Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Disusun Oleh:

Byelli Asysyam M. (J210170002) Suci Nur Hidayati (J210170037)


Putra Pradana (J210170007) Tiyas Priyanti (J210170043)
Oy Andarista (J210170015) Firda Isma Dewi (J210170047)
Albet Hermanio I. (J210170016) Muhammad Ilham F. (J210170053)
Auliya Himawati (J210170023) Wiwik Suprihatin (J210170062)
Ichsanudin Bachtiar (J210170026) Elly Novitasari (J210170067)
Nadifa Salsabila (J210170029) Mita Putri P. (J210170076
Miftah Amarullah (J210170036)

Dosen Pembimbing :
Abi Muchlisin, S.KM., M.KES.

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S1)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang mana pada waktu ini Allah telah
memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami. Tak lupa juga sholawat serta
salam selalu kami haturkan kepada junjungan kami, Muhammad SAW yang kami
nantikan syafa’atnya kelak.

Terimakasih kepada semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan
Komunitas.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih jauh dari kata sempurna.
Banyak kesalahan kata dan kalimat dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, kami
mohon kritik dan saran dari pembaca supaya makalah ini menjadi lebih baik. Atas
perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Surakarta, 13 Desember 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1

A. Latar belakang..................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah................................................................................................2

C. Tujuan..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Keperawatan Komunitas Lansia..........................................................................3

B. Hipertensi Lansia.................................................................................................5

BAB II PROSES KEPERAWATAN................................................................................11

A. Pengkajian......................................................................................................... 11

B. Analisis Masalah...............................................................................................17

C. Diagnosis...........................................................................................................19

D. Skoring..............................................................................................................19

E. Prioritas Masalah...............................................................................................21

F. Intervensi Keperawatan.....................................................................................22

BAB II PENUTUP.......................................................................................................... 24

A. Kesimpulan........................................................................................................27

B. Saran..................................................................................................................27

iv
DAFTAR PUSTAKA 3BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia dari tahun ke


tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian Koordinator
Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup
(UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006
menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun
2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 %
dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan
penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar
71,1 tahun (KEMENSOS, 2010).
Menua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusiayang ditandai
dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam menghadapi pengaruh daridalam
maupun dari luar tubuh. Perubahan tersebut biasanya muncul pada setiap bagian dari
tubuh meliputi fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual. Perubahan terkait usia
menyebabkan timbulnya berbagai masalah yang umumnya terjadi pada lansia. Hal
ini meliputi menurunnya daya fikir, berkurangnya cita rasa, masalah tidur, gemetar,
berkurangnya refleks, berkurangnya penglihatan dan pendengaran, penyerapan yang
kurang (Efendi, 2010).
Hipertensi merupakan faktor risiko terbesar penyakit kardiovaskular.
Perkembangan angka kejadian hipertensi di negara maju dari tahun 1980 hingga
2003 terus menunjukkan peningkatan (Damasceno, 2009). Sebanyak 73,6 juta
orang diAmerika Serikat yang berusia20tahun ke atas menderita hipertensi
(Smithburger, 2010). Diperkirakan 30% dari penduduk Amerika sekitar 50.000.000
jiwa menderita tekanan darah tinggi dengan persentase biaya kesehatan cukup besar
setiap tahunnya (Depkes RI, 2007). Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai
15.000.000 penduduk yang mengalami hipertensi (Bustan, 2007) . Rata-rata kasus
hipertensi di Jawa Tengah adalah 9.800,54 kasus (Depkes Jawa Tengah, 2004).

1
Keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk kegiatan dibidang
kesehatan yang mencakup beberapa sub bidang, salah satunya adalah keperawatan
komunitas lanjut usia. Keperawatan komunitas lanjut usia merupakan bentuk
pelayanan yang tepat dengan memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan para
usia lanjut dalam ruang lingkup komunitas. Semua bentuk pemenuhan kebutuhan
usia lanjut dipengaruhi oleh beberapa karakteristik yang terjadi dalam proses menua
termasuk pemenuhan kebutuhan lansia dengan hipertensi, sehingga penting adanya
proses keperawatan untuk lansia dengan hipertensi.

B. Perumusan Masalah

Masalah yang dapat di rumuskan adalah bagaimana asuhan keperawatan dan


proses keperawatan komunitas pada lansia dengan hipertensi.

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk megetahui konsep hipertensi pada lansia.
2. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses keperawatan komunitas lansia dengan
hipertensi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Keperawatan Komunitas Lansia


1. Definisi

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian


integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan
spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan
masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi,
2007).Menurut WHO, lansia adalah orang yang memiliki usia diatas 60 tahun.
Keperawatan Kesehatan Komunitas lansia adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat khususnya lansia dengan
penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan, dengan menjamin agar pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dapat
terjangkau, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan
dan evaluasi pelayanan kesehatan/ keperawatan (Efendi, 2010).
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan
interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang
tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area
atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai
interest yang sama (Riyadi, 2007).
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam
perawatan kesehatan masyarakat adalah :
a. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

3
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu
keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat. Menurut Notoatmodjo pendidikan kesehatan
adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan
(Mubarak, 2005).
b. Proses Kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di
dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus. Perawat
spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan
pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif
model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial
atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan
kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan
pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan
masyarakat (community development) (Palestin, 2007).
c. Kerjasama atau Kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerjasama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat. Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan
sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki
kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan
masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-
komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya
kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang
dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat.
d. Pemberdayaan (Empowerment)

4
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk
pengetahuan baru.
2. Tujuan

Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan


masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan
masyarakat (Mubarak, 2005). Namun, secara terperinici berikut adalah tujuan
keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi:
a. pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan,
b. menjamin agar pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dapat terjangkau
c. melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan kesehatan/ keperawatan
d. optimalisasi kualitas hidup lansia dengan hipertensi di suatu komunitas
dengan menekan angka kesakitan dan mengurangi gejalanya.
3. Ruang lingkup

