Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ANTROPOLOGI

“PENGOBATAN TRADISIONAL PERSPEKTIF ANTROPOLOGI


KESEHATAN”

Dosen Pengampu : Ns. Fendy Yesayas, M.Kep

Disusun Oleh :

Vinta Nur Hasanah

2210006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUMAH SAKIT HUSADA


PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
JAKARTA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena berkat rahmat dan
hidayah nya kami dapat menyelesaikan makalah tersebut yang berjudul “Pengobatan Tradisional
Perspektif Antropologi Kesehatan”. Adapun guna dari makalah ini yaitu untuk menambah wawasan
pembaca dan juga untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah ”Antropologi”.

Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Ns. Fendy Yesayas, M.Kep yang
telah memberikan arahan dan pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik secara materi
ataupun cara penulisannya. Namun demikian, saya sudah berusaha dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.

Atas segala bantuan yang di berikan dalam penulisan makalah ini, saya mengucapkan terima
kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi saya sendiri mau pun bagi seluruh
pembaca.

Jakarta, 5 Desember 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................3
BAB I ..........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................................4
1.3 Tujuan ...........................................................................................................................5
BAB II .........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ..........................................................................................................................6
2.1 Pengertian Antropologi Kesehatan .................................................................................6
2.2 Konsep Sehat, Sakit .......................................................................................................7
2.3 Pengertian Pengobatan Tradisional.................................................................................8
2.4 Perspektif antropologi kesehatan terhadap pengobatan tradisional ..................................9
BAB III ......................................................................................................................................10
PENUTUP .................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 12

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia memiliki peran
strategis bagi upaya peningkatan kesejahteraan manusia. Hubungan antara keduanya
berbanding lurus, yaitu makin tinggi tingkat kesehatan suatu masyarakat maka makin
meningkat kesejahteraannya, dan sebaliknya. Masalah kesehatan adalah masalah
yang kompleks tidak hanya menyangkut persoalan medis dan teknis semata tetapi
juga menyangkut persoalan budaya, pendidikan masyarakat, luas dan topografi wilayah,
jumlah penduduk, pendapatan masyarakat, dan sebagainya.
Pengobatan yang ada di Indonesia yaitu pengobatan medis dan pengobatan
tradisional. Pengobatan medis merupakan penyembuhan yang dilakukan oleh tenaga yang
menempuh pendidikan formal kesehatan atau dokter dengan cara menggunakan bantuan
alat dan bahan yang sudah sesuai dengan standar medis sedangkan pengobatan tradisional
yaitu pengobatan yang dilakukan secara tradisional, penyembuhan berdasarkan resep secara
turun temurun, adat-istiadat, kepercayaan atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic
maupun pengetahuan tradisional.
Pengobatan tradisional memiliki akar yang dalam dalam berbagai budaya di
seluruh dunia. Praktik pengobatan ini tidak hanya mencerminkan pengetahuan dan
kebijaksanaan lokal, tetapi juga menjadi warisan kultural yang melekat pada identitas
masyarakat. Meskipun dunia medis modern terus berkembang, pengobatan tradisional
tetap menjadi pilihan utama bagi sebagian besar masyarakat, mempertahankan nilai-nilai
tradisional dan kepercayaan turun temurun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu antropologi kesehatan?
2. Apa itu konsep sehat, sakit?
3. Apa itu pengobatan tradisional?
4. Bagaimana perspektif antropologi kesehatan terhadap pengobatan tradisional?
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah
antropologi, selain itu juga bertujuan untuk untuk menggali lebih jauh pemahaman
masyarakat terhadap pengobatan tradisional melalui perspektif antropologi kesehatan.
Dengan menganalisis jurnal "Tawshiyah," ini bertujuan untuk mengidentifikasi temuan
utama yang dapat menyumbangkan pemahaman lebih lanjut tentang peran dan dinamika
pengobatan tradisional.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Antropologi Kesehatan


Antropologi merupakan bagian dari ilmu sosial. Antropologi lahir atau muncul
berawal dari ketertarikan orang Eropa yang melihat ciri fisik, adat istiadat dan budaya yang
berbeda. Pada saat itu kajian antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang
merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di
suatu kawasan geografis yang sama, memiliki ciri fisik dan bahasa yang digunakan
serupa, serta cara hidup yang sama.
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang aspek manusia. Sementara ada
begitu banyak aspek dalam diri manusia yang kemudian otomatis memunculkan ilmu lain
sesuai dengan aspek yang menjadi titik tekan.
Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek
biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi
antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan
penyakit pada manusia.
Mc Elroy dan Townsend juga mendefinisikan tentang antropologi kesehatan
yaitu, studi bagaimana faktor-faktor sosial dan lingkungan mempengaruhi kesehatan dan
mengetahui tentang cara-cara alternatif untuk mengerti dan merawat penyakit.
Antropologi kesehatan memilki aliran-aliran yang masing-masing memiliki
pendekatan yang berbeda, diantaranya adalah:
1. Pendekatan antropologi Bio-Kultural (Biocultural Anthropology).
Pendekatan yang menggunakan disiplin Biomedis ini tentang bagaimana
adaptasi manusia terhadap lingkungan sosial dan fisik membentuk “pengalaman
penyakit dan kesakitan” pada masyarakat, dan bagaimana sebuah masyarakat
beradaptasi terhadap penyakit yang dihadapi.
2. Pendekatan Atropologi kritis dan Politik-Ekonomi.
Pendekatan ini merupakan pemikiran kritis terhadap disiplin biomedis dalam
pendekatan antropologi bio-kultural. Menurut pendekatan ini, masalah kesehatan
pada suatu masyarakat tidak cukup hanya dilihat dari sisi biologis, namun juga
faktor politik dan ekonomi ikut berpengaruh. Pendekatan ini melahirkan cabang
ilmu ethnomedicine.

2.2 Konsep Sehat, Sakit


Konsep sehat menurut World Health Organization (WHO) yaitu “Health is a state of
complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease or
infirmity” atau dengan kata lain sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna baik secara
fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan.
Sehat dan sakit merupakan kondisi umum yang dihadapi setiap manusia. Terdapat
berbagai pandangan berbeda mengenai kondisi kesehatan seseorang, pendefinisian,
penyebab serta bagaimana menanganinya. Semua ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana
orang tersebut memandang dunia.
Masyarakat tradisional dan masyarakat modern, berdasarkan tingkatan
perkembangan rasionalitas mereka cenderung mengartikan semua kondisi ini secara
berbeda, bahkan karakter manusia dapat terbentuk dari keadaan lingkungan sekitarnya. Di
satu sisi, saat ini masyarakat modern pada umumnya berpandangan bahwa penyakit
merupakan bagian dari proses biologis murni bersifat fisik. Di sisi lain masih banyak pula
masyarakat yang berpandangan banyak hal lain yang berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan seseorang di luar faktor fisik.
Nilai kepercayaan dan budaya juga memainkan peran penting dalam
pendefinisian kondisi kesehatan seseorang. Bicara mengenai kebudayaan, terdapat tujuh
unsur pokok kebudayaan, yaitu:
1) bahasa,
2) sistem pengetahuan,
3) organisasi sosial,
4) sistem peralatan hidup dan teknologi,
5) sistem mata pencaharian,
6) sistem religi,
7) kesenian.
Sistem pengobatan dapat dimasukkan dalam unsur sistem pengetahuan suatu
bangsa yang dalam realisasinya dapat dimasukkan dalam unsur teknologi. Sepanjang
ingatan sejarah, masyarakat nusantara yang terhimpun, berkomunitas dalam berbagai etnis
telah memiliki sistem pengetahuan pengobatan jauh sebelum mereka mengenal sistem
pengobatan modern atau teknik kedokteran modern. Keanekaragaman suku bangsa dan
budaya membawa konsekuensi pada beragamnya sistem medis (tradisional maupun
modern) di masyarakat.

2.3 Pengertian Pengobatan Tradisional


Pengobatan adalah suatu usaha untuk penyembuhan penyakit. Umumnya
pengobatan ini dilakukan oleh orang yang ahli dalam menanganinya. Pengobatan sistem
modern menyebutnya dengan tenaga medis atau dokter, pengobatan sistem tradisional
dikenal dengan penyembuh atau dukun. Dokter dan penyembuh adalah dua profesi yang
amat dikenal masyarakat. Mengutip Doni Saputra, Setyoningsih menuliskan bahwa kedua
profesi tersebut adalah pekerja-pekerja sosial yang menyelenggarakan upaya
penyembuhan seseorang dari penyakitnya, tetapi dengan memakai cara-caranya sendiri.
Ada berbagai istilah yang digunakan untuk menjelaskan praktik pengobatan tradisional
seperti alternative medicine, complementary medicine, natural medicine, herbal
medicine, phyto-medicine, nonconventional medicine, indigenous medicine, folk
medicine, dan ethno medicine.

Meski ada banyak istilah yang digunakan untuk menyebutkan praktik pengobatan
tradsional, intinya adalah pengobatan tradisional lahir berdasarkan tradisi yang lahir
dalam masyarakat tradisional. Perbedaan yang paling mendasar antara pengobatan
modern dan pengobatan tradisional terletak pada cara mereka mengobati dan memahami
suatu penyakit. Seperti dijelaskan di atas, pengobatan medis memandang penyakit hanya
sebagai suatu kondisi biologis yang ditandai dengan kelainan pada fungsi atau struktur
organ-organ tertentu atau seluruh sistem organ. Sedangkan pengobatan alternatif atau
pengobatan tradisional menganggap penyakit lebih dari itu selain biologis mereka juga
melibatkan aspek spiritual, psikologis dan sosial tertentu dari orang yang terkena. Ini yang
kadang-kadang sering diabaikan oleh pengobatan modern. Sebagaimana yang sudah
dipaparkan bahwa sebagian besar masyarakat nusantara memiliki sudut pandang holistik
dalam mencandra kondisi sehat dan sakit. Sehat secara holistik yang dimaksud adalah bukan
saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan sosial dalam
bermasyarakat.
Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan
dalam menjaga kesehatan tubuh.Masyarakat nusantara memiliki kekayaan khasanah
ilmu-ilmu pengobatan sejak lama. Hanya saja, tidak semua sistem pengobatan tersebut
dapat disetujui oleh para penggegam ilmu kesehatan masa kini sehingga tidak
berkembang, tenggelam, bahkan mati.

2.4 Perspektif antropologi kesehatan terhadap pengobatan tradisional


Dipandang dari sudut Antropologi kesehatan, sistem pengobatan tradisional
merupakan sesuatu yang sangat lumrah ada dan terjadi. Sistem pengobatan khususnya,
dalam setiap komunitas masyarakat berbanding lurus dengan ketersediaan bahan baku oleh
alam dan lingkungan setempat.
Sistem pengobatan juga akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan
dunia pemikiran dan kebudayaan manusia. Masa awal metode pengobatan tradisional
sangat dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap dunia non material. Periode pengobatan
modern mengeliminasi kepercayaan itu dan lebih menawarkan pemahaman tentang
kesehatan yang bisa diterima logika. Metode pengobatan tradisional tidak sepenuhnya
hilang di masa modern ini. Eksistensinya masih sangat mudah bisa ditemukan di tengah-
tengah masyarakat.
Masyarakat nusantara dengan model holistik juga sangat berperan terhadap
keberlangsungan sistem pengobatan tradisional saat ini. Dengan cara pandang
makrokosmos, yang sangat menghargai kesimbangan alam, sistem pengobatan tradisional
ini kiranya dapat terus dilestarikan dan dikembangkan di nusantara. Berdampingan
dengan sistem pengobatan modern seperti yang sudah banyak dilakukan .
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan tentang pengobatan tradisional dari perspektif antropologi kesehatan
memberikan gambaran yang jelas tentang kompleksitas, nilai, dan tantangan dalam
pengobatan tradisional. Berdasarkan temuan-temuan yang telah diuraikan, beberapa
kesimpulan utama dapat diambil:
1. Holistik dan Terpadu
Pengobatan tradisional, sebagaimana tercermin dalam jurnal ini, memperlihatkan
sifat holistik dalam pendekatannya terhadap kesehatan. Penekanan pada dimensi fisik,
mental, spiritual, dan sosial menciptakan suatu kerangka yang terpadu untuk
penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan.
2. Keterlibatan Komunitas
Keterlibatan komunitas menjadi kunci dalam pengobatan tradisional. Partisipasi
aktif anggota masyarakat tidak hanya memperkuat hubungan sosial, tetapi juga
memberikan legitimasi dan keberlanjutan pada praktik pengobatan tradisional.
3. Nilai Budaya sebagai Fondasi
Pengobatan tradisional tumbuh dan berkembang dari nilai-nilai budaya yang
mendalam. Keunikan setiap praktik pengobatan tercermin dalam nilai-nilai lokal,
menciptakan kerangka yang menghormati dan memelihara warisan budaya.
4. Peran Tokoh-tokoh Tradisional
Peran tokoh-tokoh tradisional, seperti dukun atau tabib, memainkan peran sentral
dalam pengobatan tradisional. Mereka bukan hanya sebagai penyedia layanan
kesehatan, tetapi juga sebagai penjaga pengetahuan dan nilai-nilai tradisional.
5. Tantangan Modernisasi
Dalam menghadapi era modernisasi, pengobatan tradisional menghadapi
tantangan yang signifikan. Perubahan gaya hidup, urbanisasi, dan globalisasi dapat
mempengaruhi kelangsungan dan relevansi praktik pengobatan tradisional dalam
masyarakat.
6. Dimensi Spiritual dan Ritualistik

Aspek spiritual dan ritualistik dalam pengobatan tradisional menambah dimensi


mendalam pada pengalaman penyembuhan. Ritual-ritual khusus dan unsur spiritual
memberikan makna yang melampaui aspek fisik, menciptakan pengalaman
penyembuhan yang lebih menyeluruh.
Kesimpulan ini menegaskan bahwa pengobatan tradisional, ketika dipandang
melalui lensa antropologi kesehatan, tidak hanya menjadi praktik medis semata,
melainkan juga cerminan keberagaman budaya, kearifan lokal, dan strategi adaptasi
masyarakat terhadap perubahan. Pemahaman mendalam terhadap kompleksitas ini
memiliki implikasi yang signifikan dalam merancang kebijakan kesehatan yang
inklusif dan menjaga keberlanjutan praktik kesehatan tradisional yang berharga dalam
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S. (2020). Pengobatan Tradisional Perspektif Antropologi Kesehatan. Tawshiyah: Jurnal


Sosial Keagaman dan Pendidikan Islam, 15(1).
Yamin, M., & Burhanudin, J. (2018). Pengobatan dan Obat Tradisional Suku Sasak di
Lombok. Jurnal Biologi Tropis, 18(1), 1-12.
Heryana, A. (2022). Sosiologi & Antropologi Kesehatan: Sebuah Pengantar. Sosiologi &
Antropologi Kesehatan, 1-20.
Suryanti, P. E. (2021). Konsep Sehat-Sakit: Sebuah Kajian Filsafat. Sanjiwani: Jurnal
Filsafat, 12(1),90-1

Anda mungkin juga menyukai