Anda di halaman 1dari 13

Mata Kuliah : Psikososial Dan Sosial Budaya

Dosen Pengampuh : Ns.Sarifudin Andi Latif.,M.M

MAKALAH
Budaya Dalam kesehatan

Disusun Oleh :
Siti Hajar Lasomar
4201020009

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKES) IST BUTON
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT karena atas berkat karunia-Nya hingga
makalah ini dapat di susun insya Allah dengan baik.Dalam makalah yang saya susun ini
membahas mengenai Kebiasaan/keyakinan budaya daerah tentang proses penyembuhan
kesehatan. Dimana bahasan yang uraikan dalam makalah ini adalah “Psikosial Dan Budaya
Dalam Keperawatan ”.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pihak manapun untuk memperbaiki
makalah ini demi terwujudnya makalah yang baik.

Baubau, 03 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PEMBAHASAN................................................................................
A. Pengobatan Tradisional...........................................................................................
B. Pengobatan Tradisional Sambung Tulang...............................................................
C. Pengobatan Tradisional Minyak Mamalah..............................................................
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu
dengan yang lain dalam dan hubungannya itu, manusia tidak terlepas juga dari
lingkungan dan aturan-aturan atau norma dan kebiasaan yang mengatur
kehidupannya. Selain manusia itu disebut sebagai makhluk sosial, menurut
Syahruddin (1995) manusia disebut juga makhluk yang berbudaya. Makhluk yang
berbudaya berarti dalam menjalani kehidupannya manusia tidak akan pernah
melepaskan aspek-aspek budaya yang telah ada dalam dirinya. karena dengan
kebudayaan yang dimilikinya, manusia tidak hanya mampu menyelaraskan diri
dengan lingkungan, namun manusia juga dapat merubah alam lingkungannya menjadi
sesuatu yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan juga berisi seperangkat
pengetahuan yang pada gilirannya dapat dijadikan pedoman untuk menanggapi dan
menjawab seluruh tantangan alam dan lingkungan baik fisik maupun sosial. Dari
sekian banyak pengetahuan yang dimiliki manusia salah satunya adalah pengetahuan
yang menyangkut dengan usaha menghindari dan cara menyembuhkan suatu jenis
penyakit.
Pengetahuan tentang kebudayaan tidak hanya dapat kita pelajari melalui
orang-orang sekitar atau lingkungan kita, namun dapat juga kita pelajari dalam
bangku pendidikan.Salah satunya, adalah dalam ilmu keperawatan.Ilmu keperawatan
mengajarkan bagaimana caranya seorang tenaga kesehatan dapat mengkaji manusia
dari sisi bio-psiko-sosio-kultural-spiritual. Dalam hal ini kultural sendiri, akan
dipelajari dalam keperawatan Transkultural (transcultural nursing).
Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya
padaproses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan
dankesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkanpada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Teori ini berasal dari disiplin ilmu
antropologi dan dikembangkan dalam konteks keperawatan.Selain itu, teori tentang
transkultural keperawatan juga dijabarkan kedalam konsep keperawatan yang didasari
oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam
masyarakat (Leininger, 2002.). Menurut Leininger sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan
kepada klien.
Dalam keperawatan, transkultural juga mempelajari tentang bagaimana cara
seseorang melakukan pengobatan tradisional. Pengertian obat tradisional sendiri
berdasarkan Peraturan Menteri kesehatan Nomor 246/Menkes/Per/V/1990 Pasal 1
menyebutkan bahwa, obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-
bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman.
Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat
merupakan pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami (Hembing,
2001). Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat
bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya lebih efektif dan efisien karena
lebih mudah dijangkau oleh masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat
tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak
terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh (Anonimª,
2010). Bahan baku untuk ramuan tradisional diantaranya jenis tanaman rempah-
rempah, tanaman hias, dan tanaman liar yang ada di lingkungan sekitar kita. Jenis
tanaman rempah adalah berbagai jenis tanaman yang memberikan aroma dan
rasa khusus pada makanan dan minuman. Selain sebagai penyedap makanan,
rempah juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dan jamu seperti jahe,
kunyit, temulawak, dan serai. Rempah-rempah umumnya hidup di daerah tropis,
termasuk di Indonesia (Septiatin, 2008). Berbicara tentang kekayaan alam di
Indonesia, harus diketahui bawha Indonesia merupakan eilayah terluas, yang terdiri
dari beberapa propinsi dan daerah yang berbeda-beda karakteristik budayanya, salah
satunya adalah Propinsi Maluku. Propinsi Maluku merupakan salah satu propinsi
tertua di Indonesia dengan ibu kota Propinsi adalah kota Ambon.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sikap masyarakat Desa Waai pulau Ambon terhadap pengobatan
tradisional sambung tulang“Topu Bara”
2. Bagaimana sikap masyarakat Desa Mamala pulau Ambon terhadap pengobatan
tradisonal penggunanan minyak mamalah sebagai obat.

C. Tujuan
1. Mengetahui “Sikap masyarakat Desa Waai pulau Ambon terhadap pengobatan
tradisional sambung tulang“Topu Bara” di Desa Waai Pulau Ambon
2. Mengetahui “Sikap masyarakat Desa Mamalah pulau Ambon terhadap pengobatan
tradisional menggunakan minyak mamalah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat
merupakan pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami (Hembing,
2001). Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat
bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya lebih efektif dan efisien karena
lebih mudah dijangkau oleh masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat
tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak
terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh (Anonimª,
2010). Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa
penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa dicerna oleh
tubuh (Anonimª, 2010).
Bahan baku untuk ramuan tradisional diantaranya jenis tanaman rempah-
rempah, tanaman hias, dan tanaman liar yang ada di lingkungan sekitar kita. Jenis
tanaman rempah adalah berbagai jenis tanaman yang memberikan aroma dan
rasa khusus pada makanan dan minuman. Selain sebagai penyedap makanan,
rempah juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dan jamu seperti jahe,
kunyit, temulawak, dan serai. Rempah-rempah umumnya hidup di daerah tropis,
termasuk di Indonesia (Septiatin, 2008). Berbicara tentang kekayaan alam di
Indonesia, harus diketahui bawha Indonesia merupakan eilayah terluas, yang terdiri
dari beberapa propinsi dan daerah yang berbeda-beda karakteristik budayanya, salah
satunya adalah Propinsi Maluku. Propinsi Maluku merupakan salah satu propinsi
tertua di Indonesia dengan ibu kota Propinsi adalah kota Ambon.

B. Budaya Masyarakat Maluku Dengan pengobatan kesehatan


Masyarakat di propinsi Maluku umumnya masih memegang adat dan
kebudayaan dari nenek moyang mereka hal ini terbukti dari adanya pengobatan
tradisional peninggalan nenek moyang yang masih dibudayakan di berbagai daerah di
Pulau Ambon, salah satunya yaitu pengobatan tardisional sambung tulang Desa Waai,
Pulau Ambon. Desa Waai terletak kecamatan Salahutu, kabupaten Maluku Tengah
berjarak ± 50 km dari pusat kota Ambon. Desa yang berpenduduk sekitar 6000 jiwa
ini, dikenal sebagai salah satu Desa dari beberapa Desa di pulau Ambon yang
menyediakan pengobatan tradisional sambung tulang.
Pengobatan tradisional sambung tulang sampai sekarang masih digunakan
masyarakat Desa Waai dan dari luar Desa Waai. Pengobatan tradisional sambung
tulang ini menurut masyarakat disana yaitu pengobatan sambung tulang dengan cara
tradisional menggunakan arang api, daun pisang, dan minyak kelapa, pasca patah
tulang. Pengobatan tradisional sambung tulang ini sangat populer di kalangan di
masyarakat kota Ambon khususnya masyarakat Desa Waai.

Sampai sekarang ini masyarakat masih mempercayai dan menggunakan


pengobatan tradisional ini sebagai salah satu alternatif kesehatan untuk menyambung
tulang yang patah.Kepercayaan akan pengobatan tradisional sambung tulang ini sudah
terjadi sejak jaman nenek moyang meraka, dan bahkan pengobatan ini umumnya
sangat berkhasiat pada penderita patah tulang. Hal ini membuat masyarakat Desa
Waai masih percaya terhadap pengobatan tradisonal sambung tulang ini.Tempat
pengobatan di Desa Waai ini juga, dilengkapi dengan ruang inap bagi pengunjung
yang datang dari luar desa tersebut.Biasanya pasien patah tulang diobati dengan cara
tradisonal selama satu kali, dan diminta untuk melakukan foto rontgen guna
memastikan pengobatan sambung tulang ini,dihentikan, atau dilanjutkan.
C. Pengobatan Menggunakan Minyak Mamalah
Minyak Mamala memiliki khasiat yang baik untuk pengobatan. Sehingga
minyak ini sampai sekarang masih digunakan untuk penyembuhan patah tulang,
penyakit kulit/ gatal-gatal, luka bakar, batuk, dan penyakit kulit lainnya.Masyarakat
Maluku terhadap penggunaan Minyak Mamala sebagai pengobatan.Masyarakat
Maluku khususnya masyarakat mamala meyakini penggunaan minyak mamala
sebagai pengobatan di tinjau dari perspektif kesehatan, karena masyarakat yakin atas
dasar pengalaman menggunakan minyak mamala namun kandungan dari minyak
mamala tidak di ketahui. Minyak mamala adalah sama dengan minyak kelapa.
Masyarakat mamala masih menjalankan tradisi budaya yang salah satu hasil
budayanya adalah tradisi “Ukuwala Mahiate” atau “ Tradisi Bakupukul Manyapu”.
Tradisi inipun tidak lepas dari nilai-nilai budaya dan keagamaan sekaligus tradisi ini
di laksanakan untuk memperkenalkan khasiat dari minyak Mamala sebagai
pengobatan yang dalam bahasa daerahnya di sebut “Nyuwelain Matehu” atau Minyak
Tasalah/Minyak Mamala
Dalam tradisi “ bakupukul manyapu” peran minyak mamala sebagai
pengobatan di pertontonkan pada masyarakat mamala maupun di luar daerah mamala.
Lewat tradisi ini masyarakat mamala membuktikan khasiat minyak mamala langsung
pada khalayak umum dalam mengobati luka hasil sayatan Bakupukul manyapu. Di
mana luka hasil sayatan tersebut di oles dengan minyak mamala dan rasa nyeri yang
di rasakan peserta bakupukul manyapu berangsur hilang serta proses penyembuhan
lukapun lebih cepat. Tak hanya itu masyarakat mamala meyakini bahwa minyak
mamala memiliki khasiat yang baik untuk pengobatan.Dalam sistem keyakinan
sehubungan dengan penyembuhan penyakit. Saputra (2012) pada penelitiannya
mengemukakan Manusia sebagai mahkluk yang berakal dan berpengetahuan akan
selalu mengembangkan akal dan pengetahuannya untuk menghadapi dan merespon
permasalahan hidupnya termasuk permasalahan tentang penyakit.
Sama halnya dengan masyarakat Maluku Terutama masyarakat Mamala yang
meyakini minyak Mamala yang di olah dengan ritual-ritual budaya dan keagamaan
sebagai pengobatan mampu menyembuhkan penyakit lebih cepat. Hal ini
dapat di lihat dari banyaknya masyarakat mamala yang memilih menggunakan
minyak mamala sebagai pengobatan di banding pengobatan alternative lain bila
mengalami masalah kesehatan yang bagi mereka dapat di sembuhkan dengan minyak
mamala.Masyarakat mamala akan lebih memilih menggunakan minyak mamala di
banding harus ke tenaga kesehatan langsung.
Bila di tinjau dari perspektif kesehatan minyak mamala merupakan minyak
kelapa yang juga memiliki kandungan baik untuk kesehatan seperti kandungan
senyawa asam kaprilat, di mana jenis dari senyawa ini dikenal bisa membantu dalam
membunuh bakteri berbahaya dalam tubuh kita serta beberapa kandungan lainnya
yang bagus untuk masalah kesehatan. Minyak kelapa memiliki kandungan asam
lemak jenuh yang tinggi. Asam lemak jenuh pada minyak kelapa sangat spesifik
karena dalam bentuk asam lemak rantai medium (ALRM) dengan kandungan 61,93%
dan asam laurat 48,24% . Asam lemak rantai medium terbukti memiliki khasiat baik
dalam kesehatan sebagai antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa. Disamping itu,
kandungan asam lemak pada minyak kelapa memiliki khasiat antimikroba, sehingga
bisa melindungi kulit dari beberapa jenis mikroorganisme berbahaya. Terutama lauric
acid yang bisa menghambat pertumbuhan bakteri di kulit. Hanya saja Masyarakat
mamala meyakini minyak kelapa yang sudah diritualkan lebih cepat proses
penyembuhannya di bandingkan dengan minyak kelapa murni biasa yang tidak
diritualkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat
merupakan pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami (Hembing,
2001). Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat
bagi kesehatan, dan kini digencarkan penggunaannya lebih efektif dan efisien karena
lebih mudah dijangkau oleh masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat
tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak
terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh (Anonimª,
2010). Bahan baku untuk ramuan tradisional diantaranya jenis tanaman rempah-
rempah, tanaman hias, dan tanaman liar yang ada di lingkungan sekitar kita. Jenis
tanaman rempah adalah berbagai jenis tanaman yang memberikan aroma dan
rasa khusus pada makanan dan minuman. Selain sebagai penyedap makanan,
rempah juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dan jamu seperti jahe,
kunyit, temulawak, dan serai. Rempah-rempah umumnya hidup di daerah tropis,
termasuk di Indonesia (Septiatin, 2008). Berbicara tentang kekayaan alam di
Indonesia, harus diketahui bawha Indonesia merupakan eilayah terluas, yang terdiri
dari beberapa propinsi dan daerah yang berbeda-beda karakteristik budayanya.

B. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini,kita semakin tau dengan kebiasaa masyarakat
terkait keyakinan budaya daerah masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA
LokaData, (2017). Daya Tarik Pengobatan Tradisional Pada Era Modern.
Husen Assagaf, Budaya Dan Peradaban Islam Di Pulau Ambon Potret Sejarah Pukul
Sapu Di Negeri Mamala (Taman Bacaan Masyarakat (Tbm), 2014)
Nuraini, Sabrina and Suslina A. Latif. 2009. Improving the quality of tapioca by
product through fermentation by Neurospora crassa to produce B Carotene B Rich
feed. Pakistan Jurnal of Nutrition. 8(4):487- 490.
Karouw, S., Suparmo, Hastuti, P. dan Utami, T. 2013. Sintesis ester metil rantai
medium dari minyak kelapa dengan cara metanolisis kimiawi. Agritech 33(2): 182
188.
Karouw, S., Suparmo, Hastuti, P. dan Utami, T. 2013. Sintesis ester metil rantai
medium dari minyak kelapa dengan cara metanolisis kimiawi. Agritech 33(2): 182
188.

Anda mungkin juga menyukai