OLEH :
FERJINIA SAIRLAY
2021
KATA PENGANTAR
Dengan segala kerendahan hati kami panjatkan puji dan syukur kehadirat TUHAN
YANG MAHA ESA, karena atas kasih dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ” MULTIPLE ORGAN DYSFUNGTION SYNDROME
(MODS) Saya sadar bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam makalah ini, maka
saya mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Anna Mariance Taeteti, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen
mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat yang sudah memberikan tugas Ets. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu MODS?
2. Mengetahui ASKEP dari Multi Organ Disfungsi Syndrom
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sindroma Disfungsi Organ Multipel (Multiplle Organ Dysfunction
Syndrome/MODS) didefinisikan sebagai adanya fungsi organ yang berubah
(melibatkan ≥ 2 sistem organ) pada pasien yang sakit akut, sehingga homeostasis
tidak dapat dipertahankan lagi tanpa intervensi (Smeltzer, 2001).
Multi Organ Disfungsi System (MODS), sebelumnya dikenal sebagai
kegagalan organ multiple (MOF) atau kegagalan organ multi system (MSOF),
diubah organ fungsi pada pasien akut yang membutuhkan medis, intervensi untuk
mencapai homeostatis. Penggunaan “kegagalan organ multiple” atau “kegagalan
organ multi system” harus dihindari karena frase yang didasarkan pada parameter
fisiologis untuk menentukan apakah atau tidak organ tertentu yang gagal (Hamric
& Spross, 2010).
2.2 Etiologi
Kejadian MODS sebagian besar disebabkan oleh infeksi. Penyebab lain adalah
trauma dan proses inflamasi non-infeksi, seperti :
1. Infeksi (bakteri, virus)
2. Trauma (trauma multiple, pasca operasi, heat injury, iskemia visceral)
3. Inflamasi (HIV, eklamsia, gagal hati, tranfusi masif)
4. Non infeksi (reaksi obat, reaksi tranfusi) (Hamric & Spross, 2010).
Sedangkan faktor predisposisi terjadinya MODS menurut temuan dari sistem
skoring APACHE II adalah :
2.4 Patofisiologi
Akibat dari jejas local atau infeksi, mediator-mediator proinflamasi dilepaskan
untuk melawan antigen-antigen asing dan mempercepat penyembuhan luka.
Kemudian akan diikuti pelepasan mediator-mediator anti-inflamasi untuk
meregulasi proses ini. Homeostasis dicapai dan pasien sembuh. Bila jejas patologis
berat, dan mekanisme pertahanan lokasi tidak berhasil mengatasinya, maka
mediator-mediator inflamasi akan masuk ke dalam sirkulasi sistemik dan merekrut
leukosit-leukosit baru di daerah inflamasi. Terjadilah respons terhadap stress di
seluruh tubuh. Sekali lagi, mediator-mediator anti-inflamasi dilepaskan ke dalam
sirkulasi sistemik untuk memperbaiki kaskade proinflamasi sehingga tercapai
kembali homeostasis.
Bila respon proinflamasi sistemik yang terjadi sifatnya berat, atau bila respon
anti-inflamasi sebagai kompensasinya tidak adekuat sehingga gagal meregulasi
respons proinflamasi, terjadilah ketidakseimbangan dengan predominan respons
proinflamasi. Pada keadaan ini didapat tanda-tanda SIRS, dan mulai didapat
ancaman terjadinya disfungsi organ. Sebaliknya, bila terjadi predominansi respon
anti inflamasi, dengan akibat alergi dan imunosupresi, keadaan ini dinamakan
compensatory antiinflamatory response syndrome disingkat CARS, kelangsungan
hidup bergantung pada tercapainya homeostasis. Bila homeostasis tidak berhasil
dicapai, sampailah pada fase terakhir proses patogenik ini, immunological
dissonance.
