Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing :
Abi Muchlisin, S.KM., M.KES.
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji dan syukur kepada Allah SWT yang mana pada waktu ini Allah telah
memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami. Tak lupa juga sholawat serta
salam selalu kami haturkan kepada junjungan kami, Muhammad SAW yang kami
nantikan syafa’atnya kelak.
Terimakasih kepada semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan
Komunitas.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih jauh dari kata sempurna.
Banyak kesalahan kata dan kalimat dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, kami
mohon kritik dan saran dari pembaca supaya makalah ini menjadi lebih baik. Atas
perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
B. Hipertensi Lansia.................................................................................................5
A. Pengkajian......................................................................................................... 11
B. Analisis Masalah...............................................................................................17
C. Diagnosis...........................................................................................................19
D. Skoring..............................................................................................................19
E. Prioritas Masalah...............................................................................................21
F. Intervensi Keperawatan.....................................................................................22
BAB II PENUTUP.......................................................................................................... 24
A. Kesimpulan........................................................................................................27
B. Saran..................................................................................................................27
iv
DAFTAR PUSTAKA 3BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk kegiatan dibidang
kesehatan yang mencakup beberapa sub bidang, salah satunya adalah keperawatan
komunitas lanjut usia. Keperawatan komunitas lanjut usia merupakan bentuk
pelayanan yang tepat dengan memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan para
usia lanjut dalam ruang lingkup komunitas. Semua bentuk pemenuhan kebutuhan
usia lanjut dipengaruhi oleh beberapa karakteristik yang terjadi dalam proses menua
termasuk pemenuhan kebutuhan lansia dengan hipertensi, sehingga penting adanya
proses keperawatan untuk lansia dengan hipertensi.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk megetahui konsep hipertensi pada lansia.
2. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses keperawatan komunitas lansia dengan
hipertensi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu
keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat. Menurut Notoatmodjo pendidikan kesehatan
adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan
(Mubarak, 2005).
b. Proses Kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di
dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus. Perawat
spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan
pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif
model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial
atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan
kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan
pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan
masyarakat (community development) (Palestin, 2007).
c. Kerjasama atau Kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerjasama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat. Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan
sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki
kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan
masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-
komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya
kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang
dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan
masyarakat.
d. Pemberdayaan (Empowerment)
4
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai
proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk
pengetahuan baru.
2. Tujuan
5
ventrikular. Tekanan minimum dalam arteri disebut tekanan diastolik yang
disebabkan oleh diastol ventrikular ( Jain, 2011). Hipertensi merupakan
penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah (Ridwan, 2009). Hipertensi
dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2002).
Apabila seseorang memiliki tekanan darah sistol 140 mmHg dan tekanan darah
diastol 90 mmHg atau lebih yang diukur ketika ia sedang duduk dapat
dikategorikan memiliki tekanan darah tinggi (Ridwan, 2009).
2. Etiologi
6
Merupakan penyakit yang menyebabkan gangguan dalam
vaskularisasi darah ke ginjal seperti arterosklerosis. Penurunan
pasokan ginjal akan menyebabkan produksi renin ipsilateral dan
meningkatkan tekanan darah, sering diatasi secara farmakologis
dengan ACE Inhibitor.
c) Endokrin
Gangguan aldosteronisme primer akan berpengaruh terhadap
hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan rendahnya kadar renin
mengakibatkan kelebihan natrium dan air sehingga berdampak pada
meningkatnya tekanan darah.
3. Faktor Risiko
7
4) Konsumsi Garam Dapur
Hubungan antara asupan natrium dan hipertensi masih
kontroversial, tetapi jelas bahwa pada beberapa pasien hipertensi, asupan
garam yang banyak menyebabkan peningkatan tekanan darah secara
nyata. Pasien hipertensi hendaknya mengkonsumsi garam tidak lebih dari
100 mmol/hari (2,4 gram natrium, 6 gram natrium klorida).
5) Aktivitas atau Olahraga
Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan dan cara yang baik untuk
mengurangi berat badan. Hal itu juga tampak berguna untuk menurunkan
tekanan darah dengan sendirinya (Shadine, 2010).
6) Obesitas
Faktor yang diketahui dengan baik adalah obesitas, dimana
berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah
jantung. Pengurangan berat badan sedikit saja sudah menurunkan
tekanan darah.
