Anda di halaman 1dari 38

TUGAS SOSIO ANTROPOLOGI KESEHATAN

“PERILAKU PENGOBATAN TRADISIONAL”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. WIDHY MARCHIKA 8. ISRAWATI IWAN (J1A121271)

SARIFUDDIN (J1A121229) 9. JUMIATI ( J1A121276)


2. ASFIT (J1A121245) 10. KARTIKA DEVITRIANA

3. ASSE WULANDARI (J1A121248) (J1A121275)

4. YEYEN MEILANY SAPUTRI 11. WINDI PRAMITA DEWI

HENRI (J1A121233) (J1A121230)

5. HELVINAWATI (J1A121262) 12. JUITA FEBRIANI ( J1A121274)

6. INDRAYANTI FAUZIAH 13. LA DONI ( J1A121279)

(J1A121269) . 14. YANDRIANTO EKA UNNY

7. INDIRA AULIA (J1A121268) (J1A121232)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkanrahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah SOSIO ANTROPOLOGI
KESEHATAN berjudul “PERILAKU PENGOBATAN TRADISIONAL”

Dalam menyelesaikan makalah ini telah dilakukan untuk mencapai hasil


yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan, pengetahuan, pengalaman
dan kemampuan yang dimiliki penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauhdari sempurna.

Penulis berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi


penulis pribadi dan mahasiswa pada umumnya. Semoga pembahasan yang
dikemukakan dapat menjelaskan setiap materi dengan baik sehingga dapat
diterima dan dimengerti oleh pembaca. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun dibutuhkan untuk memperbaiki dan meningkatkan tulisan
selanjutnya.

Kendari, 21 Juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………i

Kata Pengantar………………………………………………………….……….ii

Daftar Isi…………………………………………………………………………iii

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................


A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................3
C. Tujuan Penulisan.................................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................
A. Etnomedisin........................................................................................4
B. Contoh/kasus perilaku pengobatan tradisional masyarakat indonesia
.................................................................................................................8
C. Etnopsikiatri......................................................................................19
BAB III. PENUTUP ................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................33
B. Saran..................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka mencapai derajat kesehatan optimal sebagai salah satu


unsur kesejahteraan umum dalam tujuan nasional seperti yang tersirat
dalam sistem kesehatan, maka kesehatan harus menjadi kemampuan yang
melekat dalam diri setiap orang. Misi dan tujuan pembangunan pada
hakekatnya adalah wujud keadilan sosial dan pemerataan di bidang
kesehatan. Untuk mencapainya perlu dimanfaatkan potensi yang ada baik
di sektor kesehatan, sektor pembangunan yang lain maupun potensi
masyarakat sendiri sehingga tercapai kesehatan bagi semua. Untuk itu
diperlukan peran serta masyarakat dimana pengobatan tradisional
merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam kesehatan.

Pada saat ini ilmu dan teknologi sudah semakin maju dan berbagai
cara telah dikembangkan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan, baik
oleh pemerintah maupun swasta. Namun tidak dapat kita pungkiri bahwa
masyarakat masih juga memerlukan pengobatan tradisional sebagai
pengobatan alternatif. Hal ini terjadi bukan hanya di desa saja tetapi juga
di kota. Demikian pula kalangan atas, pejabat, golongan cerdik pandai,
apabila mengalami sakit masih juga berobat atau mencari kesembuhan
pada pengobatan tradisional (Suhardono, 1992: 2).

Bentuk Sistem Kesehatan tidak menutup kemungkinan untuk


semakin berkembangnya bentuk-bentuk pelayan kesehatan di
masyarakat, antara lain pelayanan kesehatan yang menggunakan sistem
pengobatan tradisional, di samping sistem pengobatan bio-medis.
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan, berdasarkan keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 99A/Men.
Kes./SK/III/1982 tentang berlakunya Sistem Kesehatan Nasional,
mengakui adanya peran pengobatan tradisional. Tindak lanjut dari

1
keputusan tersebut yaitu dilaksanakannya pembinaan dan bimbingan
terhadap pengobatan tradisional serta pengembangan obat tradisional
yang ternyata berhasil guna dan berdaya guna serta dapat diterima oleh
masyarakat. Pengobatan tradisional yang terbukti berhasil guna dan
berdaya guna dibina, dibimbing dan dimanfaatkan untuk pelayanan
kesehatan (DepKes., 1982: 42-43). Pada akhirnya masyarakat
mempunyai banyak alternatif pengobatan yang dapat mereka pilih dan
diputuskan untuk meningkatkan dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan.

Di Negara-negara maju umumnya, cara pengobatan modern telah


mendapat tempat yang baik dan mapan dalam sistem pengobatannya.
Keadaan ekonomi yang telah memungkinkan mereka menyediakan
fasilitas yang memadai untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan cara
modern yang pada umumnya membutuhkan sarana dan prasarana yang
cukup mahal. Pengobatan modern memanfaatkan pula kemajuan
tekonologi untuk pelaksanaannya. Peralatan kesehatan modern yang
semakin maju dan canggih telah menyedot dana besar untuk
penyediannya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kesehatan ternyata belum mampu memuaskan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan karena berbagai kendala yang ada pada sistem
tersebut. Terkait dengan perkembangan teknologi pengobatan modern,
ternyata pengobatan tradisional semakin banyak peminatnya dan secara
nyata dalam kasus-kasus penyakit tertentu justru lebih berhasil daripada
cara-cara pengobatan modern, dimana cara-cara dan hasilnya sering
dipandang sebagai hal yang kurang rasional. Keadaan ini tidak jarang
menimbulkan persepsi pro dan kontra terhadap pengobatan tradisional
sebagai akibat dari digunakannya pengobatan modern/model barat
sebagai tolak ukur dalam menilai kebenaran suatu cara dari hasil suatu
pengobatan.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu etnomedis ?
2. Apa saja Contoh/kasus perilaku pengobatan tradisional masyarakat
indonesia ?
3. Apa itu etnopsikiatri?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu etnomedis
2. Untuk mengetahui Contoh/kasus perilaku pengobatan tradisional
masyarakat indonesia
3. Untuk mengetaui apa itu etnopsikiatri

3
BAB II PEMBAHASAN

A. ETNOMEDISIN

Etnomedisin adalah cabang antropologi medis yang membahas tentang asal


mula penyakit, sebab-sebab dan cara pengobatan menurut kelompok masyarakat
tertentu. Aspek etnomedisin merupakan aspek yang muncul seiring perkembangan
kebudayaan manusia di bidang antropologi medis, etnomedisin memunculkan
termonologi yang beragam. Cabang ini sering disebut pengobatan tradisionil,
pengobatan primitif, tetapi etnomedisin terasa lebih netral. Erwin Ackerknecht,
seorang dokter ahli etnologi pada tahun 1940 berbicara “pengobatan primitif”,
yang dilukiskan sebagai terutama religius magis yang memanfaatkan beberapa
elemen rasional (1971).

a) Etiologi Penyakit

Menurut kerangka etnomedisin, penyakit dapat disebabkan oleh dua


faktor. Pertama penyaki tyang disebabkan oleh agen (tokoh) seperti dewa,
lelembut, makhluk halus, manusia, dansebagainya. Pandangan ini disebut
pandangan personalistik. Penyakit juga dapat disebabkan karena terganggunya
keseimbangan tubuh karena unsur-unsur tetap dalam tubuh seperti panas
dingin dan sebagainya. Kajian tentang ini disebut kajian natural atau
nonsupranatural. Di dalam realitas, kedua prinsip tersebut saling tumpang
tindih, tetapisangat berguna untuk mengenai mengenai konsep-konsep dalam
etnomedisin (Foster dan Anderson, 1986:63-64)

1) Sistem-sistem Medis Personolistik adalah suatu sistem dimana


penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang
aktif, yang berupa mahluk supranatural (mahluk gaib, atau dewa),
mahluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, atau roh jahat)