2.5 Mekanisme Mods
Disfungsi progresif dari sistem organ yang menjadi karakteristik dari
MODS pada umumnya mengikuti urutan yang dijabarkan pada SOFA yang
dirumuskan pada pertemuan konsensus The European Society of Intensive
Care Medicine (EISCM) menjadi 4 fase sebagai berikut :
A. Pengkajian
Identitas pasien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medik, rencana terapi
1) Keluhan utama/alasan masuk RS: adanya Sepsis
2) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan keluarga
3) Pola Fungsi Kesehatan:
a. Aktivitas & Istirahat
Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan Insomnia
b. Sirkulasi
Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary,
fenomena embolik (darah, udara, lemak)
Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).
c. Heart rate : takikardi biasa terjadi
d. Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic) dapat
terjadi
e. Disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan normal
f. Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis biasa terjadi
(stadium lanjut)
g. Integritas Ego
Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan kematian
Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan mental.
h. Makanan/Cairan
Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan Hilang/melemahnya
bowel sounds
i. Neurosensori
Suby./Oby. : Gejala truma kepala Kelambanan mental, disfungsi motorik
j. Respirasi
Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi pulmolal diffuse
k. Kesulitan bernafas akut atau khronis, “air hunger”
Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting Peningkatan kerja nafas ;
penggunaan otot bantu pernafasan seperti retraksi intercostal atau
substernal, nasal flaring, meskipun kadar oksigen tinggi.
l. Suara nafas : biasanya normal, mungkin pula terjadi crakles, ronchi, dan
suara nafas bronchial
m. Perkusi dada : Dull diatas area konsolidasi Penurunan dan tidak
seimbangnya ekpansi dada
n. Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada yang ditemukan dengan
cara palpasi. Sputum encer, berbusa Pallor atau cyanosis Penurunan
kesadaran, confusion
o. Rasa aman
Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi darah,
episode anaplastik
p. Seksualitas
Suby./Oby. : Riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia
q. Kebutuhan belajar
Subyektif : Riwayat ingesti obat/overdosis\ Discharge Plan :
Ketergantungan sebagai efek dari kerusakan pulmonal, mungkin
membutuhkan asisten saat bepergian, shopping, self-care.
4) Study Diagnostik
a. Chest X-Ray
b. ABGs/Analisa gas darah
c. Pulmonary Function Test
d. Shunt Measurement (Qs/Qt)
e. Alveolar-Arterial Gradient (A-a gradient)
f. Lactic Acid Level
B. Diagnosa Keperawatan
1) Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas,
peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan
: dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau
tanpa sputum, cyanosis.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi,
penumpukan cairan di permukaan alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan
alveoli ditandai dengan : takipneu, penggunaan otot-otot bantu pernafasan,
cyanosis, perubahan ABGs, dan A-a Gradient.
3) Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan penggunaan deuritik,
ke-luaran cairan kompartemental
4) Resiko tinggi kelebihan volome cairan berhubungan dengan edema pulmonal
non Kardia.
5) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran balik vena dan
penurunan curah jantung,edema,hipotensi.
6) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas tidak
adekuat,pening katan sekresi,penurunan kemampuan untuk oksigenasi dengan
adekuat atau kelelahan.
7) Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status
kesehatan, takut mati, faktor fisiologi (efek hipoksemia) ditandai oleh
mengekspresikan masalah yang sedang dialami, tensi meningkat, dan merasa
8) Defisit pengetahuan , mengenai kondisi , terafi yang dibutuhkan berhubungan
dengan kurang informasi, salah presepsi dari informasi yang ditandai dengan
mengajukan pertanyaan , menyatakan masalahnya.
C. Rencana Keperawatan
Dx 1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas,
peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas ditandai dengan :
dispneu, perubahan pola nafas, penggunaan otot pernafasan, batuk dengan atau tanpa
sputum, cyanosis.
Tujuan :
1. Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan
ronchi (-)
Pasien bebas dari dispneu
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
Intervensi :
Independen
1) Catat perubahan dalam bernafas dan pola nafasnya
R/ Penggunaan otot-otot interkostal/abdominal/leher dapat meningkatkan usaha
dalam bernafas
2) Observasi dari penurunan pengembangan dada dan peningkatan fremitus
R/ Pengembangan dada dapat menjadi batas dari akumulasi cairan dan adanya
cairan dapat meningkatkan fremitus
3) Catat karakteristik dari suara nafas
R/ Suara nafas terjadi karena adanya aliran udara melewati batang tracheo
branchial dan juga karena adanya cairan, mukus atau sumbatan lain dari saluran
nafas
4) Catat karakteristik dari batuk
R/ Karakteristik batuk dapat merubah ketergantungan pada penyebab dan
etiologi dari jalan nafas. Adanya sputum dapat dalam jumlah yang banyak, tebal
dan purulent
5) Pertahankan posisi tubuh/posisi kepala dan gunakan jalan nafas tambahan bila
perlu
R/ Pemeliharaan jalan nafas bagian nafas dengan paten
6) Kaji kemampuan batuk, latihan nafas dalam, perubahan posisi dan lakukan
suction bila ada indikasi
R/ Penimbunan sekret mengganggu ventilasi dan predisposisi perkembangan
atelektasis dan infeksi paru
7) Peningkatan oral intake jika memungkinkan
R/ Peningkatan cairan per oral dapat mengencerkan sputum
Kolaboratif
1) Berikan oksigen, cairan IV ; tempatkan di kamar humidifier sesuai indikasi
R/ Mengeluarkan sekret dan meningkatkan transport oksigen
2) Berikan therapi aerosol, ultrasonik nabulasasi
R/ Dapat berfungsi sebagai bronchodilatasi dan mengeluarkan sekret
3) Berikan fisiotherapi dada misalnya : postural drainase, perkusi dada/vibrasi jika
ada indikasi
R/ Meningkatkan drainase sekret paru, peningkatan efisiensi penggunaan otot-
otot pernafasan
4) Berikan bronchodilator misalnya : aminofilin, albuteal dan mukolitik
R/ Diberikan untuk mengurangi bronchospasme, menurunkan viskositas sekret
dan meningkatkan ventilasi
Kolaboratif
Tujuan :
Pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan tanda tekanan darah,
berat badan, urine output pada batas normal.
