Anda di halaman 1dari 24

Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

PENGOBATAN TRADISIONAL

Disusun Oleh : Kelompok II

NAMA : AGUS SUTRIAWAN (2109060043)


NAMA : MEITA SIWI KURNIA PUTRI (2109060057)
NAMA : NURMALA DEWI (2109060042)
NAMA : LILIS KARLINA (2109060046)
NAMA : HATINI HERAWATI (2109060048)
NAMA : ZAENUL MUSNI (2109060059)

PROGRAM SUTDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NUSA TENGGARA BARAT
2021-2022

i
KATAPENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kehadirat-nya (Allah SWT) yang telah melimpahkan
rahmat hidayah, serta inayah-nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah.
Dengan judul “Pengobatan Tradisional”. Penulisan makalah dilakukan sebagai bagian dari
tugas mata kuliah “Sosiologi Antropologi Gizi” Universitas Nahdlatul Ulama Nusa Tenggara
Barat 2021 Dari prodi S1 ilmu gizi Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan
berkat Kerjasama kelompok hingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari
segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya, kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ilmiah bisa memberikan manfaat maupun inspirasi
untuk pembaca.

Mataram, 25 maret 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii

BAB I

a. Latar belakang ........................................................................................................1


b. Metode penelitian ...................................................................................................2
c. Hasil pembahasan ...................................................................................................2

BAB II

a. Apa itu pengobatan tradisional ...............................................................................4


b. Faktor yang mempengaruhi pengobatan tradisional................................................6
c. Contoh-contoh teks pengobatan tradisional............................................................7
d. Pelaksanaan pengobatan tradisional........................................................................9
e. Manfaat dan dampak kesehatan bagi tubuh.............................................................10
f. Bahan-bahan yang dapat di jadikan obat tradisional bahan herbal..........................13
g. Bahan-bahan obat tradisional dari hewani...............................................................17

BAB III

a. Kesimpulan .............................................................................................................18
b. Saran .......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kesehatan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia memiliki peran strategis bagi
upaya peningkatan kesejahteraan manusia. Hubungan antara keduanya berbanding lurus,
yaitu makin tinggi tingkat kesehatan suatu masyarakat maka makin meningkat
kesejahteraannya, dan sebaliknya. Masalah kesehatan adalah masalah yang kompleks tidak
hanya menyangkut persoalan medis dan teknis semata tetapi juga menyangkut persoalan
budaya, pendidikan masyarakat, luas dan topografi wilayah, jumlah penduduk, pendapatan
masyarakat, dan sebagainya. Misalnya, tradisi penanganan kesehatan yang bersifat tradisional
dengan menggunakan tradisional spesies, yaitu beberapa spesies tumbuhan atau hewan yang
diketahui secara turun temurun mempunyai khasiat mengobati masih populer di masyarakat.
Hal ini dilakukan mengingat upaya ini relatif murah, mudah, dan merupakan peninggalan
nenek moyang, sehingga keberterimaan masyarakat tinggi, selain didukung oleh potensi alam
kita yang memiliki berbagai tumbuhan dan hewan yang berkhasiat obat atau pergi ke dukun.
Cara ini dilakukan turun temurun dengan menggunakan bahan alam baik tumbuhan maupun
hewan yang berkhasiat mengobati yang terdapat di sekitar mereka.
Mengingat kompleksnya permasalahan kesehatan masyarakat maka perlu ada upaya
terpadu yang relevan dan dimungkinkan untuk diimplementasikan sebagai bentuk proteksi
dini terhadap penanganan kesehatan masyarakat. Artinya, diperlukan adanya pemikiran dan
tindakan yang berorientasi kepada penanganan terhadap kesehatan baik dalam penyediaan
informasi maupun pengembangan teknologi bagi penanganan masalah kesehatan masyarakat.
Misalnya, tradisi penanganan kesehatan yang bersifat tradisional dan atau dengan
menggunakan tradisional spesies, yaitu beberapa spesies tumbuhan atau hewan yang
diketahui secara turun temurun mempunyai khasiat mengobati. Sekitar 30.000 spesies
tumbuhan berbunga terdapat di hutan tropik Indonesia, dan tidak kurang dari 1650 spesies
memiliki khasiat sebagai obat (Burkill, 129 : 65). Dalam hubungan ini, sejumlah pengobatan
tradsisonal Suku Sasak terlihat lebih efektif daripada yang lazim digunakan dokter; demikian
pula halnya dengan obat-obatannya nampaknya lebih mujarab daripada obat kimia
(moderen), misalnya dalam penanganan wanita hamil dan obat kontrasepsi. Pengetahuan
masyarakat tradisional Suku Sasak mengenai pengobatan itu diwarisi turun temurun dari
nenek moyang dan atau dari naskah lontar Lombok yang telah berusia lebih ratusan tahun.
Naskah itu, sebagian besar telah rusak, hanya beberapa masih tersimpan di Museum Negeri
Mataram dan masyarakat. Sejauh ini, kajian mengenai pengobatan dan obat-obatan dari
pengetahuan dan pengalaman empiris masyarakat tradisional Sasak masih sangat sedikit, dan
dari isi naskah lontar Lombok belum pernah dilakukan, padahal naskah itu tidak lama lagi
akan musnah dimakan usia.
Dari uraian di atas, perlu diidentifikasi bentuk teks yang menyimpan ihwal
pengobatan tradisional masyarakat Sasak, bentuk pengobatan tradisional masyarakat Sasak
yang terdapat dalam naskah/teks, bahan masing-masing jenis pengobatan, dan teknik
pengobatan masing-masing jenis pengobatan tradisional dimaksud. Selanjutnya, dilakukan

1
proses pengujian ilmiah secara kimiawi tentang unsur yang terdapat dalam bahan dari
masing-masing jenis pengobatan tradisional masyarakat Sasak. Pada tahap akhir dilakukan
upaya pelestarian (konservasi) bagi bahan obat terutama yang berasal dari alam seperti
tumbuh-tumbuhan dengan melakukan kajian tentang habitat/tempat tumbuh. Tujuannya,
selain untuk menyediakan informasi dan pengembangan teknik penanganan masalah
kesehatan, dan obatobatan, juga sebagai upaya konservasi naskah lontar Lombok, budaya,
obat/bahan obat bagi masyarakat. Hasilnya akan bermanfaat bagi pengembangan teknologi
kesehatan (pengobatan) dan tambahan penyediaan informasi mengenai pengobatan dan obat-
obatan dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Pada tahap
pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk
mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk pengobatan tradisional dalam
masyarakat Sasak;mentransliterasi teks atau naskah pengobatan tradisional dalam masyarakat
Sasak dalam Bahasa Indonesia; mengetahui jenis pengobatan tradisional Sasak yang terdapat
dalam naskah/teks; mengetahui bentuk bahan-bahan yang digunakan dalam masing-masing
jenis pengobatan tradisional masyarakat Sasak yang terdapat dalam teks tersebut; mengetahui
teknik atau proses pengobatan dari masing-masing jenis pengobatan tradisional masyarakat
Sasak yang terdapat dalam teks tersebut; mengetahui bentuk unsure kimia(bioaktif) yang
terdapat dalam masingmasing bahan pada masing-masing jenis pengobatan tradisional
masyarakat Sasak tersebut; danmengetahui upaya pelestarian (konservasi) bahan pengobatan
tradisional masyarakat Sasak yang terdapat dalam teks atau naskah tersebut.