4
maupun mahluk manusia (tukang sihir) orang sakit adalah
korbannya.
2) Sistem-sistem Medis Naturalistik: penyakit (illness) dijelaskan
dengan istilah-istilah sistemik yang bukan pribadi. sistem
naturalistik mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat
terjadi karena unsur-unsur yang tetap didalam tubuh seperti panas,
dingin, cairan tubuh dan yang berada dalam keadaan yang
seimbang menurut usia, dan kondisi individu dalam lingkungan
alamiah dan lingkuan sosial.

b) Konsep Kausalitas Dalam Sistem Personalistik


1) Glick (1967): Penyakit disebabkan agen-agen yang dengan
beberapa cara menjatuhkan kekuatan mereka atas diri para korban.
agen-agen dapat berupa mahluk manusia super.
2) Alland (1970): Agen-agen tersebut dapat melintasi alam natural
dan supranatural yaitu tukang tenung, mahluk supranaturanal yaitu
hantu, setan-semak-semak dan tukang sihir dan dewa semuanya
dapat menyebabkan penyakit.

c) Konsep Kausalitas Dalam Sistem Naturalistik


Khusus untuk pengobatan penyakit naturalistik, biasanya digunakan
bahan bahan dari tumbuhan (herbalmedicine) dan hewan
(animalmedicine) atau gabungan kedua. Sementara untuk penyakit
personalitik banyak digunakan pengobatan dengan ritual dan magis.
Sehat adalah apabila unsur-unsur dasar dalam tubuh manusia “humor”,
Yin dan Yang, serta dhosa dalam Ayuverda berada dalam keadaan
seimbang menurut usia dan kondisi individu. Dewasa ini ada 3 konsep
penyakit dan pengobatan naturalistik yang mendominasi etnomedisin
dunia. Konsep tersebut ialah:
1) Patologi humoral

5
2) Ayurveda India
3) Yin dan yang dari Cina

d) Konsep pengobatan naturalistik


1) Patologi humoral
Patologi humoral berdasarkan atas konsep ”humor” (cairan)
dalam tubuh manusia ditemukan dalam teori yunani mengenai
empat unsur (Tanah, Air, Udara, Api) Dikenal Sejak Abad Ke
6 .S.M. teori keseimbangan mengenai kesehatan telah berkembang
dimasa Yunani, hal itu dibuktikan oleh diskripsi ‘Hipocrates’
tentang penyakit : tubuh manusia mengandung darah, flegma ,
empedu kuning, dan empedu hitam. Unsur-unsur inilah yang
membentuk tubuh manusia dan menyebabkan tubuh merasakan sakit
atau sehat, penyakit akan timbul pada waktu tertentu pada setiap
tahun.penyakit akan menonjol pada musim yang cocok dengan
sifatsifatnya.penyakit yang disebabkan oleh kelebihan makanan
diobati dengan puasa,penyakit kekurangan makanan disembuhkan
dengan memberi makanan.penyakit akibat kerja keras diobati
dengan istirahat. Dokter harus menanggulangi penyakit dengan
prinsip oposisi terhadap penyebab prenyakit, sesuaqi dengan
bentuknya, pengaruh musimnya, dan pengaruh usianya, menghadapi
ketegangan dengan kesantaiannya. Keseimbangan berbeda-beda
terlihat pada wajah. kemerah-merahan wajah sehat, gembira,
optimis. Flegmatis, tenang dapat mengendalikan diri, lamban, apatis.
masam, cepat marah, bertemperamen buruk, murung atau
melankoli, depresi, sedih, melankolis.
 Penyakit yang disebabkan panas: di obati dengan ramuan
obat yang dingin dan makanan yang dingin dilakukan
tindakan–tindakan yang mendinginkan.

6
 Penyakit yang disebabkan oleh dingin: di obati dengan
ramuan panas dan makanan panas. Diberikan tindakan anti
panas pengobatan pada umumnya campuran mdari unsur
dingin dan unsur panas.
 Patologi humurol konsep galen: menyebar kearah timur dan
barat melalui perluaqsan perdapan islam. Menurut tulisan
tabib kristen hipocrates, galen dan tabib dari arab kususnya
utama avicema merupakan otoritas utama dalam teori dan
pelaksanaan medis.

2) Pengobatan Ayurveda:
Dalam pengobatan Ayurveda di India, jelliffe (1957)
mengadakan penelitian bahwa makanan garam (panas) meliputi
telur, daging, susu, dahl, madu, dan gula. Makanan tonda (dingin)
meliputi sari buahbuahan, yoghurt, keju asam, nasi dan air. Teori
Ayurveda: Alam semesta terdidiri empat unsur yakni bumi,air,api,
udara) ditambah satu unsur yaitu eter. Tubuh manusia memiliki tiga
humor yang disebut dosha (tridosha) yakni flegma atau cairan
lendir,empedu atau cairan pada empedu, angin atau gas dalam
saluran pencernaan. Sehat Menurut Teori Ayurveda: Apabila ketiga
dosha tersebut berada dalam keadaan seimbang. Sakit adalah apabila
salah satu atau lebh dosha tidak berfungsi sebagaimana mustinya.
(leslie 1969)

3) Yin dan yang (Pengobatan Tradisional Cina)


Pengobatan tradisional cina mewakili kasus tentang konsep sentral
dalam kosmologi Cina. ”Pasangan kekuatan ying dan yang, dimana
interaksi yang terus menerus berada dibalik seluruh gejala alam,
terbentuk dan berfungsi tubuh manusia (croizier 1968).

7
 Unsur yang mewakili: langit, matahari, api, panas, kering,
cahaya, prinsip kelaki-lakian, bagian luar, sebelah kanan,
hidup, tinggi, keagungan, baik, indah, kebajikan, aturan,
kebahagiaan, kekayaan, dengan kata lain segala unsur yang
positif.
 Unsur yin mewakili: bumi, bulan, air, dingin, kelembaban,
kegelapan, prinsip kewanitaan, bagian dalam, sebelah kiri,
kematian, rendah, tidak agung, jahat, buruk, keculasan,
kekacauan, dan kemiskinan singkatnya yang bersifat
negatif.

B. CONTOH/KASUS PERILAKU PENGOBATAN TRADISIONAL


MASYARAKAT INDONESIA
1. Gigi Omprong
Kabupaten Banjarnegara ada pengobatan tradisional Gigi
Omprong, pengobatan gigi Omprong adalah nama yang dikenal oleh
masyarakat yang biasanya untuk pengobatan gigi berlubang dan gusi
bengkak pada masyarakat Banjarnegara menyebutkan, pengobatan gigi
omprong ini masih tersebar di kalangan masyarakat Banjarnegara
(Agustino, 2015).

2. Air Doa
Pengobatan tradisional air doa di KabupatenWonosobo,
Pengobatan air doa ini berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit medis maupun penyakitnon medis. Pengobatan tradisional air
doamasih ada dan tersebar pada masyarakat Wonosobo dengan media
promotornya yaitu melalui mulut-kemulut (Fitriani, 2014).

3. Sangkal Putung
Pengobatan Tradisional Sangkal Putung di Kabupaten
Karanganyar. Masyarakat mengetahui sangkal putung sebagai suatu

8
terobosan atau alternatif baru selain pengobatan medis yang menangani
patah tulang atau cidera tulang. Pengenalan masyarakat pada pengobatan
tradisional sangkal putung melalui media mulut ke mulut atau biasa ‘getok
tular’ antara lain melalui: a) keluarga, b) teman, c) tetangga dan
lingkungan sekitar. Alasan Masyarakat Menerima dan Memakai
Pengobatan Tradisional Sangkal Putung adalah Faktor kepercayaan atau
sugesti masyarakat yang percaya terhadap pengobatan tradisional sangkal
putung, Keberhasilan atau tingkah kesembuhan yang cepat, biaya
pengobatan yang murah, dan juga rasa taku terhadap pengobatan medis.

