“Syok Sepsis”
Pembimbing :
dr. Lukman Hidayat Dian Permata, MMR, Sp.An-Ti
Disusun oleh:
Kayyis Firzadie (123810094)
Lydiana Damayanti Nurfadilah (123810015)
Muhammad Ja’far Shodiq (123810108)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas dengan rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan refrat yang berjudul “Syok Sepsis”. Referat ini ditulis untuk
menambahkan pengetahuan dan wawasan dan merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dokter
pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan
pengarahan dalam penyusunan referat ini dari awal hingga selesai. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritikan yang membangun dan saran demi perbaikan dimasa
yang akan datang. Semoga referat ini dapat berguna bagi kita semua.
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
“Syok Sepsis”
Laporan kasus ini Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan
Klinik di Bagian Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif
di RSUD 45 Kuningan
Disusun oleh :
ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
LEMBAR PENGESAHAN ii
BAB I PENDAHULUAN 1
2.1 Definisi 2
2.2 Klasifikasi 3
2.3 Patofisiologi 8
2.4 Diagnosis 10
2.5 Penatalaksanaan 13
DAFTAR PUSTAKA 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Syok merupakan suatu sindrom klinis akibat kurangnya pemanfaatan atau
suplai okdigen ke organ vital sehingga dapat menyebabkan perfusi organ dan jaringan
perifer yang mengarah pada hipoksia. Syok dikaitkan dengan morbiditas dan
mortalitas yang signifikan karena jika tidak ditangani dengan tepat dapat
menyebabkan kegagalan banyak organ dan kematian. Tingkat mortalitas akibat syok
berkisar antara 20-50%. Syok memiliki beberapa etiologi sehingga dapat
dikategorikan berdasarkan etiologi yang mendasarinya yaitu hipovolemik,
kardiogenik, restriktif (vasodilator/distributif), atau syok sepsis.1
Sepsis didefinisikan sebagai disfungsi organ yang mengancam nyawa akibat
disregulasi dari respon host terhadap adanya infeksi. Syok sepsis harus dianggap
sebagai bagian dari sepsis dimana terjadi kelainan peredaran darah, seluler, dan
metabolik sehingga memiliki risiko kematian yang lebih besar dibandingkan dengan
sepsis. Insiden sepsis dan syok sepsis terus meningkat sejak definisi konsensus
pertama (Sepsis-1) pada tahun 1991, mencapai sekitar 49 juta kasus sepsis dan 11 juta
kasus terkait kematian di seluruh dunia pada tahun 2017 berdasarkan data World
Health Organization (WHO) yang menetapkan sebagai prioritas kesehatan global.2
Mikroorganisme yang dapat diidentifikasi pada pasien dengan sepsis/syok
sepsis bervariasi dari waktu ke waktu, dengan jumlah bakteri Gram positif yang lebih
banyak dan peningkatan signifikansi klinis dan epidemiologis dari sepsis jamur. Di
antara bakteri Gram positif, patogen yang paling sering diisolasi adalah
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae, sedangkan di antara bakteri
Gram negatif, yang paling sering diidentifikasi adalah Escherichia coli, Klebsiella,
dan Pseudomonas spp. Di antara infeksi jamur yang terkait dengan kondisi ini, peran
utama dimainkan oleh Candida spp., yang sering kali dapat diidentifikasi pada pasien
imunosupresi atau neoplastik yang menjalani pengobatan jangka panjang dengan obat
kemoterapi dan imunosupresif . Tempat infeksi utama yang berhubungan dengan
sepsis diantaranya adalah saluran pernapasan/parenkim paru (43%); sistem saluran
1
2
kemih (16%); perut (14%); kepala, yang berhubungan dengan demam yang tidak
diketahui asalnya (FUO) (14%); dan situs/penyebab lainnya (13%).2
Dari sudut pandang patogenesis, sepsis saat ini dianggap sebagai akibat dari
beberapa mekanisme yang secara bersamaan melibatkan berbagai mediator pro dan
anti-inflamasi. Selain itu, modifikasi seluler terkait sepsis baru-baru ini telah
didefinisikan, dan pentingnya mikrosirkulasi telah ditekankan dalam perkembangan
sepsis menjadi syok sepsis. Salah satu perkembangan tersebut adalah endotelium
yang telah diidentifikasi sebagai unit fungsional mendasar dalam patofisiologi sepsis
karena perannya dalam regulasi mikrosirkulasi dan modulasi mekanisme koagulasi
serta proses sinyal inflamasi dan antiinflamasi.2
