Disusun oleh:
Kelompok III
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas atau makalah ini dengan baik sehingga
makalah yang berjudul “Perawatan Pada Ibu Nifas dan Menyusui” dapat selesai tepat pada
waktunya.
Pada kesempatan ini tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak terutama Dosen pengajar Mata Kuliah Etnomedika Kebidanan
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan atau
ketidak sempurnaan. Mudah-mudahan dengan adanya makalah ini, dapat menambah ilmu
pengetahuan pembaca. Penulis menyadari adanya kekurangan-kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kepada pembaca, penulis memohon maaf bila dalam penyajian makalah ini masih
banyak kekurangan atau kesalahan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi penyempurnaan selanjutnya.
Penulis
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISIii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN2
C. MANFAAT2
A. OBAT TRADISIONAL 3
B. MASA NIFAS6
A. JAMU8
B. REMPANG KUNYIT8
C. ASAM JAWA8
D. DAUN KATUK8
BAB IV KESIMPULAN 9
DAFTAR PUSTAKA10
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
2
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Tujuan umum yang hendak dicapai dengan adanya makalah ini adalah untuk
mengetahui tentang perawatan ibu nifas dan menyusui.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengetahui tentang perawatan pada ibu nifas dan menyusui.
b. Mengetahui jenis perawatan pada ibu nifas dan menyusui.
c. Mengetahui tentang pembuatan ramuan/ obat tradisional untuk perawatan ibu
nifas dan menyusui
C. MANFAAT
1. Diketahuinya tentang perawatan pada ibu nifas dan menyusui
2. Diketahuinya tentang jenis perawatan ibu nifas dan menyusui
3. Diketahuinya tentang pembuatan ramuan/ obat tradisional untuk perawatan ibu
nifas dan menyusui.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Obat tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan
tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Obat tradisional dibuat atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan, bahan
hewan, sediaan sarian (galenik), atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat
tradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk kesehatan berdasarkan
pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek masyarakat mulai
dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat bawah, karena obat tradisional mudah
didapat, harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan
dan pencegahan penyakit.
Menurut penelitian masa kini, obat – obatan tradisional memang bermanfaat
bagi kesehatan dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau
masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional yang banyak dijual
di pasaran dalam bentuk kapsul, serbuk, simplisia, dan tablet. (Sastroamidjojo, 2001).
Untuk meningkatkan mutu suatu obat tradisional, maka pembuatan obat
tradisional haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya mengikutkan pengawasan
menyeluruh yang bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang senantiasa
memenuhi persyaratan yang berlaku. Keamanan dan mutu obat tradisional tergantung
dari bahan baku, bangunan, prosedur, dan pelaksanaan pembuatan, peralatan yang
digunakan, pengemasan termasuk bahan serta personalia yang terlibat dalam
pembuatan obat tradisional.
Bahan-bahan ramuan obat tradisional seperti bahan tumbuh-tumbuhan, bahan
hewan, sediaan sarian atau galenik yang memiliki fungsi, pengaruh serta khasiat
sebagai obat, dalam pengertian umum kefarmasian bahan yang digunakan sebagai
simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan
yang dikeringkan.
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan
oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah
lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi
3
4
Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan
relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu)
dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya (Sukandar E Y, 2006).
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh Negara di dunia.
Menurut WHO, negaranegara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan obat
herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika,
sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan primer
(WHO, 2003). Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal di
negara maju adalah usia harapan hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi
penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan penggunaan obat modern untuk
penyakit tertentu di antaranya kanker serta semakin luas akses informasi mengenai
obat herbal di seluruh dunia (Sukandar E Y, 2006).
WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam
pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama
untuk penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung
upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional (WHO,
2003).
Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada
penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek
samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern
Ramuan obat tradisional ini bahkan telah mengalami perkembangan yang
begitu pesat serta diproses secara ilmiah dan modern. Dikonsumsi masyarakat dalam
negeri, tetapi sudah ke pasar luar negeri. Ini karena tumbuhan sebagai sumber nabati
terbukti mempunyai khasiat yang mujarab, tidak mempunyai efek samping, dan
bahanya pun mudah didapat. Bahkan dipercaya kalau tumbuh – tumbuhan justru dapat
menetralisir efek sampingan dari zat – zat aktif yang dapat membahayakan di dalam
tubuh. Jadi hanya tumbuh – tumbuhan saja yang dapat bekerja sebagai “Side Effect
Eliminating Substances” atau yang dikenal dengan SEES.