4. Tradisi melepaskan nazar dan sesajian


Tradisi masyarakat Prabumulih Barat berkunjung ke Prabumulih
Timur untuk melepaskan nazar ke Gunung Ibul karena dianggap sebagai
tempat sakti untuk masyarakat, dengan alasan makhluk halus menuntut
niat yang telah tercapai sehingga ia menderita penyakit yang tak bisa
diobati secara medis. Masyarakat Prabumulih pada saat ini melakukan
pengobatan melalui dukun yang dikenal dengan “Menyan” , menunjukkan
bahwa masyarakat Prabumulih memiliki tingkat kepercayaan dalam
mengobati penyakit yang diderita sendiri. Masyarakat Prabumulih masih
mempergunakan jasa dukun walaupun Puskesmas dan rumah sakit telah
berkembang di daerah tersebut, diakibatkan tingkat pengetahuan yang
mereka miliki atau terima turun temurun yang dipengaruhi oleh
perkembangan perilaku masa lalu.

5. Penggunaan obat-obat tradisional Masyarakat Tidung


Penggunaan obat-obat tradisional masih sangat diyakini oleh
beberapa masyarakat yang ada di Indonesia termasuk masyarakat tidung.
Baik menggunakan sumber dari herbal, supranatural, ataupun keduanya
yaitu dengan herbal dan supranatural (campuran). Keyakinan masyarakat

9
tidung terkait dengan resep pengobatan dari leluhur merupakan alternatif
pengobatan yang digunakan. Untuk herbal biasanya menggunakan
beberapa jenis tumbuhan dan rempah-rempah yang dapat kita temukan di
sekitar kita. Sedangkan supranatural biasanya menggunakan air putih lalu
diberikan mantra atau diberikan bacaan ayat suci Al-quran.
Masyarakat Tidung salah satu yang masih menggunakan
pengobatan tradisional untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Baik dari kategori penyakit ringan, sedang, sampai dengan berat. Kearifan
lokal masyarakat Tidung dalam menggunakan pengobatan tradisional
dengan menggunakan berbagai macam jenis tumbuh-tumbuhan dan
rempah yang merupakan resep turun-temurun dari leluhur yang tetap
dilestarikan. Tidak hanya memanfaatkan tumbuh-tumbuhan tetapi juga
dengan menggunakan supranatural baik dengan menggunakan air putih
yang diberikan mantra untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada.
a) Kearifan lokal bidang kesehatan masyarakat tidung Kota Tarakan
berupa tindakan/herbal/ramuan.
• Ramuan mengatasi Hipertensi.
Bagi penyakit tekanan darah tinggi dapat menggunakan buah
mengkudu yang dihaluskan dan dicampur dengan air hangat
½ gelas, lalu diperas dan disaring. Kemudian diminumkan 1
kali sehari sampai dengan tekanan darahnya turun. Atau
dapat juga menggunakan ramuan herbal untuk mengobati
tekanan darah tinggi dapat dibuat dari bunga rosela.
• Ramuan mengatasi mimisan (Epistaksis).
Apabila mimisan dapat menggunakan cara daun jatu-jatu (saung
ayam) yang dihancurkan ditangan lalu diciumkan ke hidung
yang mengalami perdarahan.
• Ramuan untuk mengobati Hepatitis A (penyakit kuning).
Hepatitis A dapat diberikan akar alang-alang diambil sedikit
ditambah dengan akar terong pipit kira-kira 5 buah.

10
Kemudian direbus dalam air 400 cc hingga air bersisa 200 cc.
Ramuan ini dapat diminum 2 kali dalam sehari.
b) Kearifan lokal bidang kesehatan masyarakat tidung kota tarakan
berupa bacaan atau doa (supranatural).
• Terapi/Ritual untuk mengatasi penyakit kulit/korengan
(dermatitis).
Terapi supranatural yang digunakan untuk menyebuhkan
koreng (luka) dengan cara satu ekor ayam diberikan kepada
dukun, lalu orang yang sakit datang dan sebelumnya
disiapkan air terlebih dahulu kemudian dibacakan mantra.
Orang yang sakit dimandikan dengan air yang sudah di baca
mantra. Dimandikan setiap sore selama 3 hari. Selama terapi
ini orang yang sakit tidak boleh makan udang, kepiting,
daging, dan kerang selama pengobatan. Penyakit kulit ini
akan dipindakan kepada ayam yang diberikan oleh pasien
kepada dukun tadi.
• Ritual pengobatan Besitan.
Besitan merupakan ritual pengobatan untuk menghilangkan
penyakit yang disebabkan oleh setan, iblis dan jin, dimana
dengan ritual tersebut dapat menghilangkan pengaruh setan
terhadap tubuh pasien. Pada umumnya pasien akan
mengalami gejala kesurupan (kemasukan jin), sering pinsan
tanpa penyebab yang jelas, tiba-tiba mengalami gangguan
jiwa, serta keluhan lain yang penyebabnya tidak jelas. Ritual
ini menggunakan media jin atau setan dikarenakan menurut
partisipan penyakit ini disebabkan oleh setan/jin sehingga
mereka lah lebih yang tau mengatasi hal tersebut. Ritual ini
menggunakan gong dan beberapa orang penari kemudian
penari inilah yang mengalami fenomena kemasukan jin/setan
serta melalui penari inilah pengobatan dilakukan dengan
sembur atau dengan hal lainnya.

11
• Ritual pengobatan Bekeparat.
Ritual pengobatan bekeparat ini merupakan ritual pengobatan
untuk seseorang yang mengalami gangguan dalam perilaku
dan juga dapat dilakukan untuk tindakan tulak bala
(penangkal marabahaya). Ritual ini menggunakan media
hewan peliharaan yang kemudian dikurbankan untuk
mengatasi gangguan tersebut.

c) Kearifan lokal bidang kesehatan masyarakat tidung kota tarakan


berupa tindakan/herbal/ramuan dan bacaan atau doa (supranatural)
(Campuran).
• Ramuan dan Doa untuk mengatasi sakit perut.
Ramuan untuk mengatasi sakit perut dapat menggunakan
serai, jahe dan kulit kayu manis. Cara pengolahannya adalah
haluskan serai lalu jahe dan kulit kayu manis, kemudian
setelah ramuan tersebut halus dan letakkan di perut yang
sakit sambil membaca doa (jampi) kemudian balut dengan
menggunakan gurita.
• Ramuan dan Doa untuk mengatasi sakit kepala.
Ramuan untuk mengatasi sakit kepala dengan menggunakan
kulit kayu manis, sabi bungkuk, banglai dan kayu sapang.
Cara pengolahannya, pertama goring kulit kayu manis, sabi
bungkuk dan banglai, setelah digoreng kemudian haluskan
ketiga bahan tersebut dan campurkan dengan kayu sapang
yang telah dihaluskan. Ramuan yang telah dihaluskan
tersebut ditempelkan pada jidat dan diamkan beberapa jam.
• Ramuan dan Doa untuk mengatasi sakit pinggang.
Ambil serai, kulit kayu manis, banglai, kencur, pala, dan kulit
lawang kemudian halus kan secara bersama-sama dan tambah
sedikit air (+ 10 cc). Kemudian oleskan di perut secara
merata dan di bungkus dengan menggunakan gurita,

12
kemudian di bacakan doa khusus untuk meningkatkan efek
pengobatan tersebut.

6. Pengobatan Gurah Masyarakat Imogiri, Bantul.


Gurah adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan
dengan cara memberikan ramuan tetesan hidung, yang berasal dari larutan
kulit pohon sengguguh dengan tujuan mengobati gangguan saluran
pernafasan atas seperti pilek, sinusitis. pengobatan itu masih banyak
dijumpai pada rumah-rumah warga di kawasan Imogiri, Bantul.

7. Kerokan oleh Masyarakat Jawa


Kerokan merupakan upaya mengusir masuk angin dengan
peningkatan panas dengan media koin atau kaleng, dan bukan
mengeluarkan angin lewat pori-pori kulit. Bagi masyarakat awam,
memang kerokan sering dipahami sebagai cara mengeluarkan angin.
Pengobatan tradisional kerokan dilakukan sebagai tahap pertama,
jika tidak membawa kesembuhan dilakukan kombinasi dengan obat
warung (obat bebas, dengan biaya Rp1.000,00 untuk 2 butir obat atau 1
sachet jamu) atau minum jamu serbuk seharga Rp5.000,00 yang telah
dicampur madu, anggur dan telur. Pengobatan ganda dilakukan dengan
maksud agar kesembuhan cepat dirasakan oleh penderita.

