Disusun Oleh
FITRIANINGSIH
Hari/tanggal :
Mengetahui
A. KONSEP LANSIA
1. Definisi Lansia
Batasan umur menurut organisasi WHO ada 4 tahap lansia meliputi : usia
pertengahan (Middle age) = kelompok usia 45-59 tahun, usia lanjut (Elderly) = antara 60-
74 tahun, usia lanjut tua (Old) = antara 75-90 tahun, dan usia sangat tua (Very Old) =
diatas 90 tahun.
a. Teori instrik
Perubahan yang berkaitan dengan usia lanjut timbul akibat penyebab dalam diri
sendiri.
b. Teori Ekstriksi
Perubahan terjadi di akibatkan pengaruh lingkungan. Perubahan yang berkaitan
dengan usia lanjut timbul dalam penyebab diri sendiri dapat berupa :
Teori tersebut mengatakan bahwa menua telah terprogram secara genetic untuk
spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai di dalam nucleus (inti sel) satu
jam genetic yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan akan meghentikan replikasi sel bila tidak diputar. Jadi
menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun
menjadi lemah dan sakit.
System imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
3) Teori Stress
Menua menjadi atau terjadi akibat hilangnya sel-sel yang bias digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stress, menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
4) Teori Terprogram
Teori yang menua terprogram, sel tubuh manusia hanya dapat membagi diri
sebanyak satu kali. Artinya kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel
yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
Sel-sel yang tua /usang reaksi kimianya menyebabakan ikatan yang kuat.
Khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini meyebabkan kurang elastis, kekacauan dan
hilangnya fungsi.
1) Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak
menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
2) Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak
menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf
penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap
dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.
3) Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan
pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna
menurun.
4) Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada
yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas
umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
5) Sistem Cardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, Kemampuan jantung menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh
darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan
posisidari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi akibat meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal ±170 mmHg, diastole normal
± 95 mmHg.
pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa factor yang
mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: Temperatur tubuh menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7) Sistem Respirasi
8) Sistem Gastrointestinal
9) Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg,
frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lender
mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual
intercrouse berefek pada seks sekunder.
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan
sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang
jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga
berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin
rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia
mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya
dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka
perlu menyelaraskan kebutuhan kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun
sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang
bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya
dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan
dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan
metabolisme, missal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya
prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu
makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi,
golongan steroid, tranquilizer.
a) Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.
b) Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat
oleh tradisi dan budaya.
c) Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan
ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari
tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan,
status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih
tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point
tiga di atas.
Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa
senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah- olah acuh terhadap
pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi
masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih
menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan
hidup lansia. Agar pension lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan
diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh
gaji penuh.
1. Definisi
Menurut American College of Rheumatology (2012), gout arthritis adalah suatu
penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama,
gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri inflamasi satu sendi. Gout arthritis
adalah bentuk inflamasi artritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar
jempol kaki. Namun, gout arthritis tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga
mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan
tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu
sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat
mempengaruhi beberapa sendi. Gout arthritis merupakan istilah yang dipakai untuk
sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat
(hiperurisemia). Penyakit gout arthritis merupakan penyakit akibat penimbunan kristal
monosodium urat di dalam tubuh sehingga menyebabkan nyeri sendi disebut gout artritis.
2. Etiologi
a. Gout primer
Penyebab kebanyakan belum diketahui (idiopatik). Hal ini diduga berkaitan
dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.
Hiperurisemia atau berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh dikatakan dapat
menyebabkan terjadinya gout primer. Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular
yang masih belum jelas diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus
adalah gout dan hiperurisemia primer. Gout arthritis primer yang merupakan akibat dari
hiperurisemia primer, terdiri dari hiperurisemia karena penurunan ekskresi (80-90%)
dan karena produksi yang berlebih (10-20%).
b. Gout sekunder
Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan yang menyebabkan
peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan peningkatan degradasi
ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang menyebabkan sekresi menurun.
Hiperurisemia sekunder karena peningkatan biosintesis de novo terdiri dari kelainan
karena kekurangan menyeluruh enzim HPRT pada syndome Lesh-Nyhan, kekurangan
enzim glukosa-6 phosphate pada glycogen storage disease dan kelainan karena
kekurangan enzim fructose-1 phosphate aldolase melalui glikolisis anaerob.
