Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Nutrisi Dan Dampaknya Terhadap


Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia (Dalam Konteks Keluarga) Tentang
Kekurangan Kalori Protein (KKP)

Dosen Pengampu :
Mariani, Ns., M. Kep

Disusun oleh :
Fauzi Rahman
1814201110022

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2019/2020
A. Definisi
Penyakit KKP (Kurang Kalori / KEP) Kurang kalori protein adalah keadaan kurang
gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari-hari sehingga tidak mencukupi angka kecukupan gizi (Zuhra, 2016).
Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa KEP merupakan salah satu
bentuk kurang gizi yang mempunyai dampak menurunkan mutu fisik dan intelektual,
serta menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatkan resiko kesakitan dan
kematian terutama pada kelompok rentan biologis (I, Marini, Mila, & Ismayanti, 2015).
Menurut Depkes RI (1999) dalam (Suyadi, 2009) dikatakan bahwa Kekurangan
Energi Protein (KEP) merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebabkan oleh gangguan
penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. KEP merupakan
istilah umum yang meliputi malnutrition yaitu gizi kurang dan gizi buruk termasuk
marasmus dan kwashiorkor.

B. Anatomi dan Fisiologi


Anatomi Nutrisi
Sistem tubuh yang berfungsi dalam memenuhi kebutuhan nutrisi adalah sistem
pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ aksesori. Saluran pencernaan
dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ aksesori terdiri atas
hati, kantong empedu dan pankreas. Ketiga organ ini membantu terlaksananya sistem
pencernaan makanan secara kimiawi.

Saluran Pencernaan
a. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri atas dua
bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir, pipi dan
bagian dalam yaitu rongga mulut. Di dalam mulut, makanan mengalami proses
mekanis melalui pengunyahan yang akan membuat makanan dapat hancur sampai
merata, dibantu oleh enzim amilase (ptialin) yang akan memecah amilum yang
terkandung dalam makanan menjadi maltosa. Makanan yang masuk ke mulut akan
dicerna. Makanan akan dipotong-potong, digerus, dibasahi dengan air liur dan
selanjutnya didorong masuk ke esofagus (kerongkongan) oleh lidah.
b. Faring dan Esofagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak di belakang
hidung, mulut dan laring. Di ujung faring terdapat saluran pernapasan dan saluran
pencernaan. Di pangkal saluran pernapasan terdapat epiglotis yang akan menutup
lubang saluran pernapasan pada saat menelan makanan sehingga makanan tidak
masuk ke dalam saluran tersebut. Esofagus berfungsi sebagai saluran penghubung
antara rongga mulut dan lambung. Di dalam kerongkongan, makanan didorong ke
arah lambung dengan gerakan peristaltik, yaitu gerakan memijit dan mendorong ke
satu arah. Selain itu, di kerongkongan, makanan juga dibungkus oleh cairan yang
disebut mukus. Mukus berfungsi seperti pelumas yang melicinkan saluran
kerongkongan.

c. Lambung
Lambung merupakan kantung yang terletak di dalam rongga perut sebelah kiri
atas. Dinding lambung bagian dalam dilapisi oleh mukus atau lendir untuk
melindunginya dari asamlambung. Di dalam lambung, makanan dari kerongkongan
dicampur dengan getah lambung yang mengandung :
a. Renin : berfungsi mengubah susu menjadi kasein.
b. Pepsinogen : diaktifkan menjadi pepsin oleh HCl, pepsin berfungsi mengubah
protein menjadi pepton.
c. Asam klorida (HCl) : berfungsi membunuh kuman yang masuk bersama
makanan, membantu melunakkan makanan yang keras, dan mengaktifkan
pepsinogen menjadi pepsin.

Lambung terdiri atas tiga bagian, yaitu :


a. Kardia (bagian atas) : daerah pintu masuk makanan, berdekatan dengan hati dan
berhubungan langsung dengan kerongkongan.
b. Fundus (bagian tengah) : bentuknya membulat.
c. Pilorus (bagian bawah) : berhubungan langsung dengan usus dua belas jari.