Berdasarkan pedoman tahun 2021 tentang manajemen sepsis dan syok
sepsis, penggunaan quick Sequential Organ Failure Assessment (qSOFA) tidak
direkomendasikan sebagai satu-satunya alat skrining, dan merekomendasikan
penggunaan National Early Warning Score (NEWS) atau systemic inflammatory
response syndrome (SIRS) karena sensitivitasnya yang lebih baik dibandingkan
qSOFA dalam memprediksi hasil akhir pasien. Diagnosis sepsis dipastikan
berdasarkan skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA). Syok sepsis
ditentukan oleh kebutuhan vasopresor untuk mempertahankan mean arterial pressure
(MAP) pasien 65 mmHg dan kadar laktat serum 2 mmol/L. Baik sepsis maupun syok
sepsis merupakan beban global yang semakin besar dan tantangan bagi dokter karena
meningkatnya insiden dan patofisiologis yang semakin kompleks, molekuler, genetik,
dan klinis yang besar. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Syok merupakan keadaan klinis akibat kegagalan peredaran darah yang
mendadak dan kompleks ketika sirkulasi tidak mampu menyediakan cukup
oksigen dan nutrisi ke sel dan jaringan sehingga menyeybabkan hipoksia,
hipoperfusi jaringan, dan disfungsi seluler. Hipoksia akan mengakibatkan
menurunnya asupan oksigen ke jaringan, meningkatnya konsumsi oksigen, atau
insufisensi fungsi oksigen. Syok dapat berupa gangguan akut atau hiperakut
karena banyaknya etiologi syok dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori umum
yaitu syok hipovolemik, kardiogenik, obstruktif, dan distributif yang salah satunya
adalah syok sepsis.1
3
4
Sepsis adalah respons tubuh yang luar biasa yang mengancam jiwa terhadap
infeksi yang dapat menyebabkan kegagalan sistem organ multipel. Sepsis adalah
respon kekebalan tubuh berlebihan sistem terhadap infeksi setelah mediator
inflamasi rilis seperti sitokin masuk ke dalam sirkulasi darah. Faktor pro-koagulasi
di sel endotel diaktifkan menyebabkan kerusakan lokal yang akan menimbulkan
systemic inflammatory response syndrome (SIRS), syok septik dan multiple organ
dysfunction syndrome (MOSF).2,3
Syok sepsis merupakan bagian dari sepsis dimana terjadi kelainan peredaran
darah, seluler, dan metabolik sehingga memiliki risiko kematian yang lebih besar
dibandingkan dengan sepsis yang ditentukan oleh kebutuhan vasopresor untuk
mempertahankan mean arterial pressure (MAP) pasien 65 mmHg dan kadar laktat
serum 2 mmol/L.1,2
2.2Klasifikasi
a. Klasifikasi Syok
Pelepasan substansial mediator aktif biologis dari sel mast dan basofil
dapat menyertai respon imun yang dimediasi imunoglobulin E, sesuai
dengan patofisiologi kondisi tersebut. Mastosit dan basofil tidak
menyebabkan alergi jika mengalami degranulasi langsung melalui
jalur bebas imunoglobulin E. Anafilaksis didiagnosis menggunakan
kriteria klinis, dengan mengingat pentingnya memulai pengobatan
untuk suatu kondisi yang menimbulkan risiko serius bagi kehidupan
seseorang. Tidak ada kontraindikasi penggunaan adrenalin sebagai
pengobatan lini pertama untuk anafilaksis. Agar pasien mengalami
hipotensi, asupan vena harus diberikan sesegera mungkin.1,2
3) Syok Neurogenik
Terutama bila terlokalisasi pada tingkat serviks, syok neurogenik
merupakan efek samping yang sering terjadi dari kerusakan sumsum
tulang belakang. Syok neurogenik merupakan akibat dari cedera pada
sistem saraf simpatis dan ditandai dengan vasoplegia, hipotensi, dan
bradikardia. Tetraplegia, dengan atau tanpa gagal napas, merupakan
gambaran umum dari presentasi klinis. Intervensi dini mencoba
mengurangi kemungkinan lesi sumsum tulang belakang sekunder yang
disebabkan oleh kerusakan sistemik iskemik. Perawatan medis
melibatkan penggunaan teknik sistematis untuk melumpuhkan tulang
belakang dan menstabilkan fungsi-fungsi penting. Prosedur pencitraan,
teknik resusitasi saraf lebih lanjut, dan evaluasi bedah terkoordinasi
serta pengobatan cedera yang mendasari semuanya termasuk dalam
perawatan di rumah sakit.1,2
8
b. Klasifikasi Sepsis
Tabel 1. Klasifikasi Sepsis4
Klasifikasi Parameter
Systemic Inflammatory Response Suhu tubuh >38oC atau <36oC,
Syndrome (SIRS) HR ≥ 90 x/menit, RR ≥ 20/menit
(atau PaCo2 <32 mmHg), Leukosit
≥12.000/µl atau ≤4.000/µl atau
>10% sel imatur.