Ruang lingkup pelayanan kesehatan komunitas pada lansia adalah


individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun
yang sakit dengan ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif
dan promotif.
B. Hipertensi lansia
1. Definisi

Tekanan darah adalah tekanan yang terjadi di dalam pembuluh darah


arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh (ridwan, 2009).
Tekanan darah biasanya dicatat sebagai tekanan sistol dan diastol. Tekanan
darah maksimum dalam arteri disebut tekanan sistolik yang disebabkan sistol

5
ventrikular. Tekanan minimum dalam arteri disebut tekanan diastolik yang
disebabkan oleh diastol ventrikular ( Jain, 2011). Hipertensi merupakan
penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah (Ridwan, 2009). Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2002).
Apabila seseorang memiliki tekanan darah sistol 140 mmHg dan tekanan darah
diastol 90 mmHg atau lebih yang diukur ketika ia sedang duduk dapat
dikategorikan memiliki tekanan darah tinggi (Ridwan, 2009).
2. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, Ridwan (2009) menggolongkan hipertensi


ke dalam tiga golongan yaitu hipertensi esensial, sekunder, dan maligna.
1) Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik)
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil
(intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan awal 50-an yang secara
bertahap akan menetap. Hipertensi esensial secara pasti belum diketahui
penyebabnya. Gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang
berlebih, rangsang kopi yang berlebih, rangsang konsumsi tembakau,
obat-obatan, dan keturunan berpengaruh pada proses terjadinya
hipertensi esensial. Penyakit hipertensi esensial lebih banyak terjadi pada
wanita dari pada pria ( C. smeltzer, 2002).
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan
karena gangguan pembuluh darah atau organ tertentu (gray et al, 2009)
mengelompokkan penyebab hipertensi menjadi tiga golongan, yaitu:
a) Penyakit parenkim ginjal
Permasalahan pada ginjal yang menyebabkan kerusakan parenkim
akan menyebabkan hipertensi dan kondisi hipertensi yang
ditimbulkan tersebut akan semakin memperparah kondisi kerusakan
ginjal.
b) Penyakit Renovaskular

6
Merupakan penyakit yang menyebabkan gangguan dalam
vaskularisasi darah ke ginjal seperti arterosklerosis. Penurunan
pasokan ginjal akan menyebabkan produksi renin ipsilateral dan
meningkatkan tekanan darah, sering diatasi secara farmakologis
dengan ACE Inhibitor.
c) Endokrin
Gangguan aldosteronisme primer akan berpengaruh terhadap
hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan rendahnya kadar renin
mengakibatkan kelebihan natrium dan air sehingga berdampak pada
meningkatnya tekanan darah.
3. Faktor Risiko

Menurut Harrison (2000), kegemukan (obesitas), gaya hidup yang


tidak aktif (malas berolahraga), stress, alkohol, atau garam yang lebih dalam
makanan, bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang yang
memiliki kepekaan untuk diturunkan. Faktor yang mempengaruhi timbulnya
hipertensi :
1) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi melalui
aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja saat beraktivitas). Peningkatan
aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi (Shadine, 2010).
2) Rokok
Meskipun efek jangka panjang merokok terhadap tekanan darah
masih belum jelas, namun efek sinergis merokok dengan tekanan darah
yang tinggi terhadap risiko kardiovaskuler telah didokumentasikan secara
nyata.
3) Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat meningkatkan
tekanan darah, mungkin dengan cara meningkatkan katekolamin plasma.

7
4) Konsumsi Garam Dapur
Hubungan antara asupan natrium dan hipertensi masih
kontroversial, tetapi jelas bahwa pada beberapa pasien hipertensi, asupan
garam yang banyak menyebabkan peningkatan tekanan darah secara
nyata. Pasien hipertensi hendaknya mengkonsumsi garam tidak lebih dari
100 mmol/hari (2,4 gram natrium, 6 gram natrium klorida).
5) Aktivitas atau Olahraga
Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan dan cara yang baik untuk
mengurangi berat badan. Hal itu juga tampak berguna untuk menurunkan
tekanan darah dengan sendirinya (Shadine, 2010).
6) Obesitas
Faktor yang diketahui dengan baik adalah obesitas, dimana
berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah
jantung. Pengurangan berat badan sedikit saja sudah menurunkan
tekanan darah.
7) Jenis Kelamin
Laki-laki cenderung mengalami tekanan darah yang tinggi
dibandingkan dengan perempuan. Tekanan darah pria mulai meningkat
ketika usianya berada pada rentang 35-50 tahun. Kecenderungan seorang
perempuan terkena hipertensi pada saat menopause karena penurunan
hormone seks (Ridwan, 2009).
4. Manifestasi Klinis

Hipertensi merupakan penyakit yang banyak tidak menimbulkan


gejala khas sehingga sering tidak terdiagnosis dalam waktu yang lama.
Gejala akan terasa secara tiba-tiba saat ada kenaikan tekanan darah (Jain,
2011).
Manifestasi klinis yang ditimbulkan hipertensi bersifat tidak spesifik.
Sakit kepala merupakan gejala umum yang sering dialami pada pasien
hipertensi. Namun, sakit kepala juga disebabkan oleh beberapa hal sepeti
camas, stres, sulit tidur malam, atau infeksi virus minor sehingga sakit

8
kepala bukan merupakan manifestasi klinis khas hipertensi. Sesak nafas juga
terjadi pada pasien hipertensi. Sesak nafas pada seseorang yang menderita
hipertensi biasanya terjadi karena kegemukan. Perdarahan di beberapa
bagian tubuh juga merupakan efek hipertensi. Risiko perdarahan dari arteri
ke otak atau retina mata meningkat karena adanya hipertensi terutama pada
pasien dengan usia di atas 50 tahun. Menstruasi yang berat dan munculnya
gejala menopause sering dialami wanita dengan hipertensi. Manifestasi
hipertensi yang lebih serus adalah perdarahan ke otak yang dapat membunuh
seseorang dalam waktu yang singkat atau menyebabkan kelumpuhan (Jain,
2011).
Hipertensi akan menjadi masalah kesehatan yang serius jika tidak
terkendali karena akan megakibatkan komplikasi yang berbahaya dan
berakibat fatal seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal
(Anies, 2006).

