Disusun oleh:
Kelompok
Mengetahui
Pembimbing Akademik
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan hidayah-Nya
sehingga kami, dapat menyelesaikan laporan dalam rangka praktek profesi Ners di Panti
Pondok Lansia Bendelonje.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka
laporan ini tidak akan dapat terwujud, Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1 Kepala Panti Pondok lansia yang telah memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
melaksanakan praktek profesi dan memberikan ijin atas penggunaan lahan praktek di
Pnati pondok lansia.
2 Ning Arti Wulandari M.Kep, Sandi Alfa Wiga Arsa, M.Kep, Yeni Kartika Sari
M.Kep.Ns, Wimar A., M.Kep.,Ns selaku koordinator sekaligus pembimbing praktek
profesi keperawatan komunitas yang telah memberikan arahan dan bimbingannya
sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan ini.
3 Teman-teman sejawatku khususnya kelompok yang telah bekerja keras demi
terselesainya laporan ini.
Semoga bimbingan dan bantuannya dicatat sebagai amal baik oleh Allah SWT. Dan
akhirnya semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi perkembangan dunia
keperawatan, Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan salah satu faktor
yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Status kesehatan dipengaruhi oleh banyak
faktor, yaitu: lingkungan, perilaku, perawatan medis, dan keturunan. Faktor lingkungan
meliputi keadaan pemukiman atau rumah, tempat kerja, sekolah, tempat umum, air, udara,
teknologi, sosial, pendidikan dan kondisi ekonomi, sedangkan perilaku tercermin dalam
kebiasaan sehari-hari seperti kebiasaan hidup bersih dan sehat yaitu: kebiasaan makan,
kebersihan keluarga dan gaya hidup. Pelayanan kesehatan meliputi fasilitas kesehatan,
program kesehatan, dan tenaga kesehatan (Achjar, 2016).
Dalam situasi pandemi saat ini peran dalam upaya penigkatan kesehatan harus
ditingkatkan. Peran dalam pencegahan Covid-19 dilakukan melalui kelompok masyarakat
dengan peran perawat komunitas dalam memberikan edukasi kesehatan dan pelayanan
kesehatan.
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi
sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, diaman pada
manusia seseorang mengalami kemunduran fisil, mental, dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari – hari lagi. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia lebih mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan berjalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang
dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun,
dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur
65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam
dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang
mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung
menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realita yang ada.
Mereka yang nantinya akan menjadi lansia tersebut harus diantisipasi mulai dari
sekarang, sehingga tidak menjadi beban bagi masyarakat. Antisipasi tersebut salah satunya
dengan membuat para lansia tetap sehat, mandiri, serta produktif bagi masyarakat. Untuk
mencapai menua yang sehat tersebut di perlukan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan, sehingga keadaan patologi pun
dicoba untuk disembuhkan guna untuk mempertahankan proses menua yang sehat, oleh
karena proses patologi akan mempercepat jalannya proses penuaan , upaya pencegahan harus
diutamakan.
Tujuan keperawatan gerontik adalah untuk membantu individu lanjut usia memahami
adanya perubahan pada dirinya berkaitan dengan proses penuaan, mempertahankan,
memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia baik jasmani, rohani, maupun
social secara optimal, memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia, memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari, mengembalikan
kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, mempercepat pemulihan atau penyembuhan
penyakit, meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat.
Untuk mengaplikasikan teori ilmu keperawatan gerontik, dalam upaya menyiapkan
tenaga keperawatan yang profesional dan potensi keperawatan secara mandiri, maka
mahasiswa Keperawatan STIKes Patria Husada Blitar melaksanakan praktek keperawatan
gerontik di Pondok Panti Lansia Bendelonje, Ds. Kendalrejo, Kecamatan Talun Kabupaten
Blitar. Jumlah lansia di Pondok Panti Lansia Bendelonje yaitu 38 orang lansia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengenali dan mengamati keadaan kesehatan lansia serta mampu
menangani masalah kesehatan dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang ada.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengolah data kesehatan lansia.
2. Memberikan edukasi kesehatan terkait dengan pelayanan kesehatan dalam masa pandemi
Covid-19.