8. Pijat Urut Masyarakat Desa Juntinyuat


Pijat Urut adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan
dan atau perawatan dengan cara mengurut/memijat bagian atau seluruh
tubuh.
Dalam kehidupan masyarakat Juntinyuat, sehat dan sakit
merupakan hal yang dialami sehari-hari. Sakit tidak dapat dihindari, tetapi
dapat dicegah. Pertamakali yang dilakukan apabila sakit pegal-pegal atau
masuk angin adalah dengan memijat bagian yang terasa sakit atau seluruh
badan dengan menggunakan tangan dan obat yang dapat mengurangi rasa

13
sakit. Apabila perut terasa kembung, maka diurut pada bagian perut. Lain
lagi apabila sakit flu, yang dipijat bagian kepala. Pengobatan dengan
pijatan juga untuk mengatasi anak susah makandengan memijat bagian
punggung selama 1 jam. Semua pijatan dimaksud untuk melancarkan
peredaran darah dan melemas- kan urat-urat yang tegang atau dalam istilah
setempat brenggol/bronggol. Pengurutan menurut dukun urut disebut
“dirapihkan”, yaitu pemijatan sebelum berobat secara medis. Bahan yang
biasa digunakan dalam memijat di antaranya minyak goreng yang
dipanaskan terlebih dahulu atau obat gosok yang bisa dibeli di
warungwarung.

9. Pengobatan Tradisional Menggunakan Ilmu Hikmah Masyarakat Desa


Lumbung Sari
Pengobatan tradisional dengan menggunakan ilmu hikmah ini rinciannya
sebagai berikut:
a) Tokoh Al-Hikmah : Kuwu Maman (Kepala Desa Lumbungsari)
b) Perolehan cara pengobatan : Pernah mesantren di salah satu pesantren
Dukuh di daerah Kadugede Kabupaten Kuningan Jawa Barat, pernah
belajar juga dengan sesepuh desa bernama (alm) Bp. Sukaemi
c) Sumber ilmu hikmah : Kitab Syamsul Ma’arif
d) Media yang digunakan : Pengantar air putih
e) Hal-hal yang bisa ditangani (keluhan pasien yang datang):
• Sakit lambung
Caranya adalah dengan membaca doa sambil ditiupkan ke air putih.
Berikut
• Kerasukan Jin
Membaca doa sambil ditiupkan ke telinganya tiga kali
• Susah meninggal
Menyiapkan air terlebih dahulu sambil dibacakan doa setelah itu
ditiupkan ke pasien untuk diminumkan lalu diusapkan ke sekujur
tubuh dari atas sampai kaki, setelah sampai kaki dicipratkan keluar.

14
Aternatif lain dari penanganan ini adalah dengan cara mengambil
tanah segenggam dari kuburan orang tuanya, lalu tanahnya
diseduh/ disaring dengan air sampai jernih lalu diminumkan
• Kehilangan barang
Sebelum berdoa membaca fatihah dulu khusus untuk malaikat
Mikail, lalu membaca surat al-thariq sebanyak 84 kali, bacaan
pertama dan terakhir ditamatkan membaca sampai akhir surat,
adapun yang 82 sisanya hanya dibaca sampai “daafiq” atau dibaca
hanya 6 ayat saja.
• Bagi yang susah melahirkan
Sebelum berdoa membaca fatihah dulu khusus untuk malaikat
Malakul Arhaam.
• Anak yang sering menangis atau demam
Membaca doa sambil ditiupkan ke air putih untuk diminumkan ke
pasien lalu di basuhkan ke muka anak tersebut oleh ibunya.
• Amalan bagi pasien
Membaca fatihah khusus bagi Nabi Yunus lalu membaca doa
sebanyak 41 kali setelah sholat ashar, ditiupkan ke air putih lalu
diminumkan.
• Bagi yang ingin dunia atau mempunyai hajat/ keperluan
Harus berusaha, dan mengamalkan bacaan surat Waqi’ah 113 kali
bisa dibaca oleh jama’ah per orang/ 1 surat lalu membaca doa
sebanyak 113 kali.
• Membuka kunci/ gembok
Keahlian ini tidak bisa dipraktikkan semua orang, namun caranya
adalah membaca doa sambil ditiupkan ke kunci sebanyak 41 kali.
• Menaklukkan orang yang keras kepala/ bengal
Mengambil padi 7 butir, setiap mengambil per butir padi membaca
doa sampai butir ke-tujuh lalu dibakar.
• Jika maksud ingin tercapai maksud baik atau buruk (buruk tidak
diperbolehkan)

15
Membaca doa lalu ditulis di atas kertas, dilipat, setelah itu
ditindihkan dengan menggunakan sesuatu beban yang berat.
• Pelet/ Asihan
Menuliskan doanya lalu ditulis di atas daun cempaka lalu dibawa
oleh yang bersangkutan agar banyak yang menyayangi.
• Mengobati Penyakit Eksim
Cara mengobatinya dengan menggunakan tape yang buruk
ditempelkan langsung ke lukanya lalu baca doa.
• Jika ingin disayangi pimpinan/ atasan
Membaca surat 12 kali lalu dilanjut dengan membaca doa.
• Jika ingin tidak gentar terhadap musuh
Agar tidak grogi ketika akan pidato ketika berdiri membaca bacaan
“jangjawokan” namun dibaca pelan.
• Bagi yang ingin cepat punya keturunan
Mencari pisang saba dan asam kawak di jus lalu diminum oleh
istrinya saja, lalu membaca doa.
• Ingin dimudahkan jodohnya
Doa ini khusus diberikan oleh bapa Kuwu, syaratnya orang tersebut
harus meminta sisa air minum orang yang pulang bekerja, artinya
untuk mengembalikan kotoran atau halangan yang ada pada diri
orang yang susah jodohnya, caranya didoakan dahulu airnya lalu
diminum.
• Jika ingin menang dalam berdebat
Syaratnya adalah berpuasa terlebih dahulu lalu membacakan
jampe/ kejawen sambil mengepalkan tangan lalu diapit dengan
paha ketika membaca kem, maka akan mingkem/ diam.
• Jika ingin menahan hujan atau kesenangan dunia
Membaca doa sebanyak 300 kali di tempat yang bersih/ suci, jika
ingin bahagia baca doa setiap setelah sholat fardlu sebanyak 8 kali,
berikut doanya, jika ingin awet muda baca doa 60 kali setiap hari
kamis.

16
10. Dukun Beranak (paraji) Pengobatan Tradisional Masyarakat desa
Lumbungsari
Adapun praktisi pengobatan ini adalah: a)
Tokoh paraji: Ma Ining (ibu Ining)
b) Usia: 60 tahun
c) Alamat: Kp. Dayeuhdatar Desa Lumbungsari Kecamatan Lumbung
Kab. Ciamis
d) Perolehan cara pengobatan: keahlian diperoleh dari orang tua (Mama
Surya) dari Cirebon, belajar juga dari para sesepuh (nini beurang/paraji)
dengan cara mengikuti praktik nini beurang jika ada pasien atau yang
akan melahirkan.
e) Sumber keahlian: dari sesepuh nini beurang (paraji) bernama Ma (ibu)
Ening yang tinggal di daerah kampung Cileungsing desa Lumbungsari
f) Media yang digunakan: pengantar air putih
g) Hal-hal yang bisa ditangani (keluhan pasien):
• Jika ingin punya anak
Cara pengobatan: bagi istri perut kandungan dipegang/ dipijat, bagi
laki-laki dipijat di bagian belakang. Jika pinggang kurus dan sering
sakit pinggang maka kandungan lakilaki kurang baik. Jika
perempuan ketika akan haid suka merasa sakit atau merasa sakit di
kandungan dapat diurut dan diperbaiki kandungannya, namun
berdasarkan kekuasaan Allah juga. Ramuan yang dipakai kelapa
muda dan telur ayam kampung dicampur lalu diminum oleh suami
dan istri yang ingin punya keturunan diminum 2 hari atau 3 hari
sekali. Atau jika ada pasien yang sudah banyak anak lalu tidak
ingin punya keturunanmaka kandungan isteri dipijat ke dalam
sehingga tidak akan terjadi pembuahan.
• Jika ingin kuat dalam hubungan suami isteri/ kejantanan (bagi yang
kurang syahwat)
Cara pengobatan dipijat seperti contoh praktik di atas lalu membuat
ramuan sirih hitam 2 lembar ditambah jahe hitam/ merah satu