Hiperurisemia sekunder karena produksi berlebih dapat disebabkan karena keadaan
yang menyebabkan peningkatan pemecahan ATP atau pemecahan asam nukleat dari
dari intisel. Peningkatan pemecahan ATP akan membentuk AMP dan berlanjut
membentuk IMP atau purine nucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan
hiperurisemia akibat penurunan ekskresi dikelompokkan dalam beberapa kelompok
yaitu karena penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan fractional
uric acid clearence dan pemakaian obat-obatan.
3. Faktor Risiko
Suku bangsa yang paling tinggi prevalensinya pada suku maori di Australia.
Prevalensi suku Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali sedangkan Indonesia
prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah
Papua.
Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi ikan
laut yang tinggi mengakibatkan asam urat.
c. Penyakit
e. Jenis Kelamin
Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan perempuan pada
semua kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama
pada usia lanjut. Dalam Kesehatan dan Gizi Ujian Nasional Survey III, perbandingan
laki-laki dengan perempuan secara keseluruhan berkisar antara 7:1 dan 9:1. Dalam
populasi managed care di Amerika Serikat, rasio jenis kelamin pasien laki-laki dan
perempuan dengan gout adalah 4:1 pada mereka yang lebih muda dari 65 tahun, dan
3:1 pada mereka lima puluh enam persen lebih dari 65 tahun. Pada pasien perempuan
yang lebih tua dari 60 tahun dengan keluhan sendi datang ke dokter didiagnosa sebagai
gout, dan proporsi dapat melebihi 50% pada mereka yang lebih tua dari 80 tahun.
Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa HDL yang merupakan bagian dari
kolesterol, trigliserida dan LDL disebabkan oleh asupan makanan dengan purin tinggi.
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang
dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi asam urat dalam
serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium
urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara
mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap dalam sendi,
akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya serangan gout. Dengan
adanya serangan yang berulang – ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang
dinamakan thopi akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan
telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit
ginjal kronis.
Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari
depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout atau dengan
hiperurisemia asimptomatik kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan
patella yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout
dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Terdapat peranan temperatur, pH, dan
kelarutan urat untuk timbul serangan gout. Menurunnya kelarutan sodium urat pada
temperatur lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat
menjelaskan mengapa kristal monosodium urat diendapkan pada kedua tempat tersebut.
Predileksi untuk pengendapan kristalmonosodium urat pada metatarsofalangeal-1 (MTP-
1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah tersebut.
5. Manifestasi Klinis
Gout arthritis terjadi dalam empat tahap. Tidak semua kasus berkembang menjadi tahap
akhir. Perjalanan penyakit asam urat mempunyai 4 tahapan, yaitu:
Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun pada laki- laki, dan setelah
60 tahun pada perempuan. Onset sebelum 25 tahun merupakan bentuk tidak lazim
gout artritis, yang mungkin merupakan manifestasi adanya gangguan enzimatik
spesifik, penyakit ginjal atau penggunaan siklosporin. Pada 85-90% kasus, serangan
berupa arthritis monoartikuler dengan predileksi MTP-1 yang biasa disebut podagra.
Gejala yang muncul sangat khas, yaitu radang sendi yang sangat akut dan timbul
sangat cepat dalam waktu singkat. Pasien tidur tanpa ada gejala apapun, kemudian
bangun tidur terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan monoartikuler
berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertai keluhan sistemik berupa demam,
menggigil dan merasa lelah, disertai lekositosis dan peningkatan endap darah.
Sedangkan gambaran radiologis hanya didapatkan pembengkakan pada jaringan lunak
periartikuler. Keluhan cepat membaik setelah beberapa jam bahkan tanpa terapi
sekalipun. Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama jika tanpa terapi yang
adekuat, serangan dapat mengenai sendi-sendi yang lain seperti pergelangan
tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut dan siku, atau bahkan beberapa sendi sekaligus.