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO


Klasifikasi Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)

Pilihan < 120 < 80


Normal <130 < 85
Normal tinggi 130-139 85-90
Hipertensi derajat I ( ringan) 140-159 90-99
Hipertensi derajat II (sedang) 160-179 100-109
Hipertensi derajat III (berat) >180 >110

Sumber: Tierney, 2002


5. Patofisiologi
Tekanan darah dapat meningkat melalui beberapa mekanisme.
Pertama, jantung memompa lebih kuat sehingga darah mengalir dengan
kecepatan tinggi setiap detiknya. Kedua, arteri besar mengalami kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku sehingga ketika jantung berdenyut darah
harus melewati pembuluh darah yang sempit sehingga menaikkan tekanan
darah. Ketiga, kelainan fungsi ginjal untuk membuang sejumlah garam dan

9
cairan sehingga meningkatkan volume darah yang berdampak pada
peningkatan tekanan darah (Ridwan, 2009).
Menurut Anies (2006) peningkatan tekanan darah melalui
mekanisme:
1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan darah lebih banyak
cairan setiap detiknya.
2) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak
dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu, darah dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit
dan menyebabkan naiknya tekanan darah. Penebalan dan kakunya
dinding arteri terjadi karena adanya arterosklerosis. Tekanan darah juga
meningkat saat terjadi vasokonstriksi yang diseabkan rangsangan saraf
atau hormon.
3) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat meningkatkan tekanan darah.
Hal ini dapat terjadi karena kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang natrium dan air dalam tubuh sehingga volume darah dalam
tubuh meningkat yang menyebabkan tekanan darah juga meningkat.
6. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah untuk mencegah


komplikasi penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas yang
berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan
sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 90 mmHg dan
mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya
hidup atau dengan obat anti hipertensi (Mansjoer, 2001).
Pengobatan utama hipertensi dengan diuretika, penyekat reseptor
beta-adrenergik, penyakit saluran kalsium, inhibitor ACE (angiotensin-
converting enzyme), atau penyekat reseptor alfa-adernergik bergantung pada
keadaan pasien termasuk mengenai biaya, karakteristik demografi, penyakit
yang terjadi bersamaan, dan kualitas hidup (Pierce dan Wilson, 2005).
BAB III

10
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Core
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal
dikomunitas dan studi dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk
data umum mengenai lokasi daerah binaan (yang dijadikan praktek keperawatan
komunitas), luas wilayah, iklim, type komunitas (masyarakat rural atau urban)
keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas dan pola
perubahan komunitas.
2. Data demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia lansia, jumlah lansiam jenis
kelamin, status perkawinan, ras atau suku , bahasa , tingkat pendapatan,
pendidikan , produktivitas, masih bekerja atau tidak, agama dan komposisi
keluarga.
3. Vital statistik
Jabarkan atau uraikan data tentang angka kematian kasar atau CDR
penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran.
4. Status kesehatan komunitas
Angka mortalitas, morbiditas akibat hipertensi. Kondisi kesehatan lansia
dikaji dengan menganalisis:
a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas:
1) Sakit kepala
2) Epistaksis
3) Pusing / migrain
4) Rasa berat ditengkuk
5) Sukar tidur
6) Mata berkunang kunang
7) Lemah dan lelah
8) Muka pucat

11
b. Pemeriksaan fisik
Menurut Jain (2011), pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada
pasien hipertensi adalah:
1) Tinggi badan dan berat badan
Tinggi dan berat badan diperlukan karena kondisi obesitas dapat
berpengaruh pada tekanan darah.
2) Pemeriksaan nadi
Semakin parah kondisi hipertensi, maka jarak denyut nadi
(amplitudo) akan semakin kecil. Amplitudo yang besar yaitu denyut nadi
yang penuh dan teratur menunjukkan tekanan darah sistolik yang tinggi
(arterosklerosis).
3) Suara jantung dan dada
Pemeriksaan jantung dan dada dapat mengindikasikan hipertensi
telah mempengaruhi jantung. Gagal jantung yang disebabkan penumpukan
cairan di paru dapat diketahui melalui pemeriksaan suara dada melalui
stetoskop.
4) Suara perut dan leher
Suara arteri perut dan leher dengan nada tinggi dapat menunjukkan
penyempitan arteri yang menuju ginjal, kaki, dan otak.
c. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis hipertensi biasanya berdasar pada terjadinya peningkatan
tekanan darah setelah dilakukan pengukuran secara berulang. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan adalah:
1) Diagnosis tekanan darah
Mengukur tekanan darah merupakan tes rutin paling penting
untuk mendiagnosis hipertensi (Jain, 2011). Pengukuran tekanan darah
dilakukan dengan tujuan untuk memantau tekanan darah apakah masih
dalam kondisi normal atau abnormal. Tekanan sistolik yang melebihi 130
mmHg dan tekanan diastolik yang melebihi 80 mmHg merupakan

12
tekanan darah yang abnormal. Selain itu yang diperhatikan adalah selisih
tekanan sistole dan diastole atau pulse pressure (Ridwan, 2009).
2) Diagnosis dengan Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan menggunakan EKG dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui aktivitas jantung.
3) Dual Energy X-Ray Absorptionmetry (DEXA Scan)
Dexa scan digunakan untuk menetukan densitas tulang serta
komposisi tubuh seperti masa lemak terhadap masa otot. Untuk
keperluan hipertensi, alat ini digunakan untuk mengukur kadar lemak
dalam organ tubuh tertentu. Dengan diketahuinya penumpukan lemak
dalam tuubuh dapat membantu pasien dalam mengontrol berat badan
yang dapat mempengaruhi tekanan darah.
4) Tes Doppler
Tes doppler digunakan untuk menentukan kondisi sirkulasi darah
yang terdistribusi ke seluruh sistem kardiovaskular.
5) Tes Kolesterol
Penimbunan kolesterol dalam tubuh akan mengganggu sistem
kardiovaskular sehingga akan mempengaruhi tekanan darah seseorang.
6) Tes Darah
Tes darah dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah,
gula darah, urea darah, kreatinin dalam darah, tingkat natrium dan
kalium dalam darah.
d. Kejadian penyakit hipertensi pada lansia (dalam satu tahun terakhir).
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keturunan hipertensi
f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Pola pemenuhan nutrisi
Konsumsi garam berlebih, lemak, merokok, dan konsumsi kopi.
2) Pola pemenuhan cairan elektrolit
3) Pola istirahat tidur
Kurang tidur, tidur malam, dan kualitas tidur

13
4) Pola eliminasi
5) Pola aktifitas gerak, olahraga
6) Pola pemenuhan kebersihan diri
7) Status psikososial :
a) Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan
b) Hubungan dengan orang lain
c) Peran di masyarakat
d) Kesedihan yang dirasakan
e) Stabilitas emosi : stress
8) Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku tindakan
kekerasan.
9) Status pertumbuhan dan perkembanganan lansia, tahapan perkembangan
yang sudah dipenuhi dan belum terpenuhi.
10) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
11) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
12) Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang
berlebihan, mengkonsusmsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep,
penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan
purin.
Data lingkungan fisik
1. Pemukiman
a. Luas bangunan
b. Bentuk bangunan        : Rumah, petak, asrama, pavilyun
c. Jenis bangunan            : Permanen, semi permanen, non permanen
d. Atap rumah                  : Genting, seng, welit, ijuk, kayu, asbes
e. Dinding                       : Tembok, kayu, bambu, atau lainnya sebutkan
f. Lantai  : Semen, tegel, keramik, tanah, kayu, atau lainnya  sebutkan.
g. Ventilasi                      : Kurang atau lebih dari 15-20 % dari luas lantai
h. Pencahayaan                : Kurang, baik
i. Penerangan                  : Kurang, baik
j. Kebersihan                  : Kurang, baik

14
k. Pengaturan ruangan dan perabot  : Kurang, baik
l. Kelengkapan alat Rumah tangga. : Kurang, baik
2. Sanitasi
a. Penyediaan air bersih (MCK).
b. Penyediaan air minum
c. Pengelolaan jamban bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan bagaimana
jarak dengan sumber air.
d. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
e. Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana
cara pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya sebutkan.
f. Polusi udara, air, tanah, atau suara/kebisingan.
g. Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industri lainnya sebutkan.
3. Fasilitas
a. Peternakan, pertanian, perikanan dan lain-lain.
b. Pekarangan
c. Sarana olah raga
d. Taman, lapangan
e. Ruang pertemuan
f. Sarana hiburan
g. Sarana ibadah
4. Batas-batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur dan selatan.
5. Kondisi geografis
Ketinggian, cuaca, suhu, sector pertenin, perikanan, jenis tanah, perairan.
Pelayanan kesehatan dan social
1. Pelayanan kesehatan
a. Lokasi sarana kesehatan
b. Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader).
c. Jumlah kunjungan
d. Sistem rujukan
2. Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan).

15
a. Lokasi
b. Kepemilikan
c. Kecukupan
3. Ekonomi
a. Jenis pekerjaan
b. Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c. Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d. Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia.
4. Kemanan dan transportasi
a. Keamanan
1) Sistem keamanan lingkungan
2) Penanggulangan kebakaran
3) Penanggulangan bencana
4) Penanggulangan polusi, udara, air dan tanah.
b. Transportasi
1) Kondisi jalan
2) Jenis tranportasi yang dimiliki
3) Sarana transportasi yang ada
5. Politik dan pemerintahan
a. Sistem pengorganisasian
b. Struktur organisasi
c. Kelompok organisasi dalam komunitas
d. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
6. Sistem komunikasi
a. Sarana umum komunikasi
b. Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas.
c. Cara penyebaran informasi
7. Pendidikan
a. Tingkat pendidikan komunitas
b. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal).
1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas

16
2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
c. Jenis bahasa yang digunakan
8. Rekreasi
a. Kebiasaan rekreasi
b. Fasilitas tempat rekreasi
B. Analisis Masalah
Analisa data merupakan suatu studi dan pengujian data yang dapat berbentuk
kuantitatif maupun kuaitatif. Dalam analisa data, semua aspek harus
dipertimbangkan karena analisa data perlu menentukan kebutuhan kesehatan dan
dukungan masyarakat serta trend dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dalam
melakukan analisa data terdapat beberapa langkah antara lain : pengelompokan data,
meringkas, membandingkan dan membuat kesimpulan.
Melakukan analisa data tersebut diatas membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan tentang menganalisa dan pengambilan keputusan melalui berpikir
kritis. Oleh karena itu perawat komunitas harus mempelajari dan menguasai
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan tersebut, sehingga perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan komunitas.
Analisa data berarti perawat komunitas mempelajari data – data yang telah
terkumpul melalui metode pengumpulan data. Data yang telah terkumpul dapat
berupa data kualitati dan kuantitatif. Analisa data dilakukan untuk melihat masalah
kesehatan yang dialami masyarakat  dan untuk mengidentifikasi kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan.Analisa data juga memberikan informasi
tentang kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, system pendukung dan sumber –
sumber yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan.
1. Tahap – tahap analisa data
Analisa seperti beberapa prosedur lain yang kita lakukan, dapat
dipandang sebagai suatu proses yang mempunyai beberapa langkah atau
tahapan. Tahapan – tahapan yang digunakan untuk membantu melakukan analisa
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mengelompokan data atau mengkategorikan data

17
Mengelompokan atau mengkateforikan data sangat membantu kita
dalam melakukan analisa data yang telah dikumpulkan dalam komuntas.
Kategori atau pengelompokan yang biasa digunakan yaitu berdasarkan :
1) Karakteristik demografi ( jumlah anggota keluarga, usia, jenis kelamin,
kelompok rasial dan etnik  dan lain – lain )
2) Karakteristik geografi ( batas wilayah, jumlah dan tipe tetangga,
lingkungan tempat tinggal dan jalan
3) Karakteristik sosial ekonomi ( pekerajaan, pendapatan, pendidikan, rumah
sewaan, rumah pribadi )
4) Karakteristik sistem pendukung dan pelayanan kesehatan ( rumah sakit,
klinik, pusat kesehatan mental dan sebagainya.
b. Meringkas
Setelah metode pengkategorian dilakukan, langkah selanjutnya adalah
meringkas atau menyimpulkan data pada masing – masing kategori yang
telah dikelompokan dapat dalam bentuk penghitungan, table, atau grafik.
c. Membandingkan
Langkah berikutnya setelah data diringkas yaitu langkah
membandingkan data, apakah ada yang menyimpang atau abnormal, apakah
ada data – data yang tidak pantas atau keselahan – kesalahan saat
mengelompokan data sehingga perlu adanya revalidasi data.. data – data yang
diperoleh dari masyarakat dari wilayah binaan, dibandingkan dengan data
data yang sama seperti data yang bersifat kecamatan, kabupaten , atau
nasional.
d. Pengambilan Kesimpulan
Setelah data yang dikumpulkan dikelompokan, diringkas dan
dibandingkan. Tahapan paling ahir adalah penarikan kesimpulan yang logis
dari bukti – bukti yang diperoleh yaitu pengambilan kesimpulan yang
mengarah pada pernyataan diagnosa keperawatan. Pada tahap ini dilakukan
sintesa apa yang diketahui perawat tentang komunitas, yaitu ; apa maksud /
arti dari data tesebut.

18
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah
itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan analisis data :
a. Menetapkan kebutuhan komunity
b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respon komunity
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
C. Diagnosis
Diagnosis terhadap hipertensi perlu dilakukan dalam interval waktu tertentu
untuk menentukan gejala hipertensi yang dialami seseorang. Diagnosis ini dilakukan
dalam keadaan tanpa pembiusan, tidak sedang mengkonsumsi kopi, alkohol, serta
tidak merokok. Terkadang terdapat kesalahan saat melakukan diagnosa hipertensi
terutama pada wanita lanjut usia karena penurunan sensitivitas refleks baroreseptor
sehingga menimbulkan fluktuasi dalam tekanan darah (Ridwan, 2009).
Diagnosis yang muncul pada asuhan keperawatan komunitas lansia dengan
hipertensi adalah:
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan pola
hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan vaskuler
serebral
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di desa X berhubungan
dengan kelemahan umum.
D. Skoring
Skoring bertujuan untuk menentukan diagnosa prioritas dalam proses
keperawatan. Scoring dilakukan dengan mempertimbangkan 12 aspek.
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan pola
hidup yang buruk.
No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 3

19
3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 4

5 Kemungkinan Diatasi 5

6 Sesuai program 4

7 Tempat 4

8 Waktu 3

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 2

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 45

2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan vaskuler


serebral
No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 4

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 2

5 Kemungkinan Diatasi 4

6 Sesuai program 5

7 Tempat 4

8 Waktu 2

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 1

20
12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 42

3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan dengan


kelemahan umum.
No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 4

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 2

5 Kemungkinan Diatasi 4

6 Sesuai program 5

7 Tempat 4

8 Waktu 2

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 1

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 42

E. Prioritas Masalah
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan pola
hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan vaskuler
serebral
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan dengan
kelemahan umum

21
Asuhan Keperawatan Komunitas

Pengkajian Tahap 1

1. Geografi

a. Keadaan tanah : tanah kering namun tidak berdebu

b. Luas daerah : 8 Ha

c. Batas wilayah :

Utara : desa Demakan

Barat : desa Wirun

Selatan : RT 1 RW 2

Timur : desa Demakan

2. Demografi

a. Jumlah KK : 47 KK

b. Jumlah penduduk keseluruhan : 508 jiwa

c. Jumlah Lansia : 100 orang

d. Mobilitas penduduk : penduduk jarang di rumah ketika pagi

dan siang hari karena bekerja, sedangkan

anak-anak sekolah

e. Jumlah keluarga : 47 keluarga

f. Kepadatan penduduk : padat

g. Tingkat pendidikan penduduk :

1) Perguruan tinggi : 10 orang

22
2) TK : 17 – 20 orang

3) SMA : 16 orang

4) SMP : 15 orang

5) SD : 20 orang

6) Lansia tidak bersekolah : 30 orang

7) Lansia tamat SD : 50 orang

8) Lansia tamat SMP : 10 orang

9) Lansia tamat SMA : 5 orang

10) Lansia tamat perguruan tinggi : 5 orang

h. Pekerjaan:

1) PNS : 10% jumlah penduduk

2) Buruh : 10% jumlah penduduk

3) Pedagang : 70% jumlah penduduk

4) IRT : 10% jumlah penduduk

i. Pendapatan rata-rata:

1) Rp 800.000,- : 20%

2) Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%

3) Rp 2.000.000,- : 30%

j. Tipe masyarakat : Masyarakat niaga

23
k. Agama : 100% IslamPengkajian Tahap 2

1. Lingkungan fisik

a. Perumahan: permanen dan rata-rata dalam kategori baik

b. Penerangan: di lingkungan penerangan pada malam hari sudah cukup, tapi

banyak rumah warga yang kurang pencahayaannya pada siang hari

c. Sirkulasi udara: lingkungan sejuk karena banyak pohon yang ditanam


warga sekitar tetapi banyak perumahan warga yang ventilasi rumahnya
kurang memadahi seperti kurangnya jumlah jendela dan dekatnya jarak
antar rumah.

d. Kepadatan penduduk: Tergolong padat.

