Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN NUTRISI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Keperawatan Dasar


Program D3 Keperawatan

Disusun Oleh:
NAMA : HARTININGSIH
NIM : 232021010046

PROGRAM D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2023
A. ANATOMI FISIOLOGI
Menurut Festy W (2018), sistem tubuh yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi antara lain :
1. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari tahapan saluran pencernaan. Mulut terdiri
dari dua bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, pipi,
dan bagian dalam yaitu rongga mulut. Di dalam mulut makanan yang dikunyah akan
hancur sampai merata karena makanan di dalam mulut mengalami proses mekanis
yang dibantu oleh enzim amylase. Enzim amylase ini akan memecah amilium yang
terkandung dalam makanan menjadi amylase. Proses pengunyahan ini akan
terkoordinasi antara lidah, gigi dan otot-otot mengunyah. Di dalam mulut juga
terdapat kelenjar saliva yang menghasilkan saliva untuk membantu proses pencernaan
dengan cara mencerna hidrat arang khususnya amylase, melicinkan bolus sehingga
mudah di telan, mengencerkan bolus, dan menetralkan (Festy W, 2018).
2. Faring dan Esofagus
Faring merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berada di belakang
mulut, hidung dan laring. Faring bagian atas melebar hingga vertebra servikal keenam
dan berbentuk kerucut. Faring langsung berhubungan dengan esophagus yang
memiliki otot panjang kurang lebih 20-25 cm yang berbentuk tabung dan berada
dibelakang trakea, di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks
menembus diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen serta
menyambung dengan lambung.
Esophagus berfungsi menghantarkan makanan dari faring menuju lambung.
Esophagus berbentuk seperti silinder yang memiliki rongga dengan panjang kurang
lebih 2 cm dengan keduan ujungnya dilindungi oleh sfingter. Sfingter ini dalam
keadaan normal selalu tertutu pada bagian atas, kecuali bila ada makanan yang masuk
menuju lambung. Hal ini bertujuan untuk mencegah gerakan balik ke organ atas yaitu
esophagus (Festy W, 2018).
3. Lambung
Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang terdiri dari bagian atas
(fundus), bagian utama, dan bagian bawah berbentuk horizontal (antrum pilorik).
Lambung berhubungan langsung dengan esophagus melalui orifisium atau kardia
dengan duodenum melalui pilorik. Lambung terletak di bagian bawah diafragma dan
pankreas, sedangkan limpa menempel pada sebelah kiri fundus. Lambung berfungsi
sebagai fungsi motoris dan fungsi sekresi serta pencernaan. Fungsi motoris lambung
sebagai reservoir untuk menampung makanan sampai dicerna sedikit demi sedikit dan
sebagai pencampur adalah mensekresi pepsin dan HCL yang akan mengubah protein
menjadi pepton, amylase memecah amilum menjadi maltose, lipase memecah lemak
menjadi asam lemak, dan gliserol membentuk sekresi gastrin. Makanan berada di
dalam lambung selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan getah lambung (cairan
asam bening tak berwarna) yang mengandung 0,4% HCL untuk mengasamkan semua
makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan (Festy W, 2018).
4. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5
meter dalam keadaan hidup dan dalam keadaan mati usus halus akan bertambah
panjang menjadi kurang lebih 6 meter karena adanya relaksasi otot yang telah
kehilangan tonusnya. Usus halus berfungsi mencerna dan mengabsorbsi chime dari
lambung. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum dengan panjang kurang
lebih 25 cm, jejenum dengan panjang kurang lebih 2 meter dan ileum kurang lebih
panjangnya 1 meter. Pada duodenum zat-zat makanan telah halus dan terjadi absorbsi
kalsium, besi dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D, E dan K dengan bantuan
empedu dan asam folat (Festy W, 2018).
5. Usus Besar
Usus besar disebut juga dengan kolon yang merupakan sambungan dari usus
halus dan memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Sambungan dari usus halus ini
dimulai dari katup ileokolik atau ileoasekal yang merupakan tempat lewatnya
makanan. Kolon terbagi atas asenden, transversum, sigmoid dan berakhir di rektum
yang panjangnya sekitar 10 cm dari usus besar. Fungsi utama dari usus besar yaitu
untuk mengabsorbsi air (kurang lebih 90%), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa.
Kapasitas absorbsi air kurang lebih yaiti 5000 cc/hari (Festy W, 2018).

B. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
Tubuh memerlukan energi dan fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
mempertahankan, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak.
Metabolisme merupakan semua proses biokimia pada sel tubuh. Proses metabolisme
dapat berupa anabolisme (membangun) dan katabolisme (pemecahan).
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Secara umum faktor yang memengaruhi
kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor
patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau
meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Nutrisi adalah zat-zat gisi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima
makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan
tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi
dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang
terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit (Tarwoto, Wartonah, 2006).
Menurut Alimul (2015), nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan
zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam
aktivitas tubuh. Fungsi utama nutrisi adalah untuk memberi energi bagi aktivitas
tubuh,membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur
berbagai proses kimia di dalam tubuh (Mubarak, 2008).
Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai elemen yang dibutuhkan untuk proses dan
fungsi tubuh. Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat,
protein, lemak, air, vitamin, dan mineral (Potter and Perry, 2010).
a. Elemen Nutrisi
Menurut Tarwoto, Wartonah (2006), Elemen nutrient/zat gizi terdiri atas:
1) Karbohidrat.
2) Protein.
3) Lemak.
4) Vitamin.
5) Mineral.
6) Air.
Karbohidrat, lemak, dan protein disebut energi nutrient karena merupakan
sumber energi dari makanan; sedangkan vitamin, mineral, dan air merupakan
substansi penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengatur
metabolisme jaringan tubuh. Fungsi zat gizi adalah : sebagai penghasil energi bagi
fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik, sebagai bahan dasar untuk pembentukan
dan perbaikian jaringan dan sebagai pelindung dan pengatur.
1) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Hampir 80% energi
dihasilkan dari karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat mengahasilkan 4
kilokalori (kkal). Karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot berbentuk
glikogen dengan jumlah yang sangat sedikit. Glikogen adalah sintesis dari
glukosa. Pemecahan energi selama masa istirahat/puasa. Kelebihan energi
karbohidrat berbentuk asam lemak.
a) Jenis karbohidrat
Berdasarkan susunan kimianya karbohidrat digolongkan menjadi tiga
jenis yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
(1) Monosakarida
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang paling sederhana dan
merupakan molekul yang paling kecil. Dalam bentuk ini molekul dapat
langsung diserap oleh pembuluh darah. Jenis dari monosakarida adalah
glukosal dektrosa yang banyak terdapat pada buah-buahan dan
sayuran, fruktosa banyak terdapat pada buah, sayuran, madu, dan
galaktosa yang berasal dari pecahan disakarida.
(2) Disakarida
Jenis disakarida adalah sukrosa, maltose, dan laktosa. Sukrosa dan
maltose banyak pada makanan nabati, sedangkan laktosa yaitu
merupakan jenis gula dalam air susu baik susu ibu maupun susu
hewan.
(3) Polisakarida
Merupakan gabungan dari beberapa molekul monosakarida. Jenis
polisakarida adalah zat pati, glikogen, dan selulosa.
b) Fungsi karbohidrat
(1) Sumber energi yang murah.
(2) Sumber energi utama bagi otak dan saraf.
(3) Membuat cadangan tenaga tubuh.
(4) Pengaturan metabolisme lemak.
(5) Untuk efesiensi penggunaan protein.
(6) Memberikan rasa kenyang.
c) Sumber karbohidrat
Sumber karbohidrat umumnya adalah makanan pokok, umumnya
berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu,
singkong, dan lain-lain. Sedangkan pada karbohidrat hewani berbentuk
glikogen.
d) Metabolisme karbohidrat
Proses dari makanan sampai dapat digunakan oleh tubuh melalui
pencernaan, absorpsi, dan metabolisme. Pencernaan adalah memecahkan
makanan menjadi bagian yang lebih kecil dan dapat diabsorpsi melalui
cairan tubuh. Mekanisme pencernaan bisa secara mekanik maupun secara
kimia. Pencernaan secara mekanik melibatkan fungsi saraf dan otot untuk
memindahkan makanan dalam saluran pencernaan melalui kontraksi otot,
pencernaan secara kimia melalui tipe sekresi yang diproduksi pada saluran
pencernaan. Ada 4 tipe produk sekresi yang dapat membantu pencernaan
yaitu enzym yang spesifik, Hcl, mucus, air, dan elektrolit.
Zat gizi diabsorpsi oleh usus kecil dan bagian proksimal usus besar
metabolisme karbohidrat mengandung tiga proses :
(1) Perubahan dari katabolisme glikogen menjadi glukosa, kabon dioksida,
dan air disebut Glikogenolisis.
(2) Perubahan dari anabolisme glukosa menjadi glikogen disebut
Glikogenesis.
(3) Perubahan dari asam amino dan gliserol menjadi glukosa disebut
Glukoneogenesis.
(4) Masalah-masalah yang terkait dengan karbohidrat
Penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP) atau Protein Energi
Malnutrisi (PEM) dan penyakit kegemukan karena ketidakseimbangan
antara asupan dengan energi yang dibutuhkan. Penyakit akibat gangguan
metabolisme karbohidrat tampak pada Diabetes Mellitus.
2) Protein
Protein berfungsi sebagai pertumbuhan, mempertahankan dan
mengganti jaringan tubuh. Setiap 1gram protein menghasilan 4 kkal. Bentuk
sederhana dari protein adalah asam amino. Asam amino disimpan dalam
jaringan dalam bentuk hormone dan enzim. Asam amino esensial tidak dapat
disintesis dalam tubuh tetapi harus didapat dari makanan. Jenis asam amino
esensial diantaranya lisin, triptofan, fenilalanin, leusin. Berdasarkan susunan
kimianya, protein dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
a) Protein sederhana
Jenis protein ini tidak berkaitan dengan zat lain, misalnya abumin dan
globulin.
b) Protein bersenyawa
Protein ini dapat membentuk ikatan dengan zat lain seperti glikogen
membentuk glikoprotein, dengan hemoglobin membentuk kromoprotein.
c) Turunan atau devirat dari protein
Termasuk dalam turunan protein adalam albuminosa, pepton, dan gelatin.