Serangan menjadi lebih lama durasinya, dengan interval serangan yang lebih singkat,
dan masa penyembuhan yang lama
Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu tertentu. Rentang
waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari rentang waktu 1- 10 tahun. Namun rata-rata
rentang waktunya antara 1-2 tahun. Panjangnya rentang waktu pada tahap ini
menyebabkan seseorang lupa bahwa dirinya pernah menderita serangan gout arthritis
akut. Atau menyangka serangan pertama kali yang dialami tidak ada hubungannya
dengan penyakit gout arthritis.
Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, maka
penderita akan memasuki tahap ini yang ditandai dengan serangan artritis yang khas
seperti diatas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang
jarak antara serangan yang satu dengan serangan berikutnya makin lama makin rapat
dan lama serangan makin lama makin panjang, dan jumlah sendi yang terserang makin
banyak. Misalnya seseorang yang semula hanya kambuh setiap setahun sekali, namun
bila tidak berobat dengan benar dan teratur, maka serangan akan makin sering terjadi
biasanya tiap 6 bulan, tiap 3 bulan dan seterusnya, hingga pada suatu saat penderita
akan mendapat serangan setiap hari dan semakin banyak sendi yang terserang.
d. Tahap 4 (tahap Gout Arthritis Kronik Tofaceous)
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada
tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar sendi yang sering meradang yang
disebut sebagai Thopi. Thopi ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti
kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Thopi ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya. Bila ukuran thopi
semakin besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakan
sepatu lagi.
6. Penatalaksanaan
Secara umum, penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi, pengaturan diet,
istirahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak terjadi
kerusakan sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan gout arthritis akut bertujuan
menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan obat-obat, antara lain:
kolkisin, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), kortikosteroid atau hormon ACTH.
Obat penurun gout arthritis seperti alupurinol atau obat urikosurik tidak dapat diberikan
pada stadium akut. Namun, pada pasien yang secara rutin telah mengkonsumsi obat
penurun gout arthritis, sebaiknya tetap diberikan. Pada stadium interkritik dan menahun,
tujuan pengobatan adalah menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal, guna
mencegah kekambuhan. Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet
rendah purin dan pemakaian obat alupurinol bersama obat urikosurik yang lain.
7. Komplikasi
Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari gout arthritis meliputi severe degenerative
arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin, kemokin, protease,
dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan pada proses
inflamasi kronis sehingga menyebabkan sinovitis kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi
tulang. Kristal monosodium urat dapat mengaktifkan kondrosit untuk mengeluarkan
Interleukin-1, merangsang sintesis nitric oxide dan matriks metaloproteinase yang
nantinya menyebabkan dekstruksi kartilago. Kristal monosodium urat mengaktivasi
osteoblas sehingga mengeluarkan sitokin dan menurunkan fungsi anabolik yang nantinya
berkontribusi terhadap kerusakan juxta artikular tulang. gout arthritis telah lama
diasosiasikan dengan peningkatan resiko terjadinya batu ginjal. Penderita dengan gout
arthritis membentuk batu ginjal karena urin memilki pH rendah yang mendukung
terjadinya asam urat yang tidak terlarut (Liebman et al, 2007).
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN. I
DENGAN DIAGNOSA MEDIS GOUTH ATHRITIS
DI RT 09 KELURAHAN LEWIRATO KECAMATA MPUNDA KOTA BIMA
TANGGAL 19 - 21 JULI 2022
A. PENGKAJIAN
Hari/ Tanggal : Selasa, 19 Juli 2022
Jam : 08.40 WITA
Nama Mahasiswa : Fitrianingsih
1. Identitas
a. Nama : Tn. I
b. Tempat /Tanggal Lahir : Bima, 1959
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki
d. Status Perkawinan : Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : Mbojo/Bima
g. Pendidikan : SD
2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
a. Pekerjaan Saat Ini : Tidak ada
b. Pekerjaan Sebelumnya : wiraswasta
c. Sumber Pendapatan : Tidak ada
3. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama Dalam 1 Tahun Terakhir :
Klien mengatakan lutut terasa nyeri
2) Gejala yang Dirasakan :
Nyeri dan sedikit kaku pada lutut dan nyeri pinggang
3) Faktor Pencetus :
Klien mengatakan nyeri timbul ketika terlalu capek
4) Timbulnya Keluhan : ( √ ) Mendadak ( ) Bertahap
5) Upaya Mengatasi :
Minum obat pereda nyeri
6) Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktek/bidan/perawat?
Klien biasa memeriksakan kesehatan di puskesmas Mpunda
7) Mengkomsumsi Obat-Obatan Sendiri ? Obat Tradisional ?
Klien mengatakan dia tidak mengonsumsi obat tradisional atau obat yang dibeli
sendiri
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit Yang Pernah Diderita :
Klien mengatakan sudah lama asam uratnya tinggi
2) Riwayat Alergi (Obat, Makanan, Binatang, Debu dll ) :
Klien mengatakan tidak memiliki alergi
3) Riwayat Kecelakaan :
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan
4) Riwayat Pernah Dirawat di RS :
Klien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit
5) Riwayat Pemakaian Obat :
Klien mengkonsumsi obat piroxicam dan becom-zet
4. Lingkungan Tempat Tinggal
a. Kebersihan dan Kerapihan Ruangan ?
Ruangan tampak bersih dan barang-barang dikamar tertata kurang rapi
b. Penerangan ?
Penerangan didalam ruangan cukup karena terdapat jendela sebagai tempat
masuknya sinar matahari
c. Sirkulasi Udara ?
Sirkulasi udara didalam ruangan baik, terdapat jendela dan ventilasi sebagai tempat
keluar masuknya udara
d. Keadaan Kamar Mandi & WC ?
Kamar mandi dan WC tampak cukup bersih
e. Pembuangan Air Kotor ?
Pembuangan air kotor menggunakan septic tank yang berjarak ±5 km dari wisma
f. Sumber Air Minum?
Klien minum dari air yang disediakan oleh petugas
g. Pembuangan Sampah ?
Sampah dibuang ditempat sampah yang terdapat di depan ruangan
h. Sumber Pencemaran ?
Tidak ada
i. Privasi ?
Privasi klien cukup terjaga dengan baik
j. Risiko Injuri ?
Klien dapat beresiko terjadinya injuri karena pasien mengalami nyeri sendi pada
lutut
k. Riwayat Rekreasi
1) Hobby/Minat:
Klien biasanya menonton tv
2) Keanggotaan Kelompok :
Klien tidak tergabung dalam kelompok-kelompok tertentu
3) Liburan/Perjalanan :
Klien mengatakan jarang melakukan bepergian kecuali menunjungi cucu dan
anak-anaknya.
5. Pola Fungsional
a. Persepsi Kesehatan dan Pola Manajemen Kesehatan
Klien mengatakan tetap menjaga kesehatannya dan tetap semangat dalam menjalani
hidup. Ketika sakit klien berobat ke puskesmas terdekat
1) Nutrisi metabolik
a) Frekuensi Makan ?
Klien mengatakan makan 3 kali sehari
b) Nafsu Makan ?
Klien mengatakan nafsu makan baik, dia selalu menghabiskan makananya
c) Jenis Makanan ?
Jenis makanan yang dikonsumsi yaitu nasi, sayur, telur, tempe, ikan laut,
daging ayam, daging sapi dan buah
d) Makanan Yang Tidak Disukai ?
Klien mengatakan tidak ada makanan yang tidak dia sukai
e) Alergi Terhadap Makanan ?
Klien megatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan
f) Pantangan Makanan ?
Klien mengatakan mengurangi makanan yang mengandung kacang-
kacangan
g) Keluhan Yang Berhubungan Dengan Makan ?
Tidak ada
2) Eliminasi
a) BAK : Frekuensi & waktu ?
Klien biasa BAK ± 4 kali sehari
b) Kebiasaan BAK Pada Malam Hari ?
Klien biasa BAK 1-2 kali dalam semalam
c) Keluhan yang Berhubungan dengan BAK?
Tidak ada
d) BAB : Frekuensi & waktu?
Klien biasa BAB 1 kali dalam sehari
e) Konsistensi ?
Lembek, berwarana kuning kecoklatan dan bau khas feses
f) Keluhan yang Berhubungan dengan BAB?
Tidak ada
g) Pengalaman Memakai Pencahar?
Tidak ada
3) Aktifitas Pola Latihan
a) Rutinitas Mandi ?
Klien biasa mandi 3 kali sehari
b) Kebersihan Sehari-hari ?
Klien tampak cukup bersih
c) Aktifitas Sehari-hari ?
Klien mengatakan mengisi waktunya dengan beribadah di masjid,
membersihkan kamar, membersihkan rumput disekitar panti serta
berkumpul bersama teman-temannya
d) Apakah Ada Masalah dengan Aktifitas ?
Klien mengatakan jika kakinya terasa sakit dia kesulitan dalam berjalan
e) Kemampuan Kemandirian ?
Klien mengatakan aktivitasnya dilakukan secara mandiri
f) Pola istirahat tidur
Lama Tidur Malam ?
Klien mengatakan tidur malam sekitar pukul 21.00-05.00 WITA
Tidur Siang ?
Klien mengatakan tidur siang ±2 jam
Keluhan yang Berhubungan dengan Tidur ?
Klien mengatakan tidak terdapat masalah dengan tidurnya
g) Pola Kognitif Persepsi
Masalah dengan Penglihatan (Terganggu (ka/ki)? ( ) ya ( √ ) tidak
Kabur? ( ) ya ( √ ) tidak
Pakai kacamata? ( ) ya ( √ ) tidak
Masalah pendengaran normal? ( ) ya ( √ ) tidak
Terganggu (ka/ki)? ( √ ) ya ( ) tidak
Memakai alat bantu dengar ? ( ) ya ( √ ) tidak
Tuli ( ka/ki ) ? ( ) ya ( √ ) tidak
Kesulitan membuat keputusan ? ( ) ya ( √ ) tidak
d. Hemopoetik
- Perdarahan/Memar Abnormal :( ) Ya ( √ ) Tidak
- Pembengkakan Kelenjar Limfe :( ) Ya ( √ ) Tidak
- Anemia :( ) Ya ( √ ) Tidak
- Riwayat Transfusi Darah :( ) Ya ( √ ) Tidak
e. Kepala
- Sakit Kepala :( ) Ya ( √ ) Tidak
- Trauma :( ) Ya ( √ ) Tidak
- Pusing :( ) Ya ( √ ) Tidak
- Gatal pada Kulit Kepala :( ) Ya ( √ ) Tidak
f. Mata
- Perubahan Penglihatan : ( ) Ya ( √ ) Tidak
- Kacamata : ( ) Ya ( √ ) Tidak
- Nyeri : ( √ ) Ya ( ) Tidak
- Air Mata Berlebihan : ( ) Ya ( √ ) Tidak
- Bengkak Sekitar Mata : ( ) Ya ( √ ) Tidak
- Diplopia : ( ) Ya ( √ ) Tidak
- Floater : ( ) Ya ( √ ) Tidak
- Pandangan Kabur : ( ) Ya ( √ ) Tidak
g. Jantung & Paru
- Nyeri :( ) Ya ( √ ) Tidak
- Berdebar-debar :( ) Ya ( √ ) Tidak
- Kardiomegali :( ) Ya ( √ ) Tidak
- Suara Napas Tambahan :( ) Ya ( √ ) Tidak
- Sesak :( ) Ya ( √ ) Tidak
- Penggunaan Otot Bantu Napas :( ) Ya ( √ ) Tidak
h. Ekstermitas
- Kaku : ( √ ) Ya ( ) Tidak
- Edema : ( ) Ya ( √ ) Tidak
- Nyeri : ( √ ) Ya ( ) Tidak
- Ulkus : ( ) Ya ( √ ) Tidak
i. Integumen
- Lesi/Luka : ( ) Ya ( √ ) Tidak
- Pruritus : ( ) Ya ( √ ) Tidak
- Perubahan Pigmentasi : ( ) Ya ( √ ) Tidak
- Perubahan Tekstur : ( ) Ya ( √ ) Tidak
- Sering Memar : ( ) Ya ( √ ) Tidak
- Perubahan rambut : (√ ) Ya ( ) Tidak
- Perubahan kuku : ( ) Ya ( √ ) Tidak
- Turgor : ( √ ) Ya ( ) Tidak
B. Pengkajian Khusus pada lansia
Analisis Hasil :
Skore Salah : 0 – 2 = Fungsi Intelektual Utuh
Skore Salah : 3 – 4 = Kerusakan Intelektual Ringan
Skore Salah : 5 – 7 = kerusakan Intelektual Sedang
Skore Salah : 8 – 10 = Kerusakan Intelektual Berat
2. Pengkajian Status Fungsional Kemandirian Lansia
Indeks Katz
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi
(seperti punggung atau ekstremitas yang
tidak mampu) atau mandi sendiri
√
sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian
tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak
mandi, serta tidak mandi sendiri
2 Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai
pakaian, melepaskan pakaian,
√
mengancingi dan mengikat pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau
hanya Sebagian
3 Ke Kamar Kecil
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian membersihkan genetalia sendiri √
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan pispot
4 Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi sendiri
√
Tergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi, tidak melakukan
satu, atau lebih perpindahan
5 Kontinen
Mandiri:
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol
sendiri
√
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total;
penggunaan kateter, pispot, enema, dan
pembalut (pampers)
6 Makan √
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Tergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan
dari piring dan menyuapinya, tidak makan
sama sekali, dan makan parenteral (NGT)
Analisis Hasil :
Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAK dan BAB),
berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian
Nilai B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan salah satu fungsi
tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu
fungsi tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, dan satu fungsi tambahan
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
3. Pengkajian Kognitif dari Fungsi Mental Mini Mental State Exam (MMSE) :
FORMAT PENGKAJIAN MMSE
BENAR SALAH
NO ITEM PENILAIAN
(1) (0)
1 ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang ?
1
2 REGISTRASI
Minta Klien Menyebutkan Tiga Obyek
11. Lemari 1
12. Jendela 1
13. Pintu 1
3 PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari belakang,
misal “BAPAK”
14. K 1
15. A 1
16. A 0
17. B 0
18. A 0
4 MENGINGAT
Minta Klien Untuk Mengulang 3 Obyek
diatas
19. Lemari 1
20. Jendela 1
21. Pintu 1
5 BAHASA
Penamaan (Tunjukkan 2 Benda, Minta klien
menyebutkan)
22. Tembok 1
23. Meja 1
Pengulangan (Minta Klien Mengulangi tiga
Kalimat berikut)
24. “Tak ada Jika, dan, atau tetapi” 0
Perintah Tiga Langkah
25. Ambil kertas ! 1
26. Lipat Dua ! 1
27. Taruh Dilantai! 1
Turuti Hal Berikut
28. Tutup mata 1
29. Tulis satu kalimat 0
30. Salin Gambar 0
JUMLAH 21 9
Analisis hasil
Nilai maksimal : 30
Nilai 24-30 : Normal
Nilai 17-23 : Probable Gangguan Kognitif
Nilai 0-16 : Definitive Gangguan Kognitif
C. ANALISA DATA
Nama : Tn. I Alamat : RT 09 kelurahan lewirato :-
Umur : 63 tahun
No Data Fokus Etiologi Problem
1 DS : Osteoarthritis Nyeri
- Klien mengatakan lutut
terasa nyeri Inflamasi sendi
DO :
- P : Sakit dilutut Pelepasan mediator nyeri
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Lutut kanan dan kiri Menyentuh ujung saraf
S : Skala nyeri 5 nyeri
T : Hilang timbul
- Klien tampak meringis Nyeri
- Klien tampak berjalan
secara perlahan karena
menahan nyeri
- Klien tampak sering
memegang dan memijat-
mijat kakinya
2 DS : Proses penuaan Gangguan memori
- Klien mengatakan lupa
tanggal dan tahun lahir Biologis
karena sudah lama
- Klien mengatakan lupa Penurunan sel dan fungsi
cara berhitung otak
DO :
- Hasil pengkajian tingkat Penurunan
kerusakan intelektual neurotransmitter
dengan menggunakan
SPMSQ jumlah salahnya Penurunan daya ingat
adalah 9 berarti kerusakan
intelektual ringan Gangguan memori
D. PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, yang ditandai dengan klien mengatakan
lutut terasa nyeri dan pada pengkajian nyeri didapatkan P : Sakit dilutut Q : Seperti
ditusuk-tusuk R : Lutut kanan dan kiri S : Skala nyeri 5 T : Hilang timbul, klien tampak