Sepsis Sedikitnya 2 kriteria SIRS dengan
penyebab yang diketahui atau
suspek infeksi.
Severe Sepsis Sepsis dengan disfungsi organ akut
Syok Sepsis Sepsis dengan hipotensi yang
persisten atau hipoperfusi jaringan
meskipun telah dilakukan resusitasi
cairan yang adekuat.
Multi-Organ Dysfunction Syndrome Adanya disfungsi organ pada
penyakit akut sehingga
homeostasisnya tidak dapat
dipertahankan tanpa intervensi.
2.3 Patofisiologi
Keadaan sepsis diakibatkan oleh reaksi tubuh yang tidak seimbang terhadap
infeksi, yang menyebabkan peradangan pada hampir setiap sistem organ.
Serangkaian perubahan fisiologis dan biokimia disebabkan oleh hipoksia
jaringan pada tingkat sel dapat menyebabkan untuk asidosis, pengurangan aliran
9
darah lokal, dan tambahan hipoksia jaringan. Infeksi dapat disebabkan oleh
mikroorganisme yang terbanyak adalah bakteri dan jamur.1,6
2.4 Diagnosis
Sepsis merupakan penyakit yang diklasifikasikan berdasarkan berbagai
macam gejala klinis. Deteksi dini adalah kunci untuk hasil pasien yang lebih
baik yang telah dicapai oleh pembuatan alat skrining. Pasien yang sudah dirawat
dengan infeksi berat harus diskrining secara rutin untuk sepsis menggunakan
kriteria diagnostik yang tepat. Definisi sepsis yang baru menggunakan
seperangkat klinis dan biokimia kriteria yang disebut Sequential Organ Failure
Assessment (SOFA). Skor SOFA terutama didasarkan pada kriteria biokimia dan
oleh karena itu dikembang juga skrining qSOFA yang lebih terfokus pada pada
laju pernapasan, tekanan darah sistolik dan perubahan kondisi mental. Definisi
11
sepsis yang baru menggunakan skor SOFA memiliki tambahan dua atau lebih
poin yang berkaitan dengan infeksi.8
diambil dari perifer, bukan dari akses IV yang ada dan perawatan harus
dilakukan terisi dengan benar (>10ml darah). Jika kultur terbukti positif
dari situs akses vaskular, lebih awal dari situs darah tepi menyarankan
akses vaskular sebagai titik masuk. Idealnya, kultur IV dan kateter juga
harus diambil dengan apusan darah tepi untuk membantu menentukan
sumber infeksi.
b. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram juga merupakan alat yang berguna, paling umum untuk
infeksi saluran pernapasan bagian bawah.
2.5 Penatalaksanaan
Manajemen Sepsis
14
Terdapat manajemen yang disebut dengan surviving sepsis campaign 2018 dari
rangkaian 3 jam, 6 jam, menjadi 1 jam awal. Tujuan perubahan ini diharapkan
terdapat perubahan manajmen resusitasi awal, terutama mencakup penanganan
hipotensi pada syok sepsis.9,10
g. Pemberian Kotikosteroid
Keadaan syok sepsis yang hiperinflamasi menyebabkan vasodilatasi dan
hipotensi. Kortikosteroid digunakan dalam pengelolaan syok sepsis karena
sifat anti-inflamasinya melalui penghambatan nuclear factor KB, sehingga
mengurangi interleukin (IL)-1, IL-6, IL-8, tumor necrosis factor (TNF)-α, dan
18
h. Pemilihan Kortikosteorid
22
DAFTAR PUSTAKA
23
24