Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN DEPARTEMEN KOMUNITAS GERONTIK

DI PANTI LANSIA BENDELONJE KENDALREJO TALUN


KABUPATEN BLITAR

Disusun oleh:
Kelompok

1. Lutfi Febriana (1711003) 12. Pristanti Wiji Yuli A. (1711016)


2. Ahmat Muzaki (1711004) 13. Herlina Binti M. (1711017)
3. Dhenis Puji Rahayu (1711005) 14. Yolanda Shela Wati (1711018)
4. Lutfi Huzaini (1711006) 15. Reza Dwi W. (1711019)
5. Dilla Rista Rosid (1711007) 16. Sukma Faida Fitri (1711020)
6. Intan Permatasari (1711008) 17. Sinta Anna Insyia (1711023)
7. Aurizal Ahmad Aziz (1711009) 18. Umma Nurrozikhin (1711024)
8. Adinda Moudy A. (1711012) 19. Novi Ardianti (1712056)
9. Camilo Belo Cabral (1711013) 20. Aferi Adi Suhendra (1611010)
10. Hipolito Da Cruz S. (1711014) 21. Nur Asizah Yulianti (1711010)
11. Lily Indrayani (1711015) 22. Wiwit Setyani (1611032)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PATRIA HUSADA BLITAR
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Komunitas Gerontik Telah disetujui dan diperiksa


pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 25 November 2021

Mengetahui

Pembimbing Akademik

Ning Arti Wulandari


NIK. 180906030

Kepala Pondok Panti Lansia


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan hidayah-Nya
sehingga kami, dapat menyelesaikan laporan dalam rangka praktek profesi Ners di Panti
Pondok Lansia Bendelonje.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka
laporan ini tidak akan dapat terwujud, Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1 Kepala Panti Pondok lansia yang telah memberikan kesempatan kepada kelompok untuk
melaksanakan praktek profesi dan memberikan ijin atas penggunaan lahan praktek di
Pnati pondok lansia.
2 Ning Arti Wulandari M.Kep, Sandi Alfa Wiga Arsa, M.Kep, Yeni Kartika Sari
M.Kep.Ns, Wimar A., M.Kep.,Ns selaku koordinator sekaligus pembimbing praktek
profesi keperawatan komunitas yang telah memberikan arahan dan bimbingannya
sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan ini.
3 Teman-teman sejawatku khususnya kelompok yang telah bekerja keras demi
terselesainya laporan ini.
Semoga bimbingan dan bantuannya dicatat sebagai amal baik oleh Allah SWT. Dan
akhirnya semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi perkembangan dunia
keperawatan, Amin.

Blitar, 24 November 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri dan salah satu faktor
yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Status kesehatan dipengaruhi oleh banyak
faktor, yaitu: lingkungan, perilaku, perawatan medis, dan keturunan. Faktor lingkungan
meliputi keadaan pemukiman atau rumah, tempat kerja, sekolah, tempat umum, air, udara,
teknologi, sosial, pendidikan dan kondisi ekonomi, sedangkan perilaku tercermin dalam
kebiasaan sehari-hari seperti kebiasaan hidup bersih dan sehat yaitu: kebiasaan makan,
kebersihan keluarga dan gaya hidup. Pelayanan kesehatan meliputi fasilitas kesehatan,
program kesehatan, dan tenaga kesehatan (Achjar, 2016).
Dalam situasi pandemi saat ini peran dalam upaya penigkatan kesehatan harus
ditingkatkan. Peran dalam pencegahan Covid-19 dilakukan melalui kelompok masyarakat
dengan peran perawat komunitas dalam memberikan edukasi kesehatan dan pelayanan
kesehatan.
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi
sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, diaman pada
manusia seseorang mengalami kemunduran fisil, mental, dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari – hari lagi. Lansia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia lebih mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan berjalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seseorang
dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun,
dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa umur
65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam
dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang
mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung
menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realita yang ada.
Mereka yang nantinya akan menjadi lansia tersebut harus diantisipasi mulai dari
sekarang, sehingga tidak menjadi beban bagi masyarakat. Antisipasi tersebut salah satunya
dengan membuat para lansia tetap sehat, mandiri, serta produktif bagi masyarakat. Untuk
mencapai menua yang sehat tersebut di perlukan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan, sehingga keadaan patologi pun
dicoba untuk disembuhkan guna untuk mempertahankan proses menua yang sehat, oleh
karena proses patologi akan mempercepat jalannya proses penuaan , upaya pencegahan harus
diutamakan.
Tujuan keperawatan gerontik adalah untuk membantu individu lanjut usia memahami
adanya perubahan pada dirinya berkaitan dengan proses penuaan, mempertahankan,
memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia baik jasmani, rohani, maupun
social secara optimal, memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia, memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari, mengembalikan
kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, mempercepat pemulihan atau penyembuhan
penyakit, meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat.
Untuk mengaplikasikan teori ilmu keperawatan gerontik, dalam upaya menyiapkan
tenaga keperawatan yang profesional dan potensi keperawatan secara mandiri, maka
mahasiswa Keperawatan STIKes Patria Husada Blitar melaksanakan praktek keperawatan
gerontik di Pondok Panti Lansia Bendelonje, Ds. Kendalrejo, Kecamatan Talun Kabupaten
Blitar. Jumlah lansia di Pondok Panti Lansia Bendelonje yaitu 38 orang lansia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengenali dan mengamati keadaan kesehatan lansia serta mampu
menangani masalah kesehatan dengan memanfaatkan sumber daya dan potensi yang ada.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengolah data kesehatan lansia.
2. Memberikan edukasi kesehatan terkait dengan pelayanan kesehatan dalam masa pandemi
Covid-19.
3. Memotivasi lansia dalam upaya mengatasi masalah kesehatan.
4. Menyusun perencanaan kegiatan dalam menangani masalah kesehatan yang terdapat
pada lansia.
5. Mengenali dan memanfaatkan sumber daya yang ada guna mengatasi masalah kesehatan
yang dihadapi.
6. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut dari tiap masalah
keperawatan yang telah ditemukan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk Mahasiswa
1. Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan kepada lansia tentang
kesehatan.
2. Untuk memperoleh pengalaman belajar mengenali masalah kesehatan dan menentukan
langkah penyelesaiannya dalam masa pandemi Covid-19.
1.3.2 Untuk Lansia
Lansia mampu mengenali masalah kesehatan yang ada dan dapat menyelesaikan
masalah tersebut di masa pandemic Covid-19.
1.3.3 Untuk Pengelola Panti Lansia
Diharapkan pengelola panti lansia lebih aktif dalam menjalankan program kesehatan
agar terwujudnya lansia yang sehat dan sejahtera.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Lanjut Usia

2.1.1 Definisi Lansia


Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75
tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan
peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter &
Perry, 2005).
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2, 3, 4 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun dan telah mengalami perubahan anatomis, fisiologis
dan biokomia pada tubuh sehingga berdampak pada fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan (Maryam, S., dkk., 2008)
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk
yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan
menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang
dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih
dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan
bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang
sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif
sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri
dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia
meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut
(elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-
90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan
fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi  pada tingkat
kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat,
dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri
sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan
dengan kebutuhan mereka.

2.1.2 Kebutuhan Hidup Pada Lansia


Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan
hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara
lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin,
perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan
sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka
mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman,
memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh
lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow
menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological
needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan
sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa
keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan
jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social
needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain
melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan
sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri
untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization
needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya
pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan
dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki
kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut
usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap
lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang
lanjut usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak
terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan
menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004).
2.1.3 Batasan Umur Lanjut Usia
Menurut WHO (2018) batasan umur lanjut usia dibagi menjadi 4 tahap :
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) : > 90 tahun
2.1.4 Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
Menurut Mujahidullah (2012), beberapa perubahan yang akan terjadi pada lanjut usia
diantaranya adalah perubahan fisik, intelektual, dan keagamaan.
1. Perubahan fisik
a. Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan berubah, seperti
jumlahnya yang menurun, ukuran lebih besar sehingga mekanisme perbaikan sel akan
terganggu dan proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati berkurang.
b. Sistem persyarafan, keadaan sistem persyarafan pada lanjut usia akan mengalami
perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada indra pendengaran akan terjadi
gangguan pendengaran seperti hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga. Pada
indra penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya daya akomodasi
dan menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti respon terhadap
nyeri menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra pembau akan terjadi seperti
menurunnya kekuatan otot pernafasan, sehingga kemampuan membau juga berkurang.
c. Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunnya selera makan, seringnya
terjadi konstipasi, menurunnya produksi air liur (saliva) dan gerak peristaltic usus juga
menurun.
d. Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan sehingga aliran
darah ke ginjal menurun.
e. Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan makin rapuh,
keadaan tubuh akan lebih pendek, pesendian kaku dan tendon mengerut.
f. Sistem kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa darah yang menurun,
ukuran jantung secara keseluruhan menurun dengan tidaknya penyakit klinis, denyut
jantung menurun, katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari
akumulasi lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia karena hilangnya
distenbility arteri. Tekanan darah diastolik tetap sama atau meningkat.
2. Perubahan intelektual
Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012), akibat proses penuaan
juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti perubahan Intelegenita
Quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecahan masalah, konsentrasi dan
kesulitan mengenal wajah seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena
penurunan kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan
yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.
3. Perubahan keagamaan
Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya lansia akan semakin teratur
dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan
meninggalkan kehidupan dunia.

2.1.5 Tugas Perkembangan pada Lanjut Usia


Menurut Havighurst dalam Stanley dan Beare (2007), tugas perkembangan adalah
tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan suatu individu. Ada beberapa
tahapan perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu:
1. Penyesuaian diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik
2. Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya pendapatan
3. Penyesuaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat lainnya
4. Pembentukan gabungan (pengelompokan) yang sesuai dengannya
5. Pemenuhan kewajiban sosial dan kewarganegaraan
6. Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan

2.2 Penuaan
2.2.2 Proses Penuaan
Nugroho (2008) menjelaskan bahwa menua adalah suatu proses yang terjadi secara
alamiah yang berarti bahwa seseorang telah melalui ketiga tahap dalam kehidupannya yaitu
anak, dewasa dan tua. Ketika memasuki usia tua berarti akan mengalami berbagai
kemunduran, misalnya kemunduran fisik seperti rambut yang mulai memutih, berkurangnya
penglihatan dan pendengaran, dan berubahnya postur tubuh (Setiyorini, dkk, 2018).
2.2.3 Teori Proses Menua
Azizah (2011) membagi teori penuaan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori
psikososial.
1. Teori Biologi
a. Teori Seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel-sel
tubuh deprogram untuk membelah 50 kali. Jika sel pada lansia dari tubuh dan dibiakkan di
laboratorium, lalu diobservasi jumlah sel-sel yang akan membelah, jumlah sel yang akan
membelah akan terlihat sedikit. Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem 11
musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti
jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko
akan mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama
sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri.
b. Sistesis Protein
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia. Proses
kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen
protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan
elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein
yang lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang
kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal seiring dengan bertambahnya usia
(Tortora dan Anagnostakos, 1990)
c. Keracunan Oksigen
Dengan adanya penurunan kemampuan sel dalam menjalankan fungsinya, maka
kemampuan sel untuk mempertahankan diri dari zat-zat toksik termasuk zat yang dibawa oleh
oksigen juga mengalami kemunduran. Sehingga struktur membran sel yang berfungsi sebagai
alat pertahanan diri sel menjadi rapuh.
d. Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Kemunduran
kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khusunya sel darah putih, juga
merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.
e. Metabolisme
Menurut MC Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono (2004),
pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan
memperpanjang umur. Perpanjangan umur karena jumlah kalori tersebut antara lain
disebabkan karena menurunnya salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi
penurunan pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan hormone
pertumbuhan.
2. Teori Psikososial
a. Aktifitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa muda aktif dan terus memelihara keaktifan setelah menua, sense
of integrity yang dibangun di masa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini
menyatakan bahwa pada lanjut usia yang suskes adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial.
Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi oleh ginjal.
a. Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada
serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.
b. Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus.
Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
1. Perubahan Kognitif
a. Daya ingat (memory)
b. Intelligent quocient (IQ)
c. Kemampuan belajar (learning)
d. Kemampuan pemahaman (comprehension)
e. Pemecahan masalah (problem solving)
f. Pengambilan keputusan (decision making)
g. Kebijaksanaan (wisdom)
h. Kinerja (performance)
i. Motivasi
b. Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity pada lansia
yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan masyarakat,
melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan interpersonal.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi
pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan
sekitarnya.
2.1.4 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia
Menurut Azizah (2011) dalam (Setiyorini, dkk., 2018) perubahan yang terjadi pada
lansia dibagi menjadi perubahan fisik, perubahan sistem tubuh dan perubahan kognitif.
2. Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran; prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya
kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau
nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Integumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit yang
dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia antara lain sebagai berikut : jaringan
penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentanagan yang tidak teratur.
d. Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya
permukaan sendi menjadi 16 rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi
berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.
e. Tulang
Berkurangnya kepadatan tulang setelah di observasi adalah bagian dari penuaan fisiologi
akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
f. Otot
Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran
sebabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif.
g. Sendi
Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami
penuaan elastisitas.
3. Perubahan Sistem Tubuh
c. Sistem Kardiovaskuler
Masa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan kemampuan
peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat dan penumpukan
lipofusin dan klasifikasi Sa node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
d. Sistem Respirasi
Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi
volume cadangan paru bertambah untuk mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara
yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak
mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
e. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai
kemunduran fungsi yang nyata: (1) Kehilangan gigi, (2) Indra pengecap menurun, (3) Rasa
lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), (4) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
3.1 Usia Lansia
3.1.1 Tabel Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia di Panti Lansia Bendelonje
Kendalrejo.
No. Usia Frekuensi Persentase
1. Manula 26 68,4%
2. Lansia 11 28,9%
3. Dewasa 1 2,6%
Total 38 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 38 responden Panti Lansia
Bendelonje Kendalrejo mayoritas adalah usia manula dengan jumlah 26 orang (68,4%.),
Lansia 11 orang (28,9%), dan dewasa 1 orang (2,6%).
3.2 Jenis Kelamin Lansia
3.2.1 Tabel Distribusi Frekuensi berdasarkan jenis kelamin di Panti Lansia Bendelonje
Kendalrejo.
No Jenis kelamin Frekuensi Presentase
1. Perempuan 38 100%
Total 38 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 38 responden Panti Lansia
Bendelonje Kendalrejo mayoritas adalah Perempuan dengan jumlah 38 orang (100%.).
3.3 Penyakit Lansia
3.3.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan keluhan penyakit lansia di Panti Lansia
Bendelonje Kendalrejo.
No. Penyakit Frekuensi Persentase
1. Hipertensi 14 36,8%
2. Stroke 10 26,3%
3. Dimensia 6 15,8%
4. ODGJ 6 15,8%
5. Fraktur 2 5.3%
Total 38 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Panti Lansia Bendelonje
Kendalrejo mengalami Hipertensi 14 orang (36,8%), Stroke 10 orang (26,3), Dimensia 6
orang (15,8%), ODGJ 6 orang (15,8%), dan Fraktur 2 orang (5,3%).
3.4 Aktivitas Lansia

3.4.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Aktivitas lansia di Panti Lansia Bendelonje


Kendalrejo.