1.2 Metode Penelitian


Penelitian ini difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistisantropologis, yaitu
identifikasi teks pengobatan baik yang terdapat dalam naskah maupun dari hasil wawancara
mendalam; transliterasi teks pengobatan ke dalam Bahasa Indonesia; identifikasi bentuk
pengobatan tradisional Sasak; identifikasi bahan pengobatan dari masing-masing jenis
pengobatan; dan identifikasi cara pengobatan tradisional Sasak.
Untuk memperoleh data tersebut di atas telah dilakukan survei terhadap naskah lontar
yang diasumsikan berisi tentang pengobatan dan dilakukan wawacara mendalam terhadap
terhadap pengobat tradisional (dukun) Sasak serta nama dan tempat pemilik naskah lontar
Lombok. Selanjutnya, informasi tentang pengobatan dimaksud ditransliterasi untuk kemudian
diklasifikasi berdasarkan jenis pengobatan, bahan pengobatan, dan teknik pengobatan untuk
masing-masing jenis pengobatan. Setelah pengklasifikasian, dilakukan pendeskripsian
tentang masing-masing aspek tersebut di atas. Jadi, pada tahap pertama kajian difokuskan
pada identifikasi bentuk naskah pengobatan tradisional Sasak, kemudian ditransliterasi ke
dalam bahasa Sasak. Tahap kedua adalah penerjemahan naskah hasil transliterasi Bahasa
Sasak ke dalam Bahasa Indonesia. Tahap ketiga adalah identifikasi jenis pengobatan yang
terdapat pada masyarakat Sasak berdasarkan data/informasi yang telah dikumpulkan. Tahap
keempat adalah pengklasifikasian bahan-bahan pengobatan untuk masing-masing jenis
pengobatan. Dan tahap kelima identifikasi teknik pengobatan tradisional Sasak yang
mencakup cara pembuatan bahan dan cara pengobatannya.

1.3 Hasil Dan Pembahasan

Riset ini merupakan riset lintas bidang ilmu yang mengkombinasikan kajian
linguistik-antropologi, biologi, dan kimia. Pada tahap pertama ini riset diarahkan pada kajian
linguistisantropologi. Kajian yang sifatnya linguistik-antropologis terhadap obat tradisional
2
Suku Sasak difokuskan pada identifikasi bentuk teks pengobatan tradisional Suku Sasak yang
dikumpulkan dari naskah lontar Usada dan informasi lisan dari masyarakat Suku Sasak.
Proses pengumpulan data ini difokuskan pada kajian naskah lontar Usada dan wawancara
mendalam (dept interview) terhadap dukun atau tokoh masyarakat Sasak yang memiliki
pengetahuan tentang pengobatan tradisional Sasak. Jadi, pada tahap pertama kajian
difokuskan pada identifikasi bentuk teks pengobatan tradisional Sasak, kemudian
ditransliterasi ke dalam bahasa Sasak. Tahap kedua adalah penerjemahan naskah hasil
transliterasi Bahasa naskah (Bahasa Sasak, Bali, Jawa atau Kawi) ke dalam Bahasa
Indonesia. Tahap ketiga adalah identifikasi jenis pengobatan yang terdapat pada masyarakat
Sasak berdasarkan data/informasi yang telah dikumpulkan. Tahap keempat adalah
pengklasifikasian bahan-bahan pengobatan untuk masing-masing jenis pengobatan. Dan
tahap kelima identifikasi teknik pengobatan tradisional Sasak yang mencakup cara
pembuatan bahan dan cara pengobatannya.
Teks dalam naskah-naskah lontar Usada tertulis dalam Bahasa Sasak, Jawa kuno,
Bali, atau campuran ketiga Bahasa teresbut (Bahasa Kawi). Bentuk teks pengobatan tersebut
kemudian ditransliterasi ke dalam bahasa Sasak dengan hurup Latin. Selanjutnya isi teks yang
sudah ditransliterasi diklasifikasi berdasarkan obat/bahan obat yang digunakan untuk
menyembuhkan penyakit dan teknik pengobatan.
Hasil pengumpulan data yang telah dilakukan baik dari dokumentasi berupa naskah
lontar yang didapatkan dari indivual dan milik pemerintah (Museum) maupun hasil
wawancara dengan para tabib atau dukun Sasak, ditemukan sedikitnya 10 bentuk teks
pengobatan. Berikut disajikan contoh masing-masing satu bentuk teks pengobatan tradisional
Sasak yang ditulis dalam hurup Latin.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Obat tradisional atau ramuan tradisional 


Obat tradisional adalah media pengobatan yang menggunakan pengetahuan
tradisional yang berkembang dari generasi ke generasi sesuai kepercayaan yang dianut
berbagai masyarakat sebelum era kedokteran modern. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mendefinisikan obat tradisional sebagai "keseluruhan pengetahuan, keterampilan, dan praktik
yang berdasarkan teori, kepercayaan, dan pengalaman asli yang berasal dari budaya yang
berbeda, baik yang dapat dijelaskan atau tidak, yang digunakan dalam pemeliharaan
kesehatan, serta dalam pencegahan, diagnosis, perbaikan, atau pengobatan penyakit fisik dan
mental". Pengobatan tradisional sering dikontraskan dengan pengobatan ilmiah.
Di sejumlah negara di Asia dan Afrika, hingga 80% penduduk bergantung pada obat-
obatan tradisional untuk merawat kesehatan primer mereka. Ketika cara ini diadopsi oleh
orang-orang di luar budaya tradisionalnya, pengobatan tradisional sering dianggap sebagai
bentuk pengobatan alternatif.[1] Praktik yang dikenal sebagai pengobatan tradisional di
antaranya pengobatan tradisional Eropa, pengobatan tradisional Tionghoa, pengobatan
tradisional Korea, pengobatan tradisional Afrika, Ayurweda, pengobatan Siddha, pengobatan
Unani, dan pengobatan Islam abad pertengahan. Disiplin keilmuan yang mempelajari
pengobatan tradisional antara lain herbalisme, etnomedis, etnobotani, dan antropologi
kedokteran.
Namun, WHO mencatat bahwa "penggunaan obat-obatan tradisional atau praktik
tradisional yang tidak tepat dapat berefek negatif atau berbahaya" dan bahwa "penelitian
lebih lanjut diperlukan untuk memastikan kemanjuran dan keamanan" dari praktik-praktik
tersebut, serta tumbuhan obat yang digunakan oleh sistem pengobatan tradisional. Oleh
karenanya, WHO menerapkan strategi sembilan tahun untuk "mendukung negara-negara
anggotanya dalam mengembangkan kebijakan proaktif dan melaksanakan rencana aksi yang
akan memperkuat peran obat tradisional dalam menjaga kesehatan masyarakat."
Pengobatan alternatif adalah bentuk pelayanan kesehatan yang menggunakan cara,
alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan medis. Bentuk pelayanan
kesehatan ini biasanya disebut sebagai complementary and alternative medicines (CAMs)
atau pengobatan pelengkap dan alternatif. Situs National Health Service mengutip pernyataan
US National Center for Complementary and Integrative Health (NCCIH) perbedaan
pengobatan alternatif dan pengobatan pelengkap, yakni:

 Complementary medicine atau pengobatan pelengkap adalah ketika Anda


melakukan pengobatan ini bersama dengan pengobatan konvensional.
 Alternative medicine atau pengobatan alternatif adalah ketika Anda melakukan
pengobatan ini sebagai pengganti pengobatan konvensional.
Meskipun begitu, pengobatan alternatif ini tetap memiliki manfaat yang bisa Anda ambil,
seperti:

 membantu meringankan efek samping akibat pengobatan konvensional,

4
 memberikan kenyamanan dan menurunkan kekhawatiran tentang kondisi kesehatan
Anda, dan
 merasa bahwa Anda telah berusaha keras melawan penyakit.

Pengobatan alternatif tradisional

Tindakan pengobatan ini mencakup bentuk terapi yang lebih umum dan diterima masyarakat.
Terapi ini telah dipraktikkan selama berabad-abad di seluruh dunia. Pengobatan tradisional
ini termasuk:

 akupuntur,
 ayurveda,
 homoeopati,
 naturopati, dan
 pengobatan Cina.

Gambar.1.0 akupuntur
Terapi yang melibatkan sentuhan

Penyakit atau cedera di salah satu area tubuh dapat memengaruhi semua bagian tubuh. Itu
sebabnya, ada penyakit tertentu yang memerlukan terapi ini. Teknik yang melibatkan
sentuhan biasanya digabungkan dengan teknik yang melibatkan pikiran, beberapa contohnya
adalah sebagai berikut:

 pengobatan kiropraktik dan osteopati,


 pijat,
 terapi gerakan tubuh,
 Tai chi, dan
 yoga.

5
Gambar.1.1 yoga
Terapi yang melibatkan pikiran

Pengobatan ini mengandalkan kekuatan di balik hubungan pikiran dan tubuh manusia.
Pasalnya, ada anggapan bahwa seseorang dapat pulih dengan cepat jika mereka sehat secara
mental maupun emosional. Terapi yang melibatkan pikiran di antaranya adalah sebagai
berikut:

 meditasi,
 biofeedback, dan
 hipnosis.

Pengobatan yang melibatkan indra

Banyak orang percaya bahwa indra, baik itu sentuhan, penglihatan, pendengaran, penciuman,
ataupun perasa, dapat memengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Terapi yang
melibatkan indra di antaranya adalah:

 seni, menari, dan musik,


 visualisasi dan citra terpandu.

2.2 Faktor-faktorYang Mempengaruhi Perilaku


Perilaku adalah totalitas penghayatan dan aktifitas seseorang yang merupakan hasil
bersama atau resultanre antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Dengan kata lain perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang
sangat luas. (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu
yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan. Sedangkan perilaku sehat adalah tindakan
yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Solita Sarwono,
1992 : 32-33).
Ruang Lingkup Perilaku Istilah dan pengertian perilaku dalam kehidupan sehari-hari
adalah sedemikian umumnya, sehingga hampir tidak ada segi kehidupan yang tidak berkaitan
dengan masalah perilaku. Benjamin Bloom, seorang psikolog pendidikan, membedakan
adanya 3 bidang perilaku yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Kemudian dalam
perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi 3
tingkat yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Praktik atau tindakan

6
Teori Kebudayaan
Banyak definisi tentang kebudayaan, tetapi saya memilih pandangan yang
menyatakan bahwa kebudayaan adalah konsep, keyakinan, nilai dan norma yang dianut
masyarakat yang memengaruhi perilaku mereka dalam upaya menjawab tantangan kehidupan
yang berasal dari alam sekelilingnya. konsep kebudayaan, kadang-kadang lebih mudah
dipahami melalui deskripsi daripada definisi. Kebudayaan berasal dari kata buddhayah
(bahasa sansekerta) sebagai bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal atau
hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. Pada umumnya, orang awam mengartikan
kebudayaan secara sempit, seperti kebudyaan adalah hasil seni, keindahan, tari-tarian. E. B.
Taylor mengatakan budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan secara
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Elly M. Setiadi dkk, 2011:
27).
Teori Tindakan Sosial
Weber mengatakan tindakan sosial itu harus dimengerti dalam hubungannya dengan
arti subyektif yang terkandung di dalamnya, orang perlu mengembangkan suatu metode untuk
mengetahui arti subyektif ini secara obyektif dan analitis. Dalam keadaan tidak ada metode
seperti itu, kritik-kritik terhadaap pelbaagai pendekatan subyektif pasti benaar yang
mengatakan bahwa aspek-aspek pengalaaman individu yang tidak dapat diamati tidak dapat
dimasukkan dalam suatu analisa ilmiah mengenai perilaku manusia.
1. Rasionalitas Instrumental (Zweckrationalitas)
2. Rasionalitasyang Berorientasi Nilai (Wetrationalitat)
3. Tindakan Tradisional dan Tindakan Alternatif

2.3 Contoh teks pengobatan tradisional

Bentuk teks kelompok satu Ne tumpun sakit otak, matene maraqna teorek, babak boroq
teorek siq.

Ne tumpun tengel otak kelemaq, matene mele tidem dowang, pucuk kesambiq telu pucuk
taliq siq benang bideng, sedaq jae telu leweng, siq peru otakna.
Bentuk teks kelompok dua Ne tumpun sakit mate, aiq apuh siq meneng siq beseraup.
Ne tumpun panas sakit mate, akah lembain teperas tipaq telaweq jari pijerne.
Ne tumpun tau mate belehna, tunggaq kayuq busur si leq tengaq langan teperading sedaq jae,
tepamak.