Lambung memiliki fungsi yaitu fungsi motoris serta fungsi sekresi dan
pencernaan. Fungsi motoris lambung adalah sebagai reservior untuk menampung
makanan sampai dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai pencampur adalah
memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan
asam lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah menyekresi pepsin dan HCl
yang akan memecah protein menjadi pepton, amilase memecah amilum menjadi
maltosa, lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol membentuk
sekresi gastrin, menyekresi mukus yang bersifat protektif.

d. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5
meter dalam keadaan hidup. Kemudian, akan bertambah panjang menjadi kurang
lebih enam meter pada orang yang telah meninggal, akibat adanya relaksasi otot
yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus terletak di daerah umbilikus dan
dikelilingi oleh usus besar yang memanjang dari lambung hingga katup ileo kolika
(tempat bersambung dengan usus besar).
Usus halus dibagi tiga, yaitu usus dua belas jari (duodenum) dengan panjang
kurang lebih 25 cm, usus kosong (jejunum) dengan panjang kurang lebih dua meter
dan usus penyerapan (ileum) dengan panjang kurang lebih satu meter atau 3/5 akhir
dari usus.
Pada dinding usus halus, khususnya mukosa, terdapat beberapa nodula
jaringan limfe yang disebut kelenjar soliter,berfungsi sebagai perlindungan terhadap
infeksi. Di dalam ileum, nodula ini membentuk tumpukan kelenjar yang terdiri atas
20-30 kelenjar soliter.
Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorpsi chyme
dari lambung. Zat-zat makanan yang telah halus akan direabsorpsi si dalam usus
halus, yaitu pada duodenum, dan disini terjadi absorpsi besi, kalium dengan bantuan
vitamin D, vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.

e. Usus Besar
Usus besar atau juga disebut sebagai kolon merupakan sambungan dari usus
halus yang dimulai dari katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat
lewatnya makanan. Usus besar mamiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon
terdiri atas asenden, transversum, desenden, sigmoiddan berakhir di rektum yang
panjangnya kira-kira 10 cm dari usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus dan
berakhir pada saluran anal. Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air
(kurang lebih 90%), elektrolit, vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorpsi air
kurang lebih 5.000 cc/hari. Flora yang terdapat dalam usus besar berfungsi untuk
menyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan.

Organ Aksesori
a. Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian paling
atas rongga abdomen, di sebelah kanan di bawah diafragma dam memiliki berat
kurang lebih 1.500 gram (kira-kira 2,5% orang dewasa).
Hati terdiri atas dua lobus yaitu lobus kanan dan kiri yang dipisahkan oleh
ligamen falsiformis. Pada lobus kanan bagian belakang kantong empedu terdapat sel
yang bersifat fagositosis terhadap bakteri dan benda asing lain dalam darah. Fungsi
hati adalah menghasilkan cairan empedu, fagositosis bakteri, dan benda asing
lainnya, memproduksi sel darah merah dan menyimpan glikogen.

b. Kantong Empedu
Kantong empedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti kantong yang
terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati sampai pinggiran
depan yang memiliki panjang 8-12 cm dan berkapasitas 40-60 cm3. Kantong empedu
memiliki bagian fundus, leher, dan tiga pembungkus yaitu sebelah luar pembungkus
perioneal, sebelah tengah jaringan berotot tak bergaris dan sebelah dalam membran
mukosa.
Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu,
memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH optimum
enzim-enzim pada usus halus, mengemulsi garam-garam empedu, mengemulsi
lemak, mengekskresi beberapa zat yang tak digunakan oleh tubuh dan memberi
warna pada feses yaitu kuning kehijau-hijauan (dihasilkan oleh pigmen empedu).
Cairan empedu mengandung air, garam empedu, lemak, kolesterol, pigmen
fosfolipid dan sedikit protein.

c. Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti kelenjar ludah dan
memiliki panjang kurang lebih 15 cm. Pankreas terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian
kepala pankreas yang paling lebar, badan pankreas yang letaknya di belakang
lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama serta bagian ekor pankreas yang
merupakan bagian runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa.
Pankreas memiliki dua fungsi yaitu fungsi eksokrin yang dilaksanakan oleh sel
sekretori yang membentuk getah pankreas berisi enzim serta elektrolit dan fungsi
endokrin yang tersebar di antara alveoli pankreas.

Fisiologi Nutrisi
Nutrien diperoleh melalui konsumsi zat-zat makanan. Ada dua kategori umum
nutrien dan keduanya dipecah ke dalam subkomponen.
Makronutrien
Makronutrien termasuk karbohidrat, lemak dan protein. Setiap makronutrien
menyediakan sumber kalori. Kalori atau kilokalori merupakan unit dasar energi yang
terkandung dalam zat makanan tertentu. Melakukan aktivitas yang ekuivalen dengan
jumlah kalori yang dikonsumsi akan mengakibatkan pertambahan maupun pengurangan
berat badan. Namun jika asupan kalori lebih dari yang dibutuhkan untuk tingkat energi
yang dikeluarkan maka akan terjadi pertambahan berat badan. Sebaliknya, jika asupan
kalori kurang dari jumlah energi yang dikeluarkan, maka terjadi penurunan berat badan
(jumlah yang disimpan tubuh tidak berlebih). Deskripsi singkat dari masing-masing
makronutrien sebagai berikut :
- Karbohidrat : merujuk pada kadar gula,ini adalah sumber utama energi. Beberapa
karbohidrat tidak dapat dicerna dengan sempurna dan diserap oleh tubuh.
Karbohidrat yang tidak dapat dicerna disebut serat. Meski serat tidak diserap oleh
tubuh,ini memberi manfaat pada tubuh. Sumber karbohidrat adalah buah, sayuran,
roti tawar, sereal, biji-bijian, susu, produk susu dan makanan dengan gula tambahan.
- Protein : ini tersusun atas asam amino. Protein penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan pembentuk jaringan dan perbaikan, proses kekebalan, dan
mengedarkan nutrien lain dan beberapa medikasi. Sumber protein adalah daging,
ayam, ikan, kacang-kacangan, polong-polongan, tofu,telur, susu dan produk susu.
- Lemak : tipe lemak tertentu penting untuk dimasukkan dalam menu makanan,
namun jenis yang tepat penting karena menyediakan sumber energi dan juga sarana
untuk menyimpan energi. Lemak juga mengedarkan nutrien lain (misal vitamin),
insulasi tubuh dan melindungi organ lain. Sumber lemak adalah kacang-kacangan,
minyak sayur dan ikan.
Mikronutrien
Mikronutrien termasuk vitamin, mineral dan air. Mereka dibutuhkan tubuh dalam
jumlah kecil. Mikronutrien tidak menyediakan sumber energi untuk tubuh namun
berperan penting mengatur proses tubuh.
- Vitamin yang membantu pengaturan aktivitas metabolisme liver seluler. Ada dua
kategori umum vitamin yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang tidak
larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak termasuk vitamin A,D,E,K. Lemak
dibutuhkan tubuh untuk menyerap vitamin yang larut dalam lemak. Vitamin B
kompleks dan vitamin C larut dalam air.
- Mineral merupakan zat anorganik yang digunakan tubuh untuk mengatur berbagai
proses tubuh. Misal, potassium adalah mineral yang berperan mengatur irama
jantung. Ada dua kategori mineral : makromineral yang dibutuhkan dalam jumlah
banyak dan mineral trace. Beberapa mineral yang lebih umum adalah kalsium, besi,
sodium, klorida, potassium, yodium, fluorida, seng, fosfor dan magnesium.
- Air juga sama pentingnya untuk fungsi tubuh yang benar merupakan contoh nutrien
yang lain. Air diperlukan untuk melakukan proses seluler. Seseorang biasanya
mendapatkan air dengan minum cairan dan dengan makan makanan yang memiliki
kandungan air tinggi (misal buah dan sayur).