3. Memotivasi lansia dalam upaya mengatasi masalah kesehatan.
4. Menyusun perencanaan kegiatan dalam menangani masalah kesehatan yang terdapat
pada lansia.
5. Mengenali dan memanfaatkan sumber daya yang ada guna mengatasi masalah kesehatan
yang dihadapi.
6. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut dari tiap masalah
keperawatan yang telah ditemukan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk Mahasiswa
1. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan kepada lansia tentang
kesehatan.
2. Untuk memperoleh pengalaman belajar mengenali masalah kesehatan dan menentukan
langkah penyelesaiannya dalam masa pandemi Covid-19.
1.3.2 Untuk Lansia
Lansia mampu mengenali masalah kesehatan yang ada dan dapat menyelesaikan
masalah tersebut di masa pandemic Covid-19.
1.3.3 Untuk Pengelola Panti Lansia
Diharapkan pengelola panti lansia lebih aktif dalam menjalankan program kesehatan
agar terwujudnya lansia yang sehat dan sejahtera.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Lanjut Usia
2.2 Penuaan
2.2.2 Proses Penuaan
Nugroho (2008) menjelaskan bahwa menua adalah suatu proses yang terjadi secara
alamiah yang berarti bahwa seseorang telah melalui ketiga tahap dalam kehidupannya yaitu
anak, dewasa dan tua. Ketika memasuki usia tua berarti akan mengalami berbagai
kemunduran, misalnya kemunduran fisik seperti rambut yang mulai memutih, berkurangnya
penglihatan dan pendengaran, dan berubahnya postur tubuh (Setiyorini, dkk, 2018).
2.2.3 Teori Proses Menua
Azizah (2011) membagi teori penuaan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori
psikososial.
1. Teori Biologi
a. Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel
tubuh deprogram untuk membelah 50 kali. Jika sel pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di
laboratorium, lalu diobservasi jumlah sel-sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan
membelah akan terlihat sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem 11
musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti
jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko
akan mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama
sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri.
b. Sistesis Protein
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen
protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan
elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein
yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang
kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal seiring dengan bertambahnya usia
(Tortora dan Anagnostakos, 1990)
c. Keracunan Oksigen
Dengan adanya penurunan kemampuan sel dalam menjalankan fungsinya, maka
kemampuan sel untuk mempertahankan diri dari zat-zat toksik termasuk zat yang dibawa oleh
oksigen juga mengalami kemunduran. Sehingga struktur membran sel yang berfungsi sebagai
alat pertahanan diri sel menjadi rapuh.
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Kemunduran
kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khusunya sel darah putih, juga
merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.
e. Metabolisme
Menurut MC Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004),
pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormone
pertumbuhan.
2. Teori Psikososial
a. Aktifitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa muda aktif dan terus memelihara keaktifan setelah menua, sense
of integrity yang dibangun di masa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang suskes adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi oleh ginjal.
a. Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada
serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
b. Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus.
Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
1. Perubahan Kognitif
a. Daya ingat (memory)
b. Intelligent quocient (IQ)
c. Kemampuan belajar (learning)
d. Kemampuan pemahaman (comprehension)
e. Pemecahan masalah (problem solving)
f. Pengambilan keputusan (decision making)
g. Kebijaksanaan (wisdom)
h. Kinerja (performance)
i. Motivasi
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity pada lansia
yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan masyarakat,
melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan interpersonal.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi
pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya.
2.1.4 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia
Menurut Azizah (2011) dalam (Setiyorini, dkk., 2018) perubahan yang terjadi pada
lansia dibagi menjadi perubahan fisik, perubahan sistem tubuh dan perubahan kognitif.
2. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran; prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya
kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit yang
dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut : jaringan
penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentanagan yang tidak teratur.
d. Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya
permukaan sendi menjadi 16 rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi
berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.
e. Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang setelah di observasi adalah bagian dari penuaan fisiologi
akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
f. Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran
sebabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif.
g. Sendi
Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami
penuaan elastisitas.
