Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“Manfaat Petugas Kesehatan Masyarakat Mempelajari Unsur-Unsur


Budaya dalam Upaya Perbaikan Kesehatan Masyarakat”

Dosen Pengampu :
Bapak Deddy Asep, S.Kep., M.Si

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Kesehatan Global

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Institut Kesehatan Indonesia


2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan kita
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya
yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Di dalam penyusunan makalah ini kami dari kelompok satu mengucapkan banyak terima
kasih kepada bapa Deddy Asep, S.Kep., M.Si selaku dosen pengampu matakuliah Kesehatan
Global, beserta semua pihak yang telah membantu di dalam proses penyusunan makalah ini
untuk menyempurnakan tugas yang telah diberikan.
Kami menyadari di dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu dengan
rendah hati kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Dan kami mengharapkan
makalah ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan khususnya bagi kami
penulisnya.

i
Daftar Nama-nama Kelompok 1

1. Achmad Setyabudi ( Administrasi Rumah Sakit – 2013261001)


2. Dinda Safitri ( Administrasi Rumah Sakit – 2013261002)
3. Maulidya ( Administrasi Rumah Sakit – 2013261008)
4. Septyana Salsabilla ( Administrasi Rumah Sakit – 2013261009)
5. Vinny Vemitasari ( Administrasi Rumah Sakit – 2013261012)
6. Putri Maysaroh ( Gizi – 2013211005 )
7. Shilah Syahira ( Gizi – 2013211007 )
8. Widia ( Gizi – 2013211008 )
9. Arielvado Yudhistira ( Kesehatan Lingkungan – 2013251001)
10. Lintang Bintang Gemilang ( Kesehatan Lingkungan – 2013251005)
11. Mita Rahmawati ( Kesehatan Lingkungan – 2013251007)
12. Akvi Zamir Mahfuzhah ( Kesehatan Masyarakat – 2013201001)
13. Nabillah Ramadhani ( Kesehatan Masyarakat – 2013201005)
14. Puput Ashari ( Kesehatan Masyarakat – 2013201008)
15. Wildana ( Kesehatan Masyarakat – 2013201010)
16. Yahin Meryanti ( Kesehatan Masyarakat – 2013201011)
17. Budi Darmawansyah ( Psikologi – 2073201002)
18. Kemal farrel alfiansyah ( Psikologi – 2073201004)
19. Lalita Delasari ( Psikologi – 2073201005)
20. Lestiane Dwi Mauliddira ( Psikologi – 2073201006)
21. Muhammad Idris Zakaria ( Psikologi – 2073201008)
22. Nur Azizah Assyifa ( Psikologi – 2073201010)
23. Woro Defana Putri ( Psikologi – 1873201021)

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….i
Daftar Nama-nama Anggota Kelompok………………………………………………………….ii
Daftar Isi………………………………………..……………………………………………...…iii

BAB I Pendahuluan…………………………………….…………………………………………1
1.1. Latar Belakang………………………………………..
……………………………….1
1.2. Rumusan
Masalah…………………………………………………………………….1
1.3. Tujuan Penulisan………………………...
…………………………………………….2

BAB II Pembahasan……………………………………………………………………………….3
2.1 Pengertian dan pengaruh budaya dalam bidang kesehatan............................................3
2.2 Peran budaya dalam perkembangan kesehatan..............................................................4
2.3 Sisi positif dan negatif kebudayaan dalam perkembangan kesehatan...........................7
2.4 Apa pendekatan yang cocok dalam setiap budaya dalam promisi kesehatan..............10
2.5 Seberapa pentingnya petugas kesehatan mempelajari unsur-unsur budaya................16

BAB III Penutup……………………………………………………………………..…………..17


3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...………..….17
3.2 Saran……………………………………………………………………..…………..20

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak
membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola
hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering
dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya
yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.

Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting


dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial
budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu
daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan
sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif.

Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai


salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara
pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat
membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala
masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga
kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka
mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan
keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian dan pengaruh budaya dalam bidang kesehatan?
2. Peran budaya dalam perkembangan kesehatan?
3. Sisi positif dan negatif kebudayaan dalam perkembangan kesehatan?
4. Apa pendekatan yang cocok dalam setiap budaya dalam promisi kesehatan?
5. Seberapa pentingnya petugas kesehatan mempelajari unsur-unsur budaya?

1
1.3 Tujuan
1. Kelompok memahami arti dan pengaruh budaya dalam bidang kesehatan.
2. Kelompok dapat menyebutkan apa saja peran budaya dalam perkembangan
kesehatan.
3. Kelompok dapat menjelaskan sisi positif dan negatif kebudayaan dalam
perkembangan kesehatan.
4. Kelompok dapat menjelaskan pendekatan apa yang cocok dalam setiap
budaya dalam promisi kesehatan.
5. Kelompok dapat memahami seberapa pentingnya petugas kesehatan
mempelajari unsur-unsur budaya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan pengaruh budaya dalam bidang kesehatan


Definisi kesehatan berdasarkan UU No.23,1992 tentang Kesehatan
menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Istilah kesehatan
dalam kehidupan sehari-hari mungkin agak sedikit berbeda. Lingkup kesehatan
menjadi lebih sempit, yaitu digunakan untuk menyatakan bahwa sesuatu dapat
berfungsi secara normal. Benda mati seperti mesin dan komputer jika dapat berfungsi
normal maka dikatakan dalam keadaan sehat.Dan pengertian kesehatan menurut
wikipedia adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan pengertian
kesehatan menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan
bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan sosial
kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”.

Konsep sehat dan sakit dalam pandangan orang dipersepsikan secara berbeda.
Persepsi merupakan sesuatu hal yang bersifat subjektif. Persepsi seseorang
dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar dan pengetahuannya. Persepsi
sehat dan sakit adalah relatif antara satu individu dengan individu lain, antara
kelompok masyarakat dan antara budaya satu dengan budaya yang lain. Karenanya
konsep sehat dan sakit bervariasi menurut umur, jenis kelamin,level sakit, tingkat
mobilitas dan interaksi sosial.Beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi
persepsi sehat dan sakit,penyakit (disease)adalah gangguan fungsi fisiologis dari
suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Hal ini
berarti bahwa penyakit adalah fenomena objektif yang ditandai oleh

Perubahan fungsi-fungsi tubuh sebagai organisme, yang dapat diukur melalui


tes laboratorium dan pengamatan secara langsung. Sedangkan sakit (illness)adalah
penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit.Sakit menunjukkan
dimensi fisiologis yang subjektif atau perasaan yang terbatasyang lebih
menyangkutorang yang merasakannya, yang ditandai dengan perasaan tidak enak
(unfeeling well)lemah (weakness),pusing(dizziness), merasa kaku dan mati rasa
(numbness). Mungkin saja dengan pemeriksaan medis seseorang terserang suatu
penyakit dan salah satu organ tubuhnya terganggu fungsinya, namun dia tidak merasa
sakit dan tetap menjalankan aktivitas sehari-harinya. Senada dengan penjelasan
tersebut, Sarwono ( dikutip oleh Yunindyawati, 2004:15) mendefenisikan bahwa
sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkanmengganggu aktifitas jasmani dan
rohani sehingga seseorang tidak bisa menjalankan fungsi dan perannya sebagaimana

3
mestinya dalam masyarakat.Sicknessmenunjuk kepada suatu dimensi sosial yakni
kemampuan untuk menunaikan kewajiban terhadap kehidupan kelompok. Selama
seseorang masih bisa menjalankan kewajiban-kewajiban sosialnya, bekerja
sebagaimana mestinya maka masyarakat tidak menganggapnya sakit.

Ada tiga alur tingkatan pengaruh perubahan sosial dan budaya terhadap
kesehatan. Pengaruh ini dari urutan atas ke bawah menunjukkan peningkatan
kompleksitas dan pengaruhnya bersifat semakin tidak langsung pada kesehatan. Pada
alur paling atas, terlihat bagaimana perubahan pada kondisi mendasar lingkungan
fisik (contohnya: suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultraviolet) dapat mempengaruhi
biologi manusia dan kesehatan secara langsung (misalnya sejenis kanker kulit). Alur
pada dua tingkatan lain, di tengah dan bawah, mengilustrasikan proses-proses dengan
kompleksitas lebih tinggi, termasuk hubungan antara kondisi lingkungan, fungsi-
fungsi ekosistem, dan kondisi sosial-ekonomi.

Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak mudahnya menemukan korelasi


langsung antara perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Akan tetapi dapat
ditarik benang merah bahwa perubahan-perubahan lingkungan ini secara langsung
atau tidak langsung bertanggung jawab atas faktor-faktor penyangga utama kesehatan
dan kehidupan manusia, seperti produksi bahan makanan, air bersih, kondisi iklim,
keamanan fisik, kesejahteraan manusia, dan jaminan keselamatan dan kualitas sosial.
Para praktisi kesehatan dan lingkungan pun akan menemukan banyak domain
permasalahan baru di sini, menambah deretan permasalahan pemunculan toksiekologi
lokal, sirkulasi lokal penyebab infeksi, sampai ke pengaruh lingkungan dalam skala
besar yang bekerja pada gangguan kondisi ekologi dan proses penyangga kehidupan
ini. Jelaslah bahwa resiko terbesar dari dampak perubahan sosial dan budaya atas
kesehatan dialami mereka yang paling rentan lokasi geografisnya atau paling rentan
tingkat sumber daya sosial dan ekonominya.

2.2 Peran budaya dalam perkembangan kesehatan?


Peran budaya merupakan kondisi yang sudah melekat dalam masyarakat
tertentu karena Indonesia memiliki keberagaman suku dan budaya. Peran budaya
dalam perkembangan kesehatan contohnya pada kesehatan ibu hamil, masalah
kelahiran dan kehamilan berkaitan erat dengan unsur budaya di masyarakat. Bila kita
lihat dari bentangan wilayah, hampir semua budaya dari Sabang hingga Merauke
memiliki tradisi dalam proses kehamilan, persalinan dan kelahiran bayi. Setiap tradisi
berbeda pendapat, disini kesehatan global nya dilihat dari proses saat sudah
melahirkan, pada satu tradisi atau kebiasaan untuk pemotongan tali pusar dilakukan
dengan cara tradisonal, contohnya menggunakan pisau bambu maka dari itu
meningkatkan resiko kematian ibu dan bayi.

4
Untuk aspek budaya juga berpengaruh terhadap status kesehatan dan perilaku
kesehatan. Aspek budaya tersebut adalah pengaruh tradisi, sikap fatalistis, sikap
ethnosentris, pengaruh perasaan bangga pada statusnya, pengaruh norma, dan
pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan. Sikap fatalistis
adalah sikap seseorang dalam menghadapi permasalahan atau hidup, sikap fatalistis
merupakan suatu pengakuan atas nasib, di mana nasib dianggap sebagai penentu
segala-galanya dan bahwa hidup itu telah ditentukan dari semula. Sikap etnosentrisme
atau sikap yang berlandaskan pada kelompok atau kebudayaannya sendiri. Umumnya
sikap etnosentris juga diikuti dengan sikap atau pandangan yang meremehkan
kelompok lainnya, karena menggangap kelompoknya jauh lebih baik. Penggunaan
koteka bagi laki laki dewasa di papua, untuk yang non papua atau suku lainnya
memakai koteka adalah hal yang memalukan, karena koteka merupakan penutup
kelamin laki laki, menurut suku papua itu adalah hal wajar dan menjadi kebanggan
tersendiri.
*Aspek budaya yang mempengaruhi status kesehatan dan perilaku kesehatan*
Menurut G.M foster(1973) Aspek budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang antara lain adalah:
1. Pengaruh tradisi terhadap perilaku kesehatan dan status kesehatan. Ada
beberapa tradisi dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan masyarakat, misalnya di New Guinea, pernah terjadi wabah
penyakit kuru.penyakit inimenyerang susunan saraf otak dan penyebabnya
adalah virus. Penderita hanya terbatas pada anak-anak dan wanita. Setelah
dilakukan penelitaian ternyata penyakit ini menyebar karena adanya tadisi
kanibalisme.

2. Pengaruh sikap fatalism terhadap perilaku dan status kesehatan. Hal ini adalah
sikap fatalism yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan, beberapa anggota
masyarakat di kalangan kelompok yang beragama Islam percaya bahwa anak
adalahttipan Tuhan, dan sakit atau mati itu adalah takdir, sehingga masyarakat
kurang berusaha untuk mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang
sakit, atau menyelamatkan seseorang dari kematian.

3. Pengaruh sikap Ethnosentris terhadap perilaku dan status kesehatan. Sikap


ethnosentrime adalah sikap yang memandang bahwa kebudayaan sendiri yang
paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain, misalnya orang-
orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang
dimilikinya, dan selalu beranggapan bahwakebudayaannya paling maju,
sehingga merasa superior terhadap budaya dari masyarakat yangsedang

5
berkembang. tetapi dari sisi lain, semua anggota dari budaya lainnya
menganggap bahwa yang dilakukan secar alamiah adalah yang terbaik. Oleh
karena itu, sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang
menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai, paling
mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi
dari pendidikan masyarakat setempat sehingga tidak perlu mengikut sertakan
masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan masyarakat. Dalam hal ini
memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan, tetapi
masyarakat dimana mereka bekerja lebih mengetahui keadaan
dimasyarakatnya sendiri.

4. Tidak hanya itu perilaku juga berperan penting dalam peran budaya dalam
perkembangan kesehatan. Perilaku merupakan faktor yang memegang
peranan hampir 60% dalam determinan kesehatan, di samping faktor
lingkungan. Namun, tidak hanya itu, berbicara perilaku akan sangat erat
kaitannya dengan faktor budaya masyarakat. Menurut Menteri Kesehatan,
Nila Farid Moeloek, saat memberikan keterangan pers usai pembukaan Rapat
Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) budaya tentunya juga termasuk salah
satu faktor determinan yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat.
“Salah satu contohnya budaya patriarki di Indonesia atau dominasi laki-laki di
dalam keluarga, mempengaruhi angka kematian ibu. Seringkali terjadi
keterlambatan dalam pengambilan keputusan sehingga terlambat dibawa ke
pelayanan kesehatan sehingga terlambat mendapat penanganan”, ucap
Menkes. Contoh lain dari budaya di suatu daerah yang mempengaruhi pola
perilaku masyarakat yang berdampak pada kesehatan yakni kebiasaan
mengunyah makanan dengan tujuan untuk melumatkan dan diberikan kepada
bayi. Hal ini membawa risiko besar bagi bayi yang diasuhnya, mengingat di
dalam mulut orang dewasa banyak berkembang kuman dan akan berbahaya
bila kuman tersebut sampai masuk ke dalam tubuh bayi. Dijelaskan oleh
Kepala Badan Litbangkes Kemenkes., Dr. Siswanto, MPH, bahwa
berdasarkan Studi Etnografis di sekitar 50 Suku Etnis di Indonesia yang
dilakukan Kemenkes secara umum menemukan hal menarik yang berkaitan
dengan permasalahan stunting dan ibu anak. Diantaranya pada pola
pengambilan keputusan terkait pola perawatan bayi baru lahir bertumpu pada
nenek yang memiliki peranan penting. Hal menarik lain adalah pola distribusi
makanan di dalam keluarga maka cenderung yang paling diutamakan adalah
bapak, selaku kepala keluarga. “Hal ini perlu menjadi perhatian, karena
seperti kita ketahui pencegahan stunting yang perlu diperhatikan adalah
remaja dan ibu hamil, agar dipahami bahwa asupan makanan jumlahnya harus

6
cukup dan kualitas (gizi) nya juga harus cukup. Maka berdasarkan temuan itu,
maka edukasi kesehatan perlu diperluas tidak hanya kepada ibu dan suami,
tetapi diperluas ke keluarga besar”, ujar Siswanto. Ditambahkan oleh Direktur
Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Anung Sugihantono,
M.Kes, bahwa faktor budaya dan perilaku sangat erat kaitannya dengan
persoalan kesehatan. Tidak hanya menjadi hambatan (tantangan) bagi
kesehatan sebenanrnya, budaya dan perilaku juga bisa menjadi faktor
pendukung.

2.3 Sisi positif dan negatif kebudayaan dalam perkembangan kesehatan?


Manusia dan budaya adalah satu satuan. Tanpa manusia maka tidak ada
budaya. Perubahan yang terjadi di masyarakat selalu diikuti dengan perubahan
kebudayaan, dan begitu pula sebaliknya. Saat muncul unsur baru dalam budaya maka
akan terjadi perubahan di masyarakat.
Perkembangan satu perubahan budaya, akan diikuti perubahan selanjutnya.
Oleh sebab itu, setiap terjadi perubahan budaya akan membawa dampaknya masing-
masing. Dampak perubahan budaya bisa bersifat positif maupun negatif.
A. Dampak Positif
Dibalik sederhananya permainan tradisional, ternyata tersimpan sebuah makna yang
cukup dalam bagi anak balita yang memainkannya. Berikut ini beberapa dampak
positif dari permainan tradisional.
1. Mengasah daya kreativitas Sejak dulu kala permainan tradisional telah
membuat anak Indonesia menjadi kreatif. Kreativitas tersebut terbentuk mulai
dari membuat alat permainan hingga ketika bermain. Misal ketika akan
bermain pistol-pistolan, maka terlebih dahulu membuat alat permainan pistol-
pistolan dari pelepah pisang. Anak balita akan diajarkan temannya yang
pandai tentang bagimana cara membuat pistolpistolan mulai dari memilih
pelepah pisang yang baik, mencari lidi yang tajam kemudian dirangkai
menjadi pistol-pistolan. Tentu kegiatan ini dapat memacu daya kreativitas
anak. Ketika bermain pun demikian. Aturan main dalam permainan pistol-
pistolan tidak mempunyai aturan yang baku. Biasanya aturan tersebut

7
merupakan aturan umum yang digunakan kemudian ditambah dengan
sejumlah kesepakatan-kesepakatan antar pemain. Nah di sinilah anak balita
dituntut untuk kreatif dalam menciptakan aturan main yang cocok dengan
kondisi mereka.

2. Dapat menjadi terapi yang manjur Ketika bermain anak balita akan
meluapkan segala emosinya baik tertawa, teriak dan bergerak. Dengan
meluapkan emosinya ini akan menjadi terapi yang manjur manakala anak
balita menderita penyakit-penyakit tertentu.

3. Dapat mengasah kecerdasan intelektual anak Beberapa permainan tradisional


seperti congkak dapat melatih anak untuk berhitung dan mengatur stategi agar
dapat memperoleh poin lebih banyak. Selain itu pula dengan bermain bersama
maka akan mengasah emosinya sehingga dapat menciptakan rasa toleransi
terhadap teman yang lain.

4. Melatih kepemimpinan Karena umumnya permainan tradisional dimainkan


secara beregu, maka untuk memenangkan permainan tersebut tentu
dibutuhkan kerjasama antar pemain. Nah disinilah akan muncul jiwa-jiwa
pemimpin. Anak akan mulai berfikir bahwa setiap anggota regu pasti
memiliki kelebihan masing-masing. Misal anak yang dapat berlari cepat maka
akan diposisikan di depan. Kemudian anak yang dapat menghadang lawan dan
agak besar maka akan diposisikan di belakang.

5. Belajar jujur dan disiplin Setiap permainan tradisional biasanya memiliki


aturan main yang telah disepakati bersama. Jika salah satu pemain curang
maka pemain yang lain akan menjatuhkan sangsi sosial berupa tidak
diikutkannya pemain curang tersebut mengikuti permainan selanjutnya. Nah

8
dengan begitu anak balita akan belajar disiplin untuk taat pada aturan yang
telah disepakati bersama.
6. Menyatu dengan alam Dengan digunakannya bahan-bahan alami seperti
pelepah pisang, kulit jeruk bali, pasir, dan batu akan mendidik anak balita
untuk mengenal alam secara lebih dekat.

B. Dampak Negatif
Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsep
budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan
pada bayi yang berbeda, dengan konsep kesehatan modern. Sebagai contoh,
pemberian ASI menurut konsep kesehatan moderen ataupun medis dianjurkan
selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat
sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 tahun. Namun, pada suku Sasak di
Lombok, ibu yang baru bersalin selain memberikan nasi pakpak (nasi yang telah
dikunyah oleh ibunya lebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat
dan kuat. Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang
terbaik untuk bayi. Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada
usia sebulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi, pisang dan lain-lain. Ada
pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yang sudah dilumatkan ataupun madu,
teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar. Demikian pula halnya
dengan pembuangan colostrum (ASI yang pertama kali keluar). Di beberapa
masyarakat tradisional, colostrum ini dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan
tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain
itu, ada yang menganggap bahwa colostrum dapat menyebabkan diare, muntah
dan masuk angin pada bayi. Sementara, colostrum sangat berperan dalam
menambah daya kekebalan tubuh bayi.
Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan
permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI,
namun yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai

9
dengan konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan
pertumbuhan bayi. Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga
kurang. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang
dikonsumsi si ibu baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan. Sebagai
contoh, pada masyarakat Kerinci ibu yang sedang menyusui pantang untuk
mengkonsumsi bayam, ikan laut atau sayur nangka. Di beberapa daerah ada yang
memantangkan ibu yang menyusui untuk memakan telur. Adanya pantangan
makanan ini merupakan gejala yang hampir universal berkaitan dengan konsep
“panas-dingin” yang dapat mempengaruhi keseimbangan unsur-unsur dalam
tubuh manusia yaitu tanah, udara, api dan air. Apabila unsur-unsur di dalam tubuh
terlalu panas atau terlau dingin maka akan menimbulkan penyakit. Untuk
mengembalikan keseimbangan unsur-unsur tersebut maka seseorang harus
mengkonsumsi makanan atau menjalani pengobatan yang bersifat lebih “dingin”
atau sebaliknya. Pada, beberapa suku bangsa, ibu yang sedang menyusui kondisi
tubuhnya dipandang dalam keadaan “dingin” sehingga ia harus memakan
makanan yang “panas” dan menghindari makanan yang “dingin”. Hal sebaliknya
harus dilakukan oleh ibu yang sedang hamil (Reddy, 1990).

2.4 Apa pendekatan yang cocok dalam setiap budaya dalam promisi kesehatan?
Sebelum memulai pendekatan kita harus memahami beberapa aspek yang
dipengaruhi oleh determiann budaya. Dalam konsep budaya menurut koentjaningrat,
budaya merupakan faktor pembentuk perilaku. Ada 7 aspek budaya menurut
koentjaningrat :
1. System kepercayaan
System kepercayaan berkaitan dengan budaya pantangan atau tabu. Indonesia
memiliki banyak kebudayaan sehingga memiliki banyak tabu atau pantanagan
yang berkaitan dengan kesehatan yang di percaya oleh masing masing orang.
Contohnya, masyarakat sunda dan Sulawesi mengenal pantangan bayi dibawa
keluar rumah pada 0-40 hari, hal ini jelas akan mempengaruhi stastus
kesehatan bayi yang pada usia tersebut sudah harus dibawa ke posyandu
maupun ke tenaga kesehatan.

10
2. Sitem pengetahuan
Dalam konsep promosi kesehatan ada tingkatan mulai dari tahu, mau dan
mampu. Jika pengetahuannya baik maka masyarakat akan tahu kemudian
memunculkan kemauan untuk hidup sehat. Jika sudah memiliki kemauan
maka selanjutnya akan mencoba untuk mampu hidup sehat.

3. System mata pencaharian


Aktivitas masyarakat pedalaman yang bermata pencaharian petani pada
umumnya mereka berladang dengan cara ladang berpindah, ada jadwal khusus
kapan mereka pergi berladang kegunung-gunung dan kapan mereka turun
gunung.
Tidak sedikit intervensi kesehatan yang tidak menyentuh langsung ke
masyarakat sasaran karena terhambat aktivitas mata pencaharian masyarakat,
misalnya rendahnya cakupan D/S karena pada saat posyandu banyak ibu
balita yang tidak hadir karena berada di ladang.

4. Sistem Organisasi Kemasyarakatan


Organisasi kemasyarakatan merupakan aspek budaya pada masyarakat, di
masyarakat yang masih menjunjung tinggi adat dari leluhurnya, keberadaan
organisasi masyarakat ini berupa dewan adat. Peran dewan adat sangatlah
besar dalam membentuk perilaku masyarakat, adanya peraturan adat yang
harus ditaati oleh masyarakat inilah yang membentuk perilaku masyarakat.
Intervensi kesehatan harus memanfaatkan peran sistem organisasi
kemasyarakatan, guna keberhasilan dari intervensi tersebut.

5. Sistem Teknologi dan Peralatan Hidup


Jamban yang digunakan oleh masyarakat misalnya apakah sesuai dengan
standar kesehatan atau tidak, ini menjadi bagian sistem teknologi dan
peralatan hidup yang berkaitan dengan kesehatan. Kalau pada kesehatan ibu
dan anak ada kegiatan pertolongan persalinan oleh dukun, alat-alatnya harus
menjadi kajian karena berkaitan langsung dengan kesehatan ibu maupun
janin. Sehingga intervensi berbasis budaya itu juga memperhatikan interaksi
manusia terhadap peralatan/ teknologi.

6. Bahasa
Bahasa penting dalam kajian budaya, karena memang bahasa merupakan
unsur interaksi manusia dengan sesama manusia. Pembentukan perilaku pun
didorong oleh bahasa, penyuluhan kesehatan jika dilakukan dengan bahasa
yang tidak dimengerti oleh masyarakat akan sia-sia. Begitu juga dengan

11
media-media promosi kesehatan, akan lebih baik dan mengena terhadap
masyarakat sasaran jika menggunakan bahasa yang sesuai dengan masyarakat
sasaran.

7. Kesenian
Kebanyakan orang berfikir bahwa kesenian itu hanya musik, seni rupa, tarian
dan sebagainya. Namun konsep kesenian sebagai aspek budaya menurut
Koentjaraningrat adalah berkaitan dengan keindahan. Hal inilah yang
mendasari seseorang membentuk gaya hidup dan menjadi perilaku keseharian.
Orang ingin kurus karena mencitrakan tubuhnya supaya terlihat lebih cantik
dan indah, sehingga mendororong untuk mengubah pola makan yang belum
tentu sesuai dengan prinsip gizi kesehatan.

Untuk memulai intervensi dengan pendekatan budaya

Tentunya perlu perencanaan dengan baik. Sebelum pada tahapan perencanaan


memang diperlukan adanya kajian terlebih dahulu, kajian budaya dalam
kesehatan biasanya dilakukan studi etnografi kesehatan. Studi ini bersifat
kualitatif, dan memerlukan waktu yang lama.

Hasil studi inilah nantinya yang akan menjadi dasar untuk melakukan
intervensi dengan pendekatan sosial budaya..

CONTOH PENDEKATAN BUDAYA DALAM BIDANG KESEHATAN.


Contohnya, kasus covid 19. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai
upaya medis dan hokum, keduanya tidak akan berjalan efektif apabila tidak ada
kesadaran atau partisipasi aktif dari masyarakat untuk mencegah penularan. Oleh
karena itu, secara moral masyarakat harus membangun kesadaran dan tanggung
jawab bersama untuk mengakhiri pandemic ini.
1. Melibatkan aktor-aktor
Contoh upaya pendekatannya adalah perlu untuk melibatkan aktor. secara
social – kultural mereka memiliki pengaruh di masyarakat sehingga hal ini dapat
dimanfaatkan untuk mendistribusikan sekaligus mewajibkan perilaku hidup sehat di
tengah pandemic. Seperti, mencontohkan memakai masker, mencuci tangan, dan
mejaga jarak.

12
Mereka dapat memaksimalkan hal tersebut untuk mengedukasi masyarakat
dan menjadikan materi edukasi sebagai norma dan sopan santun serta kebudayaan
atau kebiasaan baru dikalangan masyarakat yang harus dijalani.
2. Pemanfaatan budaya popular
Budaya popular yang dimaksud adalah produk produk kultural yang digemari,
disukai, dan digunakan oleh masyarakat umum, seperti platform media social, iklan
atau per filman
Keunggulan budaya popular mampu menjangkau masyarakat lebih dekat dan inilah
yang harus kita manfaatkan untuk menyematkan pesan pesan edukatif.
Misalnya, mengangkat film dengan tema covid 19 dan menyematkan edukasi edukasi
yang perlu di jalani oleh masyarakat sehingga masyarakat lebih tahu dan lebih
mengerti tentang tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi pandemic ini.
Dikarenakan juga ketika kita mennton film maka pesan pesan yang disampaikan juga
akan diserap lebih mudah dengan diperlihatkan visualisasi video/gambar karena tidak
monoton.
Namun untuk memanfaatkan kebudayaan dari perfilman maka harus memperhatikan
beberapa aspek agar penonton tidak merasa bosan, contohnya :
Konten harus persuasive, representative, dekat dengan keseharian, menarik secara
visual, sederhana namun padat makna dan mudah dicerna oleh masyarakat.
CONTOH PENDEKATAN BUDAYA DI BIDANG KESEHATAN
misalnya: Seorang bidan puskesmas akan mampu memberikan pertolongan
persalinan untuk ibu-ibu hamil di wilayah kerjanya jika ibu hamil memilih fasilitas
kesehatannya dan dia memiliki staf pembantu bidan yang akan menjaga ibu–ibu
selama perawatan masa nifas. Bidan dan staf pembantu bidan adalah SDM penting
dalam melaksankan program KIA. Pengembangan tugas Bidan Puskesmas
mempunyai arti penting dalam manajemen puskesmas (Darma, 2009).

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROMOSI KESEHATAN


1. Pendekatan Medical
Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang
didefinisikan secara medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit jantung.
Pendekatan ini melibatkan kedokteran untuk mencegah atau meringankan kesakitan,

13
mungkin dengan metode persuasive maupun paternalistic. Sebagai contoh,
memberitahu orang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi, wanita untuk
memanfaatkan klinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk dilakukan
screening takanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari tindakan
pencegahan medic dan tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat kepastian
bahwa pasien patuh pada prosedur yang dianjurkan. Startegi pendekatan :

 Advokasi
Advokasi adalah suatu cara yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang
merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan
mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara bertahap
maju.
 Dukungan Sosial (social support)
Dukungan social adalah ketersdiaan sumber daya yang memberikan
kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat melaksanakan kehidupan
dengan baik, dukungan social ini adalah orang lain yang berinteraksi dengan
petugas.
 Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan.
2. Pendekatan Perilaku
Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu
masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup “ sehat’’. Orang-orang yang
menerapkan pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup “sehat’’ merupakan
hal paling baik bagi kliennya dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka
untuk mendorong sebanyak mungkin orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang
menguntungkan.
Contohnya antara lain mengajarkan orang bagaimana menghentikan merokok,
pendidikan tentang minum alkohol “wajar “,mendorong orang untuk melakukan
latihan olahraga, memelihara gigi, makan makanan yang baik dan seterusnya.
3. Pendekatan Edukasional (Education)
Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan
pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang
ditetapkan atas dasar informasi yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan dan
orang dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan membuat keputusan mereka

14
sendiri. Bantuan dalam melaksanakan keputusan-keputusan itu dan mengadopsi
praktek kesehatan baru dapat pula ditawarkan, program pendidikan kesehatan
sekolah, misalnya menekankan membantu murid mempelajari ketrampilan hidup
sehat, tidak hanya memperoleh pengetahuannya. orang-orang yang mendukung
pendekatan ini akan memberi arti tinggi bagi proses pendidikan, akan menghargai hal
individu untuk memilih perilaku mereka sendiri, dan akan melihatnya sebagai
tanggung jawab mereka mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang
mereka anggap menjadi hal yang paling baik bagi klien mereka. Promosi Kesehatan
di bidang Education (pendidikan) lebih di tekankan pada perubahan/perbaikan
perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan. Strategi yang
dapat dilakukan:
 Pemberdayaan Warga Sekolah dan Masyarakat Lingkungan Sekolah dalam
Membangun Lingkungan Sekolah yang Sehat
 Penggalangan Kemitraan untuk Meningkatkan Upaya Promosi Kesehatan di
Sekolah
 Memberikan Pendidikan Kesehatan bagi Anak
 Pengkajian/Penelitian untuk Meningkatkan Program Promosi Kesehatan di
Sekolah
 Memberikan Akses Pelayanan Kesehatan yang Bersifat Promotif dan
Preventif bagi Peserta Didik
 Berperan Aktif dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

4.Pendekatan Berpusat Pada Klien/Masyarakat


Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu
mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat
keputusandan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka.
Peran promotor kesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator, membantu orang
mengidentifikasike pedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan serta
ketrampilan yangmereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan. Klien
dihargai sama yang mempunyaipengetahuan, ketrampilan dan kemampuan
berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol tujuan
kesehatan mereka sendiri.
5. Pendekatan Perubahan Sosial

15
Definisi perubahan sosial menurut Koentjaraningrat, dalam bukunya
Pengantar Athropologi (1996). Menjelaskan bahwa perubahan sosial budaya yang
terjadi di masyarakat dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk yaitu :
1). Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat,
2). Perubahan-perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan yang besar
pengaruhnya,
3). Perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan.
Adapun tujuanya adalah untuk melakukan perubahan pada lingkungan fisik,
sosial, dan ekonomi supaya mendukung keadaan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan.
Pendekatan perubahan sosial memberikan nilai penting bagi hak demokrasi
untuk mengubah masyarakat agar mempunyai komitmen pada kesehatanya. Orang –
orang yang menerapkan pendekatan ini dapat melakukan aksi politik atau sosial untuk
mengubah lingkungan fisik dan sosial yangmendukung kesehatan.

2.5 Seberapa pentingnya petugas kesehatan mempelajari unsur-unsur budaya?


Manfaat mempelajari unsur-unsur kebudayaan daerah yaitu untuk mengetahui
ciri khas, jati diri, dan keunikan yang terdapat dalam daerah tersebut. dan agar kita
dapat mengetahui apa saja yang terkandung di dalam budaya yang ada di daerah
tersebut.
Unsur-unsur kebudayaan adalah meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, kemampuan serta kebiasaan yang dilakukan oleh
masyarakat-masyarakat, yang merupakan hasil budi atau akal manusia. Dalam
mengatasi masalah-masalah lebih berorientasi pada adaptasi dan pelaksanaan strategi
terhadap keadaan social (Koentjaraningrat, 2002).

1. Sebagai petugas kesehatan kita dapat mengetahui pola perilaku manusia


dalam kehidupan bermasyarakat secara Universal maupun pola perilaku
manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa). Kita dapat mengetahui
kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan warga
masyarakat dari kedudukan yang kita sandang misalnya petugas kesehatan.
2. Untuk memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan umat manusia
diseluruh dunia yang mempunyai kekhususan-kekhususan yang sesuai dengan
karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.

16
3. Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta
memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang
menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan
permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya misalnya
masalah kesehatan byang diderita masyarakat setempat dapat kita berbagi
cerita dan melakukan pemecahan masalah.
4. Petugas kesehatan dapat membina masyarakat untuk mengatur pola kebiasaan
makan. Pola hidup sehat dan bagaimana mengatur perilaku masyarakat
dengan adanya fasilitas puskesmas.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil dari cipta,
karsa, dan rasa. Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan adalah seluruh
kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang
harus didapatkannya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat. Asalkan sesuatu yang dilakukan manusia memerlukan belajarmaka
hal itu bisa dikategorikan sebagai budaya. Menurut Herskovits, Budaya sebagai
hasil karya manusia sebagai bagian dari lingkungannya (culture is the human-
made part of the environment). Artinya segala sesuatu yang merupakan hasil
dari perbuatan manusia, baik hasil itu abstrak maupun nyata, asalkan merupakan
proses untuk terlibat dalam lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial,
maka bisa disebut budaya.Koentjaraningrat (2002) membagi budaya menjadi 7
unsur : yakni sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata
pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur itulah yang
membentuk budaya secara keseluruhan.

17
Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) merupakan bagian dari sumber
daya manusia yang sangat penting perannya dalam pembangunan kesehatan
dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pembangunan kesehatan dengan
paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Pelayanan promotif, untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan diperlukan program penyuluhan dan
pendidikan masyarakat yang berjenjang dan berkesinambungan sehingga dicapai
tingkatan kemandirian masyarkat dalam pembangunan kesehatan. Dalam
program promotif membutuhkan tenaga-tenaga kesmas yang handal terutama
yang mempunyai spesialisasi dalam penyuluhan dan pendidikan.Pelayanan preventif,
untuk menjamin terselenggaranya pelayanan ini diperlukan parar tenaga kesmas
yang memahami epidemiologi penyakit, cara-cara dan metode pencegahan serta
pengendalian penyakit. Program preventif ini merupakan salah satu lahan bagi
tenaga kesmas dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan kesmas dibidang
preventif di bidang pengendalian memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan
dan pemberantasan penyakit. Tenaga kesmas juga dapat berperan dibidang kuratif
dan rehabilitatif kalau yang bersangkutan mau dan mampu belajar dan meningkatkan
kemampuannya dibidang tersebut.
Manfaat petugas kesehatan mempelajari unsur-unsur budaya dalam
perbaikan kesehatan masyarakat adalah Pertama, di dalam semua religi atau agama,
ada kepercayaan tertentu yang berkaitan dengan kesehatan, gizi, dll.Misal : orang
yang beragama Islam : tidak makan babi, sehingga dalam 2 rangka memperbaiki
status gizi, seorang petugas kesehatan dapat menganjurkan makanan lain yang bergizi
yang tidak bertentangan dengan agamanya.
Kedua, dengan mempelajari organisasi masyarakat, maka petugas kesehatan
akan mengetahui organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana
yang berkuasa, kelompok mana yang menjadi panutan, dan tokoh mana yang

18
disegani. Sehingga dapat dijadikan strategi pendekatan yang lebih tepatdalam upaya
mengubah perilaku kesehatan masyarakat.
Ketiga, petugas kesehatan juga perlu mengetahui pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat maka petugas
kesehatan akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan
mana yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.
Keempat, petugas kesehatan juga perlu mempelajari bahasa lokal
agar lebih mudah berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan
bersama dan rasa persaudaraan.
Kelima, selain itu perlu juga mempelajari tentang kesenian dimasyarakat
setempat. Karena petugas kesehatan dapatmemanfaatkan kesenian yang ada
dimasyarakat untuk menyampaikan pesan kesehatan.
Keenam, sistem mata pencaharian juga perlu dipelajari karena sistem
mata pencaharian ada kaitannya dengan pola penyakit yang diderita oleh
masyarakat tersebut.
Ketujuh, teknologi danperalatan masyarakat setempat. Masyarakat akan
lebih mudah menerima pesan yang disampaikan petugas jika petugas
menggunakan teknologi dan peralatan yang dikenal masyarakat.

19
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://makalah-xyz.blogspot.com/2019/10/pengaruh-sosial-budaya-
masyarakat.html
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180307/3525162/menkes-soroti-
faktor-perilaku-lingkungan-budaya/
https://tirto.id/dampak-perubahan-budaya-terhadap-kehidupan-masyarakat-gefY
http://kesmas-id.com/pentingnya-pendekatan-sosial-budaya-dalam-intervensi-
kesehatan/
https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/14/135811965/pendekatan-budaya-
sebagai-alternatif-memutus-rantai-penyebaran-covid-19

21

Anda mungkin juga menyukai