C. Etiologi
Menurut Khumaedi (1989) dalam (Suyadi, 2009) dikatakan bahwa penyebab
langsung dari KEP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan berbagai gejala-
gejala. Sedangkan penyebab tidak langsung KEP sangat banyak, sehingga penyakit ini
sering disebut juga dengan kausa multifaktorial. Salah satu penyebabnya adalah
keterkaitan dengan waktu pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan makanan tambahan setelah
sapih.
Menurut (Siregar, 2004), adapun faktor-faktor penyebab penyakit KKP adalah
sebagai berikut :
a. Peranan faktor diet.
Menurut konsep klasik, diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang
protein akan menyebabkan anak menjadi penderita Kwashiorkor. Sedangkan diet
kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang akan menyebabkan anak
menjadi penderita Marasmus. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gopalan dan
Narasnya (1971) terlihat bahwa dengan diet yang kurang lebih sama, pada beberapa
anak timbul gejala-gejala Kwashiorkor, sedangkan pada beberapa anak yang lain
timbul gejala-gejala Marasmus. Mereka membuat kesimpulan bahwa diet
merupakan faktor yang penting, tetapi ada faktor lain yang masih harus dicari untuk
dapat menjelaskan timbulnya gejala tersebut.

b. Peranan faktor sosial.


Pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah turun
temurun dapat memengaruhi terjadinya penyakit KKP. Ada kalanya pantangan
tersebut didasarkan pada keagamaan, tetapi ada pula yang merupakan tradisi yang
turun temurun. Jika pantangan itu di dasarkan kepada keagamaan maka sulit diubah,
tetapi jika pantangan tersebut berlangsung karena kebiasaan, maka dengan
pendidikan gizi yang baik dan dilakukan terus menerus hal tersebut masih dapat
diatasi. Faktor-faktor sosial lain yang dapat memengaruhi terjadinya penyakit KKP
adalah :
- Perceraian yang sering terjadi antara wanita yang mempunyai anak banyak
dengan suaminya yang merupakan pencari nafkah tunggal.
- Para pria dengan penghasilan kecil mempunyai banyak istri dan anak, sehingga
dengan pendapatan yang kecil ia tidak dapat memberi cukup makan pada anggota
keluarganya yang besar itu.
- Pada ibu mencari nafkah tambahan pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada
musim panen mereka pergi memotong padi para pemilik sawah yang letak
sawahnya jauh dari tempat tinggal para ibu tersebut. Anak-anak terpaksa
ditinggalkan di rumah sehingga jatuh sakit dan mereka tidak mendapat perhatian
dari pengobatan semestinya.
- Para ibu setelah melahirkan menerima pekerjaan tetap sehingga harus
meninggalkan bayinya dari pagi sampai sore. Dengan demikian, bayi tersebut
tidak mendapat ASI sedangkan pemberian pengganti ASI walapun makanan
tambahan tidak dilakukan dengan semestinya. Alangkah baiknya jika misalnya
badan-badan yang bergerak dibidang sosial menampung bayi dari anak-anak kecil
yang ditinggal bekerja seharian penuh di balai desa, mesjid, gereja atau tempat
lain untuk dirawat dan diberi makan yang cukup dan baik.
c. Peranan faktor infeksi.
Telah lama diketahui adanya interaksi sinergistis antara malbutrisi dan infeksi.
Infeksi drajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun masih
ringan, mempunyai pengaruh yang negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Hubungan ini sinergistis, sebab malnutrisi disertai infeksi pada umumnya
mempunyai konsekuensi yang lebih besar dari pada sendiri-sendiri.

d. Peranan faktor kemiskinan.


Penyakit KKP merupakan masalah negara-negara miskin dan terutama
merupakan problem bagi golongan termiskin dalam masyarakat negara tersebut.
Pentingnya kemiskinan ditekankan dalam laporan Oda Advisory Committee on
Protein pada tahun 1974. Mereka menganggap kemiskinan merupakan dasar
penyakit KKP. Tidak jarang terjadi bahwa petani miskin menjual tanah miliknya
untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, lalu ia menjadi penggarap yang
menurunkan lagi penghasilannya atau ia meninggalkan desa untuk mencari nafkah di
kota besar. Dengan penghasilan yang tetap rendah, ketidakmampuan menanam
bahan makanan sendiri, ditambah pula dengan timbulnya banyak penyakit infeksi
karena kepadatan tempat tinggal.

D. Patofisiologi
Menurut (Dedio, 2012), patofisiologi KKP yaitu :
1. Marasmus
Untuk kelangsungan hidup jaringan diperlukan sejumlah energi yang dalam keadaan
normal dapat dipenuhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenuhi
pada masukan yang kurang, karena itu untuk pemenuhannya digunakan cadangan
protein sebagai sumber energi. Penghancuran jaringan pada defesiensi kalori tidak
saja membantu memenuhi kebutuhan energi tetapi juga memungkinkan sintesis
glukosa dan metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino.

2. Kwashiorkor
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat lebih,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan
yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan
edem dam perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi
kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk
sentesis dan metabolisme. Makin kekurangan asam amino dalam serum ini akan
menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat
edem. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein,
sehingga transport lemak dari hati terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan
lemak dalam hati.

E. Tanda dan Gejala


Menurut (Suyadi, 2009), KEP berdasarkan gejala klinis ada 3 tipe yaitu KEP ringan,
sedang dan berat (gizi buruk). Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang
ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat / gizi buruk secara garis
besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.
Menurut (Zuhra, 2016) dikatakan bahwa pada pemeriksaan klinis, penderita KKP
akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Marasmus
1) Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.
2) Wajah seperti orang tua.
3) Cengeng, rewel.
4) Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai tidak ada.
5) Sering disertai diare kronik atau konstipasi / susah buang air besar, serta
penyakit kronik.
6) Tekanan darah, detak jantung, dan pernafasan berkurang.

b. Kwashiorkor
1) Oedema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki (dorsum pedis).
2) Wajahnya membulat dan sembab.
3) Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri dan
duduk, anak-anak berbaring terus-menerus.
4) Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis.
5) Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia).
6) Pembesaran hati.
7) Sering sidertai infeksi, anemia dan diare / mencret.
8) Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.
9) Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah menjadi hitam
terkelupas (crazy pavement dermatosis).
10) Pandangan mata anak tampak sayu.

c. Marasmus-kwashiorkor
Tanda-tanda marasmus-kwashiorkor adalah gabungan dari tanda-tanda yang ada
pada marasmus-kwashiorkor.

F. Komplikasi
Menurut (“Malnutrisi energi protein,” 2020), ada beberapa komplikasi yang dapat
muncul akibat malnutrisi energi protein (marasmus dan kwashiorkor), yaitu :
1. Hipotermia (penurunan suhu tubuh).
2. Anemia dan hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).
3. Ensefalopati (kerusakan jaringan otak).
4. Gangguan fungsi organ, seperti gagal ginjal dan penyakit jantung.
5. Gagal tumbuh atau stunting pada anak.
6. Gangguan belajar.
7. Koma.
Menurut (Asuhan_Keperawatan_Malnutrisi_Pada_Anak, n.d.), komplikasi yang
dapat muncul yaitu :
1. Marasmus : infeksi, tuberculosis, parasitosis, disentri, malnutrisi kronik, gangguan
tumbuh kembang.
2. Kwashiorkor : diare, infeksi, anemia, gangguan tumbuh kembang, hipokalemi dan
hipernatremi.
G. Pathway

Sosial ekonomi Malabsorbsi, Kegagalan melakukan


rendah infeksi, anoreksia sintesis protein dan kalori

Intake kurang dari kebutuhan

Defisiensi protein dan kalori

Kurang
pengetahuan
Daya tahan
Hilangnya lemak di tubuh menurun Asam amino
bantalan kulit esensial menurun
dan produksi
Keadaan umum albumin menurun
Turgor kulit lemah
menurun dan keriput
Atrofi / pengecilan otot
Risiko
Kerusakan infeksi
integritas kulit Keterlambatan
pertumbuhan dan
Risiko infeksi perkembangan
saluran pencernaan

Anoreksia, diare

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Satriyo, 2019), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan guna memastikan
diagnosis dan mencari penyebab kelainan, antara lain :
- Pemeriksaan darah
- Pemeriksaan urine dan kultur bakteri.
- Pemeriksaan tinja untuk melihat keberadaan parasit.
- Tes tusuk kulit untuk melihat adanya alergi, dll.
- Dokter juga akan melakukan observasi terhadap akses makanan, riwayat gangguan
makan, dan obat-obatan yang mungkin diminum.

I. Penatalaksanaan
Menurut (I et al., 2015), berikut penatalaksanaan terhadap Kekurangan Energi Protein
(KEP), yaitu :
a. KEP I (KEP ringan)
Penatalaksanaan terhadap Kekurangan Energi Protein tipe I (KEP ringan) :
- Penyuluhan gizi / nasehat pemberian makanan di rumah (bilamana penderita rawat
jalan).
- Dianjurkan memberikan ASI ekslusif (bayi < 4 bln) dan terus memberikan ASI
sampai 2 tahun.
- Bila dirawat inap untuk penyakit lain, maka makanan disesuaikan dengan
penyakitnya agar tidak menyebabkan KEP sedang / berat dan untuk meningkatkan
status gizi.

b. KEP II (KEP sedang)


Penatalaksanaan terhadap Kekurangan Energi Protein tipe II (KEP sedang) :
- Rawat jalan : nasehat pemberian makanan dan vitamin serta teruskan ASI, selalu
dipantau kenaikan BB.
- Tidak rawat jalan : dapat dirujuk ke puskesmas untuk penanganan masalah gizi.
- Rawat inap : makanan tinggi energi dan protein dengan kebutuhan energi 20-50% di
atas AKG. Diet sesuai dengan penyakitnya dan dipantau berat badannya setiap hari,
beri vitamin dan penyuluhan gizi. Setelah penderita sembuh dari penyakitnya, tapi
masih menderita KEP ringan atau sedang rujuk ke puskesmas untuk penanganan
masalah gizinya.
c. KEP III (KEP berat)
Pada tata laksana rawat inap penderita KEP berat / gizi buruk di rumah sakit terdapat 5
(lima) aspek penting, yang perlu diperhatikan :
a) Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat / gizi buruk (10 langkah utama).
Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu :
- Mengatasi / mencegah hipoglikemia.
- Mengatasi / mencegah hipotermia.
- Mengatasi / mencegah dehidrasi.
- Mengoreksi gangguan keseimbangan elektrolit.
- Mengobati / mencegah infeksi.
- Mulai pemberian makanan.
- Fasilitasi tumbuh-kejar (“catch up growth”).
- Mengoreksi defisiensi nutrien makro.
- Melakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi / mental.
- Menyiapkan dan merencanakan tindak lanjut setelah sembuh.
b) Pengobatan penyakit penyerta.
Pengobatan ditujukan pada penyakit yang sering menyertai KEP berat, yaitu :
defisiensi vitamin A, dermatosis, parasit / cacing, diare melanjut, dan tuberkulosis
obati sesuai pedoman pengobatan.
c) Kegagalan pengobatan.
d) Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas.
e) Tindakan pada kegawatan.

J. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan malnutrisi.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
asupan diet kurang.
4. Risiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan nutrisi maternal tidak
adekuat.
K. NOC
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat.
Tujuan : Dalam waktu 45 menit setelah diberikan manajemen nutrisi, diharapkan
kerusakan integritas kulit dapat teratasi.
Kriteria hasil : Persentase lemak tubuh dari deviasi berat dari kisaran normal
menjadi deviasi sedang dari kisaran normal.
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan malnutrisi.
Tujuan : Dalam waktu 30 menit setelah diberikan terapi nutrisi, diharapkan risiko
infeksi dapat teratasi.
Kriteria hasil : Asupan gizi dari sangat menyimpang dari rentang normal menjadi
cukup menyimpang dari rentang normal.
3. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
asupan diet kurang.
Tujuan : Dalam waktu 30 menit setelah diberikan pengajaran : peresepan diet,
diharapkan ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi.
Kriteria hasil : Mengikuti rekomendasi dalam tahap diet dari jarang menunjukkan
menjadi sering menunjukkan.
4. Risiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan nutrisi maternal tidak
adekuat.
Tujuan : Dalam waktu lebih dari 1 jam setelah diberikan perawatan prenatal,
diharapkan risiko keterlambatan perkembangan dapat teratasi.
Kriteria hasil : Memelihara intake nutrisi yang adekuat untuk kehamilan dari jarang
menunjukkan menjadi sering menunjukkan.