Intervensi :
Independen
Monitor vital signs seperti tekanan darah, heart rate, denyut nadi (jumlah dan volume)
Amati perubahan kesadaran, turgor kulit, kelembaban membran mukosa dan karakter
sputum
Kolaboratif
R/ Elektrolit khususnya pottasium dan sodium dapat berkurang sebagai efek therapi
deuritik.
Tujuan :
Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai
berkurang
Intervensi :
Independen:
R Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan menjadi
lebih baik.
R/ Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat mengurangi
kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya. Penentraman hati yang palsu tidak
menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien tahu hasil akhir dari permasalahan
itu.
Kolaboratif
Tujuan :
Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang membutuhkan perhatian medis
Intervensi :
Independen
Berikan pembelajaran dari apa yang dibutuhkan pasien. Berikan informasi dengan jelas
dan dimengerti. Kaji potensial untuk kerjasama dengan cara pengobatan di rumah.
Meliputi hal yang dianjurkan.
Sediakan informasi masalah penyebab dari penyakit yang sedang dialami pasien.
R/ ARDS adalah sebuah komplikasi dari penyakit lain, bukan merupakan diagnosa
primer. Pasien sering bingung oleh perkembangan itu, dalam k esehatan sistem respirasi
sebelumnya.
Sediakan informasi baik secara verbal atau tulisan mengenai pengobatan misalnya:
tujuan, efek samping, cara pemberian , dosis dan kapan diberikan
R/ Pasien dengan masalah respirasi yang berat biasanya kehilangan berat-badan dan
anoreksia sehingga kebutuhan nutrisi meningkat untuk penyembuhan.
R/ Pasien harus menghindari kelelahan dan menyelingi waktu istirahat dengan aktivitas
dengan tujuan meningkatkan stamina dan cegah hal yang membutuhkan oksigen yang
banyak
Demonstrasikan teknik adaptasi pernafasan dan cara untuk menghemat energi selama
aktivitas.
R/ Kondisi yang lemah mungkin membuat kesulitan untuk pasien mengatur aktivitas
yang sederhana.
Diskusikan follow-up care misalnya kunjungan dokter, test fungsi sistem pernafasan
dan tanda/gejala yang membutuhkan evaluasi/intervensi.
R/ Alasan mengerti dan butuh untuk follow up care sebaik dengan apa yang merupakan
kebutuhan untuk meningkatkan partisipasi pasien dalam hal medis dan mungkin
mempertinggi kerjasama dengan medis.
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Sindroma Disfungsi Organ Multipel (Multiplle Organ Dysfunction
Syndrome/MODS) didefinisikan sebagai adanya fungsi organ yang berubah
(melibatkan ≥ 2 sistem organ) pada pasien yang sakit akut, sehingga homeostasis
tidak dapat dipertahankan lagi tanpa intervensi.
Kejadian MODS sebagian besar disebabkan oleh infeksi. Penyebab lain
adalah trauma dan proses inflamasi non-infeksi, seperti :
1. Infeksi (bakteri, virus)
2. Trauma (trauma multiple, pasca operasi, heat injury, iskemia visceral)
3. Inflamasi (HIV, eklamsia, gagal hati, tranfusi masif)
4. Non infeksi (reaksi obat, reaksi tranfusi