meringis, klien tampak berjalan secara perlahan karena menahan nyeri dan klien tampak
sering memegang dan memijat-mijat kakinya
2. Gangguan memori berhubungan dengan proses penuaan, yang ditandai dengan klien
mengatakan lupa tanggal dan tahun lahir karena sudah lama, klien mengatakan lupa cara
berhitung dan hasil pengkajian tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan
SPMSQ jumlah salahnya adalah 3 berarti lerusakan intelektual ringan
E. INTERVENSI
Nama : Tn. I Alamat : RT 09 kelurahan lewirato
Umur : 63 Tahun
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri yang Setelah diberikan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan umum
berhubungan keperawatan selama 3x4 jam, pasien
dengan proses diharapkan nyeri dapat 2. Lakukan pengkajian nyeri (local, 2. Untuk mendapatkan data yang
inflamasi berkurang, dengan kriteria karakteristik, skala, durasi dan frekuensi akurat tentang nyeri yang
hasil: nyeri) dirasakan klien
- Nyeri berkurang (skala 3. Anjurkan untuk tingkatkan istirahat 3. Istirahat yang cukup dan
nyeri 0-3) mengurangi nyeri yang
- Mampu mengontrol nyeri dirasakan
(tahu penyebab nyeri dan 4. Ajarkan klien cara mengurangi rasa 4. Memandirikan klien dalam
menggunakan teknik non nyeri dengan teknik non farmakologi usaha mengurangi rasa nyeri
farmakologi untuk relaksasi nafas dalam sebanyak 4 kali yang dialaminya
mengurangi rasa nyeri) setiap nyeri timbul 5. Analgetik dapat mengurangi
5. Kolaborasi dalam pemberian analgetik nyeri yang dialami
2 Gangguan Setelah diberikan tindakan 1. Kaji derajat gangguan memori, seperti 1. Mengetahui derajat kerusakan
memori keperawatan selama 3x4 jam, perubahan orientasi terhadap orang, memori
berhubungan diharapkan gangguan waktu dan tempat 2. Kebisingan merupakan sensori
dengan proses memori tidak bertambah 2. Pertahankan lingkungan yang nyaman berlebihan yang meningkatkan
penuaan buruk, dengan kriteria hasil: dan menyenangkan gangguan neuron
- Klien mampu mengenal 3. Memudahkan dan meningkatkan
kapan klien lahir 3. Ajarkan klien dalam mengingat waktu pemahaman klien
- Klien mampu mengenal dan cara berhitung dengan kata-kata
tahun kemerdekaan pendek dan sederhana
Indonesia
- Klien mampu berhitung
F. IMPLEMENTASI
Nama : Tn. I Alamat : RT 09 kelurahan lewirato
Umur : 63 Tahun
Hari/
Dx Waktu Implementasi Respon Hasil Paraf
Tgl
1. Memonitor tanda-tanda vital 1. TD = 100/70 mmHg Fitri
08.50
HR = 88x/menit
WITA
RR = 20x/menit
2. Melakukan pengkajian nyeri (local, 2. P : Sakit dilutut Fitri
karakteristik, skala, durasi dan frekuensi Q : Seperti ditusuk-tusuk
08.55
nyeri) R : Lutut kanan dan kiri
WITA
S : Skala nyeri 5
T : Hilang timbul
I
09.00 3. Menganjurkan untuk tingkatkan istirahat 3. Klien mengatakan akan mengikuti anjuran Fitri
WITA
6. Mengajarkan klien cara mengurangi rasa 4. Klien dapat menggunakan teknik relaksasi Fitri
09.05 nyeri dengan teknik non farmakologi nafas dalam dan nyeri sedikit berkurang
Selasa , WITA teknik relaksasi nafas sebanyak 4 kali
19 Juli setiap nyeri timbul
2022 09.10 4. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik 5. Klien diberikan obat analgetik piroxicam Fitri
WITA sebanyak 3x1 hari
1. Mengkaji derajat gangguan memori, 1. Klien lupa tanggal lahir dan cara berhitung Fitri
09.15 seperti perubahan orientasi terhadap
WITA orang, waktu dan tempat
09.20 2. Mempertahankan lingkungan yang 2. Lingkungan klien tampak tenang dan Fitri
II WITA nyaman dan menyenangkan nyaman
3. Mengajarkan klien dalam mengingat 3. Klien tampak terbatah-batah dalam Fitri
waktu dan cara berhitung dengan kata- menghitung dan klien lupa tanggal lahir
09.25
kata pendek dan sederhana serta tahun lahir
WITA
1. Memonitor tanda-tanda vital 1. TD = 100/70 mmHg Fitri
09.10
HR = 88x/menit
WITA
RR = 20x/menit
2. Melakukan pengkajian nyeri (local, 2. P : Sakit dilutut Fitri
karakteristik, skala, durasi dan frekuensi Q : Seperti ditusuk-tusuk
09.15
nyeri) R : Lutut kanan dan kiri
WITA
S : Skala nyeri 4
T : Hilang timbul
I
3. Mengajarkan klien cara mengurangi rasa 3. Klien dapat menggunakan teknik relaksasi Fitri
nyeri dengan teknik non farmakologi nafas dalam dan nyeri sedikit berkurang
09.20 teknik relaksasi nafas dalam sebanyak 4
Rabu, 20
WITA kali setiap nyeri timbul
Juli 2022
09.25 4. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik 4. Klien diberikan obat analgetik piroxicam Fitri
WITA sebanyak 3x1 hari
1. Mengkaji derajat gangguan memori, 1. Klien mulai mengingat tanggal lahir Fitri
09.30 seperti perubahan orientasi terhadap
WITA orang, waktu dan tempat
II
3. Mengajarkan klien dalam mengingat 3. Klien masih tampak terbatah-batah dalam Fitri
09.35
waktu dan cara berhitung dengan kata- menghitung dan klien mulai mengingat
WITA
kata pendek dan sederhana tanggal lahir serta tahun lahir
Kamis, I 1. Memonitor tanda-tanda vital 1. TD = 110/70 mmHg Fitri
08.20
21 Juli HR = 86x/menit
WITA
2022 RR = 20x/menit
08.25 2. Melakukan pengkajian nyeri (local, 2. P : Sakit dilutut Fitri
WITA karakteristik, skala, durasi dan frekuensi Q : Seperti ditusuk-tusuk
nyeri) R : Lutut kanan dan kiri
S : Skala nyeri 3
T : Hilang timbul
3. Mengajarkan klien cara mengurangi rasa 4. Klien dapat menggunakan teknik relaksasi Fitri
nyeri dengan teknik non farmakologi nafas dalam dan nyeri berkurang
08.30 teknik relaksasi nafas dalam sebanyak 4
WITA kali setiap nyeri timbul
08.35 4. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik 5. Klien diberikan obat analgetik piroxicam Fitri
WITA sebanyak 3x1 hari
1. Mengkaji derajat gangguan memori, 1. Klien ingat tanggal lahir Fitri
08.40 seperti perubahan orientasi terhadap
WITA orang, waktu dan tempat
II 3. Mengajarkan klien dalam mengingat 3. Klien masih tampak terbatah-batah dalam Fitri
waktu dan cara berhitung dengan kata- menghitung dan mengingat tanggal lahir
08.45
kata pendek dan sederhana serta tahun lahir
WITA
G. EVALUASI
Nama : Tn. I Alamat : RT 09 kelurahan lewirato
Umur : 63 Tahun
Hari/ Diagonosa
No Waktu Respon Hasil Paraf
Tgl Keperawatan
S : - Klien mengatakan nyeri berkurang Fitri
- Klien mengatakan dapat menggunakan teknik nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
O : - TD = 110/70 mmHg
- HR = 87x/menit
09.00
I
WITA - Skala nyeri 3
- Klien tampak bisa menggunakan teknis nafas dalam untuk
Kamis mengurangi nyeri
1 21 Juli
2022 A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 2, 4 dan 5
S : - Klien mengatakan sudah ingat tanggal lahir dan tahun lahirnya
- Klien mengatakan masih susah untuk berhitung
O : - Hasil pengkajian intelektual dengan menggunakan SPMSQ
09.05
II
WITA jumlah salahnya adalah 1
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1 dan 3
H. DOKUMENTASI