Laporan Igd
Laporan Igd
SYOK HIPOVOLEMIK
OLEH :
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Resume : 1.
2.
Banjarmasin, 2021
Mahasiswa
(..................................)
Mengesahkan,
Ka.Prodi S1 Keperawatan
Banjarmasin, 2021
Mahasiswa
(.......................................)
Menyetujui
Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik
(..............................................) (.............................................)
NIDN................................ NIDN..............................
SYOK HIPOVOLEEMIK
A. Definisi
Hipovolemia merupakan penurunan volume cairan intravaskular, interstisial,
dan/atau intraselular. Syok hipovolemik merupakan suatu keadaan medis dimana
terjadinya kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan organ
disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang
tidak adekuat (Mila, 2021; SDKI, 2017).
Menurut Sari (2019) dalam Andriati, Pratiwi dan Trisutrisno (2021) menjelaskan
bahwa syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan multiorgan. Syok hipovolemik juga
dapat terbagi berdasarkan penyebabnya, yaitu karena adanya perdarahan yang disebut
juga syok hemoragik dan karena adanya kehilangan cairan tubuh atau non hemoragik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa syok hipovolemik adalah keadaan medis dimana
seseorang mengalami kehilangan cairan dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak,
sehingga berakhir pada kegagalan salah satu atau beberapa organ.
B. Pathway
D. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada syok hipovolemik menurut Andriati,
Pratiwi dan Trisutrisno (2021), diantaranya :
1. Mempertahankan suhu tubuh
Jika klien mengalami demam, maka jangan menutupi tubuh klien dengan selimut.
Lakukan aplikasi panas/dingin (kompres) untuk menurunkan suhu tubuh klien.
Kombinasi pemberian antipiretik juga perlu diperhatikan apabila suhu tubuh klien
tidak mengalami penurunan setelah diberikan kompres.
2. Pemberian Cairan
2.1. Jangan memberikan minum kepada klien yang tidak sadar, mual-mual, muntah,
atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru. Penderita
hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada indikasi kontra.
Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau muntah.
2.2. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama
dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler,
volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna
untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.
2.3. Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan
jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama
dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar.
Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan
berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian
volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3–4 kali
volume perdarahan yang hilang, sedang bila menggunakan larutan koloid
memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah
diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan
ringer laktat sama efektifnya dengan darah lengkap.
2.4. Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah pemberian cairan
yang berlebihan.
3. Pemberian posisi Passive leg raising (PLR)
Passive leg raising (PLR) merupakan posisi yang rutin digunakan sebagai tatalaksana
awal pada intensive care unit sebelum mendapatkan resusitasi cairan pada klien
hipovolemik dan hipotensi. Efek hemodinamik yang dihasilkannya bermanfaat
sebagai auto transfusi pada klien hipovolemik dan hipotensi. Pada manuver ini kedua
kaki klien diangkat 0 - 90 derajat sehingga aliran darah dari tubuh bagian bawah ke
bagian sentral tubuh akan bertambah, seperti ke otak dan kompartemen sentral tubuh
yaitu di kavitas jantung.
E. Daftar Pustaka
Andriati, Riris, Rita Dwi Pratiwi dan Dedi Trisutrisno. (2021). Pengaruh Resusitasi Cairan
Terhadap Status Hemodinamik Mean Arterial Pressure (Map) Pada Klien Syok
Hipovolemik Di Igd Rsud Balaraja. Journal of Medical Surgical Concerns.
Bulechek, Gloria M., et al. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa
Indonesia. Elsevier.
hallosehat.com (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia), ditulis oleh Shylma Na’imah pada
08/01/2021. Diakses Kamis, 22 Juli 2021 pukul 20.33 : https://hellosehat.com/kelainan-
darah/hemofilia/syok-hipovolemik/
Herdman, T. Heather dan Shigemi Kamitsuru. (2018) NANDA-I Diagnosa Keperawatan.
EGC.
Mila, Cahyani Heryanto. (2021). Asuhan Keperawatan Hipovolemia Pada Klien Dengan
Syok Hipovolemik Di Ruang Igd Rsud Sanjiwani Gianyar Tahun 2021. Poltekkes
Denpasar.
Moorhead, Sue, et al. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Bahasa
Indonesia. Elsevier
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Sawitri, Ratna. (2015). Pathway Syok Hipovolemik Intensif. Scribd.
Banjarmasin, 2021
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
(Mira, Ns., M. Kep ) (Lutfia Harisa, S.Kep.,Ns)