17
rimpang ditumbuk lalu dioleskan ke bagian perut bagi perempuan
dan bagian belakang bagi laki-laki. Bagi laki-laki yang ingin
tambah kejantanan ada ramuan yang diminum yaitu: nangka
belanda, daun sirsak 7 lembar ditambah daun sirih hitam 2 lembar
lalu direbus dan diminum.
• Mengobati keputihan
Caranya adalah menyediakan 3 lembar daun sirih direbus, setelah
hangat lalu disiramkan ke kemaluan perempuan, sebagian diminum
2 gelas. Adapun bagi yang keputihan dianjurkan untuk tidak
memakan terasi dan mentimun karena akan menyebabkan
keputihan bertambah parah.
• Jika ada yang susah dalam melahirkan (keadaan sungsan) Jika ada
yang sungsang maka digedog atau diubah posisi bayinya di dalam
kandungan ibu dengan cara diurut. Sudah terbiasa Ma Paraji ini
sebelum mengobati selalu menyiapkan air bagi pasien lalu berdoa
tawasul terlebih dahulu sholat istikharah lalu membaca Bacaan.
• Jika ada anak/ bayi panas
Cara mengobatinya adalah diurut urat sarafnya dari belakang
punggung, lambung dan sekujur tubuh, lalu diberi air untuk
menghilangkan panas di badan dan diminumkan. Sambil dibacakan
doa.
• Jika ada anak/ bayi yang mencret
Cara mengobatinya adalah dengan cara di “cekok” dengan
menggunakan campuran kuning pitih, kuning temen, pucuk daun
jambu, daun kahitutan, daun sembung ditumbuk lalu dikukus
diperas dan diambil airnya untuk dicekok ke anak/ bayi yang
mencret.
• Jika ada anak/ bayi yang suka menangis tanpa sebab/ atau anak
ingin pintar, menurut/ patuh pada kedua orang tua Jika ada anak/
bayi yang susah makan Cara mengobatinya adalah dengan

18
menghadirkan makanan yang disukai anak tersebut lalu dibacakan
doa.
• Jika ada anak yang ingin disapih
Cara mengobatinya adalah dengan mengolesi “papaitan” sesuatu
yang berasa pahit ke putting susu sang ibu agar anak tidak mau
menyusui karena pahit, sambil membaca mantra/ doa.

C. ETNOPSIKIATRI

Etnopsikiatri terdiri dari dua kata yaitu etno dan psikiatri. Etno adalah
ilmu yang menyangkut tentang pembahasan terhadap suatu kebudayaan, yang
erat hubungannya dengan kepercayaan masyarakat akan penyebab terjadinya
suatu penyakit. Sedangkan psikiatri adalah cabang ilmu kedokteran yang
berkaitan dengan kesehatan mental. Dokter spesialis pada bidang psikiatri
disebut psikiater. Mental artinya menyangkut tentang keadaan dan kestabilan
hati dan pikiran manusia dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa etno berhubungan erat dengan kebudayaan
sedangkan psikiatri berhubungan erat dengan kepribadian. Jadi dapat
disimpulkan bahwa etnopsikiatri adalah suatu ilmu yang membahas mengenai
terjadinya gangguan kesehatan mental dikaji dalam konsep kebudayaan yang
ada pada setiap golongan masyarakat. Berdasar dari pengertian sehat menurut

19
WHO “Health is a state of complete physical, mental and sosial well–being,
and not merely the absence of disease or infirmity”, jelas bahwa ada hubungan
erat antara penyakit fisik dan mental. Kebutuhan untuk mengetahui dikotomi
antara penyakit fisik dan penyakit mental terus mendorong berkembangnya ilmu
ini. Keberadaan pendapat-pendapat masyarakat yang berhubungan dengan hal
mistis atas terjadinya gangguan mental seperti dari dewa, leluhur, setan, atau ahli
sihir yang masuk ke dalam korbannya, mengambil jiwa-jiwa mereka, berbicara
melalui tubuh mereka, memerintah kehendak mereka, maka dapat dipastikan
bahwa kekacauan, demam, dan kesengsaraan fisik maupun emosional akan
terjadi selanjutnya. Serupa halnya, bila penyakit merupakan suatu hasil dari
hilangnya keseimbangan tubuh, pikiran dan sifat, maka pemulihan kembali
keseimbangan yang seharusnya terdapat di antara unsur-unsur itu sajalah yang
dapat menjamin kembalinya kesehatan.

Perhatian awal dari para ahli antropologi terhadap penyakit mental mulanya
sangatlah jauh dari bidang etnomedisin. Perhatian mereka itu mulai dari
pemahaman atas hubungan antara kepribadian dan kekuatan budaya yang
berpengaruh dan membentuk kepribadian. Dalam konsep etnopsikiatri, mental
dapat dipengaruhi akibat kelakuan yang normal dan abnormal. Berbagai tingkah
laku luar biasa yang dianggap psikiater Barat sebagai penyakit jiwa ditemukan
secara luas pada berbagai masyarakat non-Barat.

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Etnopsikiatri yang patut


diketahui adalah suatu disiplin ilmu muncul karena adanya sebab-akibat
dan dorongan dari berbagai faktor yang ikut berperan besar. Hal ini pula
lah yang berlaku pada konsep etnopsikiatri. Etnopsikiatri muncul dari
berbagai sebab dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berbicara
mengenai apa sebenarnya sebab munculnya etnopsikiatrik, kita dapat
mengatakan bahwa ini muncul akibat adanya rasa penasaran akan disiplin
ilmu yang baru yang berlandaskan dari keberagaman budaya pada setiap
masyarakat yang kemudian juga memunculkan perbedaan perlakuan
terhadap penyakit mental yang ada pada masyarakat. Itu merupakan hal

20
yang jelas terjadi karena setiap budaya selalu menawarkan hal berbeda
pada setiap cara atau metode penyembuhan yang berkaitan dengan
gangguan mental.
Faktor-faktor merupakan hal-hal yang mendorong para ahli antropologi
mengkaji mengenai etnopsikiatri ini. Dari berbagai referensi yang kami
coba pahami, kami dapat menggolongkan tiga faktor utama yang
menyebabkan munculnya etnopsikiatri yaitu:
a. Munculnya sikap “normal” dan “abnormal” di masyarakat.
Sikap normal adalah sikap yang dimiliki individu dimana
kondisi mentalnya dalam keadaan baik dan tidak terganggu.
Sedangkan abnormal adalah keadaan dimana adanya gangguan
mental yang diderita oleh seorang individu. Adanya perbedaan
tingkah laku dalam diri setiap masyarakat boleh jadi terjadi akibat
gangguan pengaruh mental masing-masing. Ahli antropologi barat
bertanya seperti ini “Tingkah laku semacam apa yang dianggap
mewujudkan penyakit jiwa dalam masyarakat-masyarakat di
dunia?” dan “apakah istilah Barat untuk berbagai penyakit jiwa
yang pokok yang kita akui dapat diterapkan kepada semua atau
banyak masyarakat?” Artinya, di luar kebudayaan, dapatkah kita
menemukan sindroma-sindroma yang sama (menurut definisi
klinis) pada semua atau pada sebagian terbesar masyarakat di
dunia? Kalau kami beranggapan bahwa sulit untuk menemukan
kecocokan dalam menanggapi permasalahan mental pada
masyarakat berbudaya. Kecenderungan mereka untuk kukuh pada
kepercayaan budaya mereka mengakibatkan sulitnya hal itu
terjadi. Etnopsikiatri kemudian mencoba untuk menjelaskan
tentang cara-cara dari segi budaya untuk menangani tingkah laku
menyimpang yang didefinisikan sebagai abnormal. Contoh nyata
dari sebuah perwujudan gangguan mental seperti kesurupan,
hilang kesadaran, dan hal lainnya adalah sebuah fenomena

21
abnormal yang unik di masyarakat. Dan kebanyakan dari
masyarakat mempercayai bahwa cara mengobatinya yaitu dengan
mengeluarkan roh halus yang katanya ada pada diri seseorang
melalui bantuan seorang ustadz maupun dukun. Adanya variasi
yang luas dari kelompok sindroma dan nama-nama untuk
menyebutkannya dalam berbagai masyarakat di dunia, baik Barat
maupun non-Barat, telah mendorong para Ilmuwan mengenai
tingkah laku untuk menyatakan bahwa gangguan mental adalah
suatu “mitos”, suatu fenomena sosiologis, suatu hasil dari
anggota-anggota masyarakat yang “beres” yang merasa bahwa
mereka membutuhkan sarana untuk menjelaskan, memberi sanksi
dan mengendalikan tingkah laku semua mereka yang menyimpang
atau yang berbahaya, tingkah laku yang kadang-kadang hanya
“berbeda” dengan tingkah laku mereka sendiri

b. Pemahaman Etiologi-etiologi tentang Gangguan Mental.


Tulisan-tulisan etnografi penuh dengan penjelasan tentang
bagaimana para warga kelompok yang dipelajari menjelaskan
tentang penyakit fisik, dan dalam tahun-tahun yang silam,
sejumlah tipologi kausalitas, telah dilakukan. Sebaliknya,
pengetahuan kita mengenai bagaimana masyarakat-masyarakat
awam menjelaskan gangguan mental atau penyakit jiwa sangat
kurang tersusun secarasistematis. Paling sedikit, hal ini sebagian
terjadi karena banyak orang tidak membuat pembedaan yang
tajam tentang etiologi-etiologi antara penyakit fisik dan gangguan
mental. Sejauh generalisasi yang ada, nampaknya sejumlah besar
gangguan mental atau penyakit jiwa non-Barat lebih dijelaskan
secara personalistik daripada secara naturalistik: seperti kesurupan
oleh hantu, roh, atau dewa, hukuman karena melanggar tabu, atau
karena ilmu sihir. Contoh-contoh berikut ini memberikan sedikit
gambaran tentang jangkauan etiologi-etiologi gangguan mental.

22
Sebenarnya, keberadaan etnopsikiatri sudah memberikan
penjelasan bahwa etiologi dari banyak gangguan mental dapat
dipahami pula hanya apabila konteks sosialnya yang merupakan
pencetusnya dipelajari, pengetahuan sering diperoleh melalui
proses eliminasi. Pada masyarakat Indonesia, untuk melakukan
pendekatan etnopsikiatri, harus banyak dilakukan dengan
memperhatikan faktor-faktor psikologis, pengalaman-pengalaman
hidup, dan stres.

c. Perbedaan Cara Pandang Pengobatan Gangguan Mental.


Tak dapat dipungkiri bahwa perbedaan itu akan senatiasa
terjadi di masyarakat apapun itu, tak terkecuali metode atau cara
pandang pengobatan terhadap gangguan mental. Etnopsikiatri
kemudian muncul sebagai sebuah representasi dari para ahli
antroplogi mengenai bagaimana sebenarnya budaya memandang
sebuah gangguan mental. Mereka tak ingin terpaku dengan
pengobatan medis semata, namun coba menyambungkan dengan
pandangan dan pendapat masyarakat sesuai dengan budaya yang
ada di lingkungannya. Gangguan mental juga sudah menjadi
fenomena kompleks yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan
manusia. Gangguan mental ini kemudian mengakibatkan
penyimpangan tingkah laku. Penyimpangan itu dapat disebabkan
oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia,
tetapi juga dapat disebabkan oleh kelainan emosional dan
psikososial individu bersangkutan. Faktor emosional dan
psikososial ini pada dasarnya merupakan akibat dari lingkungan
hidup atau ekosistem manusia dan adat kebiasaan manusia atau
kebudayaan. Dari situlah juga menimbulkan cara pengobatan yang
berbeda-beda pula antar budaya satu dengan yang lainnya.
Misalnya sebuah tulisan dari Rudi Salan (1994) mengenai suatu
kajian hubungan antara psikiatri dan antropologi dalam konteks

23
perubahan sosial berdasarkan pengalamannya sendiri sebagai
psikiater; salah satu kasusnya sebagai berikut: Seorang perempuan
yang sudah cukup umur reumatiknya diobati hanya dengan
vitamin dan minyak ikan saja dan percaya penyakitnya akan
sembuh. Menurut pasien penyakitnya karena “darah kotor” oleh
karena itu satu-satunya jalan penyembuhan adalah dengan makan
makanan yang bersih, yaitu ‘mutih’ (ditambah vitamin seperlunya
agar tidak kekurangan vitamin) sampai darahnya menjadi bersih
kembali. Bagi seorang dokter pendapat itu tidak masuk akal, tetapi
begitulah kenyataan yang ada dalam masyarakat. Dan inilah yang
coba dijelaskan oleh ilmu etnopsikiatri.

2. Keterkaitan Etnopsikiatri dengan Kesehatan


Kaitan etnopsikiatri dalam kesehatan dapat kita amati dari Cara-cara
Budaya Menangani Penyakit Jiwa :

1. Siapa yang Menyembuhkan?


Walaupun banyak bentuk tingkah laku menyimpang nampaknya
bersifat universal, cara-cara untuk menanganinya, nilai-nilai sosial
yang diberikan kepada tingkah laku menyimpang, dan cara-cara
pengobatannya sangat bervariasi. Para ahli antropologi terutama
menaruh perhatian pada ciri-ciri psikologi dan sosial dari para
shaman. Berasal dari bahasa Tungus, Siberia, istilah tersebut
digunakan dalam arti umum tentang penyembuh yang memiliki
kekuatan-kekuatan supranatural dan kontak dengan roh-roh,
biasanya diperoleh melalui “pemilihan” oleh para roh (misalnya
kemasukan yang pertama kalinya menimbulkan penyakit yang gawat
dan diikuti oleh penyembuhan yang lama). Dalam pengobatan,
shaman biasanya berada dalam keadaan kesurupan (tak sadar),
dimana mereka berhubungan dengan roh pembinanya untuk

24
mendiagnosis penyakit. Para penganut paham kebudayaan
relativisme yang ekstrim menggunakan contoh shamanisme sebagai
hambatan utama dalam argumentasi mereka bahwa apa yang disebut
penyakit jiwa adalah sesuatu yang bersifat khas kebudayaan.yang tak
bisa dilihat oleh orang lain untuk meramal disebut “kehalusan”. Ini
merupakan suatu cirri yang amat dinilai tinggi, yang merupakan cirri
dari peramal-peramal tingkat rendah, dan merupakan “karakteristik
istimewa dari shaman”. Tidak orang yang “halus” yang disebut
nuthkavihak. Tingkah laku shaman pada waktu melakukan
pengobatan secara kesurupan, di mana (pada salah satu contoh) ia
meiru perilaku seekor anjing, sukar dianggap sebagai suatu tingkah
laku yang diharapkan. Pada saat shaman menyembuhkan, shaman
hilang pikiran, tetapi ia tidak gila. Dengan kata lain, bila tingkah laku
shamanistic itu terkontrol serta digunakan untuk penyembuhan,
maka tingkah laku itu dianggap normal dalam masyarakat di mana
hal itu terjadi. Namun, apabila tingkah laku itu terjadi dalam bentuk
ganda dan tidk terkontrol, maka si individu dicap gila.

2. Penyembuhan Terhadap Orang yang Sakit Jiwa


Dalam masyarakat non-Barat, mayoritas yang menunjukkan
tingkah laku abnormal, kalau mereka tidak bersifat galak, lebih
sering diberi kebebasan gerak dalam masyarakat mereka;
kebutuhankebutuhan mereka dipenuhi oleh anggota keluarga
mereka. Menurut Lambo, dalam masyarakat Afrika, bahkan yang
menderita psikosis berat dan cacat mental pun diberi tempat sebagai
warga masyarakat yang menjalankan fungsinya dalam masyarakat
nya, apabila mereka dapat mengurus diri mereka sendiri sampai pada
tingkatan kecukupan tertentu.
Di lingkungan rakyat dan kelompok petani, penderita sering
menimbulkan rasa empati dan kasihan. Sebagai contoh, paling

25
sedikit tiga orang yang hidup di desa K’un Shen di Taiwan dinilai
sebagai menderita gangguan jiwa yang cukup serius yang apabila
berada di Amerika, mereka akan dimasukkan ke lembaga perawatan.
Namun, ada waktu-waktu tenang mereka, para penderita itu boleh
berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari sejauh itu boleh
berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari sejauh kemampuan
mereka. Di pedesaan, orang pada umumnya tahu atau paling sedikit
saling mengenal, dan orang-orang yang ruwet atau sakit ingatan
lebih bebas pergi ke mana-mana daripada di perkotaan. Selalu saja
ada orang yang menuntun orang tua yang sesat kembali kepada
keluarganya. Keadaan ini hampir serupa dengan suasana dalam
komunitas etnis di Amerika Serikat, di mana kepekaan terhadap
“keberadaan” mereka sendiri selanjutnya dapat menjadi sarana untuk
mendorong diskriminasi, bahkan terhadap anggota kelompoknya
yang menyimpang. Namun, di kalangan masyarakat tradisional pun,
beberapa penyakit jiwa, terutama yang bersifat keras atau
memberikan ancaman kekerasan, membutuhkan bentuk-bentuk
pengobatan yang lebih formal. Kadang-adang pengobatan itu
kesluruhannya bersifat sangat profesional (dipandang dari konteks
masyarakat yang bersangkutan), dan pada kesempatan lain lebih
merupakan “pengobatan rumah” seperti dalam kasus yang
dideskripsikan oleh Newman mengenai penduduk Gururumba di
New Guinea (Nugini).
Di kalangan penduduk tersebut, “kesurupan (oleh) hantu” adalah
suatu keadaan yang berbahaya, baik bagi si individu maupun bagi
kelompoknya. Newman mendeskripsikan suatu kasus yang dikenal
tentang hal tersebut dan cara pengobatannya. Sekelompok orang
pergi ke pegunungan untuk mencari biji pandan liar. Sementara
berada di sana, beberapa orang diantaranya memutuskan untuk
berburu kanguru pemanjat pohon. Salah seorang dari pemburu

26
terpisah dari rekan-rekannya, dan kembali ke perkemahan larut
malam dengan hidung berdarah dan tubuh yang penuh dengan
goresan. Bergegas ke depan api unggun perkemahan, ia terdiam
sejenak, selanjutnya ia tiba-tiba berteriak liar dan secara membabi
buta menyerang orang-orang yang berdiri di sebelahnya, sampai ia
ditenangkan dan diikat pada sebatang pohon. Tingkah laku yang tak
lazim tersebut diinterpretasikan sebagai kemasukan hantu. Api
unggun lalu diperbesar lalu ditutupi daun basah untuk menimbulkan
asap, kemudian orang yang kemasukan hantu digantung pada sebuah
tonggak dengan kaki dan tangan terikat, dan diasapi sehingga dia
muntah. Setelah perlakuan demikian selama lima menit, ia berteriak
dengan suara yang telah normal, minta agar diturunkan, yang
menandakan bahwa hantu yang merasukinya telah diusir dan ia telah
kembali normal.
Sebagaimana adanya perbedaan yang besar antara para dokter
Barat dengan para penyembuh tradisional dalam hal pendekatan
mereka terhadap penyakit fisik, demikian pula ditemukan perbedaan
yang menyolok dalam penyembuhan penyakit jiwa. Pertama, seperti
halnya pada upacara-upacara penyembuhan penyakit-penyakit fisik,
perawatan utama terhadap penyakit jiwa biasanya juga merupakan
suatu upacara umum, di mana sang penyembuh mempunyai
pembantu-pembantu dan di mana penonton dapat memainkan
peranan yang penting. Barangkali yang lebih menarik adalah
penekanan non-Barat umumnya pada simbolisme yang kuat, yang
diperoleh melalui kesenian dramatik. Hal ini amat kontras dengan
ruang kerja ahli psikoanalisis Barat yang mempunyai penerangan
yang redup, pengatur sirkulasi udara yang hampir tak kedengaran
dan beberapa perabotan serta benda-benda seni yang serba terpilih.

3. Tujuan Perawatan
Tujuan perawatan pada kedua system itu juga sangat berbeda.

27
Perbedaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut
a. Perawatan Barat
 Perawaatan dalam terapi Barat berkisar dari
pengobatan simptomik, dari hal-hal seperti gerakan
gerakan tics dan fobia sampai “pembongkaran
besarbesaran kepribadian pasien”.
 Terapi Barat dalam arti tertentu adalah reedukasi;
pasien didorong untuk mengembangkan suatu
pandangan baru tentang dirinya sendiri, dengan harga
diri yang lebih besar, agar ia bebas dari rasa sakit
subjektif, kekhawatiran dan stress, mungkin untuk
mencapai kebebasan yang lebih besar, dan dapat
berfungsi lebih efektif lagi dalam masyarakat

b. Perawatan Non-Barat
 Ahli-ahli terapi non-Barat lebih pragmatis dalam
pendekatannya, bertujuan untuk mendapat hasil yang
cepat, yang berarti pengurangan atau penghapusan
gejala-gejala abnormal yang dibawa pasien kepadanya.
 Apabila hubungan verbal antara ahli terapi dengan
pasien merupakan dasar bagi perawatan Barat, maka
pada bagian terbesar masyarakat non-Barat, banyak
komunikasi verbal yang berlangsung adalah antara
penyembuh dengan roh-roh, dan bila melibatkan pasien
secara langsung, komunikasi itu ditujukan kepadanya
dan tidak selalu memerlukan suatu jawaban. Memang
ada kesamaan verbal, tentunya, terutama yang
berhubungan dengan pengakuan, yang merupakan
suatu elemen poko dalam beberapa masyarakat
nonBarat, yang dapat dibandingkan dengan kebutuhan
pasien Barat untuk mengemukakan dan membahas

28
pengalaman masa lalunya yang menyakitkan dan
sering memalukan kepada ahli terapi. Umumnya, yang
menyolok adalah betapa berbedanya penyembuhan
non-Barat dari terapi Barat. Walaupun ada berbagai
perbedaan dan tipuan yang oleh para pengobat Barat
dianggap mendasari psikoterapi non Barat, banyak ahli
antropologi daahli terapi Barat menemukan bahwa para
shaman dan para penyembuh tradisional lainnya sering
mencapai hasil-hasil yang menakjubkan dalam
menangani penyakit jiwaPandangan masyarakat
mengenai penyebab timbulnya suatu penyakit
adalahbermacam-macam. Baik penularan secara
faktorfaktor lingkungan mauapun karena adanya
penyebab penyebab magis atau mistik. Akan tetapi
perilaku pengobatan terhadap penyakit yang muncul
karena kedua penyebab itu,kebanyakan masyarakat
mengakses terhadap pengobatan tradisional
dibandingkan dengan pengobatan modern.
Pengobatan modern telah berkembang pesat di masa
sekarang ini dan telah menyentuh hampir semua
lapisan masyarakat seiring dengan majunya ilmu
pengetahuan, teknologi, kedokteran, farmasi, dan
sebagainya. Dalam kenyataannya pada saat ini,
perkembangan praktik-praktik pengobatan medis
modern baik yang dikelola oleh lembaga pemerintah
maupun swasta selalu diiringi dengan perkembangan
praktik-praktik pengobatan tradisional. Hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya pengobatan tradisional
yang masih tetap hidup dan menjadi model pengobatan
alternatif dalam masyarakat. Kondisi yang demikian