7) Jenis Kelamin
Laki-laki cenderung mengalami tekanan darah yang tinggi
dibandingkan dengan perempuan. Tekanan darah pria mulai meningkat
ketika usianya berada pada rentang 35-50 tahun. Kecenderungan seorang
perempuan terkena hipertensi pada saat menopause karena penurunan
hormone seks (Ridwan, 2009).
4. Manifestasi Klinis
8
kepala bukan merupakan manifestasi klinis khas hipertensi. Sesak nafas juga
terjadi pada pasien hipertensi. Sesak nafas pada seseorang yang menderita
hipertensi biasanya terjadi karena kegemukan. Perdarahan di beberapa
bagian tubuh juga merupakan efek hipertensi. Risiko perdarahan dari arteri
ke otak atau retina mata meningkat karena adanya hipertensi terutama pada
pasien dengan usia di atas 50 tahun. Menstruasi yang berat dan munculnya
gejala menopause sering dialami wanita dengan hipertensi. Manifestasi
hipertensi yang lebih serus adalah perdarahan ke otak yang dapat membunuh
seseorang dalam waktu yang singkat atau menyebabkan kelumpuhan (Jain,
2011).
Hipertensi akan menjadi masalah kesehatan yang serius jika tidak
terkendali karena akan megakibatkan komplikasi yang berbahaya dan
berakibat fatal seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal
(Anies, 2006).
9
cairan sehingga meningkatkan volume darah yang berdampak pada
peningkatan tekanan darah (Ridwan, 2009).
Menurut Anies (2006) peningkatan tekanan darah melalui
mekanisme:
1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan darah lebih banyak
cairan setiap detiknya.
2) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak
dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu, darah dipaksa untuk melalui pembuluh darah yang sempit
dan menyebabkan naiknya tekanan darah. Penebalan dan kakunya
dinding arteri terjadi karena adanya arterosklerosis. Tekanan darah juga
meningkat saat terjadi vasokonstriksi yang diseabkan rangsangan saraf
atau hormon.
3) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat meningkatkan tekanan darah.
Hal ini dapat terjadi karena kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang natrium dan air dalam tubuh sehingga volume darah dalam
tubuh meningkat yang menyebabkan tekanan darah juga meningkat.
6. Penatalaksanaan
10
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Core
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Data dikaji melalui wawancara kepada tokoh formal dan informal
dikomunitas dan studi dokumentasi sejarah komunitas tersebut. Uraikan termasuk
data umum mengenai lokasi daerah binaan (yang dijadikan praktek keperawatan
komunitas), luas wilayah, iklim, type komunitas (masyarakat rural atau urban)
keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas dan pola
perubahan komunitas.
2. Data demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia lansia, jumlah lansiam jenis
kelamin, status perkawinan, ras atau suku , bahasa , tingkat pendapatan,
pendidikan , produktivitas, masih bekerja atau tidak, agama dan komposisi
keluarga.
3. Vital statistik
Jabarkan atau uraikan data tentang angka kematian kasar atau CDR
penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran.
4. Status kesehatan komunitas
Angka mortalitas, morbiditas akibat hipertensi. Kondisi kesehatan lansia
dikaji dengan menganalisis:
a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas:
1) Sakit kepala
2) Epistaksis
3) Pusing / migrain
4) Rasa berat ditengkuk
5) Sukar tidur
6) Mata berkunang kunang
7) Lemah dan lelah
8) Muka pucat
11
b. Pemeriksaan fisik
Menurut Jain (2011), pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan pada
pasien hipertensi adalah:
1) Tinggi badan dan berat badan
Tinggi dan berat badan diperlukan karena kondisi obesitas dapat
berpengaruh pada tekanan darah.
2) Pemeriksaan nadi
Semakin parah kondisi hipertensi, maka jarak denyut nadi
(amplitudo) akan semakin kecil. Amplitudo yang besar yaitu denyut nadi
yang penuh dan teratur menunjukkan tekanan darah sistolik yang tinggi
(arterosklerosis).
3) Suara jantung dan dada
Pemeriksaan jantung dan dada dapat mengindikasikan hipertensi
telah mempengaruhi jantung. Gagal jantung yang disebabkan penumpukan
cairan di paru dapat diketahui melalui pemeriksaan suara dada melalui
stetoskop.
4) Suara perut dan leher
Suara arteri perut dan leher dengan nada tinggi dapat menunjukkan
penyempitan arteri yang menuju ginjal, kaki, dan otak.
c. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis hipertensi biasanya berdasar pada terjadinya peningkatan
tekanan darah setelah dilakukan pengukuran secara berulang. Pemeriksaan
yang dapat dilakukan adalah:
1) Diagnosis tekanan darah
Mengukur tekanan darah merupakan tes rutin paling penting
untuk mendiagnosis hipertensi (Jain, 2011). Pengukuran tekanan darah
dilakukan dengan tujuan untuk memantau tekanan darah apakah masih
dalam kondisi normal atau abnormal. Tekanan sistolik yang melebihi 130
mmHg dan tekanan diastolik yang melebihi 80 mmHg merupakan
12
tekanan darah yang abnormal. Selain itu yang diperhatikan adalah selisih
tekanan sistole dan diastole atau pulse pressure (Ridwan, 2009).
2) Diagnosis dengan Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan menggunakan EKG dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui aktivitas jantung.
3) Dual Energy X-Ray Absorptionmetry (DEXA Scan)
Dexa scan digunakan untuk menetukan densitas tulang serta
komposisi tubuh seperti masa lemak terhadap masa otot. Untuk
keperluan hipertensi, alat ini digunakan untuk mengukur kadar lemak
dalam organ tubuh tertentu. Dengan diketahuinya penumpukan lemak
dalam tuubuh dapat membantu pasien dalam mengontrol berat badan
yang dapat mempengaruhi tekanan darah.
4) Tes Doppler
Tes doppler digunakan untuk menentukan kondisi sirkulasi darah
yang terdistribusi ke seluruh sistem kardiovaskular.
5) Tes Kolesterol
Penimbunan kolesterol dalam tubuh akan mengganggu sistem
kardiovaskular sehingga akan mempengaruhi tekanan darah seseorang.
6) Tes Darah
Tes darah dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah,
gula darah, urea darah, kreatinin dalam darah, tingkat natrium dan
kalium dalam darah.
d. Kejadian penyakit hipertensi pada lansia (dalam satu tahun terakhir).
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keturunan hipertensi
f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Pola pemenuhan nutrisi
Konsumsi garam berlebih, lemak, merokok, dan konsumsi kopi.
2) Pola pemenuhan cairan elektrolit
3) Pola istirahat tidur
Kurang tidur, tidur malam, dan kualitas tidur
13
4) Pola eliminasi
5) Pola aktifitas gerak, olahraga
6) Pola pemenuhan kebersihan diri
7) Status psikososial :
a) Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan
b) Hubungan dengan orang lain
c) Peran di masyarakat
d) Kesedihan yang dirasakan
e) Stabilitas emosi : stress
8) Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku tindakan
kekerasan.
9) Status pertumbuhan dan perkembanganan lansia, tahapan perkembangan
yang sudah dipenuhi dan belum terpenuhi.
10) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
11) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
12) Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang
berlebihan, mengkonsusmsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep,
penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan
purin.
Data lingkungan fisik
1. Pemukiman
a. Luas bangunan
b. Bentuk bangunan : Rumah, petak, asrama, pavilyun
c. Jenis bangunan : Permanen, semi permanen, non permanen
d. Atap rumah : Genting, seng, welit, ijuk, kayu, asbes
e. Dinding : Tembok, kayu, bambu, atau lainnya sebutkan
f. Lantai : Semen, tegel, keramik, tanah, kayu, atau lainnya sebutkan.
g. Ventilasi : Kurang atau lebih dari 15-20 % dari luas lantai
h. Pencahayaan : Kurang, baik
i. Penerangan : Kurang, baik
j. Kebersihan : Kurang, baik
14
k. Pengaturan ruangan dan perabot : Kurang, baik
l. Kelengkapan alat Rumah tangga. : Kurang, baik
2. Sanitasi
a. Penyediaan air bersih (MCK).
b. Penyediaan air minum
c. Pengelolaan jamban bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan bagaimana
jarak dengan sumber air.
d. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
e. Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah, bagaimana
cara pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya sebutkan.
f. Polusi udara, air, tanah, atau suara/kebisingan.
g. Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industri lainnya sebutkan.