No. Aktivitas Frekuensi Persentase

1. Mandiri 9 23,7%
2. Bantuan 17 44,7%
3. Bedtres 12 31,6%
Total 38 100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa di Panti Lansia Bendelonje
Kendalrejo jumlah lansia yang dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti Mandiri 9 orang
(23,7%), Bantuan 17 orang (44,7%), dan Bedtres 12 orang (31,6%).
3.5 Karakteristik Lingkungan
Panti Lansia Bendelonje Kendalrejo memiliki luas (……..). Yang terdiri dari
beberapa bangunan seperti 2 rumah inti, 7 kamar bagi lansia (terdiri dari 38 bed), 1 dapur.
Setiap bangunan ada yang sudah terbuat dari tembok da nada yang masih di tutup dengan
harplek, atap ada dari genting dan galvalum, dan lantai ada yang terbuat dari ubin/tekel
(pada bangunan baru) sedangkan bangunan lama masih terbuat dari mester. Kamar mandi
tersedia di sekitar kamar lansia, sehingga mudah di jangkau oleh lansia. Ventilasi sudah
bagus setiap hari jendela di buka pertukaran udara baik. Vector yang ada di sekitar
lingkungan panti adalah nyamuk dan lalat. Berdasarkan pemanfaatan lingkungan banyak
di tanami pohon manggis dan pohon duku sehingga suasana di sekitar panti sangan
rindang dan sejuk, di bagian belakang rumah terdapat taman yang ada bangunan air
mancur, kolam ikan koi, dan kandang menthok. Sumber mata air sudah menggunakan
sumur galian, saat mngambil air sudah menggunakan sanyo yang menggunakan
penampuangan tendon air. Di depan dapur terdapat genangan air (peceren) yang
menyebabkan bau tidak sedap. Pembuangan sampah terdapat di bagian belakang dengan
cara di bakar.
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Analisa Data
DIAGNOSA
No. DATA
KEPERAWATAN
1. DS : - Defisit Kesehatan
Komunitas
DO :
- Di Panti Lansia di Bendelonje Kendalrejo banyak
mengalami masalah kesehatan yaitu mengalami
Hipertensi 14 orang (36,8%), Stroke 10 orang
(26,3), Dimensia 6 orang (15,8%), ODGJ 6 orang
(15,8%), dan Fraktur 2 orang (5,3%).
- Di Panti Lansia Bendelonje Kendalrejo jumlah
lansia yang dapat melakukan aktivitas sehari-hari
seperti Mandiri 9 orang (23,7%), Bantuan 17
orang (44,7%), dan Bedtres 12 orang (31,6%).
-

Masalah Keperawatan :
1. Defisit Kesehatan Komunitas b.d mengatasi seluruh masalah kesehatan komunitas d.d
terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas
4.2 Penapis Masalah
Dari Hasil analisis data, didapatkan data yang kemudian dilakukan penapisan masalah untuk menentukan prioritas masalah, adapun penapisan tersebut
dapat dilihat sebagai berikut :

Diagnosis Kriteria
NO Jumlah Keterangan
Keperawatan A B C D E F G H I J K L
1. Defisit Kesehatan Komunitas 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 38 Keterangan :
b.d mengatasi seluruh masalah A. Sesuai dengan peran perawatan komunitas
kesehatan komunitas d.d terjadi B. Resiko Terjadi
masalah kesehatan yang C. Resiko Parah
dialami komunitas D. Potensi untuk pendidikan kesehatan
E. Interens untuk komunitas
F. Kemungkinan untuk diatasi
G. Relefan dengan program
H. Tersediannya tempat
I. Tersedianya waktu
J. Tersedianya dana
K. Tersedianya fasilitas
L. Tersedinya sumber daya
Keterangan Pembobotan :
1. Sangat Rendah
2. Rendah
3. Cukup
4. Tinggi
5. Sangat Tinggi
Prioritas Masalah
1. Defisit Kesehatan Komunitas b.d mengatasi seluruh masalah kesehatan
komunitas d.d terjadi masalah kesehatan yang dialami komunitas
4.3 Intervensi
DIAGNOSA
NO SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1. Defisit Kesehatan Komunitas Setelah dilakukan kunjungan 3x status Pengembangan Kesehatan Masyarakat
b.d mengatasi seluruh kesehatan komunitas meningkat Observasi :
masalah kesehatan dengan kriteria hasil : - Identifikasi masalah atau isu kesehatan dan
komunitas d.d terjadi 1 Ketersediaan program promosi prioritasnya
masalah kesehatan yang kesehatan meningkat - Identifikasi potensi atau aset dalam masyarakat
dialami komunitas 2 Keikutsertaan asuransi/jaminan terkait isu yang dihadapi
kesehatan meningkat - Identifikasi pemimpin/tokoh dalam masyarakat
3 Sistem surveilens kesehatan Teraupetik :
meningkat - Libatkan anggota masyarakat untuk
4 Prevalensi penyakit meningkat mrningkatkan kesadaran terhadap isu kesehatan
dan mengembangkan rencana kerja
- Libatkan masyarakat dalam proses perencanaan
dan implementasi serta revisinya
- Pertahankan komunikasi yang terbuka dengan
anggota masyarakat dan pihak-pihak yang
terlibat
- Persatukan anggota komunitas dengan cita-cita
komunitas yang sama
- Bangun komitmen antar anggota masyarakat
- Kembangkan mekanisme keterlibatan tatanan
lokal, regional bahkan nasional terkait isu
kesehatan komunitas
4.4 Rencana Kegiatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI IMPLEMENTASI

KEGIATAN SASARAN WAKTU


&
TEMPAT
1. Defisit Kesehatan Komunitas Status Kesehatan Pengembangan 1.Senam Lansia Di 1. 3
Komunitas: Kesehatan Hipertensi Panti Desemb
1. Ketersediaan Masyarakat: Pemberian senam Lansia er 2021
program promosi Observasi : hipertensi Bendelonje 2. 7
kesehatan meningkat
- Identifikasi 2. Pemberian Kendalrejo Desemb
2.Keikutsertaan
asuransi/jaminan masalah atau isu ROM aktif er 2021
kesehatan meningkat kesehatan dan dan pasif 3. 10
3.Sistem surveilens
prioritasnya 3. Senam Brain Desemb
kesehatan meningkat
4.Prevalensi penyakit - Identifikasi Gym er 2021
meningkat potensi atau aset
dalam
masyarakat
terkait isu yang
dihadapi
- Identifikasi
pemimpin/tokoh
dalam
masyarakat
Teraupetik :
- Libatkan anggota
masyarakat
untuk
mrningkatkan
kesadaran
terhadap isu
kesehatan dan
mengembangkan
rencana kerja
- Libatkan
masyarakat
dalam proses
perencanaan dan
implementasi
serta revisinya
- Pertahankan
komunikasi yang
terbuka dengan
anggota
masyarakat dan
pihak-pihak yang
terlibat
- Persatukan
anggota
komunitas
dengan cita-cita
komunitas yang
sama
- Bangun
komitmen antar
anggota
masyarakat
- Kembangkan
mekanisme
keterlibatan
tatanan lokal,
regional bahkan
nasional terkait
isu kesehatan
komunitas
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN


KESIMPULAN

Lansia yang mandiri 23,7%, yang bantuan 44,7% dan yang bedres 31,6% sehingga lansia dengan bantuan dan bedres lebih banyak

daripada yang mandiri, maka perlu penanganan yang lebih ekstra dan lansia yang memiliki penyakit hipertensi sebanyak 36,8%, yang memiliki

stroke 26,3%, yang dimensia 15,8%, odgj 15,8% dan yang fraktur 5,3%. rata-rata lansia yang memiliki penyakit hipertensi lebih banyak

sehingga diperlukan pemantauan dan penanganan medis.

SARAN

Saran dari penulis adalah dipanti lansia bendelonje kendalrejo talun blitar terdapat lansia berjumlah 38 orang dengan kemampuan fisik

yang berbeda. Sehingga saran dari penulis setiap lansia yang memiliki kemampuan fisik atau penyakit yang sama di jadikan disatu tempat yang

sama, maka memudahkan untuk merawat. Setiap tempat tidur lansia di berikan tanda pengenalsupaya nanti ada mahasiswa praktek mudah untuk

memghafal nama lansia masing-masing. Yang terakhir lebih memperbanyak alat mobilitas fisik seperti tongkat supaya memudahkan lansia yang

masih bisa melakukan mobilisasi dengan mudah.

Anda mungkin juga menyukai