Anda di halaman 1dari 62

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUHAN DAN


ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
DALAM KELUARGA

Telah disetujui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan


keluarga pada Ny.M di Dsn. Papungan Rt 04 Rw 07 Kec. Kanigoro Kab.
Blitar
Nama : Herlina Binti Mahmudah
NIM : 1711017
Hari : Rabu
Tanggal : 06 Oktober 2021

Mengetahui,
Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing Institusi Penguji Institusi

(Anita Rahmawati, M.Kep.) (Ns. RR. Dewi Rahmawaty Aktyani,


S.Kep., MNS)
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Lanjut Usia
1.1.1 Definisi Lanjut Usia
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2, 3, 4 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia menyebutkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun dan telah mengalami perubahan anatomis,
fisiologis dan biokomia pada tubuh sehingga berdampak pada fungsi dan
kemampuan tubuh secara keseluruhan (Maryam, S., dkk., 2008)
1.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia
Klasifikasi berikut menurut Depkes RI (2015)
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.
1.1.3 Karakteristik Lanjut Usia
Menurut Budi Anna Keliat (1999). Lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut.
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang Kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampe spiritual, serta dari kondisi adaptif
hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang berfariasi Proses Penuaan Pada Lansia.
1.1.4 Batasan Umur Lanjut Usia
Menurut WHO (2018) batasan umur lanjut usia dibagi menjadi 4 tahap :
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) : > 90 tahun
1.1.5 Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
Menurut Mujahidullah (2012), beberapa perubahan yang akan terjadi pada
lanjut usia diantaranya adalah perubahan fisik, intelektual, dan keagamaan.
1. Perubahan fisik
a. Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan
berubah, seperti jumlahnya yang menurun, ukuran lebih besar sehingga
mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan proporsi protein di otak,
otot, ginjal, darah dan hati berkurang.
b. Sistem persyarafan, keadaan sistem persyarafan pada lanjut usia akan
mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra. Pada
indra pendengaran akan terjadi gangguan pendengaran seperti hilangnya
kemampuan pendengaran pada telinga. Pada indra penglihatan akan
terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya daya akomodasi dan
menurunnya lapang pandang. Pada indra peraba akan terjadi seperti
respon terhadap nyeri menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada
indra pembau akan terjadi seperti menurunnya kekuatan otot pernafasan,
sehingga kemampuan membau juga berkurang.
c. Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunnya selera
makan, seringnya terjadi konstipasi, menurunnya produksi air liur
(saliva) dan gerak peristaltic usus juga menurun.
d. Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan
sehingga aliran darah ke ginjal menurun.
e. Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan
makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, pesendian kaku dan
tendon mengerut.
f. Sistem kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami pompa darah
yang menurun, ukuran jantung secara keseluruhan menurun dengan
tidaknya penyakit klinis, denyut jantung menurun, katup jantung pada
lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi lipid. Tekanan
darah sistolik meningkat pada lansia karena hilangnya distenbility arteri.
Tekanan darah diastolik tetap sama atau meningkat.
2. Perubahan intelektual
Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012), akibat
proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti
perubahan Intelegenita Quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami
penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi
nonverbal, pemecahan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah
seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan
kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima
rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat
pada lansia juga menurun.
3. Perubahan keagamaan
Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya lansia
akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut
bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan kehidupan
dunia.
1.1.6 Tugas Perkembangan Pada Lanjut Usia
Menurut Havighurst dalam Stanley dan Beare (2007), tugas perkembangan
adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan suatu individu.
Ada beberapa tahapan perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu:
1. Penyesuaian diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik
2. Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya pendapatan
3. Penyesuaian diri kepada kematian pasangan dan orang terdekat lainnya
4. Pembentukan gabungan (pengelompokan) yang sesuai dengannya
5. Pemenuhan kewajiban sosial dan kewarganegaraan
6. Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan
2.1 Konsep Dasar Nyeri
2.1.1 Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala
atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. (Hidayat, 2009)
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu
keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari
serabut saraf dalam tubuh ke otak yang diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan
emosional.
2.1.2 Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang
tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri,
hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat
adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi
seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas
apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi
yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.
Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan
berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut
yang bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C).
Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat
inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. Serabut-serabut aferen masuk ke
spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsa horn. Dorsal horn
terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Di antara lapisan
dua dan tiga terbentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama
impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada
interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu
jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur spinothalamus dan spinoreticular tract
(SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses
transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan
jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang
terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak tengah dan
medula ke tanduk dorsal dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan
nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan neurotransmiter dalam impuls
supresif. Sistem supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang
ditransmisikan oleh oleh serabut A. Jalur nonopiate merupakan jalur desenden
yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui
mekanismenya (Hidayat, 2009).
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya adalah :
a. Arti nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan,
merusak dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,seperti
usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan dan pengalaman.
b. Persepsi nyeri.
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat sbjektif tempatnya pada
korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
c. Toleransi nyeri.
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alkohol, obat-obatan,
hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang
kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara
lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang,
sakit dan lain-lain.
d. Reaksi terhadap nyeri.
Merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan,
gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons
nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa fator, seperti arti nyeri, tingkat
persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan
fisik dan mental, rasa takut dan cemas, usia dan lain-lain.

2.1.4 Jenis Gangguan


Secara umum, nyeri dibagi menjadi dua,yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri
akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang
tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang
termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis,
dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi ke dalam
beberapa kategori, di antaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis nyeri yang spesifik, di
antarnya nyeri somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar (referent paint), nyeri
psikogenik, nyeri phantom dari ekstremitas, nyeri neurologis, dan lain-lain.
Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya bersumber dari kulit dan
jaringan di bawah kulit (superfisial) pada otot dan tulang. Perbedaan dari kedua
jenis nyeri ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Karakteristik Nyeri Somatis Nyeri Viseral
Superfisial Dalam
Kualitas Tajam, menusuk, Tajam, tumpul, Tajam, tumpul,
membakar. nyeri terus. nyeri terus, kejang.
Menjalar Tidak Tidak Ya
Stimulasi Torehan, abrasi Torehan, panas, Distensi, iskemia,
terlalu panas dan iskemia pergeseran spasmus, iritasi
dingin. tempat. kimiawi (tidak ada
torehan).
Reaksi Otonom Tidak Ya Ya
Refleks Tidak Ya Ya
Kontraksi Otot
Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang lain,
umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral. Nyeri psikogenik
adalah nyeri nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul akibat psikologis.
Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu ekstremitas
diamputasi. Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena adanya
spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf.
2.1.5 Asuhan Keperawatan Pada Masalah Nyeri
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya
riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan
waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :
1. P (pemacu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri,
2. Q (quality) dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat,
3. R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri,
4. S (severity) adalah keparahan atau itensitas nyeri,
5. T (Time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien melalui skala
nyeri berikut:

B. Diagnosa Keperawatan
Terdapat beberapa diagosis yang berhubungan dengan masalah nyeri, di
antaranya :
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis, kimia, fisik atau psikologis.
2. Nyeri kronis.
3. Gangguan mobilitas b.d nyeri pada ekstremitas.
4. Kurangnya perawatan diri b.d ketidakmampuan menggerakkan tangan
yang disebabkan oleh nyeri persendian.
5. Cemas b.d ancaman peningkatan nyeri.
C. Perencanaan Keperawatan
1. Mengurangi dan membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri.
2. Menggunakan berbagai teknik noninvasif untuk memodifikasi nyeri yang
dialami.
3. Menggunakan cara-cara untuk mengurangi nyeri yang optimal, seperti
memberikan analgesik sesuai dengan program yang ditentukan.
D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
1. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya
ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan dan kebosanan.
2. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik seperti:
a. Teknik latihan pengalihan
1) Menonton televisi.
2) Berbincang-bincang dengan orang lain.
3) Mendengarkan musik.
b. Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi paru-
paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan,
melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung serta
mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hinga didapat
rasa nyaman, tenang dan rileks.
c. Stimulasi kulit
1) Menggosok dengan halus daerah nyeri.
2) Menggosok punggung.
3) Menggunakan air hangat dan dingin.
4) Memijat dengan air mengalir.
3. Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna mengganggu atau
memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara
mengurangi kortikal terhadap nyeri. (Hidayat, 2009)

3.1 Konsep Keluarga


3.1.1 Definisi Keluarga
Menurut WHO (1969) dalam Harmoko (2012), keluarga adalah
anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertaliandarah,adopsi, atau perkawinan. Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan (Depkes RI, 1988 dalam Padila,2012).