e. Edukasi: jarang dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan

2. Status pendidikan: SMA sederajat, yang terdiri dari:

a. Perguruan tinggi: 10 orang

b. TK : 17 – 20 orang

c. SMA : 16 orang

d. SMP : 15 orang

e. SD : 20 orang

Sarana pendidikan: terdapat 1 taman kanak-kanak

3. Keamanan dan keselamatan

a. Pemadam kebakaran: tidak ada

b. Polisi: tidak ada namun terdapat siskamling secara rutin

c. Sarana transportasi: sepeda ontel dan motor

d. Keadaan jalan: jalanan sudah diaspal dan ramai akan kendaraan bermotor

24
Pemilihan ketua RT/ RW dengan cara voting
bersama

4. Struktur Pemerintahan

a. Masyarakat swadaya yang terdiri dari 1 RW dan 4 RT

b. Pamong desa: 1 orang

c. Kader desa: 5 orang

d. PKK: ada dan masih berjalan aktif tiap bulan

e. Kontak tani: tidak ada

f. Karang taruna: ada dan kurang berjalan aktif

g. Kumpulan agama: ada dan aktif di masyarakat

5. Sarana dan Fasilitas Kesehatan

a. Pelayanan kesehatan: Tidak terdapat praktik bidan swasta maupun praktik

klinik swasta yang lain, hanya ada 1 puskesmas dan 1 praktik bidan

b. Tenaga kesehatan: 1 bidan

c. Tempat ibadah: terdapat masjid dan mushola

d. Sekolah: terdapat 1 taman kanak-kanak

e. Panti sosial: tidak ada

f. Pasar: tidak ada, namun terdapat banyak toko kelontong yang


menyediakan banyak kebutuhan dari masyarakat sekitar

g. Tempat pertemuan: terletak di rumah ketua RW dalam setiap acara


yang diadakan oleh lokasi setempat

h. Posyandu: terdapat posyandu lansia (tiap minggu ke 2)

25
Sering hadir: 15 % lansia
Jarang hadir : 25 % Lansia
Tidak pernah hadir : 40 %

dan posyandu balita (tiap minggu pertama) berjalan aktif setiap sebulan
sekali.

i. Hygiene perumahan: sanitasi warga RW 1 dalam kategori


baik

j. Sumber air bersih: air sumur galian

k. Pembuangan air limbah: dialirkan lancar ke selokan dan tidak menggenang

l. Jamban: 80% sudah mempunyai jamban di rumah masing-masing

m. Sarana MCK: semua dilakukan di kamar mandi masing masing


dan

hampir tidak ada yang di sungai

n. Pembuangan sampah: dibuang dan dikumpulkan di TPS dekat makam

setempat

o. Sumber polusi: air selokan

6. Komunikasi

Terdapat infrastruktur komunikasi yang memadai seperti ponsel, koran,


telepon, radio dan televisi. Masyarakat khususnya lansia tidak bisa
menggunakan alat-alat komunikasi seperti ponsel. Untuk papan informasi
tidak tersedia.

7. Ekonomi

Keadaan ekonomi masyarakat RW 1 desa Bekonang dalam kategori baik


dan diatas garis kemiskinan. Warga masyarakat juga tidak ada yang
menganggur di rumah. Rata-rata pekerjaan warga setempat adalah
pedagang, baik di rumah maupun masyarakat. Rata-rata gaji:

26
a. Rp 800.000,- : 20%

b. Rp 800.000,- s/d Rp 2.000.000.- : 50%

c. Rp 2.000.000,- : 30%

8. Rekreasi

Tidak terdapat tempat hiburan apapun sehinnga warga harus pergi jauh
untuk mendapatkan hiburan

Dari rekapitulasi data bulan Maret-Mei di puskesmas mojolaban 90 orang,


semua yang bekunjung/periksa adalah lansia. Dari jumlah tersebut ada 3
penyakit dengan distribusi terbesar yaitu:

1. Hipertensi : 50 orang atau 45 %

2. Atritis : 15 orang atau 13,5 %

3. DM: 25 orang atau 22,5 %

Dari data kesehatan di RW 1 didapatkan data bahwa :

1. Jumlah lansia dengan hipertensi : 50 orang atau sekitar 50 %

2. Jumlah lansia dengan artritis: 15 orang atau sekitar 15 %

3. Jumlah lansia dengan DM : 25 orang atau sekitar 25 %

27
28
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa bekonang berhubungan
dengan kurangnya pemahaman, kurang dukungan sosial masyarakat dalam
pemeliharaan kesehatan
2. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan
Skoring
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa bekonang berhubungan
dengan kurangnya pemahaman, kurang dukungan sosial masyarakat dalam
pemeliharaan kesehatan
No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 3

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 4

5 Kemungkinan Diatasi 5

6 Sesuai program 4

7 Tempat 4

8 Waktu 3

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 2

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 45

1
2. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan
No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 4

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 2

5 Kemungkinan Diatasi 4

6 Sesuai program 5

7 Tempat 4

8 Waktu 2

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 1

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 42

2
Analisa Data

NO. PROBLEM ETIOLOGI DATA FOKUS

1 Gangguan  Kurangnya DS :
hipertensi pemahaman  Dari hasil wawancara dengan petugas puskesmas
pada  Kurang mojolaban warga khususnya lansia sering pusing
komunitas dukungan dan tidak mengerti mengenai pantangan makanan
lansia di desa sosial yang dapat menimbulkan risiko penyakit
bekonang masyarakat DO :
dalam  Berdasarkan data dari puskesmas mojolaban warga
pemeliharaa jarang melakukan pemeriksaan kepuskesmas dan
n kesehatan banyak lansia yang memiliki riwayat keturunan
hipertensi
 Kader kurang berperan aktif

3
2 Resiko tinggi Kurangnya DS :
peningkatan pengetahuan
 Dari hasil wawancara dengan ketua RW 1
angka kejadian
mengatakan bahwa rata-rata lansia yang menderita
hipertensi
hipertensi sekitar 50 %
pada lansia
DO :

 Berdasarkan data dari puskesmas mojolaban pada


bulan Maret sampai bulan Mei di kelurahan
bekonang dukuh mojosari RW 1 45% Lansia
menderita hipertensi.
 85% kemampuan lansia dalam mengenali secara
dini penyakit hipertensi kurang baik.
 40% warga yang menderita hipertensi tidak pernah
mendapatkan penyuluhan tentang hipertensi

4
Intervensi Keperawatan Diagnosa 1
No Diagnosa Sasaran Tujuan Strategi Rencana Sumber kriteria hasil Standar
kegiatan evaluasi

1 Gangguan Komunitas Setelah Health 1. Pendidikan Mahasiswa, - Klien mampu - Respon


hipertensi lansia dilakukan Promotion kesehatan petugas menjelaskan verbal
pada dengan proses mengenai puskesmas, definisi hipertensi dan
komunitas hipertensi keperawatan hipertensi kader - Klien mampu psikomot
lansia di desa dan selama 2 x 60 - Jelaskan posyandu menjelaskan or
bekonang keluarganya menit klien definisi lansia, secara singkat
berhubungan mampu hipertensi keluarga factor risiko
dengan memahami - Jelaskan factor hipertensi
kurangnya konsep risiko - Klien mampu
pemahaman, hipertensi dan hipertensi menyebutkan
kurang upaya - Jelaskan upaya minimal 3 upaya
dukungan pencegahannya preventif pencegahan
sosial hipertensi hipertensi dan
masyarakat - Jelaskan cara cara mengubah
dalam mengubah prilaku sehat
pemeliharaan prilaku pada - Klien mampu
kesehatan klien yang menjelaskan
dapat secara singkat
mencegah penanganan dini
hipertensi untuk hipertensi

5
Group - Jelaskan - Klien mampu
Komunitas Process penanganan mendemonstrasik Respon
lansia dini untuk Komunitas an terapi relaksasi psikomotor
hipertensi lansia otot progresif dan afektif
Setelah - Ajarkan terapi dengan
dilakukan relaksasi otot hipertensi,
pembinaan progresif untuk kader
selama 2x120 mengatasi posyandu
menit, klien hipertensi lansia,
mampu petugas - Terbentuk
membentuk 2. Bentuk puskesmas komunitas
komunitas komunitas peduli hipertensi
peduli peduli hipertensi dengan kader
hipertensi minimal 5 orang
- Adakan
dan anggota
sosialisasi
minimal 15
pembentukan
orang
komunitas
- Tersusunnya
peduli
hipertensi suatu tujuan
yang sama
- Lakukan
dalam
pengkaderan
komunitas
untuk menjadi
peduli hipertensi
perintis
- Minimal sudah
komunitas
berjalannya 1

6
Partnership peduli kegiatan rutin
Komunitas hipertensi
lansia - Rintis Respon
dengan komunitas psikomotor
hipertensi, peduli dan afektif
petugas hipertensi Komunitas
puskesmas dengan lansia,
Setelah merumuskan petugas
dilakukan tujuan puskesmas
pertemuan berdirinya
selama 1x 60 komunitas dan
menit dapat kegiatan-
terjalin kegiatan yang
kerjasama akan dijalankan
pemeriksaan oleh komunitas
tekanan darah Empowermen peduli
- Terlaksananya
dan upaya t hipertensi pemerikanan
preventif tekanan darah
- Pantau dan
Komunitas penyakit secara rutin Respon
berikan
lansia hipertensi minimal 1 bulan afektif dan
masukan
dengan secara rutin oleh petugas psikomotor
positif pada
hipertensi kepada Komunitas puskesmas
komunitas
komunitas lansia - Terlaksananya
peduli
lansia dengan dengan minimal 2 upaya
hipertensi
hipertensi hipertensi program

7
dan pencegahan
3. Lakukan inisiasi keluarga hipertensi pada
dengan pihak komunitas lansia.
Setelah puskesmas untuk
dilakukan melakukan
pembinaan kerjasama
selama 1x60 pemeriksaan
menit tekanan darah
diharapkan lansia secara
komunitas rutin dan
mampu kegiatan Komunitas saling
menjalankan preventif untuk bekerjasama
perannya penyakit denganpembagian
masing-masing hipertensi peran untuk
dalam upaya 4. Jelaskan pada mencegah
pencegahan komunitas hipertensi
hipertensi lansia dengan
hipertensi dan
keluarga
masing-masing
peranannya
untuk saling
bekerjasama
mencagah

8
hipertensi

9
Intervensi Keperawatan Diagnosa 2

Data Diagnosa Tujuan Noc Nic

Masalah Domain 1 : Tujuan : Prevensi Primer Prevensi Primer;


Kesehatan
Promosi
Resiko Kesehatan Berkurangny Domain IV Pengetahuan Domain 3; Perilaku
peningkatan a perilaku
kesehatan dan perilaku.
hipertensi pada berisiko
Kelas 2; Kelas S; Edukasi
lansia meningkatny Kelas S; Pengetahuan
klien
Manajemen a hipertensi kesehatan
Hasil angket :
dan  5510: Pendidikan
Kesehatan kesehatan (210)
meningkatny
Level 3: Intervensi  5520:
1. 85%  Defisiensi a efektifitas Memfasilitasi
kemampuan kesehatan  1844: Pengetahuan;
pemeliharaan pembelajaran
komunitas manajemen sakit akut.
lansia dalam kesehatan (244).
(00215).  1803: Pengetahuan;  5604: Pengajaran
mengenali  Perilaku pada agregat proses penyakit. kelompok (372)
secara dini kesehatan resiko  1805: Pengetahuan;  5618: Pengajaran
cenderung perilaku sehat.
penyakit meningkatny prosedur/tindakan
berisiko  1823: Pengetahuan; (371).
hipertensi (00188). a hipertensi promosi kesehatan.
kurang baik.  Ketidakefektifa  1854: Pengetahuan;
pemeliharaan Domain 4; Keamanan
2. 40% warga diet sehat
kesehatan  1855: Pengetahuan;
yang menderita (00099). Kelas U; Manajemen
gaya hidup sehat.
hipertensi tidak krisis
pernah
 6240: P3K (194)
mendapatkan  6366:Triase;
penyuluhan telepon (399)
tentang
Domain 7; Komunitas
hipertensi

Kelas C; Promosi
3. Berdasarkan
kesehatan
data dari

10
puskesmas komunitas
mojolaban pada
bulan Maret
Level 3: Intervensi
sampai bulan
Mei di  7320: Manajemen
kelurahan kasus (113).
 8500:
bekonang Pengembangan
dukuh mojosari kesehatan
RW 1 45% masyarakat (129).
 8700:Pengembang
Lansia
an program (313).
menderita  8750: Pemasaran
hipertensi. sosial di
masyarakat (351).
Prevensi sekunder Prevensi sekunder;

Domain IV; Domain 3: Perilaku


Pengetahuan

kesehatan dan perilaku. Kelas O; Terapi


perilaku

Kelas Q; Perilaku sehat Level 3; Intervensi

Level 3: Intervensi  4350:Manajemen


perilaku (92)
 1600:Kepatuhan  4360:Modifikasi
perilaku perilaku (95)
 1621:Kepatuhan
perilaku; diet sehat. Kelas V; Manajemen
 1602:Perilaku
promosi kesehatan . resiko
 1603:Pencarian
Level 3; Intervensi
perilaku sehat .
 1606:Partisipasi
 6486:Manajemen
dalam pengambilan
lingkungan;
keputusan perawatan
keamanan (179).
kesehatan .

11
 1608:Kontrol gejala .
Domain 6; Sistem
Kelas R; Health Beliefs kesehatan

 1704:Health beliefs; Kelas Y; Mediasi


perceived Threat
terhadap sistem
 1705:Orientasi
kesehatan
kesehatan

Kelas FF; Manajemen  7320:Manajemen


kesehatan kasus (113)
 7400:Panduan
 3100:Manajemen sistem kesehatan
individu; sakit (212).
akut .
Kelas T; Kontrol resiko
dan keamanan Kelas A; Manajemen
sistem kesehatan
 1908:Deteksi faktor
resiko.  7620:Pengontrola
n berkala (132).
Domain V; Kesehatan  7726:Preceptor;
peserta didik
yang dirasakan
(306).
 7890:Transportasi
.
; antar fasilitasi
Kelas U; Kesehatan dan kesehatan.
 7880:Manajemen
Kualitas Hidup
teknologi (387).

 2008:Status
kenyamanan. Domain 6: Sistem
 2006:Status Kesehatan
kesehatan individu .
 2000:Kualitas hidup
 2005:Status Kelas D; Manajemen
kesehatan peserta
resiko komunitas.
didik .

 6520:Skrining

12
Kelas V; Status gejala kesehatan (213)

 2109:Tingkatan
ketidaknyamanan .
 1306:Nyeri;
Tingkat Respon
fisik
 2102:Level nyeri.
 2103:Tingkatan
gejala .

Kelas EE; Kepuasan


terhadap perawatan

 3014:Kepuasan
klien.
 3015:Kepuasan
manajemen kasus .
 3012:Kepuasan
terhadap pengajaran
 3015:Kepuasan
manajemen kasus
 3003:Kepuasan
keberlanjutan
perawatan
 3016: Kepuasan
manajemen nyeri
 3007:Kepuasan ;
lingkungan fisik
 3011:Kepuasan klien
; kontrol gejala

Domain VI; Kesehatan


keluarga

Kelas Z; Kualitas hidup


keluarga

13
 2606:Status
kesehatan keluarga

Kelas X; Family well


being.

 2600: Koping
keluarga
 2602:Fungsional
keluarga .
 2606:Status
kesehatan keluarga .
 2605:artisipasi
keluarga dalam
perawatan .
Prevensi Tersier; Prevensi Tersier;

Domain VI; Kesehatan Domain 5; Keluarga


keluarga

Kelas X; Perawatan
Kelas Z; Kualitas hidup siklus kehidupan.
keluarga
 7140: Dukungan
 2605:Partisipasi tim keluarga (193).
kesehatan dalam  7120:Mobilisasi
keluarga . keluarga (190).

Domain 6: Sistem
Kesehatan

Kelas B; Manajemen
informasi

 7910: Konsultasi
(131).
 7920:Dokumentas

14
i (151).
 7980:Pencatatan
insidensi kasus
 8080: Test
diagnostik .
 8100:Rujukan
(320).

BAB V

PENUTUP

15
A. Kesimpulan

Keperawatan Kesehatan Komunitas lansia adalah pelayanan keperawatan


profesional yang ditujukan kepada masyarakat khususnya lansia dengan penekanan
pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin
agar pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dapat terjangkau, dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan/
keperawatan (Efendi, 2010).Hipertensi merupakan penyakit yang berhubungan
dengan tekanan darah (Ridwan, 2009).

Diagnosa keperawatan komunitas yang bias ditegakkan pada asuhan


keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi adalah:

a. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan pola


hidup yang buruk.
b. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan vasekuler
serebral
c. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di desa X berhubungan
dengan kelemahan umum.

DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Waspada Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Elex Media Komputerindo

16
Effendi dan Makhfudi. 2010. Keperawtan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: salemba medika

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 (13th ed). Jakarta: EGC.

Jain, Ritu. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama

Kemensos. 2010. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah Kesejahteraannya.


Depsos.go.id

Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius

Mubarak, W & dkk. (2006). Ilmu Keperwatan Komunitas. Jakarta: CV. SagumgSeto.

Pierce dan Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta
:EGC

Ridwan, Muhamad. 2009. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi.


Semarang: Pustaka Widyamara

Riyadi, sugeng. 2007. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Smeltzer and Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume I. Jakarta: EGC

17

Anda mungkin juga menyukai