3. Fasilitas
a. Peternakan, pertanian, perikanan dan lain-lain.
b. Pekarangan
c. Sarana olah raga
d. Taman, lapangan
e. Ruang pertemuan
f. Sarana hiburan
g. Sarana ibadah
4. Batas-batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur dan selatan.
5. Kondisi geografis
Ketinggian, cuaca, suhu, sector pertenin, perikanan, jenis tanah, perairan.
Pelayanan kesehatan dan social
1. Pelayanan kesehatan
a. Lokasi sarana kesehatan
b. Sumber daya yang dimiliki (tenaga kesehatan dan kader).
c. Jumlah kunjungan
d. Sistem rujukan
2. Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan).
15
a. Lokasi
b. Kepemilikan
c. Kecukupan
3. Ekonomi
a. Jenis pekerjaan
b. Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c. Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d. Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia.
4. Kemanan dan transportasi
a. Keamanan
1) Sistem keamanan lingkungan
2) Penanggulangan kebakaran
3) Penanggulangan bencana
4) Penanggulangan polusi, udara, air dan tanah.
b. Transportasi
1) Kondisi jalan
2) Jenis tranportasi yang dimiliki
3) Sarana transportasi yang ada
5. Politik dan pemerintahan
a. Sistem pengorganisasian
b. Struktur organisasi
c. Kelompok organisasi dalam komunitas
d. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
6. Sistem komunikasi
a. Sarana umum komunikasi
b. Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas.
c. Cara penyebaran informasi
7. Pendidikan
a. Tingkat pendidikan komunitas
b. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal).
1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
16
2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
c. Jenis bahasa yang digunakan
8. Rekreasi
a. Kebiasaan rekreasi
b. Fasilitas tempat rekreasi
B. Analisis Masalah
Analisa data merupakan suatu studi dan pengujian data yang dapat berbentuk
kuantitatif maupun kuaitatif. Dalam analisa data, semua aspek harus
dipertimbangkan karena analisa data perlu menentukan kebutuhan kesehatan dan
dukungan masyarakat serta trend dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dalam
melakukan analisa data terdapat beberapa langkah antara lain : pengelompokan data,
meringkas, membandingkan dan membuat kesimpulan.
Melakukan analisa data tersebut diatas membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan tentang menganalisa dan pengambilan keputusan melalui berpikir
kritis. Oleh karena itu perawat komunitas harus mempelajari dan menguasai
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan tersebut, sehingga perawat mampu
memberikan asuhan keperawatan komunitas.
Analisa data berarti perawat komunitas mempelajari data – data yang telah
terkumpul melalui metode pengumpulan data. Data yang telah terkumpul dapat
berupa data kualitati dan kuantitatif. Analisa data dilakukan untuk melihat masalah
kesehatan yang dialami masyarakat dan untuk mengidentifikasi kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan.Analisa data juga memberikan informasi
tentang kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat, system pendukung dan sumber –
sumber yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesehatan.
1. Tahap – tahap analisa data
Analisa seperti beberapa prosedur lain yang kita lakukan, dapat
dipandang sebagai suatu proses yang mempunyai beberapa langkah atau
tahapan. Tahapan – tahapan yang digunakan untuk membantu melakukan analisa
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mengelompokan data atau mengkategorikan data
17
Mengelompokan atau mengkateforikan data sangat membantu kita
dalam melakukan analisa data yang telah dikumpulkan dalam komuntas.
Kategori atau pengelompokan yang biasa digunakan yaitu berdasarkan :
1) Karakteristik demografi ( jumlah anggota keluarga, usia, jenis kelamin,
kelompok rasial dan etnik dan lain – lain )
2) Karakteristik geografi ( batas wilayah, jumlah dan tipe tetangga,
lingkungan tempat tinggal dan jalan
3) Karakteristik sosial ekonomi ( pekerajaan, pendapatan, pendidikan, rumah
sewaan, rumah pribadi )
4) Karakteristik sistem pendukung dan pelayanan kesehatan ( rumah sakit,
klinik, pusat kesehatan mental dan sebagainya.
b. Meringkas
Setelah metode pengkategorian dilakukan, langkah selanjutnya adalah
meringkas atau menyimpulkan data pada masing – masing kategori yang
telah dikelompokan dapat dalam bentuk penghitungan, table, atau grafik.