Bentuk teks kelompok tiga


Ne tumpun psakit tian, peno belabur, akah lege siq leq aiq, sedaq sekuh adas, batu beras pang
putih.

7
Ne tumpun panas dalam, akah gedang rante, lumut batu bosok nyiur, jari inem jari rapusna.

Bentuk teks kelompok empat Ne tumpun silu, akah terong pedar, sedaq sekuh adas, beras
pane putih. Ne tumpun kepaq atawe kepek, sebiye tandan teperading, aiq siq julaq lanjari
rapusne.
Bentuk teks kelompok lima Ne tumpun batuq siq sugul daraq leman bewehna, kunyit
warangan, aiq jeruk ileng jari inem.
Ne rumpun batuk, akah re, tengaq lengan, tebau 7 akah, 7 buku taliq aiq benang bideng 7
leyot, katik cengkeh 7 jae 7 leweng gule ye tekelaq iye jari.

Bentuk teks kelompok keenam


Ne tumpun selamaq, si merisiq kembang prapah, jeluwaq batu, sebiye bangli moto kelap jari
rapusne, jari kemalikne teloq, antap ijo.
Ne tumpun selamaq, daun kelor beyaq sepelapaq, besi pasak, sebiye bangli apuh sino gililq
jari osoqna malik aiq jari aiq inemna, daun pauq sedaq gule sar, isin rong, banjur kelaq.
Bentuk teks kelompok tujuh Tambe gigi ijuk, buwaq baruq tipakq bemayang sedaq mayang
nyiur ijo beruq tipaq bemayang ye teanget sedaq sekuh adas.
Ne wat tiwang kimearanne, ripet gigine, aiq jeruk siq taikin tiyanne tegamul awkne, jari
inemne aten bawaq putiq sie aiq jeruk siqne tetaiq.
Bentuk teks kelompok delapan Malik lamin panas awakne, oloq awuawu si tegamul
tiyanne.
Lamun bebeyaq sakit telih panas, embek, ndeq mauq meleng, pasangan inaq aranne. Jari
rapusne isin kordat, anaq puntiqsaq baruq tiwuq, dedaun bokah pituq lembar, tegiliq sedaq
sekuuh adas beras pane sengeh jari inemne jari rapus kulit puntiq jawa, seren bukal laiq
tundunne jari rapus, sedaq sebiye tandan jae lao.
Bentuk teks kelompok sembilan Lamun peneq nanah, jari rapus, jari inem akah bebele saq
putiq kembang gamul keng. Lamun karangan akah beberoq perit, akah grateh terupak, sedaq
bawang jari loloh.
Ne tumpan baq telor, penyakit ular beleq aranne, babaq lemokeq saq jabut lolone, tegiliq
sedaq sekuh adas, wah wah sino daun tekukus tegiliq sedaq jae.
Bentuk teks kelompok kesepuluh Yen tau betian adeqna mudaq sugul anakl, damen inem
bulan tamantraq, isiqna tagamul taiyanna, ni mantrana: eh sira say rining kedah manggap lan
sira. Ne siq tatulung tau nganak, serane mamaq teperentaq kaken: mantrana, eh madu
mangkubumi mas predi sari, tumurun den agelis. Niq siq tatulung tau nganak, taujutang iya
langan balenta bae, yen lanang metuna ta sira mas wali ejim yen wadon matuwa sira mas
jerum.
Hasil inventarisasi penyakit yang ditangani dengan pengobatan tradisional Sasak dari
5 naskah lontar Usada
Tabel Profil 5 Naskah dari 21 Naskah Usada Koleksi Museum Negeri Mataram Tahun
2006

8
No No.  lempir Huruf Bahasa Lebar Panjang Tgl. Asal
Naskah /halaman (cm) (cm) koleksi
1 07.664 5/10 Jejawen Kawi 4,2 49 4/3-1980 Lobar
2 07.30 50/100 Jejawen Bali 2,8 40 23/6-1976 Matram
3 07.341 18/36 Jejawen Bali 4 44 5/12-1978 Loteng
4 07.663 54/108 Jejawen Lombok 2,8 10,5 24/6-1986 Lotim
5 S1 56/112 Jejawen - 2,8 35 - -
Rata-rata 3,32 35,7 - -

lontar Usada dikelompokan kedalam 12 golongan penyakit yaitu:


1) perut dan ulu hati
2) kepala
3) panas dingin
4) tulang
5) mata
6) kulit dan alergi
7) sariawan
8) telinga, hidung dan tenggorokan
9) Reproduksi
10) gigi dan gusi
11) kelamin, dan
12) lain-lain seperti darah tinggi, kolesterol, ginjal, dan lain-lain.
Adapun jumlah penyakit tercatat 324 jenis, namun setelah ditabulasi dan
dibandingkan antara terjemahan naskah satu dengan naskah yang lain diperoleh sebanyak 263
jenis penyakit. Sisanya 61 jenis penyakit tertulis pada lebih dari satu naskah lontar Usada.
Penelitian serupa yang dilakukan pada masyarakat Suku Tengger di Kabupaten Lumajang
dan Malang Jawa Timur melaporkan, tercatat 26 jenis penyakit yang dikelompokkan dalam 8
kategori penyakit, yaitu penyakit pada mata, penyakit pencernaan, penyakit mulut dan rongga
mulut, penyakit pada kulit, penyakit karena infeksi, penyakit karena nyeri, dan penyakit lain-
lain pengobatan menggunakan 54 spesies tumbuhan yang tersebar dalam 30 famili (Indah
2016).
Adapun tumbuhan obat/bahan obat dari hasil terjemahan naskah lontar Usada dan
informasi dari masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok tercatat 163 jenis. Dari jumlah
tersebut tercatat 50 jenis (30,7%) belum diketahui jenisnya, tidak dapat dilakukan identifikasi
karena tidak tercantum ciri-ciri morfologis maupun gambar bahan dalam naskah. Adapun
obat/bahan obat yang berasal dari hewan sebanyak 11 jenis (Tabel 2).
2.4 PelaksanaanPengobatan Tradisional

9
Jenis Penyakit
Penyakit merupakan keadaan tubuh menyimpang yang diakibatkan oleh
ketidakseimbangan fungsi dan bagian tubuh pada manusia. Dalam hal ini dapat dijelaskan
bahwa seseorang dianggap terserang penyakit jika bagian tubuh tidak berfungsi se bagaimana
mestinya. Thomas Timmreck menjelaskan penyakit salah satu keadaan dimana terdapat
gangguan terhadap bentukdan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan tidak normal.
Jenis penyakit dan pengobatannya, masyarakat di desa Rantau Pannjang Kiri Hilir memang
sudah terbiasa memakai pengobatan tradisionalnya, mereka selalu menjaga dan melestarikan
pengobatan tradisional yang diturunkan dari nenek moyangnya. Jenis penyakit yang berobat
ke dukun itu bermacam-macam penyakit, seperti :
 Demam
Demam merupakan penyakit yang sering diderita masyarakat, biasanya terjadi
akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus, bakteri. Parasit). Demam
bisa disebabkan oleh faktor non infeksi seperti kompleks imun, atau inflamasi
(peradangan) lainnya. Demam juga menimbulkan penyakit yang lain, seperti sakit
kepala dan badan panas dingin, ada sebagian masyarakat melakukan pengobatan
kedukun. Penyakit yang diderita oleh subjek sesuai apa yang diungkapkan oleh
ibuk Nurasiah yaitu :saya sakit demam biasanya langsung berobat kemedis dulu
setelah itu baru saya melakukan pengobatan ke dukun, karena saya harus berobat
dengan dua pengobatan, kemaren saya berobat kemedis dan saya dirumah sakit di
infus dan dikasi obat dalam beberapa hari, setelah itu saya keluardari rumah sakit
dan langsung melakukan pengobatan tradisional, kalau memaakai satu pengobatan
aja itu tidak kongkrit atau tidak sesuai, setelah melakukan pengobatan tradisional
barulah terasa enak memakai pengobatan tradisional, selain itu juga sudah terbiasa
dengan pengobatan tradisional (Wawanc ara 18-12-2015).
Dari apa yang diungkapkan oleh ibuk Nurasiah tersebut dapat dilihat bahwa ibuk Nurasiah
harus memakai dua pengobatan yaitu pengobatan ke medis dan tradisional, dan ibuk Nurasiah
sudah susaian (cocok) dengan pengobatan tradisional.
 Sakit Kepala
Sakit kepala merupakan penyakit umum yang diderita oleh setiap manusia. Pada
masyarakat umum yang menderita penyakit ini, mereka sudah biasa mendapat kan
obatnya diapotik maupun diwarung-warung. Tetapi ada sebagian orang langsung
melakukan pengobatan kedukun, mereka menggunakan daun sirih dan tangkal-
tangkal yang dimasukan kedalamnya untuk dibawa ke dukun. Penyakit sakit
kepala yng diderita oleh subjek sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh ibuk
Siti yaitu : saya kalau sakit kepala atau sakit demam dan sakit yang lain itu hanya
berobat ke dukun langsung tidak pernah saya melakukan pengobatan kemedis,
kecuali sakit parah seperti anak saya kecelakaan kemaren, saya tidak pernah
membawa anak saya berobat kemedis kalau sakit, tetapi saya buat obat dan
langsung ke tempat dukun, karena saya sudah terbiasa dari dulu dan dari nenek
moyang saya (Wawancara 23- 12-2015).
2.5 Manfaat dan dampak bagi kesehatan

10
Obat alami ini dapat digunakan untuk menjaga kesehatan, pencegahan, diagnosis,
hingga pengobatan penyakit fisik ataupun mental. Sementara itu, obat herbal sendiri meliputi
jamu yang mengandung bahan aktif dari bagian-bagian tumbuhan.
KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL Efek samping obat tradisional
relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi :

1. Kebenaran bahan
Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang kala sulit untuk
dibedakan satu dengan yang lain. Kebenaran bahan menentukan tercapai atau tidaknya efek
terapi yang diinginkan. Sebagai contoh lempuyang di pasaran ada beberapa macam yang
agak sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Lempuyang emprit (Zingiber amaricans)
memiliki bentuk yang relative lebih kecil, berwarna kuning dengan rasa yang pahit.
Lempuyang emprit ini berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Jenis yang kedua adalah
lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) yang memiliki bentuk lebih besar dan berwarna
kuning, jenis ini pun berkhasiat sebagai penambah nafsu makan. Jenis yang ketiga adalah
lempuyang wangi (Zingiber aromaticum) yang memiliki warna agak putih dan berbau harum.
Tidak seperti kedua jenis lempuyang sebelumnya, jenis ini memiliki khasiat sebagai
pelangsing (Sastroamidjojo S, 2001). Di Belgia, 70 orang harus menjalani dialysis atau
transplantasi ginjal akibat mengkonsumsi pelangsing dari tanaman yang keliru (WHO, 2003).
2. Ketepatan dosis
Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tak bisa dikonsumsi
sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti halnya resep dokter. Buah
mahkota dewa, misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan perbandingan 1 buah dalam 3
gelas air. Sedangkan daun mindi baru berkhasiat jika direbus sebanyak 7 lembar dalam
takaran air tertentu (Suarni, 2005). Hal ini menepis anggapan bahwa obat tradisional tak
memiliki efek samping. Anggapan bila obat tradisional aman dikonsumsi walaupun gejala
sakit sudah hilang adalah keliru. Sampai batas-batas tertentu, mungkin benar. Akan tetapi bila
sudah melampaui batas, justru membahayakan. Efek samping tanaman obat dapat
digambarkan dalam tanaman dringo (Acorus calamus), yang biasa digunakan untuk
mengobati stres. Tumbuhan ini memiliki kandungan senyawa bioaktif asaron. Senyawa ini
punya struktur kimia mirip golongan amfetamin dan ekstasi. Dalam dosis rendah, dringo
memang dapat memberikan efek relaksasi pada otot dan menimbulkan efek sedatif
(penenang) terhadap sistem saraf pusat ((Manikandan S, dan Devi RS., 2005), (Sukandar E
Y, 2006)). Namun, jika digunakan dalam dosis tinggi malah memberikan efek sebaliknya,
yakni meningkatkan aktivitas mental (psikoaktif) (Fang Y, et al., 2003). Asaron dringo, juga
merupakan senyawa alami yangpotensial sebagai pemicu timbulnya kanker, apalagi jika
tanaman ini digunakan dalam waktu lama (Abel G, 1987).
3. Ketepatan waktu penggunaan
Kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri haid dan sudah turun-temurun
dikonsumsi dalam ramuan jamu kunir asam yang sangat baik dikonsumsi saat datang bulan
(Sastroamidjojo S, 2001). Akantetapi jika diminum pada awal masa kehamilan beresiko
11
menyebabkan keguguran. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu penggunaan obat
tradisional menentukan tercapai atau tidaknya efek yang diharapkan.
4. Ketepatan cara penggunaan
Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di dalamnya.
Masing-masing zat berkhasiat kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam
penggunaannya. Sebagai contoh adalah daun Kecubung jika dihisap seperti rokok bersifat
bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan diminum dapat
menyebabkan keracunan / mabuk (Patterson S, dan O’Hagan D., 2002).
5. Ketepatan telaah informasi
Perkembangan teknologi informasi saat ini mendorong derasnya arus informasi yang
mudah untuk diakses. Informasi yang tidak didukung oleh pengetahuan dasar yang memadai
dan telaah atau kajian yang cukup seringkali mendatangkan hal yang menyesatkan.
Ketidaktahuan bisa menyebabkan obat tradisional berbalik menjadi bahan membahayakan.
Contohnya, informasi di media massa meyebutkan bahwa biji jarak (Ricinus communis L)
mengandung risin yang jika dimodifikasi dapat digunakan sebagai antikanker (Wang WX, et
al., 1998). Risin sendiri bersifat toksik / racun sehingga jika biji jarak dikonsumsi secara
langsung dapat menyebabkan keracunan dan diare ((Audi J, et al., 2005), (Sastroamidjojo S,
2001)).
Apa keuntungan obat tradisional?
Meskipun demikian, keunggulan obat tradisional adalah efek sampingnya yang relatif lebih
kecil bahkan ada yang tidak memiliki efek samping sama sekali jika digunakan secara tepat.
Alasan utamanya adalah dikarenakan sifat bahan obat tradisional yang alami sehingga dapat
dicerna oleh tubuh. Obat tradisional memiliki efek farmakologis yang lemah dan lambat.
Hal ini dikarenakan rendahnya kadar suatu senyawa dan juga kompleksnya senyawa kimia
yang terkandung di dalam tanaman obat sebagai bahan dasar obat tradisional.

Adapun Jenis obat/bahan obat tradisional dalam naskah lontar Usada diperoleh antara
lain yaitu: sakit perut dan ulu hati, sakit kepala, sakit panasdingin, sakit tulang, sakit mata,
sakit kulit dan alergi, sakit sariawan, sakit telingahidung-tenggorokan, melahirkan-tidak
punya anak-kekurangan asi, sakit gigi dan gusi, sakit kelamin, dan lain-lain. Jenis penyakit
yang digolongkan dalam kelompok lain-lain misalnya sakit dada, sakit ginjal, luka baker,
sesak napas, darah tinggi, dan lain-lain. Bahan pengobatan obat tradisional Sasak umumnya
berasal dari bahan alami misalnya kencur, adas, jerami, beras harum, merica, jahe, labu (air),
cocor bebek, eceng gondok, banten, asam, bangle, weru, dadap, beringin, gandarusa,
lengkuas, jelateng, jeliti, kamboja, jeringo, papaya, kemangi, kenari, kesambi, turi, ketumbar,
kunyit (lemu), bayam, lempuyang, pala, dan terung. Selengkapnya seperti dalam Tabel 1.
Teknik pengobatan yang dimaksud mencakup cara pembuatan bahan dan cara
pengobatannya. Cara pembuatan obat tradisonal sasak secara umum dilakukan dengan cara
bahannya digiling, dikunyah, ditumbuk, diperas, dicampur, dibakar dan diparut, direbus,
dimasukkan dalam wadah tertentu, diisi air, dibakar, dan diremas. Adapun cara
pengobatannya secara umum dapat dilakukan dengan cara dilulur, dioles, disemburkan,
ditempel, diusap, ditetes, digosok, diminum, dibalur, dibilas, diurap, dan ditambal. Sejalan
dengan hal ini, Salmen & Sismudjito (2015) melaporkan bahwa pengobatan tradisional di

12
masyarakat Sumatera Utara dilakukan dengan cara dimimum/makan, dipijat, memamnggil
jiwa, mantera, sembur, memakai minyak, menenpelkan ramuan, memakai kuning, mandi uap
dan mengolesi.
Pengobatan dan obat/bahan obat tradisional Suku Sasak hasil terjemahan naskah
lontar Usada dan informasi masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok potensial
dikembangkan sebagai pengoabatan dan obat alternatif. Hal ini didukung oleh beberpa faktor
seperti: mudah diperoleh, distribusi habitatnya yang tersebar luas di seluruh daerah Indonesia,
ketersediaan bahan yang cukup bahkan beberapa jenis masih melimpah, khasiatnya terlihat
efektif, bahkan beberapa jenis obat terlihat lebih mujarab daripada obat kimia (moderen),
murah, dan keberterimaan masyarakat khususnya Suku Sasak lebih besar. Selain itu, beberapa
jenis diantaranya merupakan tumbuhan obat/bahan obat unggulan nasional, khas daerah dan
mulai langka. Adapun obat/bahan obat dimaksud dan khasiat utamanya masing seperti dalam
Tabel di bawah ini.
Tabel 1. Tumbuhan dalam naskah lontar Usada dan informasi masyarakat yang digunakan
sebagai obat/bahan obat tradisional Suku Sasak di Pulau Lombok
No Nama Tumbuhan Khasiat utama
Indonesia/lokal Latin
1. Acar Antiaris toxicaria Desentri, panas
2. Adas Funiculum vulgare Sakit perut, desentri, panas
3. Anggur Vitis vinifera Kudis
4. Andus Penghalus kulit bayi
5. Antak antak Dingin menggigil
6. Api-api Avicennia officinalis Cacar
7. Aru Kontrasepsi, kolesterol
8. Asam Tamarindus indica Dingin menggigil, sakit mata
9. Ati beru Tiwang dan alergi
10. Ayan/kelicung Diospyrus vilaria Hernia “borot”
11. Alang-alang Imperata cilindrica Panas dan kencing batu, spilis
12. Apung -apung Silu
13. Arak Ficus septica Panas , bengkak
14. Bambu Bambusa sp. Rematik dan sakit mata
15. Banten A. grandiflora Rematik dan bisul
16. Babele Aegle marmelos (L.) Kencing nanah, gondok
Correa
17. Barekda Koreng
18. Barora Klemhovia hespita Sariawan
19. Bawang merah Allium sativum eksim, muntaber, tiwang
20. Bayam Amaranthus sp Tiwang, eksim
21. Bantenu Mellochia umbellata Penambal sakit lengkang
22. Beringin Ficus sp. Kerm
23. Bengkel Nauclea speciosa Silu
24. Beru Tiwang
25. Bilola Sariawan
26. Bidara putih Merremia sp. Cuci darah
13
27. Belimbing wulu Averrhea bilimbi Bisul, rematik
28. Bikan Gusi berdarah
29. Birak Eichhornia sp. Tiwang
30. Brotowali Tinospora arispa Kolesterol, gatal-gatal, malaria
31. Bunga sepatu Hibiscus rosa-sinensis Panas
32. Cabe hutan Piper retrofractum Dingin, silu-silu dan pegal linu
33. Cemara Casuarina trifolia Kulit bersissik
34. Ceugtali Tiwang
35. Cocor bebek Kalanchoe pinnata. Panas
36. Dadap Erythrina lithosperma Kencing batu
37. Daun Dewa Gynura procumbens Koleterol
38. Darah biru Amandel
39. Daun sendok Plantago mayor Keputihan
40. Delima Punica granatum Cacar, berak darah, sakit mata
41. Enceng gondok Eichhornia crassipes Vagina gatal, keputihan
42. Empet–empet Daun digiling Desentri,menghentikan
pendarahan, antibiotik, luka
43. Entut-entut Paederia foetida L. Sakit perut, sakit pinggang
44. Gambir Uncaria gambir Desentri
45. Ganda rusa Justica gandarussa Kencing batu, panas dalam
46. Gegarit Punya anak, keram, raja singa
47. Gelumpang Infeksi, borok
48. Grepek Erythrina sp. Cacar
49. Ice jambiq Silu
50. Inggu Ferula asa-foetida Sakit kepala sebela
51. Inja biteq Saraf

52. Isi buyah Tiwang


53. Jarak pagar Jatropha curcas Mimisan, menceret, panas
54. Jambu biji Psidium quajava Bau badan, sakit perut, tumor,
malaria,
55. Jahe Zingiber officinale Silu, sakit perut, rematik
56. Jelatang Toxicodendron radicans Gatal-gatal, sakit gubuk
57. Jejangkah Sakit kepala, panas
58. Jejang Sakit kepala, panas
59. Jeruk nipis Citrus aurantifolia Demam, batuk
60. Jeringo Acorus calamus Sakit perut, silu
61. Jeliti Wrightia javanica Rematik
62. Jilawal Sakit kepala, panas
63. Jowet Eugenia cumini Skit perut, desentri, silu, borok
64. Joban Alergi
65. Kacang hijau Phaseolus mungo Muntaber
66. Jepun Plumiera acuminata Lemah sahwat
67. Kanangas Ximenia sp. Eksim

14
68. Kangkung Ipomoea eptans Dingin, rabun, tiwang, kulit
69. Kalogi Sakit kepala, panas
70. Kapas Gossypium sp. Luka bakar
71. Katerep Sakit kepala, panas
72. Katuk/sagar Saurapus androginus Sariawan
73. Kayu wari Gatal-gatal
74. Kecubung Datura metel Panas dalam
75. Kelor Moringa oleifera Silu, kencing batu
76. Kelapa Cocos nucifera Darah tinggi, ginjal, silu, luka,
sakit perut, sariawan
77. Kencur Kaemeria gelanga Cacar, desentri, silu, panas
78. Ketam hitam Oriza sp. Panas, silu
79. Kemuning Muraya paniculata Silu, rematik
80. Kelokos udang Syzygium sp. Kulit bersisik
81. Kantalon Menceret
82. Kumis kucing Orthosiphon stamineus Ginjal, kencing manis
83. Kunyit Curcuma demostica Antibiotik, desentri, panas
84. Kemangi Marsilea Sakit telinga sigit
85. Kemangi monyet Marsilea crenata Kencing manis
86. Kardat Sakit kepala, panas
87. Kemiri Aleurites moluccana Desentri, perut kidung nganak
88. Kesambi Schleichera oleosa Pilek menahun, silu, pusing 7 hari,
89. Ketumbar Coriandrum sativum panas
90. Koya arus Panas
91. Kenanga Canangium odoratum Panas
92. Kentalun Menceret
93. Ketimus Protium javanicum Sakit koreng raja
94. Kopi Coffea arabica Luka, tambah tenaga
95. Lada Piper nigrum Kembung, malaria
96. Lalandep Kembung, malaria
97. Lemoteq Kembung, malaria, mules
98. Lengkuas Alpinia galanga Silu, panuh
99. Lebui Cajanus cajan Kencing batu
100 Laos Alpinia javanica Bisul, panuh
.
101 Lemokeq Mulas, lumpuh rangan empas, silu
.
102 Lego Sakit mata
.
103 Labu air/siam Sechium edule Kembung
.
104 Lekong Aleurites moluccana (L.) Silu, dingin
.
105 Lelentaq Tambah tenaga, melahirkan, punya

15
. anak
106 Lawam Jakun bengkak
.
107 Lelet lani Sakit 7 badan kejut
.

108 Lita Alstonia scholaris Mag, silu


.
109 Lobak Raphanus sativus Melancarkan persalinan
.
110 Maja C. paniculata Malaria, eksim
.
111 Meniran Phyllanthus niruri Raja singa, ginjal, kencing manis,
. eksim
112 Mangga Mangifera indica Silu,
.
113 Mentimun Cucumis sativus Darah tinggi, ginjal
.
114 Merang Oriza sp. Mules
.
115 Nenas Ananas comosus Melancarkan haid
.
116 Nunang Sakit ulu hati
.
117 Pangsa Penawar racun
.
118 Paria Momordica charantia Sakit mata
.
119 Pace/peko Morinda citrifolia Panas, silu, darah tinggi
. ambeien/wasir
120 Pakis Cycas sp. Tiwang antu
.
121 Pandan Pandanus tectorius Saraiawan, kulit
.
122 Pepaya Carica papaya Malaria, menceret
.
123 Pepereg Alergi
.
124 Perepah Sakit kulit
.
125 Petai Parkia speciosa Borok
.
126 Papekat Sakit kepala, panas
.
127 Pinang Area catechu Sakit parang

16
.
128 Pisang susu Musa sp. Kolera, sakit perut, penawar racun
.
129 Petikan kebo Euphorbia hiria Kencing batu, ginjal, mata
.
130 Pekinangen Sakit kepala, panas
.
131 Pemeru Desentri
.
132 Rebong emat Bambusa sp. Diare
.
133 Raju mas Duabanga molucana Diare
.
134 Rambut bile Cacingan
.
135 Randu Ceiba pentandra Karang
.
136 Rumput lejang Batuk darah
.
137 Sambung nyawa Gynura sarmentosa DC Kolesterol, pinggang, pusing,
.
138 Saladri A. graveolens. L Darah tinggi
.
139 Salam Syzygium polyantarum Pusing, sariawan
.
140 Sambiloto Andrographis paniculata Kolesterol, kencing manis,
. ambaien, kanker, nafsu makan
141 Segara gunung Sakit kepala
.
142 Seneg Silu
.
143 Sanggenit Bayi ngorok
.
144 Sirih Piper betle Panas, bau mulut, sakit mata, sakit
. gigi, keputihan
145 Selasih hitam Ocimum basilicum L Panas
.
146 Sereto Ehretia microphyla Malaria
.
147 Srikaya Annona squamosa Malaria
.
148 Suren Toona sureni Bisul
.
149 Soka Ixora paludosa Panas
.

17
150 Songgo langit Tridax procumbens Sakit pinggang, ginjal, kepala,
. darah tinggi, dan kolesterol
151 Tapak dara Catharanthus receous Kencing manis
.
152 Pecut kuda Stachytarpheta Amandel, bengkak pada kaki
. jamaicensis.
153 Temu lawak Curcuma xanthorrhiza Flu, panas
.
154 Tembakau Nikotiana tobacum Borok
.
155 Terong Solanum melongena Rematik,
.
156 Terentem Bayi panas
.
157 Teruti Panas
.
158 Tebu besi Saccharum sp. Anti ubanan
.
159 Tetipah Panas
.
160 Towaq Borok
.
161 Waru laut Thespesia populnea Panas, silu
.

Dari tabel di atas, terlihat obat/bahan obat tradisional Suku Sasak potensial
dikembangkan penerapannya sebagai pengobatan dan obat alternatif. Hal ini didukung oleh
beberapa faktor seperti: ketersediaan bahan, mudah diperoleh karena sebagian besar tumbuh
liar, distribusi habitatnya tersebar luas hampir di seluruh daerah Indonesia, beberapa jenis
masih melimpah, khasiatnya terlihat cukup efektif bahkan beberapa jenis obat terlihat lebih
mujarab daripada obat kimia (moderen), murah, diyakini dampak negatifnya lebih kecil, dan
keberterimaan masyarakat khususnya masyarakat Suku Sasak lebih besar. Selain itu,
beberapa jenis diantaranya merupakan tumbuhan obat/bahan obat unggulan nasional. Adapun
obat/bahan obat tradisional Sasak dari teks naskah lontar Usada seperti terlihat pada Tabel 2
di bawah ini.
Tabel 2. Daftar nama hewan yang digunakan sebagai bahan obat yang termuat dalam naskah
lontar Usada dan informasi masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok
No Nama Hewan Khasiat Bagian yg Dimanfaatkan
1 Belut Sakit perut ulu hati Kepala
2 Belalang Sakit kepala Mata
3 Burung Koak kao Kecerdasan/pintrar Daging
4 Gurita Step/kejang-kejang Tubuh dibakar
5 Ikan tuna Rabun mata Empedu
6 Kerang Kuning, kurang tenaga Isi/ daging tubuh

18
7 Kuda Sakit perut dicengkram Tulang
8 Lebah Lemah sawat, sakit Madu
pnggang, kulit bersisik,
luka bakar, jerawat
9 Rayap Sakit perut, kembung Sarang
10 Siput Bisul pada mata “7 segara” Tubuh dikunyah
11 Unggas Sakit perut Telur

Pemanfaatan hewan sebagai obat/bahan obat tradisional oleh masyarakat Suku Sasak
sejalan dengan pemanfaatan obat/bahan obat tersebut saat ini setalah dilakukan analisis kimia
dan eksperimen terhadap obat/bahan obat tersebut, misalnya daging burung Koak Kao untuk
kecerdasan/pintar, kerang untuk penyakit kuning, dan madu untuk lemah sahwat, luka bakar,
dan kulit bersisik. Karena obat/bahan obat tersebut berkhasiat signifikan Hal ini sangat
rasional mengingat kandungan dan fungsi nutrisi yang dikandung oleh obat/bahan obat
tersebut berkhasiat seperti diperuntukan tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari studi dan pembahasan mengenai pengobatan dan obat Tradisional Sasak yang
bersumber dari Naskah Lontar Usada dapat disimpulkan:
1. Pengobatan tradisional Sasak dilakukan dengan cara bahan-bahannya digiling,
dikunyah, ditumbuk, diperas, dicampur, dibakar dan diparut, direbus, dimasukkan
dalam wadah tertentu, diisi air, dibakar, dan diremas. Adapun cara pengobatannya
secara umum dapat dilakukan dengan cara dilulur, dioles, disemburkan, ditempel,
diusap, ditetes, digosok, diminum, dibalur, dibilas, diurap, dan ditambal;
2. Obat dan bahan obat dalam pengobatan tradisional Sasak menggunakan bahan dari
163 spesies tumbuhan dan 11 spesies hewan.
3. Penyakit yang diobati tercatat 263 jenis penyakit dikategorikan dalam 12 kelompok
yaitu sakit: perut dan ulu hati, kepala, panas dingin, tulang, mata, kulit dan alergi,
sariawan, telinga, hidung dan tenggorokan, reproduksi, gigi dan gusi, kelamin, dan
penyakit lain-lain (darah tinggi, kolesterol, ginjal).

3.2 Saran
Melihat semakin banyaknya pengobatan tradisional yang bermunculan baik di
masyarakat maka penulis mengemukakan beberapa saran yaitu: Generasi muda agar lebih
memiliki rasa ingin tahu dan memiliki perhatian terhadap pengobatan tradisonal dan dapat
melestarikan pengobatan tradisional sebagai budaya masyarakat yang bermanfaat terhadap
kesehatan. Penyembuhan tradisional tersebut hendaklah memberikan pengetahuan agar dapat
mengajarkan generasi berikutnya terhadap pengobatan tradisional agar dapat bermanfaat bagi
mereka. Melakukan kerjasama antara kesehatan modern dengan kesehatan tradisional agar
saling melengkapi karena setiap pengobatan pasti memiliki kelemahan dan kelebihan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Museum Negeri N T B, 2000. Obatobatan Tradisional Lombok, Departemen Pendidikan Nasioanl


Direktorat Jenderal Kebudayaan Museum Negeri Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Barber, C.V., Surya Arif, dan Agus Purnomo, 1997. Meluruskan arah pelestarian keanekaragaman
hayati dan pembanguanan di Indonesia. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Borror, T & Johnson. 1992. Pengenalan pelajaran serangga. Terjemahan dari Introduction study
insect. oleh Suetioyonoparto. S. Gadjah Mada University Press. Yogjakarta.
Ervizal, A., M. Zuhud. 1992. Pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat dari hutan tropis Indonesia.
Jurusan Konservasi sumber daya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanioan Bogor.

Graf, A. B. 1992. Hortica. A color cyclopedia of garden flora in all climates and indoor plants. First
edition. Roehrs Company, U.S.A.
Imam Mulyo Suyono. 1991. Studi interaksi masyarakat desa sekitar tumbuhan obat di Taman
Nasional Baluran. Jurusan Konservasi sumber daya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanioan Bogor.
Indah Yulia Ningsih. 2016. Studi etnofarmasi penggunaan tumbuhan obat oleh Suku Tengger di
Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur. Pharmacy, Vol.13 No. 01 Juli 2016.
Saifuddin, Abdul Basri, G. Ardiaans, Gulardi hanifa Wknjosastro, dan Djoko Waspodo, 2002.
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
Jakart

20
21

Anda mungkin juga menyukai