3. Perubahan Sistem Tubuh
c. Sistem Kardiovaskuler
Masa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan
lipofusin dan klasifikasi Sa node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
d. Sistem Respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi
volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara
yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
e. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai
kemunduran fungsi yang nyata: (1) Kehilangan gigi, (2) Indra pengecap menurun, (3) Rasa
lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), (4) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
3.1 Usia Lansia
3.1.1 Tabel Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia di Panti Lansia Bendelonje
Kendalrejo.
No. Usia Frekuensi Persentase
1. Manula 26 68,4%
2. Lansia 11 28,9%
3. Dewasa 1 2,6%
Total 38 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 38 responden Panti Lansia
Bendelonje Kendalrejo mayoritas adalah usia manula dengan jumlah 26 orang (68,4%.),
Lansia 11 orang (28,9%), dan dewasa 1 orang (2,6%).
3.2 Jenis Kelamin Lansia
3.2.1 Tabel Distribusi Frekuensi berdasarkan jenis kelamin di Panti Lansia Bendelonje
Kendalrejo.
No Jenis kelamin Frekuensi Presentase
1. Perempuan 38 100%
Total 38 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 38 responden Panti Lansia
Bendelonje Kendalrejo mayoritas adalah Perempuan dengan jumlah 38 orang (100%.).
3.3 Penyakit Lansia
3.3.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan keluhan penyakit lansia di Panti Lansia
Bendelonje Kendalrejo.
No. Penyakit Frekuensi Persentase
1. Hipertensi 14 36,8%
2. Stroke 10 26,3%
3. Dimensia 6 15,8%
4. ODGJ 6 15,8%
5. Fraktur 2 5.3%
Total 38 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Panti Lansia Bendelonje
Kendalrejo mengalami Hipertensi 14 orang (36,8%), Stroke 10 orang (26,3), Dimensia 6
orang (15,8%), ODGJ 6 orang (15,8%), dan Fraktur 2 orang (5,3%).
3.4 Aktivitas Lansia
1. Mandiri 9 23,7%
2. Bantuan 17 44,7%
3. Bedtres 12 31,6%
Total 38 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Panti Lansia Bendelonje
Kendalrejo jumlah lansia yang dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti Mandiri 9 orang
(23,7%), Bantuan 17 orang (44,7%), dan Bedtres 12 orang (31,6%).
3.5 Karakteristik Lingkungan
Panti Lansia Bendelonje Kendalrejo memiliki luas (……..). Yang terdiri dari
beberapa bangunan seperti 2 rumah inti, 7 kamar bagi lansia (terdiri dari 38 bed), 1 dapur.
Setiap bangunan ada yang sudah terbuat dari tembok da nada yang masih di tutup dengan
harplek, atap ada dari genting dan galvalum, dan lantai ada yang terbuat dari ubin/tekel
(pada bangunan baru) sedangkan bangunan lama masih terbuat dari mester. Kamar mandi
tersedia di sekitar kamar lansia, sehingga mudah di jangkau oleh lansia. Ventilasi sudah
bagus setiap hari jendela di buka pertukaran udara baik. Vector yang ada di sekitar
lingkungan panti adalah nyamuk dan lalat. Berdasarkan pemanfaatan lingkungan banyak
di tanami pohon manggis dan pohon duku sehingga suasana di sekitar panti sangan
rindang dan sejuk, di bagian belakang rumah terdapat taman yang ada bangunan air
mancur, kolam ikan koi, dan kandang menthok. Sumber mata air sudah menggunakan
sumur galian, saat mngambil air sudah menggunakan sanyo yang menggunakan
penampuangan tendon air. Di depan dapur terdapat genangan air (peceren) yang
menyebabkan bau tidak sedap. Pembuangan sampah terdapat di bagian belakang dengan
cara di bakar.
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Analisa Data
DIAGNOSA
No. DATA
KEPERAWATAN
1. DS : - Defisit Kesehatan
Komunitas
DO :
- Di Panti Lansia di Bendelonje Kendalrejo banyak
mengalami masalah kesehatan yaitu mengalami
Hipertensi 14 orang (36,8%), Stroke 10 orang
(26,3), Dimensia 6 orang (15,8%), ODGJ 6 orang
(15,8%), dan Fraktur 2 orang (5,3%).
- Di Panti Lansia Bendelonje Kendalrejo jumlah
lansia yang dapat melakukan aktivitas sehari-hari
seperti Mandiri 9 orang (23,7%), Bantuan 17
orang (44,7%), dan Bedtres 12 orang (31,6%).
-
Masalah Keperawatan :
1. Defisit Kesehatan Komunitas b.d mengatasi seluruh masalah kesehatan komunitas d.d
terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas
4.2 Penapis Masalah
Dari Hasil analisis data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun penapisan tersebut
dapat dilihat sebagai berikut :
Diagnosis Kriteria
NO Jumlah Keterangan
Keperawatan A B C D E F G H I J K L
1. Defisit Kesehatan Komunitas 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 38 Keterangan :
b.d mengatasi seluruh masalah A. Sesuai dengan peran perawatan komunitas
kesehatan komunitas d.d terjadi B. Resiko Terjadi
masalah kesehatan yang C. Resiko Parah
dialami komunitas D. Potensi untuk pendidikan kesehatan
E. Interens untuk komunitas
F. Kemungkinan untuk diatasi
G. Relefan dengan program
H. Tersediannya tempat
I. Tersedianya waktu
J. Tersedianya dana
K. Tersedianya fasilitas
L. Tersedinya sumber daya
Keterangan Pembobotan :
1. Sangat Rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat Tinggi
Prioritas Masalah
1. Defisit Kesehatan Komunitas b.d mengatasi seluruh masalah kesehatan
komunitas d.d terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas
4.3 Intervensi
DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1. Defisit Kesehatan Komunitas Setelah dilakukan kunjungan 3x status Pengembangan Kesehatan Masyarakat
b.d mengatasi seluruh kesehatan komunitas meningkat Observasi :
masalah kesehatan dengan kriteria hasil : - Identifikasi masalah atau isu kesehatan dan
komunitas d.d terjadi 1 Ketersediaan program promosi prioritasnya
masalah kesehatan yang kesehatan meningkat - Identifikasi potensi atau aset dalam masyarakat
dialami komunitas 2 Keikutsertaan asuransi/jaminan terkait isu yang dihadapi
kesehatan meningkat - Identifikasi pemimpin/tokoh dalam masyarakat
3 Sistem surveilens kesehatan Teraupetik :
meningkat - Libatkan anggota masyarakat untuk
4 Prevalensi penyakit meningkat mrningkatkan kesadaran terhadap isu kesehatan
dan mengembangkan rencana kerja
- Libatkan masyarakat dalam proses perencanaan
dan implementasi serta revisinya
- Pertahankan komunikasi yang terbuka dengan
anggota masyarakat dan pihak-pihak yang
terlibat
- Persatukan anggota komunitas dengan cita-cita
komunitas yang sama
- Bangun komitmen antar anggota masyarakat
- Kembangkan mekanisme keterlibatan tatanan
lokal, regional bahkan nasional terkait isu
kesehatan komunitas
4.4 Rencana Kegiatan
Lansia yang mandiri 23,7%, yang bantuan 44,7% dan yang bedres 31,6% sehingga lansia dengan bantuan dan bedres lebih banyak
daripada yang mandiri, maka perlu penanganan yang lebih ekstra dan lansia yang memiliki penyakit hipertensi sebanyak 36,8%, yang memiliki
stroke 26,3%, yang dimensia 15,8%, odgj 15,8% dan yang fraktur 5,3%. rata-rata lansia yang memiliki penyakit hipertensi lebih banyak
SARAN
Saran dari penulis adalah dipanti lansia bendelonje kendalrejo talun blitar terdapat lansia berjumlah 38 orang dengan kemampuan fisik
yang berbeda. Sehingga saran dari penulis setiap lansia yang memiliki kemampuan fisik atau penyakit yang sama di jadikan disatu tempat yang
sama, maka memudahkan untuk merawat. Setiap tempat tidur lansia di berikan tanda pengenalsupaya nanti ada mahasiswa praktek mudah untuk
memghafal nama lansia masing-masing. Yang terakhir lebih memperbanyak alat mobilitas fisik seperti tongkat supaya memudahkan lansia yang