a) Fungsi Protein
(1) Untuk keseimbangan cairan yaitu dengan meningkatkan tekanan
osmotik koloid, keseimbangan asam.
(2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan.
(3) Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan homon.
(4) Sumber energi di samping karbohidrat dan lemak.
(5) Dalam bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat menyimpan
dan meneruskan sifat-sifat keturunan dalam bentuk genes.
b) Sumber Protein
(1) Protein hewani yaitu protein yang berasal dari hewan seperti susu,
daging, telur, hati, udang, ikan, kerang, ayam, dan sebagainya.
(2) Protein nabati yaitu protein yang berasal dari tumbuhan seperti jagung,
kedelai, kacang hijau, terigu, dan sebagainya.
c) Metabolisme Protein
Jika makanan yang sudah berada dalam lambung, maka akan
dikeluarkan enzim protease yaitu pepsin. Pepsin mengubah protein
menjadi albuminosa dan pepton. Albuminosa dan pepton di dalam usus
halus diubah menjadi asam-asam amino dengan bantuan enzim tripsin dari
pankreas dan selanjutnya diserap atau berdisfusi ke aliran darah yang
menuju ke hayi. Asam-asam amino disebar oleh hati ke jaringan tubuh
untuk mengganti sel-sel yang rusak dan sebagian digunakan untuk
membuat protein darah. Karena protein dapat larut dalam air sehingga
umumnya dapat dicerna secara sempurna sehingga hampir tidak tersisa
protein makanan dalam feses.
Asam amino yang tidak dapat digunakan ditranspor kembali ke hati
kemudian dilepaskan ikatan nitrogennya seghingga terpecah menjadi dua
macam zat yaitu asam organik dan amoniak (NH3). Amoniak dibuang
melalui ginjal, sedangkan asam organic dimanfaatkan sebagai sumber
energi.
Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan protein di antaranya:
(1) Berat badan individu.
(2) Aktivitas.
(3) Keadaan pertumbuhan, bayi: 3gr/kg BB, anak-anak: 1,75-2,5gr/kg BB,
dan pada remaja sampai dengan lanjut usia: 1,25-1,75gr/kg BB.
(4) Pada wanita hamil ditambah 10gr/hari.
(5) Pada ibu menyusui ditambah 20gr/hari.
(6) Keadaan/kondisi kesehatan.
3) Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi paling besar. Berdasarkan
ikatan kimianya lemak dibedakan menjadi : Lemak murni yaitu lemak yang
terdiri atas asam lemak dan gliserol dan Zat-zat yang mengandung lemak
misalnya fosfolipid yaitu ikatan lemak dengan garam fosfor, glikolipid yaitu
ikatan lemak dengan glikogen.
a) Fungsi lemak
(1) Memberikan kalori, di mana setiap 1 gram lemak dalam peristiwa
oksidasi akan memberikan kalori sebanyak 9 kkal.
(2) Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh dinding usus.
(3) Memberikan asam-asam lemak esensial.
b) Sumber lemak
Menurut sumbernya lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak
nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti yang
terdapat pada kacang-kacangan, kelapa, dan lain-lain. Sedangkan lemak
hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang
seperti pada daging sapi, kambing, dan lain-lain.
c) Metabolisme lemak
Pencernaan lemak dimulai dari lambung dengan bantuan enzim
lipase yang berasal dari pankreas. Di dalam duodenum trigliserida dipecah
menjadi diglyserida, monoglysakarida, dan asam lemak bebas dengan
bantuan lipase. Asam lemak bebas rantai panjang tidak larut dalam air
tetapi berkaitan dengan garam-garam empedu dan dapat larut (emulsi).
Lemak kemudian diserap ke darah menuju ke hati. Di dalam hati sebagian
digunakan untuk energi, sebagian diubah menjadi zat keton, dan sebagian
lagi disimpan dalam bentuk lemak badan. Apabila tubuh kehabisan
glikogen maka lemak badan akan diambil kembali. Mula-mula lemak
badan menjadi fosfolipid, kemudian dalam hati dalam bentuk lemak bebas,
jika dalam makanan terdapat kelebihan karbohidrat atau lemak dari
kebutuhan tubuh maka kelebihan tersebut disimpan sebagai cadangan
tenaga. Lemak cadangan disimpan disekitar jantung, paru-paru, ginjal, dan
alat tubuh yang lain. Simpanan lemak dalam tubuh digunakan sebagai :
(1) Cadangan tenaga/energi.
(2) Bantalan bagi alat-alat tubuh seperti ginjal, biji mata.
(3) Mempertahankan panas tubuh.
(4) Perlindungan tubuh terhadap trauma, zat-zat kimia berbahaya.
(5) Membentuk postur tubuh.
4) Mineral
Mineral adalah elemen anorganik esensial untuk tubuh karena perannya
sebagai katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dapat diklasifikasikan menjadi
makromineral yaitu jika kebutuhan tubuh 100mg atau lebih; dan
mikromineral jika kebutuhan tubuh kurang dari 100mg. Termasuk dalam
makromineral adalah kalsium, magnesium fosfat sedangkan yang termasuk
dalam mikromineral adalah klorida, yodium, iron, zinc.
Secara umum fungsi dari mineral adalah:
a) Membangun jaringan tulang.
b) Mengatur tekanan osmotik dalam tubuh.
c) Memberikan elektrolit untuk keperluan otot-otot dan saraf.
d) Membuat berbagai enzim.
5) Vitamin
Vitamin adalah sustansi organik, keberadaannya sangat sedikit pada
makanan dan tidak dapat dibuat dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam
proses metabolisme karena fungsinya sebagai katalisator. Vitamin dapat
dikasifikasikan menjadi:
a) Vitamin yang larut dalam air: Vitamin B kompleks, B1, B2, B3, B12, folic
acid, serta vitamin C.
b) Vitamin yang larut dalam lemak: Vitamin A, D, E, K.
Fungsi utama vitamin adalah untuk pertumbuhan, perkembangan,
dan pemeliharaan kesehatan.
6) Air
Air adalah komponen tubuh yang sangat penting karena fungsi sel
bergantung pada lingkungan air.Air membentuk 60-70% berat tubuh total.
Persentase air dalam seluruh tubuh lebih besar untuk orang kurus daripada
orang yang obesitas karena otot terdiri atas lebih banyak air daripada jaringan
yang lain, kecuali darah. Bayi memiliki persentase total air yang paling besar
dalam tubuh, dan lansia memiliki persentase total air yang paling sedikit. Saat
kehilangan air, seseorang tidak akan mampu bertahan hidup lebih dari
beberapa hari.
Individu memenuhi cairan yang dibutuhkan dengan minum air dan
makan makanan yang tinggi air, seperti buah-buahan, dan sayur-sayuran segar.
Air juga di produksi selama proses pencernaan saat makanan dioksidasi. Pada
individu yang sehat, asupan cairan dari berbagai sumber sama dengan
keluaran cairan melalui eleminasi, respirasi dan keringat. Seseorang yang sakit
memiliki kebutuhan cairan yang meningkat.Sebaliknya, seseorang yang sakit
juga mengalami penurunan kemampuan untuk mengekskresikan cairan yang
menyebabkan dibutuhkannya restriksi cairan.
b. Status Nutrisi
Tubuh membutuhkan bahan bakar untuk menyediakan energi untuk
metabolisme dan perbaikan sel, fungsi organ, pertumbuhan, serta pergerakan
tubuh.Laju metabolisme basal (Basal Metabolic Rate/ BMR) adalah energi yang di
butuhkan untuk memepertahankan aktivitas kelangsungan hidup (bernapas,
sirkulasi, denyut jantung, dan suhu) pada periode waktu tertentu saat istirahat.
Faktor-faktor seperti usia, berat badan, jenis kelamin, demam, kelaparan,
menstruasi, penyakit, cidera, infeksi, tingkat aktivitas, atau fungsi tiroid dapat
memengaruhi kebutuhan energi. Penggunaan energi istirahat (Resting Energy
Expenditure/ REE) atau laju metabolisme istirahat adalah jumlah energi yang
dibutuhkan oleh individu selama 24 jam sehingga tubuh dapat mempertahankan
semua aktivitas kerja internal saat beristirahat. Faktor yang memengaruh
metabolisme adalah penyakit, kehamilan, laktasi, dan tingkat aktivitas. Di rumah
sakit, hitung kebutuhan energi dengan menghitung konsumsi oksigen, produksi
karbon dioksida, dan ekskresi nitrogen rata-rata pada table metabolisme (Potter
and Perry, 2010).
Pemecahan makanan, pencernaan, absorpsi, dan asupan makanan merupakan
faktor penting dalam menentukan status nutrisi (Wartonah Tarwoto, 2006).
1) Keseimbangan energi
Energi adalah kekuatan untuk bekerja. Manusia membutuhkan energi
untuk terus-menerus berhubungan dengan lingkungannya.
Keseimbangan energi = Pemasukan energi – pengeluaran energi
Atau
Pemasukan energi = Total pengeluaran energi (panas + kerja + energi yang
disimpan)
a) Pemasukan energi
Pemasukan energi merupakan energi yang dihasilkan selama
oksidasi makanan. Makanan merupakan sumber utama energi manusia.
Dari makanan yang dimakan kemudian dipecah secara kimiawi menjadi
protein, lemak, dan karbohidrat. Besarnya energi yang dihasilkan dengan
satuan kalori. Satu kilokalori juga disebut juga satu kalori besar (K) atau
kkal adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg air
besar 1 derajat celcius. Satu kkal = 1 K atau sama dengan 1.000 kalori.
Ketika makanan tidak tersedia maka akan terjadi pemecahan
glikogen yang merupakan cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati
dan jaringan otot.
b) Pengeluaran energi
Pengeluaran energi adalah energi yang digunakan oleh tubuh untuk
men-support jaringan dan fungsi-fungsi organ tubuh. Cadangan energi
tubuh berbentuk senyawa fosfat seperti adenosin tripshsfat (ATP).
Kebutuhan energi seseorang ditentukan oleh Basal Metabolism Rate
(BMR) dan aktivitas fisik.
Kebutuhan (0,1 x (Energi
energi setiap = (BMR + 24) + Konsumsi + untuk
hari ditentukan kkal setiap hari) aktivitas)
dengan rumus