29
menunjukkan bahwa health caremerupakan salah satu
fenomena sosial budaya yang kompleks yang
melibatkan banyak faktor didalam kehidupan
masyarakat secara umum dan khusus (Kasniyah, dalam
Sudardi, 2002:14) Berdasarkan hasil Susenas (Suvei
Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2007 (dalam Supardi
dan Andi, 2010), menunjukan penduduk Indonesia
yang mengeluh sakit dalam kurun waktu sebulan
sebelum survei yaitu 299.463 orang (30,8%). Penduduk
yang mengeluh sakit sebesar 195.123 orang (65,02%)
memilih pengobatan sendiri, dan 54.904 orang 28,1%)
menggunakan pengobatan tradisional. Prosentase
penduduk Indonesia yang menggunakan obat
tradisional dalam upaya pengobatan sendiri meningkat
dari tahun 2000 (15,59%) sampai tahun 2001 (30,24%)
dan tahun 2002 mengalami penurunan (29,73%). Pada
tahun 2003-2006 pengguna pengobatan tradisional
dalam pengobatan sendiri terus meningkat yaitu tahun
(30,67%), 2004 (32,200387%), 2005 (35,52%) dan
20006 (38,30%). Berdasarkan riset diatas menunjukan
bahwa pengobatan tradisional masih banyak mendapat
tempat disamping pengobatan modern dan masih
digunakan oleh masyarakat
Indonesia.

4. Gangguan-Gangguan Budaya Khusus

Dalam bidang penyakit jiwa, tidak ada topik lain yang sedemikian
menarik bagi ahli-ahli antropologi daripada yang disebut sebagai
penyakit budaya khusus (misalnya sindroma yang diperoleh dari

30
keterangan para musafir dan misionaris pada periode awal, yang
dihubungkan dengan kelompok-kelompok ras dan etnis khusus).
Salah satu dari penyakit-penyakit yang terkenal itu adalah ‘Histeria
kutub utara’ atau arctic hysteria (dikenal sebagai pibloktoq oleh
orang eskimo); windigo, suatu obsesi kanibalistik di kalangan
masyarakat Indian di Amerika Utara bagian timur laut, running
amok, pembunuhan yang membabi buta antara kaum laki-laki
Malaysia; latah, suatu reaksi histeria yang bersifat meniru, hampir
serupa dengan histeria Kutub orang Siberia; koro, ketakutan terhadap
akan mengkerutnya penisnya dikalangan orang laki-laki Cina; dan
sustro, suatu kondisi kecemasan-depresif yang dilukiskan dibanyak
daerah di Amerika Latin.

Histeria Kutub Utara (arctic hysteria) ditemukan di kalangan


penduduk kutub utara, muali dari orang Lappdi bagian barat sampai
pada orang Eskimo di Greenland, di bagian timur. Foulks mengenal
dua sindroma pokok: yang pertama ditandai oleh suatu mania meniru
yang tanpa pemikiran, yang hanya ditemukan di Siberia, dan yang
lainnya, keadaan disosiasif gila yang ditemukan pada semua
kelompok penduduk Kutub Utara. Kedua bentuk ditandai (biasanya)
oleh serangan tiba-tiba dari tingkah laku ganjil yang berlangsung
hanya sebentar, diikuti oleh hilangnya gejala-gejala akut dan kembali
keadaan normal. Para penderita pibloktoq merobek-robek baju
mereka sendiri, sering bergumul dengan oorang lain dengan
memiliki tenaga yang melebihi kekuatan manusia, menjatuhkan diri
ketumpukan salju atau meniru suara burung dan binatanglain. Para
pengamat Barat umumya membandingkan gejala-gejala tersebut
dengan gejala-gejala histeria; jangkauan penjelasannya mulai dari
interpretasi psikoanalisis tradisional smapai pada kondisi lingkungan
yangmenyebabkan kekhawatiran yeng berlebihan mengenai makanan
selama bulan-bulan di musim dingin. Namun beberapa peneliti

31
menyarankan penjelasan tentang defisiensi makanan, terutama
penurunan tingkat serum kalsium, sebagai kemungkinan sebab-sebab
ppibloktoq.

Bahaya dari usaha untuk menginterpretasikan fenomena yang


kompleks sebagai sesuatu yang bersifat unikasual. Sehubungan
dengan kondisi lingkungan dan iklim yang keras, maka masalah
nutrisi, bahaya penyakit khusus yang mempengaruhi otak, serat
kondisi-kondisi sosial dan tekanan, merupakan unsur gabungan yang
membuat individu tertentu yang peka diperlihatkan gejala dari waktu
ke waktu, yang dulu disebut sebagai histeria Kutub Utara. Proposisi
pokok dari studi ini, menurut Foulks, adalah bahwa tingkahlaku
manusia itu sudah pasti bertambah dan bahwa teori-teori kasual yang
tunggal dan linier itu kurang memiliki nilai yang komprehensif dan
prediaktif.

32
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Jadi kesimpulannya adalah pandangan masyarakat mengenai penyebab


timbulnya suatu penyakit adalah bermacam – macam . Baik penularan secara
faktor – faktor lingkungan maupun karena adanya penyebab – penyebab
magis atau mistik . akan tetapi perilaku pengobatan terhadap penyakit yang
muncul karena kedua penyebab itu, kebanyakan masyarakat mengakses
terhadap pengobatan tradisional dibandingkan dengan pengobatan moderen

B. SARAN

Meskipun penulis mengiinkan kesempurnaan dalam penulisan dalam


penyusunan makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak
kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya

33
DAFTAR PUSTAKA

Husaini, Fauzie Rahman, dkk. 2017. BUKU AJAR SOSIO ANTROPOLOGI


KESEHATAN. Zukzez Ekspres : Banjarbaru.

Firmansyah, Eka Kurniawan, dkk. 2017. Kearifan Lokal Dalam Pengobatan


Tradisional Masyarakat Desa Lumbungsari Kecamatan Lumbung
Kabupaten Ciamis. METAHUMANIORA, Vol. 7, No. 1, hlm. 68-
73.

Foster, George M dan Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Terjemahan.


Jakarta: UI Press.

Lesmana Hendy, Alfianur, dkk. 2018. Pengobatan Tradisional Pada


Masyarakat Tidung Kota Tarakan: Studykualitatif Kearifan Lokal
Bidang Kesehatan. Medisains: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan,
Vol 16 No 1, hlm. 34-37.

Nisfiyanti, Yanti. 2012. SISTEM PENGOBATAN TRADISIONAL (Studi Kasus


di Desa Juntinyuat, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu).
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung. Hlm 133.

Rismadona. 2018. Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Kota Prabumulih


Propinsi Sumatera Selatan. Balai Pelestarian Nilai dan Budaya
Sumatera Barat

34
Scotch, Norman A.1963. Medical antropology dalam bienial reviewof
antropology B.H siegel ed. Hlm.30-68. Standford unifersitypress.

Slamet, Juli Soemirat. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Sumirat Wayah langit, dkk. Perilaku Masyarakat Pada Pengobatan


Tradisional Sangkal Putung H. Atmo Saidi Di Desa Sroyo
Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar (Studi Kasus pada
Masyarakat Pemakai dan Bukan Pemakai Pengobatan Tradisional
Sangkal Putung). Universitas Sebelas Maret : Surakarta.

Syukra Alhamda. 2014 Buku Ajar Sosiologi Kesehatan; Yogyakarta ;


Deepublish.

Triratnawati Atik. 2010. Pengobatan Tradisional, Upaya Meminimalkan Biaya


Kesehatan Masyarakat Desa Di Jawa. JURNAL MANAJEMEN
PELAYANAN KESEHATAN, Vol. 13, No. 2, hlm. 71-72.

Witna, Ema. 2019. Pengobatan Tradisional Di Desa Padang Merbau


Kecamatan Seluma Selatan. Skripsi. Institut agama islam negeri
(iain) : Bengkulu.

Jurnal perilaku masyarakat dalam pengobatan tradisional

35

Anda mungkin juga menyukai