c. Membandingkan
Langkah berikutnya setelah data diringkas yaitu langkah
membandingkan data, apakah ada yang menyimpang atau abnormal, apakah
ada data – data yang tidak pantas atau keselahan – kesalahan saat
mengelompokan data sehingga perlu adanya revalidasi data.. data – data yang
diperoleh dari masyarakat dari wilayah binaan, dibandingkan dengan data
data yang sama seperti data yang bersifat kecamatan, kabupaten , atau
nasional.
d. Pengambilan Kesimpulan
Setelah data yang dikumpulkan dikelompokan, diringkas dan
dibandingkan. Tahapan paling ahir adalah penarikan kesimpulan yang logis
dari bukti – bukti yang diperoleh yaitu pengambilan kesimpulan yang
mengarah pada pernyataan diagnosa keperawatan. Pada tahap ini dilakukan
sintesa apa yang diketahui perawat tentang komunitas, yaitu ; apa maksud /
arti dari data tesebut.
18
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah
itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan analisis data :
a. Menetapkan kebutuhan komunity
b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respon komunity
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
C. Diagnosis
Diagnosis terhadap hipertensi perlu dilakukan dalam interval waktu tertentu
untuk menentukan gejala hipertensi yang dialami seseorang. Diagnosis ini dilakukan
dalam keadaan tanpa pembiusan, tidak sedang mengkonsumsi kopi, alkohol, serta
tidak merokok. Terkadang terdapat kesalahan saat melakukan diagnosa hipertensi
terutama pada wanita lanjut usia karena penurunan sensitivitas refleks baroreseptor
sehingga menimbulkan fluktuasi dalam tekanan darah (Ridwan, 2009).
Diagnosis yang muncul pada asuhan keperawatan komunitas lansia dengan
hipertensi adalah:
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan pola
hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan vaskuler
serebral
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di desa X berhubungan
dengan kelemahan umum.
D. Skoring
Skoring bertujuan untuk menentukan diagnosa prioritas dalam proses
keperawatan. Scoring dilakukan dengan mempertimbangkan 12 aspek.
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan pola
hidup yang buruk.
No Kriteria Penapisan Skoring
1 Risiko Terjadi 5
2 Risiko Parah 3
19
3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5
4 Minat masyarakat 4
5 Kemungkinan Diatasi 5
6 Sesuai program 4
7 Tempat 4
8 Waktu 3
9 Dana 1
10 Fasilitas kesehatan 4
11 Sumber dana 2
Jumlah 45
1 Risiko Terjadi 5
2 Risiko Parah 4
4 Minat masyarakat 2
5 Kemungkinan Diatasi 4
6 Sesuai program 5
7 Tempat 4
8 Waktu 2
9 Dana 1
10 Fasilitas kesehatan 4
11 Sumber dana 1
20
12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5
Jumlah 42
1 Risiko Terjadi 5
2 Risiko Parah 4
4 Minat masyarakat 2
5 Kemungkinan Diatasi 4
6 Sesuai program 5
7 Tempat 4
8 Waktu 2
9 Dana 1
10 Fasilitas kesehatan 4
11 Sumber dana 1
Jumlah 42
E. Prioritas Masalah
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan pola
hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan vaskuler
serebral
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan dengan
kelemahan umum
21
Asuhan Keperawatan Komunitas
Pengkajian Tahap 1
1. Geografi
b. Luas daerah : 8 Ha
c. Batas wilayah :
Selatan : RT 1 RW 2
2. Demografi
a. Jumlah KK : 47 KK
anak-anak sekolah
22
2) TK : 17 – 20 orang
3) SMA : 16 orang
4) SMP : 15 orang
5) SD : 20 orang
h. Pekerjaan:
i. Pendapatan rata-rata:
1) Rp 800.000,- : 20%
3) Rp 2.000.000,- : 30%
23
k. Agama : 100% IslamPengkajian Tahap 2
1. Lingkungan fisik
b. TK : 17 – 20 orang
c. SMA : 16 orang
d. SMP : 15 orang
e. SD : 20 orang
d. Keadaan jalan: jalanan sudah diaspal dan ramai akan kendaraan bermotor
24
Pemilihan ketua RT/ RW dengan cara voting
bersama
4. Struktur Pemerintahan
klinik swasta yang lain, hanya ada 1 puskesmas dan 1 praktik bidan
25
Sering hadir: 15 % lansia
Jarang hadir : 25 % Lansia
Tidak pernah hadir : 40 %
dan posyandu balita (tiap minggu pertama) berjalan aktif setiap sebulan
sekali.