Johnson’s mendefinisikan keluarga adalah suatu ikatan atau


persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang
berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang perempuan yang sudah
sendirian dengan atau tanpa anak,baik Anaknya sendiri atau adopsi dan
tinggal dalam sebuah rumah tangga (Padila,2012).

Jadi, dari beberapa definisi diatas maka keluarga adalah unit


terkecil yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan dan tinggal
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan serta mempunyai
peran atau kewajiban yang harus dilaksanakan.

Dari definisi tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa


karakteristik keluarga adalah:

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain
3. Anggota keluara berinteraksi satu sama lain dan masing- masing
mempunyai peranan social: suami, istri, anak, kakak dan adik
4. Mempunyai tujuan, yaitu:
5. Menciptakan dan mempertahankan budaya
6. Meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan social anggota
keluarga.

3.1.2 Struktur Keluarga


A. Struktur Peran Keluarga
Struktur peran keluarga adalah menggambarkan peran masing- masing
anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan peranannya di lingkungan
masyarkat, baik peran formal ataupun informal.
B. Peranan Ayah
Pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungan.

C. Peranan Ibu

Mengurus rumah tangga, pengaruh dan pendidik anak, pelindung,


dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya,
serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.

D. Peranan Anak

Melaksanakan penerapan psikososial sesuai dengan tingkat


perkembangannya, baik fisik, mental, social dan spiritual.

E. Nilai Keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara


sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku
dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.

F. Pola dan Proses Komunikasi


Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu (orang
tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain
(pada keluarga besar) dengan keluarga inti
3.1.3 Tipe Keluarga

1. Tradisional
a. The Nuclear Family
Keluarga inti (terdiri dari ayah, ibu, dan anak)
b. The Dyad Family
Terdiri dari ayah dan ibu (tanpa anak)
c. The Childless Family
Terdiri dari ayah dan ibu (tidak memiliki anak)
d. The Extended Family
Terdiri dari keluarga besar (3 generasi)
e. Single Parent Family
Terdiri dari satu orangtua yaitu ayah atau ibu dengan anak

2. Non Tradisional
a. The Unmarried Teenage Mother
Terdiri dari ibu dan anak tanpa pernikahan
b. The Stepparent Family
Terdiri dari anak dan orangtua tiri
c. Commune Family
Terdiri dari beerapa keluarga inti tanpa ada hubungan saudara
d. The Non Matrial Heterosexual Cohibiting
Terdiri dari keluarga yang berganti pasangan tanpa adanya
pernikahan
e. Gay and Lesbian Families
f. Co Habitating Couple
Terdiri dari wanita dan pria yang tinggal bersama tanpa adanya
pernikahan
g. Group Network Family
Terdiri dari keluarga inti yang hiup berdekatan
h. Homeless Family
Kelurga yang tidak memiliki rumah
3.1.4 Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu
dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi Perawatan/ Pemeliharaan Kesehatan
Merupakan fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi

3.1.5 Tugas Keluarga


1. Mampu mengenal masalah kesehatan keluarga
2. Mampu memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
3. Mampu merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
4. Mampu memodifikasi lingkungan keluarga
5. Mapu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya
3.1.6 Peran Perawat Keluarga
1. Pemberi Asuhan Keperawatan
Peran sabagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosa
keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang
tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat
dievaluasi tingkat perkembangannnya.

2. Advokat
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan
atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan,hak atas informasi penyakit,hak privasi dll.

3. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dengan meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.

4. Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan , merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberi pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien

5. Kolabolator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter,fisioteraphis,ahli gizi dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.

6. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah
atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan

7. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan
perencanaan,kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai
dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala: nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan yang memburuk dengan
stress pada sendi, kekakuan sendi pada pagi hari.
Tanda: malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau
kelainan pada sendi dan otot.
2. Kardiovaskuler
Gejala: fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
3. Integritas ego
Gejala: faktor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial, keputusasaan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri
missal ketergantungan pada orang lain dan perubahan bentuk anggota tubuh.
4. Makanan/cairan
Gejala: ketidakmampuan untukmengahsilkan atau mengonsumsi makanan
atau cairan adekuat, anoreksia dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda: penurunan berat badan dan membrane mukosa kering.
5. Hygiene
Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensory
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Tanda: pembengkakan sendi asimetri.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala: fase akkut dari nyeri (disertai/tidak disertai pembengkakan jaringan
lunak pada sendi), rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari).

8. Keamanan
Gejala: kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam,
rringan menetap, kekeringan pada mata dan membrane mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala: kerusakan interaksi dengan keluarga/ornag lain, perubahan peran,
isolasi.
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Kronis b/d kondisi kronis
2. Defisit Pengetahuan b/d penyakit kronis
2.3 Intervensi Keperawatan
No
SDKI SLKI SIKI
.
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
b/d kondisi tindakan keperawatan Observasi:
kronis selama 3x24 jam, 1. Identifikasi lokasi,
(osteoarthritis) diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi,
menurun dengan kriteria frekuensi, kulitas, intensitas
hasil: nyeri
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi factor yang
2. Meringis menurun memperberat dan
3. Sikap protektif memperingan nyeri
menurun 4. Monitor efek samping
4. Gelisah menurun penggunaan analgetik
5. Kesulitan tidur Terapeutik:
menurun 1. Berikan teknik
6. Frekuensi nadi cukup nonfarmakologis untuk
membaik mengurangi rasa nyeri (mis.
Akupresur, terapi pijat,
aromaterapi, kompres
hangan/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi:
1. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
3. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
pengetahuan tindakan keperawatan Observasi:
b/d penyakit selama 3x24 jam, 1. Identiikasi kesiapan dan
kronis diharapkan Tingkat kemampuan menerima
pengetahuan meningkat infformasi
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor-faktor
1. Perilaku sesuai yang dapat meningkatka
anjuran meningkat dan menurunkan motivasi
2. Verbalisasi minat perilaku hidup bersih dan
dalam belajar sehat
meningkat Terapeutik:
3. Kemampuan 1. Sediakan materi dan media
menjelaskan pendidikan kesehatan
pengetahuan tentang 2. Jadwalkan pendidikan
suatu topik meningkat kesehatan sesuai
4. Kemampuan kesepakatan
menggambarkan 3. Berikan kesempatan untuk
pengalaman bertanya
sebelumnya yang Edukasi:
sesuai dengan topik 1. Jelaskan faktor resiko yang
meningkat dapt mempengaruhi
5. Perilaku sesuai kesehatan
dengan pengetahuan 2. Ajarkan perilaku hidup
meningkat bersih dan sehat
6. Pertanyaan tentang 3. Ajarkan strategi yang dapat
masalah yang digunakan untuk
dihadapi menurun meningkatkan perilaku
7. Persepsi yang keliru hidup bersih dan sehat
terhadap masalah
menurun
DEPARTEMEN KEPERAWATAN KELUARGA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA


Hari, tanggal : Minggu, 26 September 2021 Jam : 10.00 WIB
1. DATA UMUM
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. Y
b. Umur KK : 46 Tahun
c. Alamat dan telepon : Dsn. Papungan Rt 04 Rw 07 Kec. Kanigoro
Kab. Blitar
d. Pekerjaan KK : Swasta
e. Pendidikan KK : SMA
f. Agama KK : Islam
g. Suku bangsa KK : Jawa
h. Komposisi keluarga :
No Nama JK Hub. Umur Pendidikan Agama Pekerjaan
dg Terakhir
KK
Tn. Y Laki-laki Suami 46 th SMA Islam Swasta
Ny. K Perempu Istri 41 th SD Islam ART
an
Sdr. R Laki-laki Anak 18 th SMA Islam -
An. Perempu Anak 13 th SD Islam Pelajar
W an
Ny. M Perempu Ibu 76 th SD Islam IRT
an

i. Genogram

X Ny.
M

Ny.
Tn. Y
K

Sdr.r An.
W

laki-laki x : meninggal

perempuan : tinggal serumah

a. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. Y merupakan keluarga multigenerasi yang terdiri dari
Ny. M, serta anak kandung.
b. Suku bangsa
Keluarga Tn. Y termasuk dalam suku bangsa jawa.
c. Agama
Keluarga Tn. Y semua beragama Islam. Kegiatan keagamaan yang rutin
dilakukan di masyarakat adalah yasinan mingguan laki-laki dan
perempuan.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Untuk saat ini Tn. Y tidak tinggal bersama keluarga dirumah, Tn. Y baru
saja merantau di luar jawa, disana bekerja sebagai seorang kuli bangunan.
Sebelum merantau Tn. Y bekerja sebagai seorang servis raket, sedangkan
N.y K bekerja sebagai asisten rumah tangga di salah satu tetangganya ±
sudah 5 tahun.
e. Aktivitas rekreasi keluarga
Ny. M biasanya diajak Tn.Y atau Ny. K berkunjung kerumah anak
cucunya yang berada di desa sebelah, kadang juga ada yang diluar kota
Namun semenjak pandemi COVID-19 hiburan hanya menonton tv
bersama dirumah.

2. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. Y sekarang pada tahap perkembangan keluarga dengan
remaja usia dewasa dan anak-anak. Tugas perkembangan keluarga saat ini
adalah keluarga harus mempertahankan suasana rumah yang
menyenangkan, Adaptasi dengan perubahan kekuatan fisik dan
pendapatan, Mempertahankan keakraban dan saling merawat serta
mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Tahapan perkembangan keluarga dengan anak remaja adalah


memfokuskan kembali hubungan perkawinan, menyeimbangkan
kebiasaan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa,
berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak serta memberikan
perhatian. Tahapan keluarga ini sudah terpenuhi semua.

c. Riwayat kesehatan keluarga inti


Keluarga tidak mempunyai riwayat kesehatan yang serius.
Tn. Y menikah dengan Ny. K dan dikarunia 2 orang anak. Anak pertama
baru saja lulus SMA, sedangkan anak kedua masih duduk dibangku
sekolah dasar kelas 6. Tn.Y tinggal bersama serumah dengan Ny.K dan
juga Ny. M. Ny.M menderita penyakit nyeri sendi sejak 5 tahun yang lalu.
Ny.M mengatakan sakitnya itu dikarenakan ia pernah jatuh dari sepeda
pada saat pulang dari sawah dan pernah jatuh diteras rumah, jika Ny.M
melakukan banyak kegiatan dirumah kadang panggulnya kambuh dan
terasa sakit dibuat berjalan.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
U
Keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya.
3. LINGKUNGAN
B T
a. Karakteristik rumah

Kamar S
Ruang tidur Musholla
mandi

R. Tidur R. Tidur
Ruang keluarga Dapur
dapur
R. Tidur

Ruang Tamu
R. Tidur Garasi Kamar
WC
Mandi

Teras

1) Keadaan lingkungan dalam rumah


Halaman rumah

Rumah yang ditempati keluarga Ny.M adalah rumah milik sendiri. Rumah
Ny. M terlihat rapi dan bersih lantainya bertekel dengan adanya ruang
tamu, 5 kamar tidur, dapur yang bersebelahan dengan ruang keluarga dan
toilet 1 musholla, 2 kamar mandi dan 1 toilet. 3 kamar memiliki jendela
dan penerangan yang cukup, sedangkan 2 kamar tidak terdapat jendela. Di
belakang rumah terdapat kebun yang cukup luas. Posisi rumah berdekatan
dengan tetangga.
2) Keadaan lingkungan di luar rumah
a) Pemanfaatan halaman
Halaman rumah digunakan untuk menjemur pakaian dan terdapat
beberapa tanaman hias.
b) Sumber air minum
Keluarga memiliki sumur yang letaknya di belakang rumah. Dan
dalam mengambil air keluarga memanfaatkan sanyo.
c) Pembuangan air kotor
Keluarga memiliki selokan untuk membuang limbah keluarga.
Selokan tersebut mengalir ke daerah yang lebih rendah dan dalam
keadaan terbuka lancar untuk resapan.
d) Pembuangan sampah
Untuk pembuangan sampah keluarga selalu mengumpulkan terlebih
dahulu semua sampah selanjutnya sampah tersebut akan dibakar.
e) Jamban
Jenis jamban yang digunakan adalah wc jongkok dengan pembuangan
langsung ke septic tank.
f) Sumber pencemaran
Tetangga Ny M mempunyai hewan peliharaannya yaitu berada di
halaman belakang rumah dan samping rumah, Terkadang bau
kotorannya tercium.
g) Karakteristik tetangga dan komunitas
Selama ini karakteristik tetangga mempunyai kebiasaan apabila ada
salah satu tetangganya yang sakit mereka menjenguk dan apabila ada
tetangga yang mempunyai hajat mereka akan saling bantu.
h) Mobilitas geografi keluarga
Dari awal Ny.M tetap tinggal di rumah yang sekarang. Alat
transportasi yang digunakan keluarga sehari-hari adalah sepeda motor
dan sepeda onthel.
i) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga mempunyai hubungan yang baik dengan tetangga. Anak
Ny.M yaitu Tn.Y dan Ny. K mengikuti yasinan yang ada di desa satu
minggu sekali.
j) Sistem pendukung keluarga dan ecomap
Faktor pendukung keluarga dalam keluarga Ny. M adalah keluarga
besar/saudara-saudara Ny. M yang tinggal berdekatan. Dimana
apabila keluarga Ny. M memerlukan bantuan maka keluarga yang lain
akan membantu.

Kerja Belanja

Tn. Y

yasinan Sosialisasi

Ny. Ny.
M K

Bidan Sdr./
An./
Dokter R
W

Sekolah

4. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi
Dalam keluarga Ny. M pola komunikasi yang digunakan adalah pola
komunikasi terbuka, dengan menggunakan bahasa jawa sopan dan santun.
Setiap keluarga mempunyai hak untuk berbicara dan menyampaikan
pendapatnya. Komunikasi yang digunakan oleh keluarga adalah
komunikasi dua arah. Dalam keluarga Ny. M mengatakan tidak pernah
terjadi suatu masalah dalam proses komunikasi, apabila terjadi hanya hal
kesalahpahaman kecil yang dapat diselesaikan dengan
membicarakannya bersama keluarga.
b. Struktur kekuatan atau kekuasaan keluarga
Dalam keluarga keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah
bersama. Pengambilan keputusan adalah Ny. M dibuat dengan
mempertimbangkan setiap masukan dari anggota keluarga yaitu anaknya.
c. Struktur peran (formal dan informal)
Ny. M sudah tidak mempunyai suami. Suaminya meninggal sejak 5 tahun
yang lalu, kemudian KK nya ikut dengan anaknya, dan menantunya (Tn.
Y) berperan sebagai kepala kelurga.
d. Nilai dan norma
Keluarga hidup dalam nilai dan norma budaya Jawa, keluarga mengatakan
landasan agama dalam keluarga sangat berperan penting sebagai pondasi
keutuhan keluarga. Keluarga Tn. Y juga berusaha menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya dan tidak ada nilai dan norma budaya yang
bertentangan dengan kesehatan.

5. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afeksi
1) Kebutuhan – kebutuhan keluarga, pola – pola respon
Seluruh keluarga membutuhkan satu sama lain. Ny. M di bantu anaknya
Tn. Y mampu menggambarkan kebutuhan keluarga nya secara rinci,
mulai dari kebutuhan makanan, pakaian, dan kesehatan.

2) Hubungan keakraban
Setiap anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain, ketika
anak sakit atau orang tua, secepat mungkin memeriksakan ke jasa
pelayanan kesehatan terdekat atau membelikan obat dan jamu di warung
terdekat.
3) Perpisahan dan kekerabatan
Dalam keluarga hanya terjadi keterpisahan yang bersifat sementara, ketika
salah seorang anggota keluarga ada yang harus pergi keluar kota,
sehingga komunikasi dilakukan melalui telepon.
b. Fungsi sosial
1) Cara pola asuh pada anak
Keluarga Tn. Y mengatakan bahwa cara menanamkan hubungan interaksi
sosial pada anaknya dengan tetangga dan masyarakat yaitu dengan
membiarkan anaknya bersosialisasi dengan teman sebayanya di tempat
kerja dan di rumah.
2) Siapa yang menjadi pelaku sosialisasi anak–anak
Yang menjadi pelaku sosial dijalankan oleh suami dan istri secara
bersama-sama.
3) Nilai anak-anak dalam keluarga
Ny. K mengatakan anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga dan
dirawat dengan baik.
4) Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola asuh
Faktor budaya yang mempengaruhi pola pengasuhan anak yaitu kondisi
etnis dan suku yang lebih menitikberatkan urusan keseharian anak lebih
banyak ditangani ibu karena waktu terbanyak bersama Ny. K
5) Estimasi resiko masalah pengasuhan
Saat ini keluarga tidak memiliki masalah dalam mengasuh anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Keadaan kesehatan
Keluarga dalam keadaan sehat, hanya saja Ny. M sering merasakan sakit
pada bagian panggul dan kakinya, tetapi Ny. M tetap dapat melakukan
aktivitas seperti biasa. Ny. M mengatakan karena jika timbul nyeri segera
meminum jamu yang dijual di warung.
2) Kebersihan perorangan
Keluarga mengatakan mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari, cuci
rambut maksimal 2 hari sekali dan gosok gigi pada waktu mandi. Ny. M
mandi 2 kali dalam sehari.
3) Penyakit yang sering diderita
Nyeri sendi pada Ny. M akibat jatuh dari sepeda dan di teras depan rumah
sejak 5 tahun sebelumnya.
4) Penyakit keturunan
Tidak memiliki penyakit keturunan.
5) Penyakit kronis atau menular
Tidak memiliki penyakit menular. Pada keluarga ini hanya Ny. M yang
memiliki penyakit osteoartritis.
6) Kecacatan
Tidak memiliki kecacatan yang dialami oleh keluarga.
7) Pola makan
Pola makan baik, 3 kali sehari.
8) Pola istirahat
Pola istirahat keluarga cukup 7-8 jam/hari.

9) Ketergantungan obat atau bahan


Anggota keluarga tidak ada yang memiliki ketergantungan pada obat.
10) Mencari pelayanan kesehatan
Anggota keluarga mencari pelayanan kesehatan terdekat yaitu perawat
praktik.
11) Fungsi reproduksi

Tn. Y dan Ny. K tidak memiliki masalah terkat reproduksi selama ini.
6. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
Keluarga mengatakan merasa tidak ada masalah yang dirasakan dalam
waktu kurang dari enam bulan ini. Semua dirasakan oleh keluarga baik-
baik saja. Ny. K mengatakan merasa agak repot merawat Ny. M ketika
penyakitnya sedang kambuh, karena harus membagi waktu antara bekerja
dan merawat Ny. M yang sakit.
Stressor Jangka Pendek : kekhawatiran terkait dengan adanya penularan
covid19 saat ini, karena keluarga pasien ada yang bekerja diluar kota saat
ini, dan pada waktu keluarga pulang khawatir jika membawa virus.
Stressor Jangka Panjang : kekhawatiran akan kekambuhan penyakit pasien
dikarenakan sampai sekarang pasien masih sering mengkonsumsi makanan
yang bisa menyebabkan nyeri.
b. Kemampuan berespon terhadap stressor
Keluarga Tn. Y selalu memusyawarahkan semua masalah keluarga yang
dialami dengan anggota keluarga sehingga satu sama lain saling
memberikan solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

c. Strategi koping yang digunakan


Jika terdapat masalah dalam keluarga, keluarga lebih suka berunding
bersama untuk memecahkannya atau meminta pendapat pada orang yang
lebih tahu. Apabila terdapat keluarga yang sakit dan pada waktu itu tidak
mempunyai uang keluarga mempergunakan uang tabungan yang disimpan
di bank.

7. PEMERIKSAAN FISIK
Hari/ Tgl : Minggu, 26 September 2021
TB BB LLA TD N R S Keterangan
No Nama
Cm Kg Cm Mm/Hg x/’ x/’ ºC keluhan
1 Tn. Y 168 - - - - - - Tidak ada
keluhan
2 Ny. K 141 55 30 100/70 82 18 36 Tidak ada
keluhan
3. Sdr. R 166 50 24 110/70 90 18 36.7 Tidak ada
keluhan
4. An. W 143 35 18 - 98 20 36.5 Tidak ada
keluhan
5. Ny. M 136 45 27 140/80 96 24 37 Ny. M
mengatakan
nyeri pada
panggul dan
kakinya saat
kambuh dan
dibuat gerak
terasa seperti
tertusuk
jarum.

1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan Umum : √ baik  sedang  lemah
Tingkat kesadaran : E4 V5 M6
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Respiratory Rate : 26 x/menit
Suhu : 37°C

b. Sistem respirasi
Pola nafas irama: √ Teratur  Tidak teratur
Jenis  Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes
Lain-lain:
Suara nafas: √ verikuler  Stridor  Wheezing
 Ronchi
Lain-lain:
Sesak nafas  Ya √ Tidak
Batuk  Ya √ Tidak

c. Sistem kardiovaskuler
Irama jantung: √ Reguler  Ireguler
S1/S2 tunggal √ Ya  Tidak
Nyeri dada:  Ya √ Tidak
Bunyi jantung: √ Normal  Murmur Gallop lain-lain:
CRT: √ < 3 dt  > 3 dt
Akral: √ Hangat  Panas Dingin kering
 Dingin basah

d. Sistem gastrointestinal
Nafsu makan : √ Baik  Menurun Frekuensi: 2 x/hari
Porsi makan : √ Habis  Tidak Ket: sepucuk centong
Diet : nasi putih, sayur, lauk
Minum : ± 1 Lt/hari Jenis: air putih dan teh
Mulut dan Tenggorokan
Mulut: √ Bersih  Kotor  Berbau
Mukosa √ Lembab  Kering  Stomatitis
Tenggorokan  Nyeri telan  Kesulitan menelan
 Pembesaran tonsil  Lain-lain:
Abdomen  Tegang  Kembung  Ascites
 Nyeri tekan, lokasi:
Peristaltik
Pembesaran hepar  Ya √ Tidak
Pembesaran lien  Ya √ Tidak
Buang air besar 1 x/hari Teratur: √ Ya  Tidak
Konsistensi: lembek Bau: khas Warna: kuning
Lain-lain:
e. Sistem musculoskeletal Sistem/integument
Kemampuan pergerakan sendi: √ Bebas  Terbatas
Kekuatan otot: 5 5
4 4
Kulit
Warna kulit:  Ikterus  Sianotik  Kemerahan
 Pucat  Hiperpigmentasi
Turgor: √ Baik  Sedang  Jelek
Odema:  Ada √ Tidak ada Lokasi
Luka  Ada √ Tidak ada Lokasi
Tanda infeksi luka  Ada √ Tidak ada
Yang ditemukan : kalor/dolor/tumor/Nyeri/Fungsiolesa
Lain-lain :
Tidak terkaji

f. Sistem neurosensori
Penglihatan (mata)
Pupil : √ Isokor  Anisokor  Lain-lain:
Sclera/Konjungtiva :  Anemis  Ikterus  Lain-lain:
Pendengaran/Telinga :
Gangguan pendengaran :  Ya √ Tidak Jelaskan:
Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
Bentuk : √ Normal  Tidak
Jelaskan:
Gangguan Penciuman :  Ya √ Tidak
Jelaskan:
Lain-lain

g. Sistem endokrin
Pembesaran Tyroid  Ya √ Tidak
Hiperglikemia  Ya √ Tidak Nilai GDA :
Hipoglikemia  Ya √ Tidak
Luka gangren  Ya √ Tidak
Pus  Ya √ Tidak
Lain-lain : tidak ada masalah pada system endokrin

Identifikasi masalah emosional :


Pertanyaan tahap I
 Apakah klien mengalami sukar tidur ?
 Ya √ Tidak

 Apakah klien sering merasa gelisah


 Ya √ Tidak

 Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?


 Ya √ Tidak

 Apakah klien sering was-was atau khawatir ?


 Ya √ Tidak

Lanjutkan ketahap 2 bila minimal ada satu jawaban “ya” pada


tahap I
Pertanyaan tahap II
 Keluhan lebih dari 3 bulan/lebih dari 1 kali dalam 1 bulan?
√ Ya  Tidak

 Ada masalah atau banyak pikiran ?


Klien mengatakan tidak ada masalah

 Ada gangguan/masalah dengan keluarga klien ?


 Ya √ Tidak

 Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter ?


 Ya √ Tidak

 Cenderung mengurung diri ?


 Ya √ Tidak

2. Pengkajian Fungsional Klien


a. Kartz Indeks
A. Mandiri dalam makan, kontinensia ya
(BAB/BAK), menggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah, dan mandi
B. Mandiri semuanya kecuali salah satu
fungsi diatas
C. Mandiri kecuali mandi dan salah satu
fungsi yang lain
D. Mandiri kecuali mandi, berpakaian,
dan satu fungsi yang lain
E. Mandiri kecuali mandi, berpakaian,
ke toilet, dan salah satu fungsi yang lain
F. Mandiri kecuali mandi, berpakaian, ke toilet,
berpindah dan salah satu fungsi yang lain
G. Ketergantungan semua fungsi di atas
H. Lain-lain

3. Pengkajian Status Mental Gerontik


a. Short Portable Mental Status Quisioner (SPMSQ)
Benar Salah No Pertanyaan
√ 1 Tanggal berapa hari ini ? 25
√ 2 Hari apa sekarang ? Rabu
√ 3 Apa nama tempat ini ?
√ 4 Dimana alamat anda ?
√ 5 Berapa umur anda ?
√ 6 Kapan anda lahir ?
√ 7 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
√ 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 9 Sebutkan nama ibu anda ?
√ 10 Kurang 3 dari 20 terus menerus secara menurun

Total score : 8

Kesimpulan : total skor keseluruhan 8 = fungsi intelektal pada klien utuh

Jadi klien mengalami :


Fungsi intelektual utuh : jika jumlah salah 0-3
Fungsi intelektual ringan : jika jumlah salah 4-5
Fungsi intelektual sedang : jika jumlah salah 6-8
Fungsi intelektual berat : jika jumlah salah 9-10

4. Status Depresi
Lingkari angka yang menjadi penilaian
Skor Uraian
A KESEDIHAN
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia, dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih/galau
0 Saya tidak merasa sedih

B PESIMISME
3 Merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu tidak dapat membaik
2 Merasa tidak punya apa-apa & memandang ke masa depan
1 Merasa kecil hati tentang masa depan
0 Tidak begitu pesimis / kecil hati tentang masa depan

C RASA KEGAGALAN
3 Merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat kegagalan
1 Merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Tidak merasa gagal

D KETIDAK PUASAN
3 Tidak puas dengan segalanya
2 Tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Tidak merasa tidak puas

E RASA BERSALAH
3 Merasa seolah sangat beuruk / tidak berharga
2 Merasa sangat bersalah
1 Merasa buruk/tidak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Tidak merasa benar-benar bersalah

F TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI


3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI


3 Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
2 Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak punya pikiran tentang membahayakan diri sendiri

H MENARIK DIRI DARI SOSIAL


3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & tidak perduli
pada mereka semuanya
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain & mempunyai
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I KERAGU-RAGUAN
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik

J PERUBAHAN GAMBARAN DIRI


3 Merasa bahwa saya jelek / tampak menjijikan
2 Merasa bahwa ada perubahan yang permanen dalam penampilan
1 Saya khawatir saya tampak tua / tidak menarik & ini membuat saya tidak
menarik
0 Tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya

K KESULITAN KERJA
3 Tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat berkerja ± sebaik-baiknya

L KELETIHAN
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah biasanya

M ANOREKSIA
3 Saya tidak lagi punya nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya

Keterangan :
0–4 : Depresi Tidak Ada / Minimal
5–7 : Depresi Ringan
8 – 15 : Depresi Sedang
>16 : Depresi Berat

Kesimplan : total skor keseluruhan 2 = depresi tidak ada/minimal


5. Apgar Keluarga
Penilaian :
Pertanyaan-pertanyaan yang di Jawab :
a. Selalu : Skore 2
b. Kadang-kadang : Skore 1
c. Hampir Tidak Pernah : Skore 0
No Uraian Fungsi Skore
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk ADAPTATION 2
membantu pada waktu sesuatu
2. menyusahkan saya.cara keluarga (teman-
Saya puas dengan
teman) saya membicarakan sesuatu dengan PARTNERSHIP
2
saya & mengungkapkan masalah dengan
saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya menerima & mendukung GROWTH
keinginan saya untuk melakukan aktivitas / 1
arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-
teman) saya mengekspresikan afek & AFFECTION
berespons terhadap emosi-emosi saya 1
seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya
& saya menyediakan waktu bersama-sama. RESOLVE 2

TOTAL 8

Keterangan :
Skor >6 : Tidak terjadi disfungsi sosial
Skor 4 – 6 : Tejadi disfungsi sosial menengah
Skor ≤3 : Tejadi disfungsi sosial tinggi

Kesimpulan : Total skor keseluruhan 8 = tidak terjadi disfngsi social

Analisa Data
No Etiologi Masalah
Data
. Keperawatan
1. Ds : Perubahan fungsi Nyeri Kronis
1. Klien mengatakan nyeri sendi
pada kaki dan pinggang
Do : Hipertrofi
1. Nadi 96x/menit
2. TD 140/80 mmHg Distensi cairan
3. RR 26x/menit
4. P = nyeri kaki dan Nyeri kronis
pinggang
5. Q = nyeri seperti di remas-
remas
6. R = nyeri pada kaki bawah
sampai ke pinggang
S = skala 3
T = hilang timbul
2. Ds : Kurang terpapar Defisit Pengetahuan
1. Klien mengatakan kurang inormasi mengenai
mengerti tentang kesehatan
penyakitnya
Do : Kurang tahu
1. Menunjukkan perilaku mengenai penyakit
tidak sesuai anjuran yang diderita
2. Menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap Deficit
masalah pengetahuan

Skoring
Diagnosa 1: nyeri kronis
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
.
1. Sifat masalah 3/3 1 2 Actual
2. Kemungkinan 2/2 2 1 Mudah
masalah dapat
diubah
3. Potensial masalah 3/3 1 2 Cukup
untuk dicegah
4. Menonjolnya 2/2 1 2 Segera
masalah

Jumlah 7

diagnosa 2: defisit pengetahuan


No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
.
1. Sifat masalah 3/3 1 2
2. Kemungkinan 2/2 2 1 Sebagian
masalah dapat
diubah
3. Potensial masalah 3/3 1 2 Cukup
untuk dicegah
4. Menonjolnya 2/2 1 1 Segera
masalah
Jumlah 6

Prioritas Keperawatan
1. Nyeri Kronis b/d kondisi kronis d.d mengeluh nyeri
2. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi d.d menunjukkan perilaku
yang tidak sesuai dengan anjuran

Intervensi
No.
SLKI SIKI
dx
1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 1x24 Observasi:
jam, diharapkan tingkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
nyeri menurun dengan frekuensi, kulitas, intensitas nyeri
kriteria hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri cukup 3. Identifikasi factor yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
2. Tekanan darah cukup 4. Monitor efek samping penggunaan
membaik analgetik
Terapeutik:
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. terapi pijat,
aromaterapi, kompres hangan/dingin)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi:
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
3. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2. Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
keperawatan selama 1x24 Observasi:
jam, diharapkan Tingkat 1. Identiikasi kesiapan dan kemampuan
pengetahuan meningkat menerima informasi
dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
1. Perilaku sesuai anjuran meningkatka dan menurunkan motivasi
sedang perilaku hidup bersih dan sehat
2. Verbalisasi minat Terapeutik:
dalam belajar cukup 1. Sediakan materi dan media pendidikan
meningkat kesehatan
3. Kemampuan 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
menjelaskan kesepakatan
pengetahuan tentang 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
suatu topik cukup Edukasi:
meningkat 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
4. Perilaku sesuai dengan mempengaruhi kesehatan
pengetahuan cukup 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
meningkat 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
Implementasi Keperawatan

No
. Hari, tanggal jam Implementasi Evaluasi
Dx
1 Senin, 10.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S:
27 September frekuensi, kulitas, intensitas nyeri - Px mengatakan skala nyerinya masih 3
2021 10.00 2. Mengidentifikasi skala nyeri O:
10.05 3. Mengidentifikasi factor yang memperberat dan - Px masih terlihat meringis menahan nyeri di
memperingan nyeri kakinya
10.12 4. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk - Px terlihat memegangi kakinya
mengurangi rasa nyeri (kompres hangan/dingin) - Px terlihat tidak banyak melakukan
10.17 5. Menjelaskan strategi untuk meredakan nyeri pergerakan
10.23 6. Menganjurkan untuk memonitor nyeri secara - Perilaku pasien masih cenderung untuk
mandiri berhati2 dalam menggerakkan kakinya
10.25 7. Mengajarkan teknik non farmakologis untuk A:
mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi nafas - Masalah belum teratasi
dalam) P:
- Tingkatkan intervensi
- Ajarkan kompres hangat untuk mengurangi
nyeri
2 Selasa, 10.32 1. Melakukan kontrak waktu dengan px untuk S:
28 September memberikan pendidikan kesehatan mengenai - Px mengatakan siap untuk menerima
2021 nyeri pada sendi pendidikan kesehatan
10.32 2. Menyediakan media pendidikan kesehatan O:
berupa leaflet - Px bisa memahami dan melakukan terapi
10.35 3. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan kompres hangat dengan benar dan mandiri
menerima informasi A:
10.38 4. Melakukan pendidikan kesehatan pada klien - Masalah keperawatan teratasi sebagian
mengenai nyeri sendi dengan metode ceramah P:
dan diskusi dengan menggunakan media leaflet - Pertahankan intervensi
10.43 5. Memberikan kesempatan pada px untuk
bertanya
10.50 6. Menjelaskan pada px mengenai faktor risiko
yang dapat mempengaruhi nyeri
10.55 7. Mengajarkan pada px untuk melakukan terapi
kompres hangat/dingin yang benar
11.00 8. Mengajarkan pada px mengenai manajemen
nyeri
Evaluasi Catatan Perkembangan