Jika nilai pemasukan energi lebih kecil dari pengeluaran energi maka
akan terjadi keseimbangan negatif sehingga cadangan makanan
dikeluarkan, hal ini akan berakibat pada penurunan berat badan.
Sebaiknya, jika pemasukan energi lebih banyak dari pengeluaran energi
maka terjadi keseimbangan positif, kelebihan energi akan disimpan dalam
tubuh sehingga terjadi peningkatan berat badan.
2) Basal Metabolism Rate (BMR)
Basal Metabolism Rate adalah energi yang digunakan tubuh pada saat
istirahat yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh sepergi pergerakan jantung,
pernapasan, peristaltik usus, kegiatan kelenjar-kelenjar tubuh.
Kebutuhan kalori basal dipengaruhi oleh :
a) Usia
Pada usia 0-10 tahun kebutuhan metabolisme basal bertambah dengan
cepat, hal ini berhubungan dengan faktor pertumbuhan. Setelah usia 20
tahun lebih konstan.
b) Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal laki-laki lebih besar disbanding wanita.
Pada laki-laki kebutuhan BMR 1,0 kkal/Kg BB/jam sedangkan pada
wanita 0,9 kkal/Kg BB/jam.
c) Tinggi dan berat badan
Tinggi dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan tubuh.
Makin luas pengeluaran panas akan lebih banyak sehingga kebutuhan
basal metabolisme lebih besar.
d) Kelainan endokrin
Hormon tiroksin berpengaruh terhadap metabolisme, peningkatan tiroksin
mislanya pada hipertiroid akan meningkatkan basal metabolisme
sedangkan penurunan kadar tiroksin akan menurunkan metabolisme.
e) Suhu lingkungan
Suhu lingkungan yang lebih dingin akan menigkatkan metabolisme untuk
menyesuaikan diri, tubuh harus lebih banyak memproduksi panas.
f) Keadaaan sakit
Pada orang sakit suhu tubuh meningkat. Peningkatan suhu tersebut akan
mempercepat reaksi kimia, di mana peningkatan 1derajat celcius akan
meningkatkan Bmr sebanyak 14%.
g) Keadaan hamil
Konsumsi oksigen pada orang hamil meningkat untuk memenuhi
kebutuhan dan pertumbuhan janin, sehingga metabolisme juga akan
meningkat.
h) Keadaan stres dan ketegangan
Keadaan stres dan keterangan akan merangsang produksi katekolamin
yang mempunyai efek peningkatan metabolisme.

Karakteristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass Index


(BMI) dan Ideal Body Weight (IBW).
a) Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang dengan
tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan
sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan
obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan:
BB(Kg) BB ( pon ) x 704 , 5
atau
TB ( M ) TB(inci)
2

b) Ideal Body Weight (IBW)


Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh
yang sehat. Berat badan ideal adalah jumlah tinggi dalam sentimeter
dikurangi dengan 100 dan dikurangi 10% dari jumlah itu.
Kegiatan yang membutuhkan energi, antara lain :
(1) Vital kehidupan, pernapasan sirkulasi darah, suhu tubuh, dan lain-lain.
(2) Kegiatan mekanik otot.
(3) Aktivitas otot dan saraf.
(4) Energi kimia untuk membangun jaringa, enzim, dan hormon.
(5) Sekresi cairan pencernaan.
(6) Absorpsi zat-zat gizi di saluran pencernaan.
(7) Pengeluaran hasil metabolisme
Faktor-faktor yang memengaruhui kebutuhan energi:
(1) Peningkatan basal metabolism rate.
(2) Aktivitas tubuh.
(3) Faktor usia.
(4) Suhu lingkungan.
(5) Penyakit atau status kesehatan.

2. GEJALA DAN TANDA


a. Defisit nutrisi
1) Data mayor
- Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
2) Data minor
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram/nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
b. Berat badan lebih
1) Data mayor
- IMT > 25 kg/m2 (pada dewasa) atau berat dan panjang badan lebih dari
presentil 95 (pada anak 2-18 tahun)
2) Data minor
- Tebal lipatan kulit trisep >25 mm
3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemerikasaan diagnose dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium
dengan ketentuan nilai normal yakni sebagai berikut :
a. Albumin (N: 4-5,5 mg/100 ml).
b. Ransferin (N: 170-25 mg/100 ml).
c. Hb (N: 12 mg %).
d. BUN (N: 10-20 mg/100 ml).
e. Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N: laki-laki: 0,6-1,3 mg/100 ml,wanita: 0,5- 1,0
mg/100 ml).
4. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pelaksanaan (Tindakan) yang dapat dilakukan pada klien yang mengalami
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah sebai berikut :
a. Pemberian Nutrisi Melalui Oral
Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara
sendiri dengan cara membantu memberikan makan/nutrisi melalui oral (mulut),
bertujuan memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera makan
pada pasien.
1) Alat dan Bahan
a) Piring
b) Sendok
c) Garpu
d) Gelas
e) Serbet
f) Mangkok cuci tangan
g) Pangalas
h) Jenis diet
2) Prosedur Kerja
a) Cuci tangan.
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c) Atur posisi pasien.
d) Pasang pengalas.
e) Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum makan.
f) Bantu untuk melakukan makan dengan cara menyuapkan makanan secara
sedikit demi sedikit dan berikan minum sesudah makan.
g) Setelah selesai, bersihkan mulut pasien dan anjurkan untuk duduk
sebentar.
h) Catat hasil atau respons pemenuhan terhadap makan.
i) Cuci tangan.
b. Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga/Lambung
Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung merupakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi
secara oral atau tidak mampu menelan dengan cara memberi makanan melalui
pipa lambung atau pipa penduga. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi pasien.
1) Alat dan Bahan
a) Pipa penduga dalam tempatnya
b) Corong
c) Spuit 20 cc
d) Pengalas
e) Bengkok
f) Plester, gunting
g) Makanan dalam bentuk cair
h) Air matang
i) Obat
j) Stetoskop
k) Klem
l) Baskom berisi air (kalau tidak ada stetoskop)
m) Vaselin
2) Prosedur Kerja
a) Cuci tangan.
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c) Atur posisi semifowler.
d) Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di daerah dada.
e) Letakkan bengkok di dekat pasien.
f) Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang pipa dari
epigastrium sampai hidung kemudian dibengkokkan ke telingan dan beri
tanda batasnya.
g) Berikan vaselin atau pelican pada ujung pipa dan klem pangkal pipa
tersebut lalu masukkan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil
pasien dianjurkan untuk menelannya.
h) Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk ke lambung
dengan cara sebagai berikut :
(1) Masukkan ujung slang yang diklem ke dalam baskom yang berisi air
(klem dibuka), perhatikan bila ada gelembung maka pipa masuk ke
paru, dan jika tidak ada gelembung maka pipa masuk ke lambung.
Setelah itu diklem atau dilipat kembali.
(2) Masukkan udara dengan spuit ke dalam lambung melalui pipa tersebut
dan dengarkan dengan stetoskop. Bila di lambung terdengar bunyi,
berarti pipa tersebut sudah masuk, setelah itu dikeluarkan udara yang
ada di dalam sebanyak jumlah yang dimasukkan.
i) Setelah selesai, maka lakukan tindakan pemeberian makanan dengan cara
pasang corong atau spuit pada pangkal pipa.
j) Masukkan air matang ± 15 cc pada awal dengan cara dituangkan lewat
pinggirnya.
k) Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia, setelah itu bila ada
masukkan obat dan beri minum lalu pipa penduga diklem.
l) Catat hasil atau respons pasien selama pemberian makanan.
m) Cuci tangan
c. Pemberian Nutrisi Melalui Parenteral
Pemeberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberian nutrisi berupa
cairan infus yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui dara vena, baik secara
sentral (untuk nutrisi parenteral total) ataupun vena perifer (untuk nutrisi
parenteral parsial). Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada pasien
yang tidak bisa makan melalui oral atau pipa nasogastric dengan tujuan untuk
menunjang nutrisi enteral yang hanya memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi
harian.
Metode Pemberian
1) Nutrisi parenteral parsial
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena yang digunakan untuk
memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien kerena pasien masih dapat
menggunakan saluran pencernaan. Cairan yang biasanya digunakan dalam
bentuk dekstrosa atau cairan asam amino.
2) Nutrisi parenteral total
Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena yakni kebutuhan nutrisi
sepenuhnya melalui cairan infus karena keadaan saluran pencernaan pasien
tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang
mengandung asam amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang mengandung
lemak seperti intralipid.
3) Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena sentral untuk jangka
waktu lama dan melalui vena perifer (Hidayat dan Uliyah, 2005).

C. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi


Menurut Alimul (2015) faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah sebagai
berikut :
1. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat memengaruhi pola
konsumsi makan.Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga
dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi.
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe merupakan
sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk
dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan tersebut
dapat merendahkan derajat mereka.
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu juga
dapat memengaruhi status gizi.Misalnya di beberapa daerah, terdapat larangan makan
pisang dan papaya bagi para gadis remaja.Padahal, makanan tersebut merupakan
sumber vitamin yang sangat baik.Ada pula larangan makan ikan bagi anak-anak
karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan, padahal ikan merupakan sumber
protein yang sangat baik bagi anak-anak.
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
kekurangan variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh zat-zat yang
dibutuhkan secara cukup.Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada
remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.Oleh karena itu,
masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi
kebutuhan gizi keluargannya dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian
rendah.

D. Masalah Kebutuhan Nutrisi


Alimul, Aziz (2015) menuliskan secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri
atas kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes militus, hipertensi,
jantung coroner, kanker, dan anoreksia nervosa.
1. Kekurangan Nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan yang
dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan berat
badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
2. Kelebihan Nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai
risiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
3. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih dari 20%
berat badan normal.Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena
kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
4. Malnutrisi
Malnutrisi adalah masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada tingkat
seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
5. Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai dengan
adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
penggunaan karbohidrat secara berlebihan.
6. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai masalah
pemenuhan kebutuhan seperti penyebab dari obesitas, serta asupan kalsium, natrium
dan gaya hidup yang berlebihan.
7. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung coroner merupakan gangguan nutrisi yang sering disebabkan oleh
adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Gangguan ini sering dialami
karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
8. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh konsumsi
lemak secara berlebihan.
9. Anoreksia Nervosa
Anoreksia Nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan
berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri
abdomen, kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.

E. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Riwayat keperawatan dan diet
1) Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan.
2) Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
3) Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode
waktunya?
4) Adakah toleransi makan/minum tertentu?
b. Faktor yang memengaruhi diet
1) Status kesehatan.
2) Kultur dan kepercayaan.
3) Status social ekonomi.
4) Faktor psikologis.
5) Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan fisik: apatis, lesu.
2) Berat badan: obesitas, kurus (underweight).
3) Otot: flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja.
4) Sistem saraf: bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun.
5) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran
liver/lien.
6) Kardiovaskuler: denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal,
tekanan darah rendah/tinggi.
7) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah/patah-patah.
8) Kulit: kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak ada.
9) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membrane mukosa pucat.
10) Gusi: pendarahan, peradangan.
11) Lidah: edema, hiperemis.
12) Gigi: karies, nyeri, kotor.
13) Mata: konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda infeksi.
14) Kuku: mudah patah.
15) Pengukuran antropometri:
- Berat badan ideal : (TB-100) ± 10%
- Lingkar pergelangan tangan
- Lingkar lengan atas (MAC):
Nilai normal Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm

- Lipatan kulit pada otot trisep (TSF):


Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5 cm
Atau dapat dilakukan dengan metode “A, B, C, D” yakni sebagai berikut:
a) Anthropometric measurement
Tujuan pengukuran ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan
mengkaji status nutrisi serta ketersediaan energi tubuh.Pengukuran
anthopometrik terdiri atas :
(1) Tinggi badan
Pengukuran tinggi badan pada individu dewasa dan alita dilakukan
dalamposisi berdiri tanpa alas kaki, sedangkan pada bayi pada posisi
terbaring. Satuan tinggi badan adalah cm atau inchi.
(2) Berat badan
Alat ukur berat badan yang lazim digunakan adalah timbangan manual,
meskipun ada alat ukur yang mengunakan sistem digital elektrik.
berat badan yang ideal: (TB-100)± 10% atau 0.9 x (tinggi badan –
100). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengukur berat badan:
(a) Alat ukur skala ukur yang digunakan tetap sama setiap kali
menimbang
(b) Menimbang tanpa alas kaki
(c) Pakaian diusahakan tidak tebal dan relatif sama beratnya setiap kali
menimbang
(d) Waktu (jam) penimbangan relatif sama, misalnya sebelum dan
sesudah makan.
(3) Tebal lipatan kulit
Bertujuan untuk menentukan presentase lemak pada tubuh, mengkaji
kemungkinan malnutrisi, berat badan normal, atau obesitas. Area yang
sering digunakan untuk pengukuran ini adalah lipatan kulit trisep
(trisep skinfold [TSF] skapula, dan suprailiaka.Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengukuran antara lain:
(a) Anjuran klien unutk membuka baju guna mencegah kesalahan pada
hasil pengukuran.
(b) Perhatikan selalu privasi dan rasa nyaman klien
(c) Dalam pengukuran TSF, utamakan lengan klien yang tidak
dominan
(d) Pengukuran TSF dilakukan pada titik tengah lengan atas, antara
akronim dan olekranon
(e) Klien dianjurkan untuk rileks saat pengukuran
(f) Alat ukur yang digunakan adalah kapiler.
(g) Nilai normal wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5cm
(h) Lingkar Tubuh
Umumnya area tubuh yang digunakan untuk pengukuran ini
kepala, dada, dan otot bagian lengan atas (LILA).
b) Biochemical data
Pengkajian status nutrisi klien ditunjang dengan pemeriksaan
laboratorium. Klien diperiksa darah dan urinnya yang meliputi
pemeriksaan hemoglobin, hemaktokrit, albumin. Albumin berfungsi untuk
memelihara kesembangan cairan dan elektrolit serta untuk transportasi
nutrisi dan hormone.
(1) Hemoglobin normal
Pria : 13-16 g/dl
Wanita : 12-14 g/dl
(2) Hematokrit normal
Pria : 40-48 vol %
Wanita : 37-43 vol%
(3) Albumin normal
Pria dan wanita: 4-5,2 g/dl
c) Clinical sign of nutrional status
Klien dengan maslah nutrisi akan memperhatikan tanda-tanda
abnormal tersebut bukan saja pada organ-organ fisiknya tetapi juga
fisiologisnya. Tanda-tanda klinik untuk mengetahui status individu:

No Bagian Tubuh Tanda klinik Kemungkinan


kekurangan

1 Tanda umum Penurunan berat badan dehidrasi, Kalori, Air, dan vitamin
haus pertumbuhan terhambat A

2 Rambut Kekuningan Protein


kekurangan pigmen,kusut

3 Kulit Deatitis Niasin, riboflavin, biotin


Dermatosis pada bayi Lemak
Petechial hemorrhages Asam askorbat
Eksema

4 Mata Photopobia Riboflavin


Rabun senja Vitamin A

5 Mulut Stomatitis Riboflavin


Glositis Niasin, asam folik,
vitamin B12, zat besi

6 Gigi Karies Flour

7 Neuromoskuler Kejang otot Vitamin D


Lemah otot

8 Tulang Riketsia Vitamin D

9 Gastrointestinal Anoreksia Mual dan muntah Thiamin, garam dapur,


NaCl

10 Endokrin Gondok Iodium

11 Kardipovaskuler Pendarahan peny, Jantung, anemia Vitamin K, thiamin,


pyridoxine, zat besi

12 Sistem saraf Kelainan mental dan saraf Vitamin B12


Clinikal sign gangguan nutrisi di golongkan sebagai berikut:
(1) Protein calorie malnutrision (PCM/PEM)
Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kekurangan kualitas dan
kuantitas konsumsi nutrisi, dengan kateggori sebagai berikut:
(a) PCM/PEM ringan
BB kurang dari 80% dari BB normal sesuai umur
(b) PCM/PEM sedang
60% dari BB normal sesuai umur Sd 80% dari BB normal
(c) PCM/PEM berat
BB kurang dari 60% dari BB normal sesuai umur
(2) Kwashior
Malnutrisi yang terjadi akibat diet protein yang tidak adekuat
pada bayi ketika sudah tidak mendapatkan ASI. Defisiensi protein
dapat berakibat: retardasik metal, kemunduran, apatis, edema, otot-otot
tidak tumbuh dll. Tanda klinis kwashiokor:
(a) Edema
(b) Gangguan pertumbuhan
(c) Perubahan kejiwaan
(d) Otot tumbuh terlihat lemah
(3) Maramus
Sindrom akibat defisiensi calorie d protein. Defisiensi kalori dan
protein berakibat: kelaparan, hilangnya jaringan-jaringan tubuh, BB <
dari normal, diarePCM juga berakibat kurang baiknya penanganan
klien selama menjalani proses perawatan di berbagai fasilitas
kesehatan
(4) Obesitas
Status obesitas dapat ditegakkan apabila berat badan lebih dari
normal (20-30%>normal)
(5) Over weight
Suatu keadaan berat badan 10% melebihi berat badan ideal

2. Dietery history
Masyarakat pada umumnya pernah melakukan diet. Akan tetapi cara ini hanya
merangsang pengeluaran cairan, bukan perubahan kebiasaan makanan (Moore
Courney, Mary, 1997). Pola makan dan kebiasaan makan dipengaruhi oleh budaya,
latar belakang, status sosial ekonomi, aspek psikologi. Faktor yang perlu dikaji dalam
riwayat konsumsi nutrisi/diet klien:
Pola diet/makan Vegetarian, tidak makan ikan laut, dll
Pengetahuan tentang nutrisi Penentuan tingkat pengetahuan klien mengenai
kebutuhan nutrisi
Kebiasaan Makanan MI melihat bersama-sama, makan sambil
mendengarkan musik, makan sambil melihat televisi
Makanan kesukaan Suka makan lalap, suka sambel, suka coklat, suka
roti
Pemasukan cairan Jumlah cairan tiap hari yang diminum, jenis
minuman, jarang minum
Problem diet Sukar menelan, kesulitan mengunyah
Tingkat aktivitas Jenis pekerjaan, waktu bekerja siang/malam, perlu
makanan tambahan atau tidak
Riwayat kesehatan/ Adanya riwayat penyakit diabetus melitus, adanya
pengkomsumsian obat alergi

3. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


Diagnosis keperawatan yang mungkin terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi,
sebagaimana menurut SDKI adalah sebagai berikut :
No. Diagnosis Faktor yang Batasan Karakteristik
Keperawata Berhubungan (Data Subjektif/ Objektif/ Symptom/S)
n (Etiologi/E)
(Problem/P)
Defisit  Ketidakmampuan a. Data mayor
nutrisi menelan -Berat badan menurun minimal
makanan 10% dibawah rentang ideal
 Ketidakmampuan b. Data minor
mencerna -Cepat kenyang setelah makan
makanan -Kram/nyeri abdomen
 Ketidakmampuan -Nafsu makan menurun
mengobsorbsi -Bising usus hiperaktif
nutrien -Otot pengunyah lemah

 Peningkatan -Otot menelan lemah

kebutuhan -Membran mukosa pucat

metabolisme -Sariawan

 Faktor ekonomi -Serum albumin turun

(finansial tidak -Rambut rontok berlebihan

cukup) -Diare

 Faktor psikologis
(stres,
keengganan
untuk makan)
Berat badan  Kurang aktivitas a. Data mayor
lebih fisik harian -IMT > 25 kg/m2 (pada dewasa)
 Kelebihan atau berat dan panjang badan
konsumsi gula lebih dari presentil 95 (pada anak
 Gangguan 2-18 tahun)
kebiasaan makan b. Data minor