setempat
6. Komunikasi
7. Ekonomi
26
a. Rp 800.000,- : 20%
c. Rp 2.000.000,- : 30%
8. Rekreasi
Tidak terdapat tempat hiburan apapun sehinnga warga harus pergi jauh
untuk mendapatkan hiburan
27
28
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa bekonang berhubungan
dengan kurangnya pemahaman, kurang dukungan sosial masyarakat dalam
pemeliharaan kesehatan
2. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan
Skoring
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa bekonang berhubungan
dengan kurangnya pemahaman, kurang dukungan sosial masyarakat dalam
pemeliharaan kesehatan
No Kriteria Penapisan Skoring
1 Risiko Terjadi 5
2 Risiko Parah 3
4 Minat masyarakat 4
5 Kemungkinan Diatasi 5
6 Sesuai program 4
7 Tempat 4
8 Waktu 3
9 Dana 1
10 Fasilitas kesehatan 4
11 Sumber dana 2
Jumlah 45
1
2. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian hipertensi pada lansia berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan
No Kriteria Penapisan Skoring
1 Risiko Terjadi 5
2 Risiko Parah 4
4 Minat masyarakat 2
5 Kemungkinan Diatasi 4
6 Sesuai program 5
7 Tempat 4
8 Waktu 2
9 Dana 1
10 Fasilitas kesehatan 4
11 Sumber dana 1
Jumlah 42
2
Analisa Data
1 Gangguan Kurangnya DS :
hipertensi pemahaman Dari hasil wawancara dengan petugas puskesmas
pada Kurang mojolaban warga khususnya lansia sering pusing
komunitas dukungan dan tidak mengerti mengenai pantangan makanan
lansia di desa sosial yang dapat menimbulkan risiko penyakit
bekonang masyarakat DO :
dalam Berdasarkan data dari puskesmas mojolaban warga
pemeliharaa jarang melakukan pemeriksaan kepuskesmas dan
n kesehatan banyak lansia yang memiliki riwayat keturunan
hipertensi
Kader kurang berperan aktif
3
2 Resiko tinggi Kurangnya DS :
peningkatan pengetahuan
Dari hasil wawancara dengan ketua RW 1
angka kejadian
mengatakan bahwa rata-rata lansia yang menderita
hipertensi
hipertensi sekitar 50 %
pada lansia
DO :
4
Intervensi Keperawatan Diagnosa 1
No Diagnosa Sasaran Tujuan Strategi Rencana Sumber kriteria hasil Standar
kegiatan evaluasi
5
Group - Jelaskan - Klien mampu
Komunitas Process penanganan mendemonstrasik Respon
lansia dini untuk Komunitas an terapi relaksasi psikomotor
hipertensi lansia otot progresif dan afektif
Setelah - Ajarkan terapi dengan
dilakukan relaksasi otot hipertensi,
pembinaan progresif untuk kader
selama 2x120 mengatasi posyandu
menit, klien hipertensi lansia,
mampu petugas - Terbentuk
membentuk 2. Bentuk puskesmas komunitas
komunitas komunitas peduli hipertensi
peduli peduli hipertensi dengan kader
hipertensi minimal 5 orang
- Adakan
dan anggota
sosialisasi
minimal 15
pembentukan
orang
komunitas
- Tersusunnya
peduli
hipertensi suatu tujuan
yang sama
- Lakukan
dalam
pengkaderan
komunitas
untuk menjadi
peduli hipertensi
perintis
- Minimal sudah
komunitas
berjalannya 1
6
Partnership peduli kegiatan rutin
Komunitas hipertensi
lansia - Rintis Respon
dengan komunitas psikomotor
hipertensi, peduli dan afektif
petugas hipertensi Komunitas
puskesmas dengan lansia,
Setelah merumuskan petugas
dilakukan tujuan puskesmas
pertemuan berdirinya
selama 1x 60 komunitas dan
menit dapat kegiatan-
terjalin kegiatan yang
kerjasama akan dijalankan
pemeriksaan oleh komunitas
tekanan darah Empowermen peduli
- Terlaksananya
dan upaya t hipertensi pemerikanan
preventif tekanan darah
- Pantau dan
Komunitas penyakit secara rutin Respon
berikan
lansia hipertensi minimal 1 bulan afektif dan
masukan
dengan secara rutin oleh petugas psikomotor
positif pada
hipertensi kepada Komunitas puskesmas
komunitas
komunitas lansia - Terlaksananya
peduli
lansia dengan dengan minimal 2 upaya
hipertensi
hipertensi hipertensi program
7
dan pencegahan
3. Lakukan inisiasi keluarga hipertensi pada
dengan pihak komunitas lansia.
Setelah puskesmas untuk
dilakukan melakukan
pembinaan kerjasama
selama 1x60 pemeriksaan
menit tekanan darah
diharapkan lansia secara
komunitas rutin dan
mampu kegiatan Komunitas saling
menjalankan preventif untuk bekerjasama
perannya penyakit denganpembagian
masing-masing hipertensi peran untuk
dalam upaya 4. Jelaskan pada mencegah
pencegahan komunitas hipertensi
hipertensi lansia dengan
hipertensi dan
keluarga
masing-masing
peranannya
untuk saling
bekerjasama
mencagah
8
hipertensi
9
Intervensi Keperawatan Diagnosa 2
Kelas C; Promosi
3. Berdasarkan
kesehatan
data dari
10
puskesmas komunitas
mojolaban pada
bulan Maret
Level 3: Intervensi
sampai bulan
Mei di 7320: Manajemen
kelurahan kasus (113).
8500:
bekonang Pengembangan
dukuh mojosari kesehatan
RW 1 45% masyarakat (129).
8700:Pengembang
Lansia
an program (313).
menderita 8750: Pemasaran
hipertensi. sosial di
masyarakat (351).
Prevensi sekunder Prevensi sekunder;
11
1608:Kontrol gejala .
Domain 6; Sistem
Kelas R; Health Beliefs kesehatan
2008:Status
kenyamanan. Domain 6: Sistem
2006:Status Kesehatan
kesehatan individu .
2000:Kualitas hidup
2005:Status Kelas D; Manajemen
kesehatan peserta
resiko komunitas.
didik .
6520:Skrining
12
Kelas V; Status gejala kesehatan (213)
2109:Tingkatan
ketidaknyamanan .
1306:Nyeri;
Tingkat Respon
fisik
2102:Level nyeri.
2103:Tingkatan
gejala .
3014:Kepuasan
klien.
3015:Kepuasan
manajemen kasus .
3012:Kepuasan
terhadap pengajaran
3015:Kepuasan
manajemen kasus
3003:Kepuasan
keberlanjutan
perawatan
3016: Kepuasan
manajemen nyeri
3007:Kepuasan ;
lingkungan fisik
3011:Kepuasan klien
; kontrol gejala
13
2606:Status
kesehatan keluarga
2600: Koping
keluarga
2602:Fungsional
keluarga .
2606:Status
kesehatan keluarga .
2605:artisipasi
keluarga dalam
perawatan .
Prevensi Tersier; Prevensi Tersier;
Kelas X; Perawatan
Kelas Z; Kualitas hidup siklus kehidupan.
keluarga
7140: Dukungan
2605:Partisipasi tim keluarga (193).
kesehatan dalam 7120:Mobilisasi
keluarga . keluarga (190).
Domain 6: Sistem
Kesehatan
Kelas B; Manajemen
informasi
7910: Konsultasi
(131).
7920:Dokumentas
14
i (151).
7980:Pencatatan
insidensi kasus
8080: Test
diagnostik .
8100:Rujukan
(320).
BAB V
PENUTUP
15
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2006. Waspada Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Elex Media Komputerindo
16
Effendi dan Makhfudi. 2010. Keperawtan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: salemba medika
Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 (13th ed). Jakarta: EGC.
Jain, Ritu. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Mubarak, W & dkk. (2006). Ilmu Keperwatan Komunitas. Jakarta: CV. SagumgSeto.
Pierce dan Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta
:EGC
Smeltzer and Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume I. Jakarta: EGC
17