No. 30 September 2021 01 Oktober 2021


29 September 2021
Dx
1 S: S: S:
- Px mengatakan nyerinya sudah - Px mengatakan nyerinya sudah - Px mengatakan nyerinya sudah
menurun dengan skala 2 menurun dengan skala 1 menurun dengan skala 1
O: O: - Px mengatakan sudah bisa melakukan
- Px terlihat sudah tidak meringis - Px terlihat sudah tidak biasa aktivitas dengan baik
ketika menggerakkan kakinya memegangi kakinya pada saat O:
A: melakukan pergerakan - Px terlihat sudah bebas melakukan
- Masalah teratasi sebagian A: pergerakan pada kakinya
P: - Masalah teratasi sebagian A:
- Pertahankan intervensi P: - Masalah teratasi
- Pertahankan intervensi P:
- Hentikan intervensi
2 S: S: S:
- Px mengatakan sudah - Px mengatakan sudah menerapkan - Px mengatakan nyerinya sudah
menerapkan terapi relaksasi yang perilaku hidup sehat sesuai dengan berkurang dengan skala 1
sudah dianjurkan (kompres anjuran - Px mengatakan keadaannya membaik
hangat/dingin) O: setelah menerapkan perilaku hidup
O: - Px terlihat sudah bisa berjalan dan sehat yang dianjurkan
- Px terlihat sudah tidak banyak melakukan pergerakan dengan bebas - Px mengatakan sudah memahami apa
bertanya lagi mengenai penyakit A: yang harus dilakukan untuk
nyeri yang diderita - Masalah teratasi sebagian meredakan dan menyembuhkan
A: P: penyakitnya
- Masalah teratasi sebagian - Pertahankan intervensi O:
P: - Px terlihat sudah bebas menggerakkan
- Pertahankan intervensi kakinya
- Px terlihat sudah memahami
mengenai penyakit nyeri pada sendi
yang diderita
A:
- Masalah teratasi
P:
- Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Angela, BM., dkk. 2013. Layanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Jakarta:
Perdosri.
Arundhati, Dita, dkk. 2013. Pengaruh Senam Tai Chi dan Senam Biasa terhadap
Reduksi Nyeri Osteoarthritis Lutut pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha “Gau Mabaji” Goa Tahun 2013. Jurnal Masyarakat Epidemiologi
Indonesia vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2014.
Dan, LL., Anthony, SF., Dennis, LK., Stephen, LH., Larry, J., Joseph, L. 2013.
Osteoarthritis in Horrison’s Principle of Internal Medicine 8 th Edition.
MC. Graw Hill.
Daniel, LS., Debirah, H. Radiographic Assesment of Osteoarthritis page 279-286.
America: American Family Physician.
Hamijoyo, Laniyati. 2012. Pengapuran Sendi atau Osteoarthritis. Diakses 15 Juni
2015.
Mujahidullah, K. (2012). Keperawatan Geriatrik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryam, R. S., Ekasari, F. M., Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara, I. (2012).
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, W. (2017). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.
Rachmah, LA. 2011. Peran Latihan Fisik dalam Manajemen Terpadu
Osteoartritis. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogayakarta.
Rachmah L,Peran Latihan Fisik Dalam Manajemen Terpadu Osteoartritis. FIK
UNY. Yogyakarta, diakses pada 25 desember 2013, filetype:pdf
Rahayusalim. 2011. Kelainan Tulang pada Tulang Belakang.
Santoso, H., & Ismail, A. (2016). Memahami Krisis Lanjut Usia : Uraian Medis
& Pedagogis-Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Sarah, Angela, dkk. 2012. Pengaruh Berat Badan terhadap Gaya Gesek dan
Timbulnya Osteoarthritis pada Orang di atas 45 Tahun. Jurnal e-
Biomedik Vol. 1 No. 1 Maret 2013.
Yatim, dr Faisal. 2006. Penyakit Tulang dan Persendian (Arthritis atau
Arthralgia). Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Yohanita P.2010. Pengaruh Latihan Gerak Kaki (Streching) Terhadap
Penururnan Nyeri Sendi Ekstremitas Bawah Pada Lansia Di Posyandu
Lansia Sejahtera GBI SETIA BAKTI KEDIRI. Jurnal STIKES RS. Baptis
Volume 3, Edisi 1, Juli 2010
SATUAN ACARA PENYULUHAN
MANAJEMEN NYERI PADA LANSIA
KEPERAWATAN KELUARGA

Oleh :
Herlina Binti Mahmudah
1711017

PENDIDIKAN NERS
STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Manajemen Nyeri


Sub Topik : Manajemen Nyeri Non Farmakologi
Sasaran : Keluarga dan Pasien
Tempat : Rumah px (Papungan 4/7 Kanigoro)
Hari / Tanggal : Senin, 27 September 2021
Waktu : 20 menit

A. Latar Belakang Masalah


Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan
kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersama banyak
proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau
pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang
dibanding suatu penyakit manapun.
Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien yang
mengalami nyeri dibanding tenaga profesional perawatan kesehatan lainnya dan
perawat mempunyai kesempatan untuk menghilangkan nyeri dan efeknya yang
membahayakan. Peran pemberi perawat primer adalah untuk mengidentifikasi dan
mengobati penyebab nyeri dan meresepkan obat-obatan untuk menghilangkan
nyeri.
Manajemen nyeri merupakan suatu proses atau tindakan keperawatan yang
dilakukan baik secara kolaboratif ataupun secara individu pada pasien pasca
pembedahan guna mengontrol atau mengurangi nyeri serta mengendalikan rasa
nyeri yang di rasa oleh pasien. Manajemen nyeri penting dilakukan dan paling
tidak harus mendapat perhatian dari petugas perawat atau petugas kesehatan
lainnya untuk mengurangi keluhan nyeri pada pasien. Pengendalian nyeri pada
pasien pasca pembedahan dapat mengurangi keluhan serta resiko lain akibat dari
nyeri. Manajemen secara individu dapat dilakukan dengan cara mengajarkan
teknik distraksi dan relaksasi berupa nafas dalam dan teknik pengalihan perhatian
guna mengurangi resiko nyeri pada pasien.
Faktor penyebab nyeri biasanya muncul karena luka post operasi yang
masih basah atau matur dan belum lepas dari 2 x 24 jam sebagai ukuran pantauan
untuk mengkaji status nyeri. Nyeri juga ditimbulkan karena gerak atau mobilisasi
dini pada pasien post operasi. Untuk mencegah atau mengontrol nyeri perlu
perhatian atau monitoring dan evaluasi serta kaji status nyeri pasien. Pada
dasarnya pelayanan kesehatan dari suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter,
perawat, fisioterapis, ataupun tenaga kesehatan lainnya diperlukan agar terapi
yang dilakukan pada pasien berjalan dan dilakukan optimal oleh penderita atau
pasien itu sendiri. Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu pasien dalam
mengontrol nyeri ataupun memanajemen nyeri secara optimal, mengurangi resiko
lanjut dari efek samping nyeri tersebut, yang pada akhirnya pasien mampu
mengontrol ataupun nyeri yang dirasa tersebut hilang.
Ruang rawat inap khusus bedah memiliki peranan penting untuk
menangani masalah nyeri pada pasien terutama pasien post operasi. Ruang
Bougenville BRSU Tabanan sebagai salah satu ruang rawat inap bedah juga
memiliki tanggung jawab dalam pemulihan kondisi pasien post operasi. Keluhan
nyeri yang sering muncul pada pasien post operasi menandakan kurangnya
pengetahuan pasien ataupun keluarga untuk menanggulangi atau kiat-kiat untuk
mangatasi atau mengontrol nyeri. Hal ini perlu diperhatikan agar nyeri pasien
sedini mungkin dapat di kontrol atau di atasi untuk penyembuhan yang seoptimal
mungkin.
B. Tujuan
1. Tujuan instruksional Umum
Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 20 menit,
diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami tentang manajemen
nyeri non farmakologi.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian nyeri.
b. Menyebutkan klasifikasi nyeri
c. Menyebutkan tanda dan gejala nyeri.
d. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri.
e. Menyebutkan cara-cara untuk mengatasi nyeri secara non
farmakologi
C. Metode
Ceramah, demonstrasi dan diskusi/tanya jawab
D. Media
Leaflet.
E. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Nyeri
2. Klasifikasi Nyeri
3. Tanda dan Gejala Nyeri
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri
5. Cara-cara Mengatasi Nyeri Non Farmakologi (Materi Terlampir)
F. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan memberikan pertanyaan :
1. Apa pengertian dari nyeri?
2. Sebutkan klasifikasi nyeri!
3. Sebutkan tanda dan gejala nyeri!
4. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri!
5. Sebutkan cara-cara mengatasi nyeri secara non farmakologi!
G. Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Tahap
Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Pasien dan
Penyuluhan Kesehatan keluarga
Kesehatan
1. Pembukaan  Mengucapkan salam.  Pasien dan keluarga
(3 menit) membalas salam.
 Menyebutkan nama dan asal.  Pasien dan keluarga
menerima kehadiran
mahasiswa dengan
baik.
 Menjelaskan tujuan.  Pasien dan keluarga
memahami tujuan
dengan baik.
 Mengkaji tingkat pengetahuan  Pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga tentang berpartisipasi dalam
nyeri. diskusi awal.
2. Inti  Menjelaskan tentang  Pasien dan keluarga
(15 menit) pengertian, faktor-faktor yang mendengarkan dan
mempengaruhi nyeri, cara memperhatikan
mengkaji persepsi nyeri, cara- dengan baik.
cara mengatasi nyeri pada luka
post operasi.
 Memberi kesempatan pada  Pasien dan keluarga
pasien dan keluarga untuk mengajukan
menanyakan hal-hal yang pertanyaan.
kurang jelas.
3. Penutup  Mengevaluasi tujuan  Pasien dan keluarga
(2 menit) penyuluhan kesehatan. mampu menjawab/
menjelaskan kembali.
 Mengucapkan terima kasih atas  Pasien dan keluarga
perhatian yang diberikan dan membalas salam.
memberi salam penutup.
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Nyeri
1. Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau
perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan (Alimul, 2017).
2. Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan
diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional (Alimul, 2017).
B. Klasifikasi Nyeri
1. Nyeri akut  (< 6 bulan)
Nyeri akut biasanya terjadi secara tiba- tiba dan umumnya berkaitan
dengan cedera spesifik. Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung dari
beberapa detik hingga enam bulan.
2. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau menetap sepanjang suatu periode
waktu. Nyeri kronik merupakan nyeri yang dirasakan selama lebih dari 6
bulan.
C. Tanda dan Gejala Nyeri

1. Suara
a. menangis
b. merintih
c. menarik/ menghembuskan nafas
2. Ekspresi Wajah
a. meringis
b. menggigt lidah , mengatupkan gigi
c. tertutup rapat/membuka mata atau mulut
d. menggigit bibir
3. Pergerakan Tubuh
a. kegelisahan
b. mondar-mandir
c. gerakan menggosok atau berirama
d. bergerak melindungi tubuh
e. otot tegang
4. Interaksi Sosial
a. menghindari percakapan dan kontak sosial
b. berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri
c. disorientasi waktu

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri


1. Usia
Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri
khususnya anak-anak dan lansia. Pada kognitif tidak mampu mengingat
penjelasan tentang nyeri atau mengasosiasikan nyeri sebagai pengalaman
yang dapat terjadi di berbagai situasi. Nyeri bukan merupakan bagian dari
proses penuaan yang tidak dapat dihindari, karena lansia telah hidup lebih
lama mereka kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kondisi patologis
yang menyertai nyeri. Kemampuan klien lansia untuk menginterpretasikan
nyeri dapat mengalami komplikasi dengan keadaan berbagai penyakit
disertai gejala samar-samar yang mungkin mengenai bagian tubuh yang
sama.
2. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
berespon terhadap nyeri. Toleransi nyeri sejak lama telah menjaadi subjek
penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi toleransi terhadap
nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang
unik pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin.
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap yang dikaitkan dengan nyeri
dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman
tentang nyeri dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam
merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami
nyeri.
4. Makna nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan
mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri tersebut
memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan dan tantangan. Misalnya
seorang wanita yang bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan
seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan
pasangannya.
5. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan atau distraksi dihubungkan dengan respon
nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang
perawat terapkan di berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri seperti
relaksasi, teknik imajinasi terbimbing dan massage. Dengan memfokuskan
perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, maka perawaat
menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer.
6. Ansietas
Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan perasaaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional
biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada
individu yang memiliki status emosional yang kurang stabil. Klien yang
mengalami cedera atau menderita penyakit kritis, sering kali mengalami
kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan diri dapat menimbulkan
tingkat ansietas yang tinggi. Nyeri yang tidak kunjung hilang sering kali
menyebabkan psikosis dan gangguan kepribadian.
7. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri rasa kelelahan menyebabkan
sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.
Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri bahkan
dapat terasa lebh berat. Nyeri seringkali lebih berkurang setelah individu
mengalami suatu periode tiddur yang lelap dibanding pada akhir hari yang
melelahkan
8. Pengalaman Sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut
akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
Apabila seorang klien tidak pernah mengalami nyeri maka persepsi
pertama nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri.
9. Gaya koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat merasa
kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di keadaan perawatan kesehatan,
seperti di rumah sakit klien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal
yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan kontrol terhadap
lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik
sebagian maupun keseluruhan/total.
10. Dukungan keluarga dan sosial
Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran
orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.
Individuu dari kelompok sosial budaya yang berbeda memiliki harapan
yang berbeda tentang orang tempat mereka menumpahkan keluhan tentang
nyeri.
E. Cara-cara Mengatasi Nyeri Secara Non Farmakologi
1. Distraksi
Distraksi adalah teknik untuk mengalihkan perhatian terhadap hal – hal
lain sehingga lupa terhadap nyeri yang dirasakan. Contoh :
a. Membayangkan hal – hal yang menarik dan indah
b. Membaca buku, Koran sesuai dengan keinginan
c. Menonton TV
d. Medengarkan musik, radio, dll
2. Relaksasi
Teknik relaksasi memberi individu control diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada nyeri Sejumlah teknik
relaksasi dapat dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri ibu dengan
meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom .
Tahapan relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut :
a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Usahakan tetap rileks dan tenang
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
e. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
f. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut secara perlahan-lahan
g. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
h. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
i. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
j. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
k. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A., A,. A. (2017). Pengantar kebutuhan dasar manusia 1. Jakarta:


Salemba Medika.

Potter, P.,A & Perry, A.,G.(2017). Buku ajar fundamental keperawatan:


Konsep,proses,dan praktik (edisi 4) Jakarta : EGC.
3. Pergerakan Tubuh

suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat 4. Interaksi Sosial

terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut


saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
reaksi fisik, fisiologis, dan emosional 1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Kebudayaan
4. Makna nyeri
Klasifikasi Nyeri 5. Perhatian

1. Nyeri akut  (< 6 bulan) 6. Ansietas

Terjadi secara tiba- tiba dan umumnya 7. Keletihan


Oleh:
Herlina Binti Mahmudah berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri 8. Pengalaman Sebelumnya
1711017 akut berlangsung dari beberapa detik 9. Gaya koping

hingga enam bulan. 10. Dukungan keluarga dan social

2. Nyeri kronik
Nyeri konstan atau menetap sepanjang Cara Mengurangi Rasa Nyeri
suatu periode waktu. Nyeri kronik 1. Distraksi
merupakan nyeri yang dirasakan selama 2. Relaksasi
PENDIDIKAN NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU lebih dari 6 bulan.
KESEHATAN PATRIA HUSADA
BLITAR
2021 Tanda dan Gejala
1. Suara  Kompres dingin, digunakan untuk
2. Ekspresi Wajah jika sendi yang sakit mengalami
bengkak dengan warna kemerahan, Bahan :
caranya: basahi handuk kecil atau Sambiloto 10 gram kering/20 gram segar
waslap dengan air es lalu diperas Daun kumis kucing 15 gram kering/30
dan ditempelkan pada sendi gram segar
tersebut. Temu lawak 30 gram
 Kompres hangat, digunakan jika Jahe merah 20 gram
sendi yang sakit mengalami
bengkak tanpa warna kemerahan, Cara pemakaian :
caranya basahi handuk kecil atau Semua bahan dicuci bersih dan direbus
waslap dengan air hangat lalu peras dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc,
dan tempelkan pada sendi tersebut. disaring, tambahkan madu secukupnya,
Bisa juga dengan menggunakan lalu diminum 2 kali sehari.
minyak gosok.

 Istirahat

Pengobatan Tradisional

TERIM
AKASI

1. Melakukan pemeriksaan fisik

2. Pemberian edukasi

Anda mungkin juga menyukai