L. NIC
1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan nutrisi tidak adekuat.
Intervensi :
- Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi kebutuhan
gizi.
- Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien.
- Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi.
- Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan
(makanan) yang lebih sehat, jika diperlukan.
- Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu berdasarkan
perkembangan atau usia (misalnya peningkatan kalsium, protein, cairan, dan
kalori untuk wanita menyusui,peningkatan asupan serat untuk mencegah
konstipasi pada orang dewasa yang lebih tua).
- Monitor kalori dan asupan makanan.
- Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan (misalnya buku
harian makanan).

2. Risiko Infeksi berhubungan dengan malnutrisi.


Intervensi :
- Lengkapi pengkajian nutrisi, sesuai kebutuhan.
- Monitor intake makanan / cairan dan hitung masukan kalori perhari, sesuai
kebutuhan.
- Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dengan berkolaborasi bersama ahli gizi, sesuai kebutuhan.
- Sediakan (bagi) pasien makanan dan minuman bernutrisi yang tinggi protein,
tinggi kalori dan mudah dikonsumsi, sesuai kebutuhan.
- Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas diet yang di anjurkan.
- Monitor hasil laboratorium, yang sesuai.

3. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan


asupan diet kurang.
Intervensi :
- Kaji pola makan pasien saat ini dan sebelumnya, termasuk makanan yang disukai
dan pola makan saat ini.
- Kaji adanya keterbatasan finansial yang dapat memengaruhi pembelian makanan
yang disarankan.
- Jelaskan pada pasien mengenai tujuan kepatuhan terhadap diet yang disarankan
terkait dengan kesehatan secara umum.
- Informasikan pada pasien jangka waktu pasien harus mengikuti diet yang
disarankan.
- Instruksikan pasien untuk menghindari makanan yang dipantang dan
mengkonsumsi makanan yang diperbolehkan.
- Bantu pasien untuk memilih makanan kesukaan yang sesuai dengan diet yang
disarankan.
- Observasi bagaimana pasien memilih makanan.
- Instruksikan kepada pasien untuk merencanakan diet yang sesuai.
- Libatkan pasien dan keluarga.

4. Risiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan nutrisi maternal tidak


adekuat.
Intervensi :
- Diskusikan pentingnya berpartisipasi dalam perawatan prenatal sepanjang periode
kehamilan, sembari menganjurkan keterlibatan pasangan pasien atau anggota
keluarga lainnya.
- Monitor kenaikan berat badan.
- Review bersama pasien mengenai perubahan-perubahan terkait status dan
perkembangan janin.
- Diskusikan kebutuhan nutrisi dan kekhawatiran (yang dirasakan) (misalnya diet
seimbang, asam folat, keamanan pangan dan suplemen).
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan_Keperawatan_Malnutrisi_Pada_Anak. (n.d.).
Dedio, Y. (2012). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kkp. Retrieved May 9, 2020, from
scribd website: https://id.scribd.com/document/109272072/Asuhan-Keperawatan-Anak-
Dengan-Kkp
I, B. R. K., Marini, E. D., Mila, P. S., & Ismayanti, R. (2015). Kekurangan energi protein.
Kekurangan Kalori Protein. (1999).
KONSEP DASAR. (2004).
Malnutrisi energi protein. (2020). Retrieved May 10, 2020, from alodokter website:
https://www.alodokter.com/malnutrisi-energi-protein
Satriyo, J. (2019). Perbedaan Marasmus dan Kwashiorkor (Gizi Buruk). Retrieved May 10,
2020, from Dokter Sehat website: https://doktersehat.com/perbedaan-marasmus-dan-
kwashiorkor/
Siregar, M. A. (2004). Pengaruh Pengetahuan Ibu Terhadap Kurang Kalori Protein Pada
Balita. (December).
Suyadi, E. S. (2009). Kejadian KEP. 8–37.
Yandi, R. A. (2016). Seorang Anak Perempuan Usia Lima Tahun dengan Kwashiorkor.
Medula Unila, 4(3), 128–132.
Zuhra, I. (2016). Analisis Faktor Resiko yang berhubungan dengan Gizi Kurang Pada Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Kuala Tadu Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan
Raya.

Herdman, T. Heater dan Shigemi Kamitsuru. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 (NANDA International Nursing Diagnoses:
Definicions and Classification 2018-2020. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). United Kingdom:
Elsevier.

Bulechek, Gloria M., dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). United
Kingdom: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai