

Potensi dan Prospek Pengembangan Ikan Patin di Indonesia

Disusun oleh :

Adinda Ayuningtias
Azra Mahira Dhiva
I Gusti Ayu Agung
Thania Nabila Puteri
Viska Diah Alliska

AKN 1B Prk 2

Vocational School of IPB University


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Potensi dan
Prospek Pengembangan Ikan Patin di Indonesia”.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan banyak bimbingan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini.
Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
bekerjasama dalam menyusun makalah ini dengan tepat waktu.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang makalah ini,
namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih terdapat
banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta masukan dari
para pembaca. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa banyak memberikan informasi
yang bermanfaat mengenai Potensi dan Prospek Pengembangan Ikan Patin di Indonesia.

Bogor, 5 Juli 2019

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia terdiri atas 17.502 buah pulau, dan garis pantai sepanjang 81.000
km dengan luas wilayah perikanan di laut sekitar 5,8 juta Km2, yang terdiri dari perairan
kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta Km2 serta perairan Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 juta Km2. Fakta tersebut menunjukkan bahwa prospek
pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia dinilai sangat cerah dan menjadi salah satu
kegiatan ekonomi yang strategis.

Sumberdaya ikan yang hidup di wilayah perairan Indonesia dinilai memiliki tingkat
keragaman hayati (bio-diversity) paling tinggi. Sumberdaya tersebut paling tidak
mencakup 37% dari spesies ikan di dunia (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup,
1994). Di wilayah perairan laut Indonesia terdapat beberapa jenis ikan bernilai ekonomis
tinggi antara lain : tuna, cakalang, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumi-cumi, ikan-ikan
karang (kerapu, baronang, udang barong/lobster), ikan hias dan kekerangan termasuk
rumput laut (Barani, 2004).

Dalam makalah ini, penulis ingin memberikan informasi mengenai Potensi dan
Prospek Pengembangan Ikan Patin di Indonesia dengan harapan pembaca dapat
mendapatkan informasi tersebut.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui potensi ikan patin berdasarkan data 5 tahun terakhir


2. Mengetahui karakteristik ikan patin serta standar mutu bahan baku untuk industri
3. Mengetahui proses produksi ikan patin
4. Mengetahui pohon industri ikan patin
BAB 2

ISI

2.1 Data Potensi Ikan Patin 5 Tahun Terakhir

2.2 Karakteristik Ikan Patin

a. Bentuk mulut kerucut melebar dan terdapat kumis halus


b. Sirip punggung yang memanjang kebelakang sekitar 1-2cm
c. Terdapat jari-jari keras yang berubah menjadi pati bergerigi
d. Warna tubuh kelabu kehitaman, sedangkan perut dan sekitarnya bewarna putih
e. Kepala berbentuk pipih dan lebar
2.3 Sifat Fisiko-Kimia Ikan Patin

- Analisis Tubuh Ikan Patin

Ikan Patin hidup di lingkungan yang memiliki tingkat keasaman sekitar 5-9.
Kandungan oksigen terlarut di dalam air yang dibutuhkannya berkisar antara 3-6 ppm.
Sedangkan kandungan CO2 dan alkalin yang ideal masing-masing berkisar 9-20 ppm
dan 80-250 ppm. Serta untuk suhu air yang bagus untuk mendukung pertumbuhan ikan
patina da dikisaran 28-30 derajat celcius.
Untuk daging ikan patin sendiri ternyata ikan patin mempunyai cita rasa yang
amis, gurih, dan lembut. Kandungan nutrisi di dalam daging ikan patin meliputi 68,6
persen, lemak 5,8 persen , abu 3,5 persen, dan air 59,3 persen.

- Analisis Gelatin Tulang Ikan Patin

Tulang ikan merupakan salah satu sumber alternatif untuk produksi gelatin yang
sangat potensial. Gelatin dari tulang ikan patin yang diekstrak dengan asam diketahui
memiliki hasil ekstraksi yang tertinggi, kekuatan gel yang menyerupai gelatin
komersial dan kadar abu yang rendah. Penelitian dilakukan dengan dua tahap yakni
ekstraksi gelatin dan analisis karakteristik fisikokimia. Ekstraksi gelatin dilakukan
dengan dua tahap yakni pre-treatment dan ekstraksi utama. Pre-treatment dilakukan
dengan perendaman tulang ikan dalam limbah buah nanas selama 32, 48, dan 56 jam.
Ekstraksi utama dilakukan dengan perendaman dalam air hangat selama 5 jam suhu
75°C. Analisis keberadaan gelatin dengan metode SDS-PAGE diketahui gelatin berada
pada kisaran berat molekul 100–150 kDa dan > 225 kDa. Kadar hidroksiprolin gelatin
yakni 10,9–16,3 mg/g. Gelatin tulang ikan patin yang diekstrak dengan limbah buah
nanas memiliki kekuatan gel 64,83 g.bloom, kekerasan (hardness) 4,96 g, kohesivitas
(cohesiveness) 0,88, elastisitas (springiness) 1,03, kekenyalan (gumminess) 4,36, daya
kunyah (chewiness) 2,78. Viskositas dan pH larutan gelatin yang diperoleh masing-
masing 3,17 cP dan 4,52. Karakteristik kimiawi gelatin yang diperoleh antara lain
meliputi kadar air 8,59%, abu 0,95%, protein kasar 47,60% dan lemak 7,71%. Beberapa
karakteristik fisikokimia gelatin tulang ikan pada penelitian ini dapat dibandingkan
dengan gelatin komersial dan gelatin tulang ikan yang lain.

2.4 Standar Mutu Ikan Patin Untuk Industri (SNI 01-6483.5-2002 Ikan Patin)

Standar ini menguraikan tentang definisi, istilah dan persyaratan produksi serta cara
pengukuran dan pemeriksaan untuk produksi ikan patin. Acuan SNI 01-6483.2-2000, Benih
ikan patin kelas benih sebar. Dengan menggunakan media kolam. Kolam adalah wadah
budidaya ikan yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mampu menampung air dengan dasar
kolam berada di bawah permukaan rata-rata tanah dan dapat digunakan sebagai tempat
pemeliharaan ikan. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam memproduksi ikan patin, yaitu
lokasi dan sarana (wadah, benih, bahan dan peralatan).
 Persyaratan Produksi

1. Lokasi kolam
a) Tanah dasar : Tanah yang stabil, memiliki tekstur lempung
(50%-60%), pasir lebih kecil dari 20% dan sisanya bahan organic
b) Keasaman (pH) tanah : 3,5 – 8,5
c) Sumber air : Tersedia sepanjang tahun, memenuhi
persyaratan baku mutu budidaya dan sanitasi
2. Wadah
a) Konstruksi kolam : Tanah atau tembok dengan pematang yang kuat
dan mampu menampung air
b) Luas : minimal 100 m2
c) Kedalaman air : 1m – 2m
d) Kondisi wadah : dapat dikeringkan

3. Benih
Benih yang digunakan adalah benih ikan patin kelas benih sebar sesuai SNI 01-6483.2-
2000.

4. Bahan
a) Pakan : Pakan buatan dengan kandungan protein
minimal 25% dan tidak mengandung antibiotika dan bahan lain yang
membahayakan
b) Pupuk : Organik dan atau anorganik
c) Bahan kimia dan obat-obatan : desinfektan

5. Peralatan
a)Pengukur kualitas air : pH tester, termometer, DO meter, piring sechi
b) Peralatan perikanan : hapa/waring, ember, cangkul, serok, alat timbang
2.5 Proses Produksi Ikan Patin

 Budidaya

Proses produksi ikan patin

Penebaran Pemberian pakan Pemanenan


Waktu
Dosis Panjang
Kepadatan Ukuran Frekuensi pemeliharaan Sintasan Bobot
standar
(% bobot
(ekor/m2) (cm) (kali/hari) (hari) (%) (gram)
biomasa) (cm)
400-
10-15 5-8 2-3 3 120-150 80-95 25-35
600

 Fillet Ikan Patin

Fillet ikan adalah daging ikan yang disajikan tanpa kulit dan tulang. Daging ikan patin yang
berwarna putih sangat cocok untuk difillet. Kegiatan proses produksi fillet ikan patin :
a. Pembelian bahan baku : Pada proses ini, ikan yang dibeli adalah ikan yang telah dipesan
sesuai dengan ukuran dan kualitas sesuai standar perusahaan.
b. Penyortiran dan pembersihan : Ikan segar yang telah dipesan dan dipilih sesuai standar
langsung dicuci terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada
ikan,
c. Pembuatan fillet :
- Sisi ikan disayat dari belakang sirip sampai ke belakang kepala.
- Penyayatan dilakukan mulai dari arah kepala kearah ekor sepanjang sirip punggung,
sayatan hanya sedalam tulang belakang.
- Dari arah tulang belakang disayat sepanjang sirip punggung menuju arah ekor. Pisau
harus dipegang sejajar dengan tulang rusuk dan duri kecil ikut terpotong.
- Pada ujung rusuk dipotong sampai ke ekor. Setelah pemotongan pada rusuk, pisau
didatarkan pada tulang belakang. Ambil fillet dimana fillet harus dibersihkan dari
selaput perut atau sirip.
- Tulang dari fillet dapat dibuang dengnan mengiris bentuk V pada daging.
- Penyayatan dilakukan dari ekor sampai ke sudut di belakang leher.
- Pengulitan fillet dilakukan denang melepas kulit dari daging atau dengan cara
penyayatan .
d. Penanganan fillet : Fillet yang diperoleh harus segera dimasukkan kedalam wadah
untuk dilakukan proses pembekuan dengan mesin ABF (Air Blast Freezing).
e. Pengepakan (Packaging) : Pengepakan dilakukan sesuai dengan ukuran dan kuantitas.
Dalam proses pengepakan ini alat yang digunakan adalah mesin vakum dan diberi label
kadaluarsa produk.

Anda mungkin juga menyukai