PENGOBATAN TRADISIONAL
OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAR RIAU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Pengobatan Tradisional” ini. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
umum Agama Islam Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pengobatan Tradisional bagi para pembaca dan
juga bagi penulis
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan …………………………………........................................... 14
B. Saran ...................................................................................................... 15
iii
ANGGOTA KELOMPOK :
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat tradisional di Indonesia sangat besar perananya dalam pelayanan kesehatan
masyarkat di Indonesia dan sangat potensial untuk dikembangkan. Karena memang
Negara kita kaya akan tanaman obat-obatan . Namun, sayang kekayaan alam tersebut
tampaknya masih belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesehatan. Padahal saat ini
biaya pengobatan modern cukup mahal ditambah lagi dengan krisis ekonomi yang
melanda bangsa ini belum sepenunya berakhir. Hal tersebut di khawatirkan dapat
membuat kemampuan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal
semakin menurun.
Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang perlu terus dilestarikan dan
dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk meningkatkan
perekonomian rakyat. Untuk dapat ikut meningkatkan pelayanan dan meningkatkan
pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Selama ini industri jamu ataupun obat-obat
tradisional bertahan tanpa dukungan yang memadai dari pemerintah maupun industri
farmasi. Sementara iu tantangan dari dalam negeri sendiri adalah sikap dari dunia medis
yang belum sepenuhnya menerima jamu dan obat tradisional. Merebaknya jamu palsu
maupun jamu yang bercampur bahan kimia beberapa waktu lalu, semakin menambah
keraguan masyarakat akan khasiat dan keamanan mengkonsumsi jamu dan obat
tradisional sudah lama dilakukan oleh masyarakat. Obat tradisional ini tentunya sudah
diuji bertahun-tahun bahkan berabad-abad sesuai dengan perkembangan kebudayaan
bangsa Indonesia.
Dokter dan apotik belum dapat menerima jamu sebagai obat yang dapat mereka
rekomendasikan kepada pasien sehingga pemasaran produk jamu tidak bisa
menggunakan tenaga detailer seperti pada obat modern. Di pihak dokter, sistem
pendidikan masih mengacu kepada pengobatan modern dan tidak menyentuh substansi
pengobatan dengan bahan alam (fitofarmaka). Dengan kondisi di atas, tidak heran bila
pasar industri jamu dan obat tradisional sulit berkembang pesat. Padahal, denganjumlah
masyarakat Indonesi yang mencapai lebih dari 200 juta jiwa, sesungguhnya potensi pasar
bagi produk jamu ataupun obat tradisional amatlah besar. Terlebih lagi, saat ini tampak
ada kecenderungan hidup sehat pada masyarakat kelas menengah atas untuk
1
menggunakan produk berasal dari alam(back to nature). Saat ini masalah dalam
pengembangan obat bahan alam di antaranya kurang pembuktian keamanan dan khasiat
obat tersebut,sehingga tidak memenuhi criteria untuk dapat diterima dan digunakan
dalam pelayanan kesehatan.
B. Metode Penelitian
Didalam metode penelitian kali ini kami melakukan pencarian di berbagai sumber
mulai dari media cetak maupun media elektronik, dan agar lebih mempermudah kami
dalam pencarian kami menggunakan kata kunci dari rumusan masalah yang kami
temukan.
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Herbal/Tradisional di Indonesia
Departemen Kesehatan RI mendefenisikan tanaman obat Indonesia seperti yang
tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978, yaitu :
1. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau
jamu.
2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku
obat (precursor).
3. Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut
digunakan sebagai obat.
1) Battra Pijat Urut adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dan/atau
perawatan dengan cara mengurut/memijat bagian atau seluruh tubuh. Tujuannya untuk
penyegaran relaksasi otot hilangkan capai, juga untuk mengatasi gangguan kesehatan
atau menyembuhkan suatu keluhan atau penyakit. Pemijatan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan jari tangan, telapan tangan, siku, lutut, tumit, atau dibantu alat tertentu
antara lain pijat yang dilakukan oleh dukun/tukang pijat, pijat tunanetra.