 Gangguan -Tebal lipatan kulit trisep >25 mm

persepsi makan
 Kelebihan
konsumsi
alkohol
 Penggunaan
energi kurang
dari asupan
 Sering mengemil
 Sering makan
makanan
1. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Intervensi Diagnosa : Defisit Nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan … x 24 jam
diharapkan masalah keperawatan defisit nutrisi dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
 Mandiri
Intervensi : Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.
Rasional : Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan
depresi, agitasi, dan mempengaruhi kondisi kognitif atau
pengambilan keputusan. Perbaikan status nutrisi meningkatkan
kemampuan berpikir dan kerja psikologis
Intervensi :Gunakan pendekatan konsisten. Duduk dengan pasien saat
makan, sediakan dan buang makanan tanpa persuasi dan/atau
komentar.tingkatkan lingkungan yang nyaman dan catat
masukan.
Rasional :Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat bereaksi terhadap
tekanan. Komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan
memberikan focus pada makanan. Bila staf berespons secara
konsisten, pasien dapat mulai memepercayai respons staf.
Intervensi :Buat pilihan menu yang ada dan diizinkan pasien untuk
mengontrol pilihan sebanyak mungkin.
Rasional :Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa
mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan
untuk makan.
Intervensi :Sadari pilihan – pilihan makanan rendah kalori/minuman,
menimbun makanan, membuang makanan dalam berbagai
tempat seperti saku atau kantung pembuangan.
Rasional :Pasien akan mencoba menghindari mengambil makanan bila
tampak mengandung banyak kalori dan mau makan lama untuk
menghindari makan.
Intervensi :Pertahankan jadwal penimbangan berat badan teratur , seperti
Minggu, Rabu, Jumat sebelum makan pagi pada pakaian yang
sama, dan gamnbaran hasilnya.
Rasional :Memberikan catatan lanjut penuruanan dan/atau peningkatan
berat badan yang akurat. Juga menurunkan obsesi tentang
peningkatan dan/atau penurunan.
 Kolaborasi
Intervensi :Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan rumah sakit
sesuai indikasi.
Rasional : Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status
nutrisi. Perawatan di rumah sakit memberikan control
lingkungan dimana masukan makanan, muntah/eliminasi ,obat ,
dan aktivitas dapat dipantau.
Intervensi :Libatkan pasien dalam penyusunan /melakukan program
perubahan prilaku. Berikan penguatan untuk peningkatan berat
badan seperti dinyatakan oleh penentuan individu ; abaikan
penurunan
Rasional :Memberikan situasi terstuktur untuk makan sementara
memungkinkan pasien mengontrol beberapa pilihan. Perubahan
perilaku dapat efektif pada kasus ringan atau untuk peningkatan
berat badan jangka pendek.

b. Intervensi Diagnosa : Berat badan lebih


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan … x 24 jam diharapkan
masalah keperawatan berat badan lebih dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Pasien menyadari masalah berat badan
2. Pasien mengungkapkan secara verbal keinginan untuk
menurunkan berat badan
3. Berpartisipasi dalam program penurunan berat badan
4. Berpartisipasi dalam program latihan yang teratur
5. Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu
tertentu
6. Mengalami asupan kalori, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral, zat besi dan kalsium yang adekuat, tetapi tidak
berlebihan
a. Intervensi : Buat rencana makan dengan pasien.
Rasional : Sementara tak ada dasar untuk menganjurkan diet yang satu
dari yang lain, penurunan diet yang baik harus berisi makanan
dari semua dasar kelompok makanan dengan focus masukan
rendah lemak. Ini membantu mempertahankan rencana semirip
mungkin dengan kebiasaan pasien. Catatan :Penting
mempertahankan masukan protein adekuat untuk mencegah
kehilangan massa otot.
b. Intervensi : Tekankan pentingnya menghindari diet berlemak
Rasional :Hilangkan kebutuhan komponen yang dapat menimbulkan
ketidakseimbangan metabolic, misalnya penurunan karbohidrat
berlebihan yang dapat menimbulkan kelemahan, sakit kepala,
ketidakstabilan, dan kelemahan, asidosis metabolic (ketosis)
mempengaruhi keefektifan program penurunan BB.
c. Intervensi : Diskusikan tambahan tujuan nyata untuk penurunan berat
badan mingguan.
Rasional : Penurunan berat badan beralasan (1-2 lg/minggu)
mengakibatkan efek lebih sedikit berefek. Penurunan
berlebihan/cepat dapat mengakibatkan kelemahan dan mudah
terangsang dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tujuan untuk penurunan berat badan.
d. Intervensi : Diskusikan pembatasan masukan garam dan obat diuretic bila
digunakan.
Rasional : Retensi air dapat menjadi masalah karena meningkatkan
masukan cairan juga mengakibatkan metabolisme lemak.
e. Intervensi : Konsul dengan ahli diet untuk menentukan kalori/kebutuhan
nutrisi untuk penurunan berat badan individu.
Rasional : Pemasukan individu dapat dikalkulasi dengan berbagai
perhitungan berbeda, tetapi penurunan berat badan berdasarkan
kebutuhan basal kalori selama 24 jam, tergantung pada jenis
kelamin, usia, berat badan saat ini/yang diinginkan dan lama
waktu yang diperkirakan mencapai berat badan yang
diinginkan.

5. KRITERIA EVALUASI
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam :
a. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam makan
serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari kebutuhan.
b. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukkan dengan tidak adanya tanda
kekurangan atau kelebihan berat badan.
c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan adanya
proses pencernaan makan yang adekuat.
d. Menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi.
e. Menunjukkan penurunan berat badan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
F. REFERENSI
Carpenito, Linda Jual. 2012. Buku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul.2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2 Buku 2.
Jakarta:Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta: EGC
Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DiagnosaMedis
EdisiRevisi Jilid 1. Jakarta: ECG
Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta: ECG
Potter & Perry. 2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan, Buku 3 Edisi
7.Jakarta: Elsevier
Tarwoto, Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai