Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PENDEKATAN

BUDAYA BERDASARKAN ASPEK ANTROPOLOGI


Diajukan untuk memenuhi tugas Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan
Dosen Pengampu : Meivi Sesanelvira, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom

Disusun oleh :
1. Dinda Kartika 213121005
2. Yusuf Cahyana 213121006
3. Cindy Nadia 213121012
4. Mirna Pramudita 213121013
5. Desi Nurhalizah 213121015
6. Alia Azahra 213121023
7. Nur Azis Hidayatulloh 213121025
8. Sindi Sarah 213121033
9. Alpina Damayanti 213121036

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan dengan pendekatan
budaya berdasarkan aspek antropologi" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikososial dan Budaya dalam
Keperawatan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Meivi Sesanelvira, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Kom
selaku Dosen Mata Kuliah Psikososial dalam Budaya Keperawatan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Cimahi, Januari 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ...................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
2.1 Definisi Antropologi Kesehatan.............................................................................................. 6
2.2 Hubungan Antropologi Dengan Kesehatan ............................................................................ 7
2.3 Definisi Budaya ...................................................................................................................... 9
2.4 Persepsi Terhadap Pengetahuan Tentang Budaya................................................................... 9
2.5 Sikap Perawat Terhadap Klien Dengan Budaya Yang Berbeda ........................................... 10
2.6 Pendekatan Budaya ............................................................................................................... 10
2.7 Contoh Asuhan Keperawatan................................................................................................ 11
BAB III................................................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 16
3.2 Saran....................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................17


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kultur merupakan pengetahuan yang dipelajari dan disebarkan mengenai kultur
tertentu dengan nilai, kepercayaan, aturan perilaku dan praktek gaya hidup yang menjadi
acuan bagi kelompok tertentu dalam berÞ kir dan bertindak dengan cara yang terpola
(Smelzer, 2001). Sebagai pengetahuan yang dipelajari dan disebarkan, kultur menjadi
suatu petunjuk bagi seseorang dalam berÞ kir, bersikap dan bertindak sehingga menjadi
suatu pola yang mengekspresikan siapa mereka. Hal tersebut diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Karena begitu banyak perilaku dan sikap manusia yang
dibentuk dan dipengaruhi kultur, maka perawat harus menyadari bahwa pasien akan
bertindak dan berpeilaku dengan berbagai cara berdasarkan latar belakang kulturalnya.
Perawat merupakan petugas kesehatan yang mempunyai peran dominan dalam
membantu pasien sembuh dari penyakit yang dideritanya. Perawat sebagai ujung tombak
pelayanan di rumah sakit, sebagai aktor yang langsung berhadapan dengan pasien dalam
waktu yang lama. Kondisi yang seperti itu menuntut totalitas seorang perawat dalam
menjalankan fungsinya. Profesionalitas menjadi tuntutan yang harus selalu ditingkatkan.
Profesionalitas akan terus tumbuh dan berkembang bila seorang perawat mempunyai
kemauan untuk mengembangkan berbagai pengetahuan yang berhubungan dengan profesi
keperawatan. Profesi keperawatan bersifat multikausal dan multidisiplin. Seorang perawat
kesehatan harus mampu membuat konÞ gurasi berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan
dengan fakta real yang pada setiap pasien yang mempunya kasus, latar belakang berbeda-
beda ( multikausal ).
Antropologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani. Kata Anthropos
berartimansia dan logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi, antropologi adalah ilmu
yangmempelajari manusia. Antropologi hukum adalah ilmu yang mempelajari tentang
manusia dan budayanyakhusus dibidang hukum. Kebudayaan hukum yang dimaksud
adalah kekuasaan yang digunakan oleh penguasa untuk mengatur masyarakat agar tidak
melanggar kaidah-kaidah sosial yang telah ada didalam suatu masyarakat itu sendiri.
Hukum dipahami sebagai milik sebuah masyarakat sebagai suatu keseluruhan.
Konsekuensi logisnya, suatu masyarakat dianggap hanya memiliki satu sistem hukum
sajayang mengendalikan perilaku semua anggotanya. Tanpa sedikit pun menyelidiki
kontrol-kontrol sosial yang bekerja pada tingkat sub masyarakat, sub kelompok
(misalnya, perkumpulan, kelompok orang yang hidup serumah, dan kelompok kerabat)
telah secara apriori dikecualikan dari kemungkinan mengatur perilaku anggotanya dengan
sistem yang diterapkan oleh pemimpin kelompok dalam keputusan-keputusan khusus
sistem yang berdasarkan ciri-ciri khas esensinya amat sangat menyerupai hukum pada
masyarakat yang meliputi semua kalangan. Hukum juga diartikan sebagai disiplin (sistem
ajaran tentang kenyataan) dan ilmu pengetahuan (yakni ilmu hukum).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antropologi kesehatan?
2. Apa saja unsur-unsur budaya?
3. Apa hubungan antropologi dengan kesehatan?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini diharapkan mampu mengetahui
dan memahami pendekatan budaya berdasarkam aspek antropologi.
2. Tujuan khusus
Diharapkan mampu :
A. Menjelaskan pengertian antropologi kesehatan
B. Menjelaskan unsur-unsur budaya
C. Menjelaskan hubungan antropologi dengan kesehatan
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan mengenai antropologi kesehatan, unsur-unsur budaya dan
hubungan antropologi dengan kesehatan.
2. Bagi pembaca
Memberikan wawasan mengenai antropologi, unsur-unsur budaya dan hubungan
antropologi dengan kesehatan dalam asuhan keperawatan. Serta dapat meningkatkan
wawasan pengetahuan mengenai berbagai aspek yang meliputi antropologi kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Antropologi Kesehatan
Istilah “antropologi” berasal dari bahasa Yunani asal kata “anthropos” berarti
“manusia”, dan “logos” berarti “ilmu”, dengan demikian secara harfiah “antropologi”
berarti ilmu tentang manusia. Para ahli antropologi (antropolog) sering mengemukakan
bahwa antropologi merupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh
pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Jadi
antropologi merupakan ilmu yang berusaha mencapai pengertian atau pemahaman
tentang makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, masyarakat,
dan kebudayaannya.
Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap
penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan. Kajian antropologi kesehatan
mengarah pada manusia dan perilaku seputar masalah kesehatan. Bagaimana perilaku
masyarakat yang sampai saat ini masih bertahan dengan pengobatan tradisional,
pelaksanaan keluarga berencana, pembukaan praktik klinik pengobatan medis, dan
sebagainya.
A. Cabang-cabang Antropologi
1) Antropologi fisik
Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organisme biologis yang melacak
perkembangan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki variasi biologisnya
dalam berbagai jenis (spesies). Dalam hal ini, yang diselidiki ialah asal usul
manusia, perkembangan evolusi organik, struktur tubuh dan kelompok-kelompok
manusia yang disebut ras. Adapun cabang cabang antropologi fisik adalah :
- Paleontologi primat
- Evolusi manusia
- Antropometri
- Somatologi
- Antropologi rasial
2) Antropologi Budaya
Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan manusia
ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Antropologi budaya juga merupakan
studi tentang praktik-praktik sosial, bentuk-bentuk ekspresif, dan penggunaan
bahasa di mana makna diciptakan dan diuji sebelum digunakan masyarakat
manusia. Adapun cabang dari antroppologi budaya :
- Prehistory
- Etnolinguistik
- Etnologi
B. Tujuan antropologi
Tujuan dari antropologi adalah terbagi menjadi tujuan akademis yaitu antropologi
ingin mencapai pengertian tentang makhluk manusia, pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna bentuk fisik, masyarakat, serta budaya serta tujuan praktis
yaitu antropologi ingin mempelajari manusia dalam aneka wara masyarakat, suku
bangsa guna membangun masyarakat itu sendiri.
Antropologi pada hakikatnya mempunyai tiga tujuan utama (Astawa, 2017) :
1) Mendeskripsikan selengkap mungkin tata cara kehidupan kelompok manusia dari
berbagai sudut belahan bumi pada setiap periode dan karakteristik manusia yang
hidup pada kelompok itu.
2) Memahami manusia sebagai kelompok tertentu secara keseluruhan.
3) Menemukan prinsip-prinsip umum tentang gaya hidup manusia serta bagaimana
gaya hidup itu terbentuk.
Kegunaan antropologi bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari antara lain yaitu :
1) Melihat dengan jelas tentang manusia, baik sebagai pribadi maupun anggota
kelompok masyarakat
2) Mampu mengkaji kedudukan manusia dalam masyarakat dan dapat melihat dunia
atau budaya lain yang belum kita ketahui sebelumnya
3) Memahami norma-norma, tradisi, keyakinan, dan nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat tertentu,
4) Lebih tanggap, kritis, dan rasional menghadapi gejala sosial masyarakat yang
semakin kompleks
5) Menyusun etnografi-etnografi yang memungkinkan penciptaan teori-teori tentang
asal-usul kepercayaan, keluarga, perkawinan, perilaku bernegara, dan sebagainya.

2.2 Hubungan Antropologi Dengan Kesehatan

Munculnya istilah Medicine Anthropology dari tulisan Scotch dan Paul dalam artikel
tentang pengobatan dan kesehatan masyarakat. Atas dasar ini kemudian di Amerika
lahirlah antropologi kesehatan. Ahli-ahli antropologi tertarik untuk mempelajari faktor-
faktor biologis, dan sosio-budaya yang mempengaruhi kesehatan dan munculnya
penyakit pada masa sekarang dan sepanjang sejarah kehidupan manusia dipengaruhi oleh
keinginan untuk memahami perilaku sehat manusia dalam manifestasi yang luas dan
berkaitan segi praktis.
Menurut Foster dan Anderson kesehatan berhubungan dengan perilaku. Perilaku
manusia cenderung bersifat adaptif. Terdapat hubungan antara penyakit, obat-obatan, dan
kebudayaan. Menurut Landy antropologi kesehatan adalah suatu studi tentang konfrotasi
manusia dengan penyakit serta rasa sakit, dan rencana adaptif yaitu sistem pengobatan
dan obat-obat yang dibuat oleh kelompok manusia berkaitan dengan ancaman yang akan
datang.
Menurut foster dan Anderson lapangan kajian antropologi kesehatan dibagi menjadi
2, yaitu :
1) Kutub biologis, perhatinya pada pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia,
peranan penyakit dalam evolusi manusia, adaptasi biologis terhadap perubahan
lingkungan alam, dan pola penyakit di kalangan manusia purba.
2) Kutub sosio-budaya perhatiannya pada sistem kesehatan tradisional yang mencakup
aspek-aspek etiologis, terapi, ide, dan praktik pencegahan penyakit, serta peranan
praktisi medis tradisional, masalah perawatan kesehatan biomedik, perilaku
kesehatan, peranan pasien, perilaku sakit, interaksi dokter dengan pasien, dan masalah
inovasi kesehatan.

Menurut Foster dan Anderson ada empat hal utama yang dapat disumbangkan oleh
antropologi terhadap ilmu kesehatan yaitu:
a. Perspektif Antropologi Terdapat dua konsep dalam perspektif antropologi bagi ilmu
kesehatan
1) Pendekatan Holistik, pendekatan ini memahami gejala sebagai suatu sistem.
Pendekatan ini dimana suatu pranata tidak dapat dipelajari sendiri-sendiri lepas
dari hubungannya dengan pranata lain dalam keseluruhan system.
2) Relativisme budaya, standar penilaian budaya itu relative, suatu aktivitas budaya
yang oleh pendukungnya dinilai baik, pantas dilakukan mungkin saja nilainya
tidak baik dan tidak pantas bagi masyarakat lainnya.
b. Perubahan: Proses dan Persepsi (Perubahan Terencana)
Suatu perubahan terencana akan berhasil apabila perencanaan program bertolak
dari konsep budaya. Bertolak dari itu, perencanaan program pembaharuan kesehatan
dalam upaya mengubah perilaku kesehatan tidak hanya memfokuskan diri pada hal
yang tampak, tetapi seharusnya pada aspek psiko-budaya.
c. Metodologi Penelitian
Ahli antropologi menawarkan suatu metode penelitian yang longgar tetapi efektif
untuk menggali serangkaian masalah teoretik dan praktis yang dihadapi dalam
berbagai program kesehatan.
d. Premis
Premis atau asumsi atau dalil yang mendasari atau dijadikan pedoman individu
atau kelompok dalam memilih alternatif tindakan. Premis-premis tersebut memainkan
peranan dalam menentukan tindakan individu dan kelompok. Beberapa premis dari
sebagian besar ahli antropologi kesehatan antara lain:
1) Penyakit dalam beberapa bentuk merupakan fakta umum dari kehidupan manusia.
2) Seluruh kelompok manusia, telah mengembangkan metode dan aturan, sesuai
dengan sumber daya dan strukturnya, untuk mengatasi atau merespon terhadap
penyakit.
Seluruh kelompok manusia telah mengembangkan seperangkat kepercayaan,
pengertian, dan nilai-nilai yang konsisten dengan matriks budayanya untuk
memahami tentang penyakit dan menentukan tindakan untuk mengatasinya.
2.3 Definisi Budaya
Budaya dapat diartikan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan wujudnya
misalnya, kebudayaan material dan nonmaterial. Kebudayaan material mengacu pada
semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini
adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi. Kebudayaan
nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi,
misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Banyak ahli budaya mendifinisikan arti budaya dan kebudayaan ini dengan berbagai
argumen, tetapi intinya adalah sama, koentjaraningrat (1990) menjelaskan bahwa
kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta buddayah yang berarti budi atau akal, bisa
juga daya dari budi, sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa. Kessing
(1992) mengadopsi berbagai pengertian kebudayaan dari para ahli yang kemudian dapat
disimpulkan bahwa budaya adalah suatu yang mengandung unsur pengetahuan,
kepercayaan, adat istiadat, perilaku yang merupakan kebiasaan yang diwariskan.

Kebudayaan juga didefinisikan sebagai rancangan hidup yang tercipta secara


historis baik eksplisit maupun implisit, rasional, irasional yang ada pada suatu waktu
sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia (kluckhohn dan kelly, dalam
kessing, 1992). Menurut swasono (1998), respon masyarakat terhadap berbagai peristiwa
kehidupan disebut budaya. Dan budaya ini berbeda- beda pada berbagai kelompok di
masyarakat. Andrews dan Boyle (2003)mendefinisikan budaya dari Leininger (1978)
bahwa budaya adalah pengetahuan yang dipelajar dan disebarkan dengan nilai,
kepercayaan, aturan perilaku, dan praktik gaya hidup yang menjadi acuan bagi kelompok
tertentu dalam berpikir dan bertindak dengan cara yang terpola.

2.4 Persepsi Terhadap Pengetahuan Tentang Budaya


Sebagian besar perawat mempunyai persepsi yang sama yaitu bahwa merupakan hal
yang sangat penting bagi perawat-perawat memiliki pengetahuan tentang budaya .
Alasan yang mereka sampaikan sangat bervariasi. Misalnya adalah agar mereka dapat
mengerti/memahami dan menempatkan diri atau menyesuaikan diri dengan pasiennya.
Memberikan pelayanan yang terbaik juga menjadi alasan pentingnya perawat memiliki
pengetahuan budaya. Perbedaan budaya, etnis dan bahasa berdampak pada bagaimana
seseorang atau kelompok memperoleh dan menggunakan atau memanfaatkan pelayanan
kesehatan atau social. Selain itu perbedaan-perbedaan tersebut juga akan mengakibatkan
kendala bagi efektifitas intervensi perawatan kesehatan

Selain itu sumber data lainnya menyampaikan alasan mengapa perawat perlu
mempunyai pengetahuan tentang suatu budaya. Alasannya adalah mengurangi komplain,
rasa tak nyaman atau mencegah kesalahpahaman atau misunderstanding juga merupakan
salah satu alasan. Misunderstanding dapat terjadi akibat perbedaan budaya dan nilai-nilai
antara pasien dan perawat. Menurut Galant pengetahuan tentang budaya dapat membantu
menghindari misunderstanding dan dapat memberikan pelayanan lebih baik (Galanti,
2000).
2.5 Sikap Perawat Terhadap Klien Dengan Budaya Yang Berbeda
Perawat bersikap menghargai budaya kliennya atau keluarganya. Mereka berusaha
untuk memahami budaya – budaya klien yang sangat variatif, walaupun budaya sangat
berbeda jauh. Menurut Leininger, manusia mempunyai hak untuk dipahami, dihargai,
dimengerti dan digunakan budayanya dalam perawatan. Oleh karena itu seorang perawat
kesehatan seyogyanya mempunyai kemampuan untuk mengerti dan memahami pasien-
pasiennya (Leininger, 1989). Ketidakmampuan perawat untuk memahami pasien bisa
berakibat masalah. Sumber utama masalah dalam merawat pasien dari latar belakang
budaya yang berbeda adalah adanya ketidakmengertian dan tidak adanya rasa toleransi.
Sehingga adanya pengertian dari perawat dan upaya penyesuaian diri akan mengurangi
atau mencegah permasalahan-permasalahan yang tidak perlu terjadi.

Kadang-kadang perawat juga membiarkan keluarga melakukan suatu ritual tertentu


untuk kesembuhan pasiennya. Hal tersebut sesuai dengan teori Leinenger. Menurut
Leininger, budaya pasien perlu dipertahankan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan Implementasi keperawatan diberikan sesuai nilai-
nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya. Tetapi perawat juga akan bernegosiasi dan atau
melarang keluarga atau pasien apabila mereka melakukan suatu kegiatan yang tidak
terjamin keamanannya atau tidak di ijin kan dokter. Negosiasi atau akomodasi perawatan
kultural mengacu pada semua bantuan, fasilitas dan dukungan atau pembuatan keputusan
dan tindakan profesional yang menolong masyarakat sesuai adaptasi kebudayaan mereka
untuk mencapai hasil kesehatan yang menguntungkan.

2.6 Pendekatan Budaya


Identifikasi budaya merupakan bagian dan langkah awal ketika seorang perawat
akan melakukan pengkajian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cross, dkk bahwa
memberikan acuan lima elemen budaya yang perlu diketahui dan mampu
diimplementasikan oleh perawat dalam intervensi keperawatan, yaitu menilai
keanekaragaman budaya, memiliki kapasitas assessment budaya, menyadari budaya
bersifat dinamis, mempunyai pengetahuan budaya dan mempunyai adaptasi yang terus
menerus dikembangkan dalam upaya merefleksi dan memahami keanekaragaman budaya
(Cross, 1989). Dalam kegiatan pengkajian perawat sekaligus mengindentifikasi pasien
sehingga minimal dapat diketahui latar belakang budaya pasien. Dengan demikian secara
otomatis perawat akan dapat menyusun perencanaan keperawatan sesuai dengan latar
belakang budaya pasien.

Selanjutnya, perawat mungkin akan menghadapi tantangan ketika budaya pasien


ternyata beda dengan perawat. Namun demikian perawat seharusnya mampu
menyesuaikan diri dalam situasi tersebut. Selanjutnya, Meyer, 1996, memberikan
tuntutan empat hal yang harus dipunyai seorang perawat sebagai provider dalam
mengimplementasikan asuhan keperawatan yaitu mempunyai kapabilitas menghadapi
tantangan langsung perbedaan klinis dari klien yang berbeda suku dan ras, mempunyai
kemampuan komunikasi dalam menghadapi klien yang beraneka ragam latar belakang,
mempunyai kapabilitas dalam bidang ethics dan menumbuhkan kepercayaan.
2.7 Contoh Asuhan Keperawatan
A. Kasus
Tn. Ali Anyang berusia 21 tahun tinggal di Barito Raya-kalimantan keturunan
suku Bakumpai merupakan Sub suku dayak. Saat ini berada di ruang perawatan interna
dengan diagnosa medis ulkus peptikum. Klien masuk dirumah sakit dengan keluhan nyeri
di ulu hati, demam, hematemesis-melena, mual, dan kurang nafsu makan. Saat ini Tn. A
di jaga oleh ibunya. Keluarga Tn. A menggunakan daun sawang untuk diusapkan dan di
urutkan ke sekujur tubuh Tn. A, mereka percaya daun sawang dapat mengeluarkan benda-
benda dan roh jahat yang bersemayam dalam tubuh Tn. A. Klien dan keluarga percaya
bahwa sakit yang didapat dan tidak bisa sembuh merupakan hukuman para dewa.
Keluarga Tn. A juga membaca mantra tiap pagi kepada Tn. A dan meletakkan beberapa
sesajen di dekat tempat tidur Tn. A seperti kemenyam, minyak ikan, mayang pinang,
beras kuning, kelapa tua, kelapa muda, banyu gula, serta piduduk (beras, gula merah,
telur ayam, dan kelapa). Mereka percaya sesajen ini di sukai oleh dewa kemudian
mempercepat penyembuhan penyakit.
Setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital maka di dapat hasil TD : 90/50 mmHg,
N:72x/menit, P : 20 x/menit, dan S : 380C.
Dari penampilan klien Warna kulit: sawo matang (turgor kulit baik), Rambut: ikal,
Struktur tubuh: kurus, dan Bentuk wajah: bulat

B. PENGKAJIAN
- Data Demografi
• Nama lengkap: Tn. Ali anyang
• Nama panggilan: Tn. A
• Nama keluarga: Tn. A
• Alamat: Barito raya
• Jenis kelamin: laki-laki
• Tempat lahir : Barito raya
• Dignosis medis : Ulkus peptikum
- Data Biologis/variasi biocultural
• Warna kulit: sawo matang (turgor kulit baik)
• Rambut: ikal
• Struktur tubuh: kurus
• Bentuk wajah: bulat
• TTV:

TD : 90/50 mmHg
N : 72 x/menit
R : 20 x/menit
S : 380C
Beberapa komponen yang spesifik pada pengkajian transkultural.

- Faktor Teknologi
• Keluarga Tn. A menggunakan fasilitas perahu kayu untuk menyeberangi desa
kemudian menggunakan transportasi darat untuk sampai ke RS.
• Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah setempat dan kadang juga
menggunakan bahasa Indonesia
• Keluarga klien kurang meyakini tindakan kesehatan yang diberikan kepada klien yang
tidak sesuai dengan keyakinannya
- Faktor agama dan filosofi
• Keluarga tn. A mempercayai tentang adanya Tuhan yang maha kuasa yang dianggap
sebagai para dewa
• Pandangan klien dan keluarga tentang sakit yang diderita karena merupakan hukuman
dari para dewa
• Yang dilakukan klien dan keluarganya untuk berusaha menyembuhkan klien adalah
membaca mantra, menyajikan sesajen, dan menggunakan daun sawang
- Faktor social dan ikatan kekerabatan (kindship)
• Pernyataan klien atau orang lain tentang kesehatannya: Buruk
• Status perkawinan: Belum pernah menikah
• Klien dirumah tinggal dengan: Orang tua.
• Tindakan yang dilakukan keluarga jika ada anggota keluarganya sakit: mengusapkan
daun sawang pada tubuh yang sakit
- Nilai-nilai budaya, kepercayaan dan pandangan hidup
• Masyarakat suku bakumpai-dayak dibariton apabila ada keluarga yang sakit dan tidak
dapat disembuhkan menurut keluarga klien mangatakan bahwa sakit tersebut
merupakan hukuman dari dewa. Sehingga biasanya dilakukan upacara badewa yang
dilakukan secara alternative pengobatan sebagaimana lazimnya para penganut
animism dalam melakukan pemujaan para dewa dengan membuat sesajen untuk
dipersembahkan kepada dewa yang dimaksud. Untuk mempercepat datangnya roh
gaib, diperlukan sarana penunjang berupa seperangkat gamelan. Upacara ini biasanya
dilakukan oleh seorang dalang atau pembaca mantra.
- Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

Tn.A biasanya di tunggu dengan kedua orang tua atau keluarga yang lain.

- Faktor ekonomi (economical factors)

Tn.A berkerja serabutan( tidak tentu), biaya pengobatan dari tabungan keluarga dan
bantuan dar pemerintahan atau bantuan dari tempat Tn.A tinggal, Tn.A tidak memeliki
asuransi kesehatan .

- Faktor Pendidikan
• Klien hanya sampai pada tingkat sekolah menengah, sementara orang tua klien tidak
sekolah
• Sehat menurut klien dan keluarga jika seseorang mampu bekerja dan beraktivitas
seperti biasa tanpa hambatan
• Sakit menurut klien dan keluarga jika mendapat hukuman dari yang maha kuasa
sehingga tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa
• Jenis penyakit yang sering diderita oleh keluarga klien adalah nyeri pada ulu hati
• Pemahaman sakit menurut klien dan keluarga adalah klien sedang mendapat hukuman
dari dewa sehingga klien perlu memberikan sesajen dan didalam tubuh klien terdapat
roh jahat yang hanya mampu diusir dengan mengusap daun sawang pada tubuh klien.
• Klien dan keluarga berharap agar petugas kesehatan mampu memberikan pertolongan
dalam membantu penyembuhan klien
C. Analisa Data

Data subjektif Data objektif

- Keluarga mengatakan bahwa daun - Keluarga pasien membawa daun


tersebut dapat mengusir roh-roh sawang untuk diusapkan ketubuh
jahat klien
- Keluarga mengatakan bahwa - Keluarga klien membawa sesajen
sesajen tersebut mempercepat dan kemenyam di kamar pasien
kesembuhan - Pada saat klien dan keluarga
- Tn. A dan keluarga mengatakan diberikan pendidikan kesehatan
dengan mengusap tubuh klien masih terlihat bingung.
dengan daun sawang kemudian - Ekspresi wajah tampak meringis.
membaca mantra dapat mengusir - Nyeri tekan pada abdomen kuadran
roh jahat kiri atas, daerah di bawah
- Klien mengeluh sakit ulu hati, processus xifoideus.
mual, demam, mual, kurang nafsu - Tanda-tanda vital :
makan. T : 90/50 mmHg
N : 72 x/menit
R : 20 x/menit
S : 380C

D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya peradangan pada
lambung
2. Ketidak patuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
3. Distres spiritual/gangguan spiritual berhubungan dengan batasan atau pencegahan
praktik ritual keagamaan atau budaya di RS
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kepercayaan tentang efektifitas perilaku
promosi kesehatan
E. Intervensi

Salah satu dari diagnosa keperawatan yang paling memberi pengaruh kepada
petugas kesehatan, klien, dan keluarga, serta kebudayaan suku:
Distress kultural berhubungan dengan batasan atau pencegahan praktik ritual
keagamaan atau budaya di RS
Distress kultural berhubungan dengan batasan atau pencegahan praktik ritual
keagamaan atau budaya di RS, ditandai dengan :

• DO Keluarga klien membawa sesajen dan kemenyam di kamar pasien


• DS Keluarga mengatakan bahwa sesajen tersebut mempercepat kesembuhan
Tujuan:
▪ Klien dan keluarga menerima clan memahami penjelasan dari perawat tentang
dampak dari sesajen.
▪ Klien menerima tindakan dengan prinsip Culture Care Repatterning on
Restructuring
Kriteria hasil:
• Setelah 2x pertemuan klien dapat menerima perubahan yang akan diterapkan
perawat. Mengidentifikasi alternatif untuk membentuk pola koping.

F. Rencana tindakan
• Kaji seberapa jauh keyakinan pasien dan keluarga.
• Anjurkan keluarga klien menyalakan sesaji di rumah dan mendoakan dari rumah
• Kaji individu terhadap perubahan-perubahan yang baru dialami klien.
• Gali pengertian individu tentang masalah-masalah dan pengharapannya pada
pengobatan dan hasil-hasil diharapkan.
• Tetapkan apakah keyakinan realistis atau tepat.
• Pastikan hak-hak pasien untuk menolak semua atau sebagian dari aturan pengobatan
yang dianjurkan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Perkembangan antropologi keperawatan sehubungan dengan fenomena konsep


sehat dan sakit dapat dilihat dari faktor berikut:
1. Biologis dan ekologis, mengamati pertumbuhan dan perkembangan manusia
maupun penyakit perkembangan penyakit dalam evolusi ekologis.
2. Psikologis dan sosial budaya, mengamati perilaku sakit pada pasien, mempelajari
etnomedisin, petugas kesehatan dan profesionalisme, hubungan perawat-dokter-
pasien-petugas farmasi.
3.2 Saran
Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan
seluruh peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara
fisiologis dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah, yang
sering membawa serta penyakit baru yang belum dikenal atau
perkembangan/perubahan penyakit yang sudah ada
DAFTAR PUSTAKA

Asih Yasmin. 1998. Standart Perawatan Pasien: Proses keperawatan, diagnosis, dan
evaluasi, Jakarta : EGC.

Kozier, B., Glenora Erb, Audrey Berman dan Shirlee J.Snyder. 2010. Buku Aja Fundamental
Keperawatan ; Konsep, Proses & Praktik. Jakarta : EGC.

Debora, Oda. 2012. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Salemba
Medika.

Budiono. 2016. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan.

https://www.academia.edu/39570540/Askep_tentang_keperawatan_transkultural. Diakses
pada 30 Desember pukul 08.04.

Anda mungkin juga menyukai