3) Battra Sunat adalah seseorang yang memberikan pelayanan sunat (sirkumsisi) secara
tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti: Bong Supit (Yogya),
Bengkong (Jawa Barat). Asal keterampilan umumnya diperoleh secara turun temurun.
4
4) Battra Dukun Bayi adalah seseorang yang memberikan pertolongan persalinan ibu
sekaligus memberikan perawatan kepada bayi dan ibu sesudah melahirkan selama 40
hari. Jawa Barat disebut Paraji, dukun Rembi (Madura), Balian Manak (Bali), Sandro
Pammana (Sulawesi Selatan), Sandro Bersalin (Sulawesi Tengah), Suhu Batui di Aceh.
5) Battra Pijat Refleksi adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dengan
cara pijat dengan jari tangan atau alat bantu lainnya pada zona‐ zona refleksi terutama
pada telapak kaki dan/atau tangan.
2) Battra Gurah
5
3) Shinshe
4) Tabib
5) Homoeopath
6) Aromatherapist
c. Pendekatan Agama
d. Battra Supranatural
6
Seseorang yang melakukan pengobatan dan/atau perawatan tradisional dengan
menggunakan tenaga dalam, meditasi, olah pernapasan, indera keenam, (pewaskita),
kebatinan, antara lain:
1) Battra pijat urut adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dan/atau
perawatan dengan cara mengurut/memijat bagian atau seluruh tubuh. Tujuannya untuk
penyegaran relaksasi otot, hilangkan capai, juga untuk mengatasi gangguan kesehatan atau
menyembuhkan suatu keluhan atau penyakit. Pemijatan ini dapat dilakukan dengan
7
menggunakan jari tangan, telapak tangan, siku, lutut, tumit atau dibantu alat tertentu antara
lain pijat yang dilakukan oleh dukun/tukang pijat, pijat tunanetra, dsb.
2) Battra patah tulang adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dan/atau
perawatan patah tulang dengan cara tradisional. Disebut dukun potong (Madura), sangkal
putung (Jawa), sandro pauru (Sulawesi Selatan).
3) Battra sunat adalah seseorang yang memberikan pelayanan sunat (sirkumsisi) secara
tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti bong supit (Yogya),
bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya diperoleh secara turun temurun.
4) Battra dukun bayi adalah seseorang yang memberikan pertolongan persalinan ibu
sekaligus memberikan perawatan kepada bayi dan ibu sesudah melahirkan selama 40 hari.
Di Jawa Barat disebut paraji, dukun rembi (Madura), balian manak (Bali), sandro
pammana (Sulawesi Selatan), sandro bersalin (Sulawesi Tengah), suhu batui di Aceh.
5) Battra Pijat Refleksi adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dengan
cara pijat dengan jari tangan atau alat bantu lainnya pada zona-zona refleksi terutama pada
telapak kaki dan/atau tangan.
9) Battralainnyayangmetodenyasejenis.
8
1) Battra ramuan indonesia (jamu) adalah seseorang yang memberikan pelayanan
pengobatan dan/atau perawatan dengan menggunakan ramuan obat dari tumbuh-
tumbuhan, hewan, mineral dan lainlain, baik diramu sendiri, maupun obat jadi tradisional
Indonesia.
2) Battra gurah adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan cara
memberikan ramuan tetesan hidung, yang berasal dari larutan kulit pohon sengguguh
dengan tujuan mengobati gangguan saluran pernafasan atas seperti pilek, sinusitis, dan
lain-lain.
4) Tabib adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan ramuan obat
tradisional yang berasal dari bahan alamiah yang biasanya dilakukan oleh orang- orang
India atau Pakistan.
9
Pengobat tradisional supranatural terdiri atas pengobat tradisional tenaga dalam
(prana), paranormal, reiky master, qigong, dukun kebatinan, dan pengobat tradisional
lainnya yang metodenya sejenis.
Obat tradisional akan memiliki manfaat dan efek samping yang lebih kecil jika
digunakan secara tepat, yaitu meliputi :
1. Kebenaran bahan
Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang kala sulit untuk
dibedakan satu dengan yang lain. Kebenaran bahan menentukan tercapai atau tidaknya
efek terapi yang diinginkan. Sebagai contoh lempuyang di pasaran ada beberapa macam
yang agak sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Lempuyang emprit (Zingiber
amaricans) memiliki bentuk yang relative lebih kecil, berwarna kuning dengan rasa yang
pahit. Lempuyang emprit ini berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Jenis yang kedua
adalah lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) yang memiliki bentuk lebih besar dan
berwarna kuning, jenis ini pun berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Jenis yang
ketiga adalah lempuyang wangi (Zingiber aromaticum) yang memiliki warna agak putih
dan berbau harum. Tidak seperti kedua jenis lempuyang sebelumnya, jenis ini memiliki
khasiat sebagai pelangsing. Di Belgia, 70 orang harus menjalani dialysis atau
transplantasi ginjal akibat mengkonsumsi pelangsing dari tanaman yang keliru.
2. Ketepatan dosis
10
Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tak bisa dikonsumsi
sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti halnya resep dokter. Buah
mahkota dewa, misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan perbandingan 1 buah dalam 3
gelas air. Sedangkan daun mindi baru berkhasiat jika direbus sebanyak 7 lembar dalam
takaran air tertentu (Suarni, 2005).
Hal ini menepis anggapan bahwa obat tradisional tak memiliki efek samping. Anggapan
bila obat tradisional aman dikonsumsi walaupun gejala sakit sudah hilang adalah keliru.
Sampai batas-batas tertentu, mungkin benar. Akan tetapi bila sudah melampaui batas,
justru membahayakan. Efek samping tanaman obat dapat digambarkan dalam tanaman
dringo (Acorus calamus), yang biasa digunakan untuk mengobati stres. Tumbuhan ini
memiliki kandungan senyawa bioaktif asaron. Senyawa ini punya struktur kimia mirip
golongan amfetamin dan ekstasi. Dalam dosis rendah, dringo memang dapat memberikan
efek relaksasi pada otot dan menimbulkan efek sedatif (penenang) terhadap sistem saraf
pusat. Namun, jika digunakan dalam dosis tinggi malah memberikan efek sebaliknya,
yakni meningkatkan aktivitas mental (psikoaktif). Asaron dringo, juga merupakan
senyawa alami yang potensial sebagai pemicu timbulnya kanker, apalagi jika tanaman ini
digunakan dalam waktu lama. Di samping itu, dringo bisa menyebabkan penumpukan
cairan di perut, mengakibatkan perubahan aktivitas pada jantung dan hati, serta dapat
menimbulkan efek berbahaya pada usus Berdasarkan fakta ilmiah itu, Federal Drugs of
Administration (FDA) Amerika Serikat telah melarang penggunaan dringo secara
internal, karena lebih banyak mendatangkan kerugian dari pada manfaat (Suarni, 2005).
Takaran yang tepat dalam penggunaan obat tradisional memang belum banyak didukung
oleh data hasil penelitian. Peracikan secara tradisional menggunakan takaran sejumput,
segenggam atau pun seruas yang sulit ditentukan ketepatannya. Penggunaan takaran yang
lebih pasti dalam satuan gram dapat mengurangi kemungkinan terjadinya efek yang tidak
diharapkan karena batas antara racun dan obat dalam bahan tradisional amatlah tipis.
Dosis yang tepat membuat tanaman obat bisa menjadi obat, sedangkan jika berlebih bisa
menjadi racun.
Kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri haid dan sudah turun-temurun
dikonsumsi dalam ramuan jamu kunir asam yang sangat baik dikonsumsi saat datang
bulan. Akan tetapi jika diminum pada awal masa kehamilan beresiko menyebabkan
11
keguguran. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu penggunaan obat tradisional
menentukan tercapai atau tidaknya efek yang diharapkan.
Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di dalamnya.
Masing-masing zat berkhasiat kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berbeda
dalam penggunaannya. Sebagai contoh adalah daun Kecubung jika dihisap seperti rokok
bersifat bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan diminum
dapat menyebabkan keracunan / mabuk (Patterson S, dan O’Hagan D., 2002).
Perkembangan teknologi informasi saat ini mendorong derasnya arus informasi yang
mudah untuk diakses. Informasi yang tidak didukung oleh pengetahuan dasar yang
memadai dan telaah atau kajian yang cukup seringkali mendatangkan hal yang
menyesatkan. Ketidaktahuan bisa menyebabkan obat tradisional berbalik menjadi bahan
membahayakan. Contohnya, informasi di media massa meyebutkan bahwa biji jarak
(Ricinus communis L) mengandung risin yang jika dimodifikasi dapat digunakan sebagai
antikanker. Risin sendiri bersifat toksik / racun sehingga jika biji jarak dikonsumsi secara
langsung dapat menyebabkan keracunan dan diare. Contoh lainnya adalah tentang pare.
Pare, yang sering digunakan sebagai lalapan ternyata mengandung khasiat lebih bagi
kesehatan. Pare alias paria (Momordica charantia) kaya mineral nabati kalsium dan
fosfor, juga karotenoid. Pare mengandung alpha-momorchorin, beta-momorchorin dan
MAP30 (momordica antiviral protein 30) yang bermanfaat sebagai anti HIVAIDS, . Akan
tetapi, biji pare juga mengandung triterpenoid yang mempunyai aktivitas anti
spermatozoa, sehingga penggunaan biji pare secara tradisional dengan maksud untuk
mencegah AIDS dapat mengakibatkan infertilitas pada pria. Konsumsi pare dalam jangka
panjang, baik dalam bentuk jus, lalap atau sayur, dapat mematikan sperma, memicu
impotensi, merusak buah zakar dan hormon pria, bahkan berpotensi merusak liver. Bagi
wanita hamil, sebaiknya konsumsi pare dibatasi karena percobaan pada tikus
menunjukkan pemberian jus pare menimbulkan keguguran.
6. Tanpa penyalahgunaan
Tanaman obat maupun obat tradisional relatif mudah untuk didapatkan karena tidak
memerlukanresep dokter, hal ini mendorong terjadinya penyalahgunaan manfaat dari
12
tanaman obat maupun obat tradisional tersebut. Contoh : a. Jamu peluntur untuk terlambat
bulan sering disalahgunakan untuk pengguguran kandungan. Resiko yang terjadi adalah
bayi lahir cacat, ibu menjadi infertil, terjadi infeksi bahkan kematian. b. Menghisap
kecubung sebagai psikotropika. c. Penambahan bahan kimia obat Pada bulan Mei 2003,
Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Pekanbaru menarik 9.708 kotak obat
tradisional dari peredaran dan memusnahkannya. Obat yang ditarik dari peredarannya
sebagian besar berupa jamu-jamuan yang mengandung bahan-bahan kimia obat (BKO)
berbahaya bagi tubuh pemakainya. Bahan-bahan kimia obat yang biasa dicampurkan itu
adalah parasetamol, coffein, piroksikam, theophylin, deksabutason, CTM, serta bahan
kimia penahan rasa sakit seperti antalgin dan fenilbutazon (Kompas, 31 Mei 2003).
Bahan-bahan kimia obat tersebut dapat menimbulkan efek negatif di dalam tubuh
pemakainya jika digunakan dalam jumlah banyak. Bahan kimia seperti antalgin misalnya,
dapat mengakibatkan kerusakan pada organ pencernaan, berupa penipisan dinding usus
hingga menyebabkan pendarahan. Fenilbutazon dapat menyebabkan pemakainya menjadi
gemuk pada bagian pipi, namun hanya berisi cairan yang dikenal dengan istilah
moonface, dan jika digunakan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan osteoporosis.
Dalam satu jenis tanaman dapat ditemukan beberapa zat aktif yang berkhasiat dalam
terapi. Rasio antara keberhasilan terapi dan efek samping yang timbul harus menjadi
pertimbangan dalam pemilihan jenis tanaman obat yang akan digunakan dalam terapi.
Contoh, daun Tapak dara mengandung alkaloid yang bermanfaat untuk pengobatan
diabetes. Akan tetapi daun Tapak dara juga mengandung vincristin dan vinblastin yang
dapat menyebabkan penurunan leukosit (sel-sel darah putih) hingga ± 30%., akibatnya
penderita menjadi rentan terhadap penyakit infeksi. Padahal pengobatan diabetes
membutuhkan waktu yang lama sehingga daun Tapak dara tidak tepat digunakan sebagai
antidiabetes melainkan lebih tepat digunakan untuk pengobatan leukemia.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhir-akhir ini perhatian terhadap obat alami meningkat dengan tajam. Penelitian
mengenai potensi dan khasiat obat alami pun mengalami peningkatan. Hal ini merupakan
sesuatu yang menggembirakan, mengingat potensi kekayaan alam Indonesia sangat
berlimpah. Oleh sebab itu,kita hanya menunggu kemauan pemerintah dan berbagai pihak
yang berkepentingan untuk mengembangkannya agar pelayanan kesehatan tidak semata-mata
tergantung pada obat-obat modern. Secara singkat, sistem medis merupakan organisasi yang
kaya dan kompleks yang memberikan banyak peranan dan tujuan. Rupanya perhatian yang
diberikan hanyalah pada masalah-masalah penyakit (disease) dan penyakit (illness) yang
didefinisikan secara sempit, padahal dalam kenyataannya mereka mencerminkan pola-pola
dan nilai-nilai dasar dari kebudayaan, di mana mereka merupakan salah satu bagiannya.
Hanya apabila dipandang dari konteks yang luas dalam suatu lingkungan sosial-budaya yang
menyeluruh, barulah tingkah laku sehat dari anggota-anggota kelompok mana pun dapat
dipahami sepenuhnya
14
Kekurangan obat tradisional :
Efek farmakologinya lemah
Pada obat tradisional tertentu bahan bakunya belum standar
Belum di lakukan uji klinik (Pada jamu dan obat herbal terstandar)
Untuk bahan yang belum di standarisasi mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme
B. Saran
Dari uraian dan pembahasan makalah ini tentunya kita sudah mengetahui apa saja
manfaat, kelebihan dan kekurangan dari pengobatan tradisional sehingga disini didapatkan
beberapa saran yaitu :
Kita diharapkan dapat lebih bijak untuk memanfaatkan tanaman herbal yang ada di
sekitar kita dengan sebaik mungkin
Menjaga kelestarian lingkungan hidup disekitar kita agar tercipta lingkungan hidup
yang sehat.
Saran yang terbaik untuk kesehatan, yaitu mengikuti anjuran dari pepatah yang
berbunyi “Lebih baik mencegah daripada mengobati”.
15
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Azwar. 1992. Antropologi Kesehatan Indonesia, Pengobatan Tradisional. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Grover JK, Yadav SP, 2004, Pharmacological actions and potential uses of Momordica
charantia: a review, J Ethnopharmacol., 93(1): 123-32.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21933/Chapter%20II.pdf?sequence=6
&isAllowed=y
http://jdih.pom.go.id/showpdf.php?u=CTuu7Aqve2OesZIbdXOxg2TtyfNnHj82eEKx29h5R
Bw%3D
http://digilib.unila.ac.id/4119/10/BAB%20II.pdf
http://repository.ump.ac.id/874/3/BAB%20II_NINA%20AINI%20NURULSIAH_FARMASI
%2716.pdf
Kompas, BPOM Pekanbaru Tarik 9.708 Kotak Obat Tradisional dari Peredaran,
http://kompas. co.id/kompas-cetak/0305/11/Fokus/ 306422.htm - 42k , edisi 31 Mei 2003,
diakses April 2020.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta. Rineka Cipta.
16