b. Protein
Protein merupakan jenis unsur zat gizi yang sangat berperan dalam
penyusunan senyawa senyawa penting seperti enzim, hormon, dan antibodi.
1. Jenis protein
Protein adalah senyawa kompleks, tersusun atas asam amino atau
peptida. Pada manusia terkandung 22 jenis asam amino yang berbeda.
Bentuk sederhana dari protein adalah asam amino. Berdasarkan
sumbernya, asam amino di kelompokkan menjadi dua macam yaitu asam
amino esensisal dan asam amino non esensial. Asam amino esensial
hanya terdapat di peroleh dari luar tubuh seperti makanan karena tidak
dapat disintesiskan dalam tubuh, misalnya lisin, triptofan, fenilalanin, dan
leusin. Sedangkan asam amino non esersial merupakan asam amino yang
dapat disintesis oleh tubuh dari senyawa lain, misalnya glutamine, alanin,
hidroksisilin dan piruvat.
3) Absorbsi Vitamin
Vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan vitamin C,
mudah di absorbsi dalam epithelium mukosa usus melalui proses difusi,
kecuali vitamin B12 yang hanya dapat di absorbsi dengan bantuan
intrinsic faktor yang dihasilkan oleh sel pariental lambung. Vitamin B12,
diabsorbsi pada ileum terminal. Sedangkan vitamin yang larut dalam
lemak seperti vitamin A,D,E,dan K akan diabsorbsi dalam lemak seperti
vitamin A,D,E,K dan B12 yang di absorbsi dari darah di simpan dalam
hati dan kemudian dipergunakan kembali jika di perlukan oleh tubuh.
e. Mineral
Mineral adalah ion organik esensial untuk tubuh karena peranannya
sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak
menghasilkan energy, tetapi merupakan elemen kimia yang berperan dalam
mempertahankan proses tubuh.
1. Jenis mineral
Berdasarkan kebutuhannya dalam tubuh, mineral di kelompokan menjadi
dua yaitu :
Makromineral yaitu jumlah kebutuhan mineral tubuh terdiri dari
100mg/hari seperti natrium (Na), kalsium (Ca), fosfor (P), kalium
(K), klorida (Cr), dan magnesium (Mg)
Mikromineral, yaitu jumlah kebutuhan mineral kurang dari
100mg/hari, seperti zat besi(Fe), seng (Zn), kronmium ( Cr), mangan
(Mn), tembaga (Cu), fluor ( F), dan Yodium ( I ).
2. Fungsi mineral
Mineral berperan dalam tiga proses berikut ini.
Pertukaran konsentrasi osmotic cairan tubuh, misalnya natrium dan
klorida yang berperan dalam mempertahankan cairan ekstrsel.
Kalium sangat penting dalam mempertahankan konsentrasi osmotic
intrasel.
Proses fisiologis, variasi dari ion ion berperan dalam berbagai proses
fisiologis seperti mempertahankan transmembran potensial,
pembentukan dan mempertahankan tulang, kontraksi otot,
pembentukan neurotransmitter, pembentukan hormon, pembekuan
darah,transport gas, dan sistem penyangga ( Buffer).
Sebagai kofaktor esensial berbagai reaksi enzimatik, seperti pada
calcium – dependent ATPase pada tulang yang membutuhkan ion
magnesium. ATPase untuk mengubah glukosa menjadi asam piruvat
membutuhkan ion kalium dan magnesium.
3. Absorbsi mineral
Terjadi melalui proses difusi dan transport aktif. Meningkatkan absorbsi
sodium di pengaruhi oleh intake makanan yang tinggi natrium dan
pengaruh hormon aldosteron. Peningkatan absorbsi di pengaruhi oleh
hormone paratiroid. Ion klorida, yodium, bikarbonat, dan nitrat diabsorbsi
melalui proses difusi, sedangkan sulfat dan fosfat masuk ke epitel usus
hanya dengan transport aktif .
f. Air
Merupakan media transport nutrisi dan sangat penting dalam
kehidupan sel sel tubuh. Setiap hari sekitar 2 liter air masuk ke tubuh kita
melalui minum, sedangkan cairan digestif yang di produksi oleh berbagai
saluran organ pencernaan sekitar 8 – 9 liter, sehingga sekitar 10 – 11 liter
cairan beredar dalam tubuh. Namun demikian dari 10 – 11 liter cairan yang
masuk hanya 50 – 200 ml yang dii keluarkan melalui fases selebihnya
direabsobsi
Absobsi air terjadi pada usus halus dan usus besar dan terjadi pada
saat proses difusi
Jejunum : 5 – 6 liter/hari
Ileum : 2 liter/hari
Kolon : 1,5 liter/hari
Kategori IMT
8. Penatalaksanaan
a. Penyuluhan masalah nutrisi pada pasien dan keluarga
b. Penanganan focus pada penyebab masalah pola nutrisi
c. Pemberian asupan nutrisi : Oral
d. Kolaborasi : Pemasanan NGT dan Pemberian Nutrisi melalui NGT
e. Pemberian obat pada penyebab masalah pola nutrisi
Pemeriksaan fisik
1) Keadaan fisik: apatis, lesu
2) Berat badan: obesitas, kurus (underweight).
3) Otot: flaksia / lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
4) Sistem saraf: bigung, rasa terbakar, parestbesia, reflek menurun.
5) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, pembesaran liver.
6) Kardiovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 x/menit, irama abnormal,
tekanan darah rendah/tinggi.
7) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
8) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak di subkutan tidak ada.
9) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran mukosa
pucat.
10) Gusi: perdarahan, peradangan.
11) Lidah: edema, hiperemasis.
12) Gigi: karies, nyeri, kotor.
13) Mata: konjungtiva pucat,kering,exotalmus,tanda-tanda infeksi.
14) Kuku: mudah patah.
15) Pengukuran antopometri:
o Berat badan ideal: (TB ̶ 100) ± 10%
BB (kg)
o BMI (Body Mass Index):
TB× TB(m)
o Lingkar pergelangan tangan
o Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal Wanita : 16,5 ─ 18 cm
Pria : 12,5 ─ 16,5 cm
Laboratorium
- Albumin (N: 4─ 5,5 mg/100ml)
- Transferin (N:170 ─ 25 mg/100 ml)
- Hb (N: 12 mg %)
- BUN (N:10 ─ 20 mg/100ml)
- Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-lak: 0,6 ─ 1,3 mg/100 ml, wanita:
0,5 ─ 1,0 mg/100 ml) (Tarwoto & Wartonah, 2006)
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan yang diharapkan:
4. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di susun pada
tahap pencanaan.
5. Evaluasi Keperwatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang disengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan
anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan,
patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah
tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul. H. (2006). Pengantar kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Nanda International. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015.
Mediaction: Yogyakarta
Tarwoto dan Wartanah.(2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4.
Jakarta : Salemba Medika.