Penggunaan obat tradisional secara umum lebih aman dari penggunaan obat
modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang
relatif lebih sedikit daripada obat modern. Efek samping obat tradisional relatif lebih
kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi:
1. Kebenaran bahan
5
B. MASA NIFAS
Postpartum adalah masa nifas yang dimulai sejak bayi lahir dan plasenta bayi
dilahirkan hingga keadaan kandungan kembali seperti saat sebelum hamil. masa ini
pada umumnya terjadi sekitar 6 minggu. Masa nifas merupakan periode dimana
terdapat perubahan pada kodisi reproduksi nya pasca melahirkan. Wanita akan
mengalami perubahan fisiologis dimana uterus mengalami pengerutan kembali
menjadi ukuran semula. Untuk mengem balikan kondisinya, masyarakat Indonesia
memiliki beberapa tradisi seperti membatasi makanan tertentu maupun
mengkonsumsi jamu
Postpartum memiliki empat tahap, pertama adalah Immediatiate postpartum
yang biasanya sering terjadi perdarahan karena berada pada fase kritis dan harus
dilakukan pemantauan lebih lanjut. Kedua, Early postpartum yaitu keadaan involusi
uteri sudah dalam tahap normal. Ketiga, Late postpartum merupakan tahap di mana
ibu sudah bisa mencoba untuk melakukan program KB (Kelurga
Berencana). Keempat Remote postpartum yaitu jangka waktu yang dibutuhkan ibu
setelah melahirkan yang memiliki permasalahan atau komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada postpartum di antaranya adalah perdarahan
pada vagina yang melebihi 1500 ml, muncul aroma dari vagina yang menyengat,
adanya rasa nyeri pada daerah perineum, nyeri pada kepala yang berkepanjangan,
terjadi perubahan pada payudara seperti; kemerahan, bengkak, dan ditemukannya
benjolan, kedua kaki dan tangan membengkak dan terasa nyeri, serta pengilhatan
buram.
Perawatan yang pada ibu postpartum paling penting dan bisa dilakukan
mandiri adalah perawatan payudara. Perawatan payudara bertujuan untuk
mempercepat dan memperlancar pengeluaran ASI (Air Susu Ibu) juga merawat
payudara agar tetap sehat dan menghindari komplikasi yang kemungkinan bisa
terjadi. Salah satu perawatan payudara yang bisa dilakukan antara lain dengan
menjaga kebersihan pada payudara, menggunakan bra yang longgar dan berbahan
katun, melakukan beberapa pemijatan dan pengurutan pada payudara dengan
menggunakan kompres hangat setiap pagi atau sore hari, dan selalu mengosongkan
ASI setelah menyusui bayi agar ASi tidak mengendap di dalam payudara karena bisa
menyebabkan mastitis.
Jamu merupakan bentuk pengobatan tradisional yang diturunkan oleh para
leluhur masyarakat. Masyarakat menganggap jamu merupakan pengobatan yang lebih
aman dibandingkan dengan pengobatan modern. Penggunaan jamu banyak ditemukan
pada masyarakat baik saat dalam masa kehamilan, melahirkan maupun masa nifas.
Konsumsi jamu lebih banyak ditemui pada masa nifas dibanding masa kehamilan dan
persalinan. Kebanyakan masyarakat mengkonsumsi jamu dengan tujuan untuk
membantu melancarkan ASI, mencegah datangnya penyakit, menjaga ketahanan
tubuh serta menjaga kecantikan ibu khususnya pada organ kewanitaan.
A. JAMU
1. BAHAN-BAHAN
akar wangi, kulit kayu asam hampalam, langir, kayu lawang, bawang putih, buah
cabe jawe, rimpang kencur, daun cengkodok, kunyit, jahe merah, buah jintan putih
dan hitam, ketumbar, biji kedaung, daun kopi, piawas, pelepah pinang, messoi,
daun sirih, temulawak, buah lada, bunga dan tempurung kelapa, buah pala,
majakani, pedas manis, dan bunga cengkeh.
2. CARA MEMBUAT
pertama bagian rimpang dikeringkan dan disangrai bersamaan dengan ketumbar
dijadikan adonan pertama. Bagian bunga dan tempurung kelapa dibakar hingga
warna kehitaman. Setelah itu, bahan lainnya digabung menjadi adonan kedua dan
prosesnya sama dengan adonan pertama. Proses selanjutnya, semua adonan
dicampur menjadi satu, lalu dihaluskan sampai menjadi tepung.
B. RIMPANG KUNYIT
1. BAHAN-BAHAN
Rimpang kunyit, Garam, Madu
2. CARA MEMBUAT
Kunyit ditumbuk lalu diperas airnya lalu direbus tambahkan sedikit garam dan
madu .
C. ASEM JAWA
1. BAHAN-BAHAN
Asem jawa, Kunyit, Gula Merah
2. CARA MEMBUAT
Kunyit di tumbuk lalu di beri asam jawa dan gula merah
D. KATUK
1. BAHAN-BAHAN
Daun Katuk
2. CARA MEMBUAT
Daun katuk direbus di buat sup untuk dikonsumsi
9
BAB IV
KESIMPULAN
Menurut penelitian masa kini, obat – obatan tradisional memang bermanfaat bagi
kesehatan dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat,
baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional yang banyak dijual di pasaran dalam
bentuk kapsul, serbuk, simplisia, dan tablet.
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh
nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama pada daun
lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan), dokumen Serat
Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang Dalem dan relief candi Borobudur yang
menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan
bakunya.
Penggunaan obat tradisional secara umum lebih aman dari penggunaan obat modern.
Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit
dari pada obat modern. Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil jika digunakan secara
tepat, yang meliputi Kebenaran bahan, Ketepatan dosis, Ketepatan waktu penggunaan,
Ketepatan cara penggunaan, Ketepatan telaah informasi, Tanpa penyalahgunaan, Ketepatan
pemilihan obat untuk indikasi tertentu.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
https://youtu.be/k7_NEE4J7xM
13