Anda di halaman 1dari 13

SKENARIO 2

Sunday, July 24, 2022 9:33 PM

Tidak Nafsu Makan


Seorang laki-laki berusia 72 tahun datang diantar anaknya ke Puskesmas karena lemas sejak 4
hari yang lalu. Anak pasien mengatakan bahwa pasien merasa malas makan, meskipun sudah
dibelikan makanan kesukaannya. Hal ini telah berlangsung sekitar 1 bulan. Pasien mengatakan
belakangan ini tidak nafsu makan karena lidahnya terasa pahit dan cepat merasa kenyang.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 140/80 mmHg, frekuensi nadi
80x/menit., frekuensi napas 22x/menit, suhu 36,6oC. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
adanya kelainan. Dokter kemudian memberikan edukasi bahwa hal yang dialami pasien
terjadi akibat faktor usia.

STEP 1
-
STEP 2
1. Mengapa pasien dapat mengalami keluhan lemas, malas makan, ledah terasa pahit, dan
cepat merasa kenyang?
2. Bagaimana pemeriksaan yang tepat pada pasien?
3. Bagaimana hubungan faktor usia dengan keluhan pada pasien?
4. Bagaimana edukasi yang dapat diberikan oleh dokter terhadap keluhan pasien?

STEP 3 & 4
1. Mengapa pasien dapat mengalami keluhan lemas, malas makan, ledah terasa
pahit, dan cepat merasa kenyang?

Keluhan-keluhan tersebut dapat terjadi hampir pada seluruh lansia yang disebut dengan
sindrom geriatri. Mekanisme yang menyebab kerjadian tersebur terdapat banyak teori
tetapi secara fisiologis terjadi karena adanya proses penuaan sel.

Penuaan sel terjadi akibat penurunan progesif masa hidup dan kapasitas fungsional sel.
Berbagai mekanisme diperkirakan berperan pada penuaan sel:

Kerusakan Berbagai serangan metabolisme yang terakumulasi dengan waktu akan


DNA mengakibatkan kerusakan pada inti dan DNA mitokondria.
Walaupun sebagian besar kerusakan DNA dapat diperbaiki oleh
enzim perbaikan DNA, sebagian akan menetap dan
berakumulasi dengan menuanya sel. Beberapa sindrom penuaan
dikaitkan dengan defek mekanisme perbaikan DNA. Masa hidup
dari binatang percobaan dapat diperpanjang apabila respons terhadap
kerusakan DNA dapat ditingkatkan atau protein yang menstabilkan
DNA dipergunakan. Diperkirakan adanya peran radikal bebas pada
kerusakan DNA yang mengakibatkan penuaan tetetapi hal ini masih
diragukan.

SKENARIO 2 Page 1
Replikasi Sel Semua sel normal mempunyai kemampuan terbatas untuk replikasi, dan setelah
yang berkurang sekian kali pembelahan, sel berhenti dalam status tidak dapat membelah lagi,
disebut sebagai senescence replikatif. Penuaan dikaitkan dengan senescence
replikatif dari sel secara progresif. Sel pada anak-anak mempunyai kapasitas
lebih tinggi untuk bereplikasi dibandingkan sel pada orang yang lebih tua.
Pada sel manusia, mekanisme senescence replikatif melibatkan
pemendekan telomer dan berakhir dengan berhentinya siklus sel.
Telomer adalah bagian DNA yang pendek berupa urutan basa berulang yang
dijumpai pada akhir kromosom yang lurus yang dibutuhkan untuk memastikan
bahwa replikasi sudah lengkap sampai ujung kromosom agar tidak terjadi fusi
atau degradasi. Apabila sel somatik bereplikasi, sebagian kecil telomere tidak
terjadi duplikasi, dan telomer akan menjadi pendek secara progesif.

Apabila telomer sudah pendek, maka ujung kromosom tidak dapat


dilindungi dan tampak sebagai DNA yang patah, yang memberikan
sinyal berhentinya siklus sel. Panjang telomer dipertahankan melalui
penambahan nukleotida yang dibantu oleh enzim telomerase. Telomerase
merupakan kompleks protein-RNA khusus yang memakai RNA nya sendiri
sebagai template (pedoman) untuk menambah nukleotida pada ujung
kromosom. Aktivitas telomerase terjadi pada sel germinal dan dijumpai
dalam kadar rendah pada sel punca, tetapi tidak dijumpai pada
sebagian besar jaringan somatik. Karena itu, pada saat sel somatik menjadi
tua, telomer menjadi pendek dan keluar dari siklus sel, mengakibatkan tidak
dibentuknya sel baru untuk menggantikan sel yang rusak. Pemendekan
telomer juga dapat mengurangi kapasitas regeneratif sel punca,
sehingga menambah lagi proses penuaan sel. Walaupun adanya observasi
demikian yang sangat menarik, hubungan antara aktivitas telomer dan panjang
telomer belum difahami seluruhnya.
Rusaknya Suatu saat, sel tidak akan mampu mempertahankan homeostasis protein, karena
homeostasis meningkatnya perubahan dan menurunnya sintesis yang disebabkan
protein oleh translasi protein yang menurun dan cacatnya aktivitas
pendamping "chaperone" (yang mendorong pembentukan protein
normal), proteasom (yang merusak protein salah bentuk), dan enzim
perbaikan. Homeostasis protein yang tidak normal akan memberikan beberapa
pengaruh terhadap ketahanan hidup, replikasi, dan fungsi sel. Sebagai
tambahan, juga akan terjadi akumulasi protein salah bentuk, yang akan memicu
jalur apoptosis.

SKENARIO 2 Page 2
Teori-Teori Penuaan
Teori Teori genetika terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan kesalahan, teori mutasi
Genetik somatik, dan teori glikogen:
Teori DNA: DNA merupakan asam nukleat yang berisi pengkodean mengenai
infornasi aktivitas sel, DNA berada pada tingkat molekuler dan bereplikasi
sebelum pembelahan sel dimulai, sehingga apabila terjadi kesalahan dalam
pengkodean DNA maka akan berdampak pada kesalahan tingkat seluler dan
mengakibatkan malfungsi organ.
• Teori mutasi somatik (somatic mutation theory): Menua terjadi sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul / DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah
mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel)
• Teori Genetic Clock: Konsep genetik clock didukung oleh kenyataan bahwa
adanya perbedaan harapan hidup pada beberapa spesies, sebagai contoh pada
manusia rekor rentang hidupnya 116 tahun (usia maksimal) sedangkan pada gorila
rekor rentang hidupnya 48 tahun. Usia harapan hidup tertinggi pada manusia
terdapat di Jepang yaitu pria 76 tahun dan wanita 82 tahun.

SKENARIO 2 Page 3
Teori Genetik Teori Metabolisme (Teori Glikosilasi): Teori glikosilasi menyatakan
bahwa proses glikosilasi nonenzematik yang menghasilkan pertautan
glukosa-protein yang disebut advanced glycation end products
(AGEs) dapat menyebabkan penumpukan protein dan
makromolekul lain yang termodifikasi sehingga menyebabkan
disfungsi pada hewan atau manusia yang menua. Protein glikasi
menunjukkan perubahan fungsional, meliputi menurunnya aktivitas
enzim dan menurunnya degradasi protein abnormal. Sehingga sewaktu
manusia menua, AGEs berakumulasi di berbagai jaringan termasuk
kolagen, hemoglobin, lensa mata. Akibat muatan kolagen tinggi maka
jaringan ikat menjadi kurang elastis dan menjadi kaku, dan AGEs diduga
juga berinteraksi dengan DNA dan karenanya mungkin menggangu
kemampuan sel untuk memperbaiki perubahan pada DNA.
Teori Imunitas Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama
proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam
pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh
sehingga pada lansia akan sangat mudah mengalami infeksi dan kanker.
Perubahan sistem imun ini diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid
sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T intuk memproduksi
antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan
terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan
pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri.
Teori Wear and Akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis
Tear DNA. Kelebihan usaha dan stres dapat menyebabkan sel somatik (sel
tubuh) lelah atau rusak, karena sel somatik nomal memiliki kemampuan
yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan fungsinya. Kematian
sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak dapat beregenerasi.
Teori Radikal
Bebas

Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang


dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya
radikal bebas akan dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa
berhasil lolos dan berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas
yang terdapat di lingkungan seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar
ultraviolet, mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen pada proses
penuaan.

SKENARIO 2 Page 4
Teori Cross- Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
Linkage khususnya pada jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan, dan hilangnya fungsi.

Teori Psikososial Penuaan


Teori Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis
Kepribadian tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori
pengembangan kepribadian yang dikembangkan oleh Jung menyebutkan
bahwa terdapat dua tipe kepribadian yaitu introvert dan ekstrovert.
Lansia akan cenderung menjadi introvert kerenan penurunan
tanggungjawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial.
Teori Tugas Tugas perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus
Perkembangan dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk
mencapai penuaan yang sukses. Pada kondisi tidak adanya pencapaian
perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia
tersebut berisiko untuk memiliki rasa penyeselan atau putus asa.
Teori Aktivitas Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang tetap
beraktivitas dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Kesempatan untuk
turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang
yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen kesejahteraan yang
penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran
lansia secara negatif memengaruhi kepuasan hidup dan aktivitas mental
serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang
kehidupan.
Teori Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan
Kepribadian kelanjutan dari perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa.
Berlanjut Perilaku hidup yang membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga
(Continuity usia lanjut dan akan semakin menurunkan kualitas hidup
Theory)
Teori Penarikan Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
Diri secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
(Disengagement Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik
theory) secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan
ganda (triple loss):
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontak sosial
3) Berkurangnya kontak komitmen
Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang
dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda.
Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat
menyediakan waktu untuk merefleksi kembali pencapaian yang telah
dialami dan untuk menghadapi harapan yang belum dicapai.

SKENARIO 2 Page 5
2. Bagaimana pemeriksaan yang tepat pada pasien?

Komponen Pertanyaan
Identitas Nama:
Usia:
Pekerjaan:
Alamat:
Status:
Suku:
Agama:
Pend.Terakhir:

Keluhan Confusion, Agitation, Innanition


Utama
RPS (7 1. Onset: sejak kapan KU tersebut dialami
sacred) 2. Lokasi: -
3. Kualitas: bisa diceritakan kenapa bisa seperti ini?
• Akibat fraktur bagian paha → pasien imobilisasi → merasa lemah, tidak
mau makan dan minum disertai mual dan muntah.
4. Kuantitas:
• Sejak kapan pasien berbaring lama? Apakah hal tersebut sampai dapat
mengganggu aktivitas pasien? Apakah pasien masih dapat melakukan
aktivitasnya sendiri/dibantu?
• Frakturnya sudah pernah diobati?
• Muntahnya seberapa sering?
5. Kronologi: (sama dengan atas)
6. Memperingan: sudah pernah ke dokter sebelumnya? Atau minum obat?
7. Memperberat: apakah ada hal-hal yang membuat kondisi pasien
semakin parah?
8. Keluhan lain:
9. Tinjauan umum:
• Demam
• BB, TB
• Nafsu makan
• Alergi
10. Tinjauan khusus:
• Pusing
• Penglihatan, pendengaran
• Dada berdebar-debar, sesak
BAK, BAB!

RPD 1. Sebelumnya pernah seperti ini atau tidak?


2. Dulunya pernah menderita penyakit apa?
(DM/Hipertensi/liver/ginjal/jantung/asthma/stroke)
Pernah dirawat di RS? Jika iya karena sakit apa?
3. Pernah di operasi? (Tanggal/Bulan/Tahun dan Jenis Pembedahan)
Apakah sedang/pernah mengonsumsi obat-obatan? (Nama obat, Dosis,
Lamanya)
RPK Di keluarga ada yang mengalami hal yang sama?
RKS 1. Apakah anda merokok? Berapa batang sehari?
2. Apakah anda minum alkohol?
3. Apakah anda tidurnya cukup?
4. Apakah anda pernah berolahraga?
5. Apakah lingkungan di rumah nyaman?

SKENARIO 2 Page 6
Pemeriksaan Fisik
Tanda-Tanda Vital Keadaan umum: baik/sedang/lemah/buruk
GCS: E=.../ V=.../ M=...
Suhu:
TD: (berbaring, duduk, berdiri) ...mmHg
Nadi: ...x/menit
Respirasi: ...x/menit
Pemeriksaan Fisik Head to toe
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
• Laboratorium: Darah Lengkap, Urin Lengkap, Feses Lengkap
• Rontgen thoraks
• EKG
• CT-Scan
• MRI
Assesment Sindrom Geriatri 1. Penilaian status nutrisi
2. Penapisan status fungsional
• ADL Barthel
• IADL
3. Penapisan kognitif (MMSE)
4. Penapisan depresi (GDS)
5. Penapisan inkontinensia
6. Penapisan ulkus dekubitus pada imobilisasi (skala Norton)
Penapisan insomnia

Diagnosis (14i) Sindrom Geriatri:


• Delirium
• Inkontinensia urin dan alvi
• Depresi
• Malnutrisi
• Instabilitas
• Demensia
• Insomnia
• Immobilisasi
Ulkus dekubitus

Assestment Sindrom Geriatri


Penilaian status Pengkajian nutrisi dilakukan dengan memeriksa indeks massa tubuh.
nutrisi
Rumus Indeks Masa Tubuh (IMT): BB (kg)/TB (m)2
IMT: 18 – 23 (normal)
Rumus Tinggi Badan Populasi Geriatri:

• Pria: TB = 59.01 + (2.08 x Tinggi Lutut)

• Wanita: TB = 75.00 + (1.91 x Tinggi Lutut) – (0.17 x Umur).


Penilaian status gizi juga dapat dilakukan dengan mempergunakan Mini
Nutritional Assessment (MNA). Dalam penilaiannya hal yang harus juga
dicatat adalah nama pasien, usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, tinggi lutut dan tanggal pengisian.
Skor MNA

• Skor > 24: Gizi baik , Skor 17-23,5: Berisiko malnutrisi ,Skor < 17: Malnutrisi

SKENARIO 2 Page 7
PENILAIAN Skor ADL (BAI)
ACTIVITY OF
DAILY LIVING • 20: Mandiri
(ADL) ADL
• 12 – 19: Ketergantungan ringan
Barthel (BAI)
• 9 – 11: Ketergantungan sedang

• 5 – 8: Ketergantungan berat

• 0 – 4: Ketergantungan total

SKENARIO 2 Page 8
INSTRUMEN MINI Untuk menilai fungsi kognitif global sebagai alat penapis demensia
MENTAL STATE (pertimbangkan umur dan lama pendidikan)
EXAMINATION (MMSE)
Nama responden:
Nama pewawancara:
Umur responden:
Tanggal wawancara:
Pendidikan:
Jam mulai:
Rentang skor yang bisa diperoleh pada pengukuran MMSE adalah
0-30:
• 27–30 dikategorikan sebagai kognitif normal;
• 21–26 demensia ringan;
• 10–20 demensia sedang/moderat; dan
• <10 demensia berat
INSTRUMEN SKALA
DEPRESI PADA LANSIA
(GERIATRIC
DEPRESSION
SCALE/GDS)

Skor: hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal


Setiap jawaban bercetak tebal mempunyai nilai 1
Skor antara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar depresi Skor 10
atau lebih menunjukkan depresi
KUESIONER
PENGKAJIAN
INKONTINENSIA URIN
DAN ALVI

Inkontinensia dikelompokkan menjadi:

• 0: tdk ada inkontinensia

• 1 – 2,5: inkontinensia ringan

• 4,0 – 6,5: inkontinensia sedang

• ≥8: inkontinensia berat

SKENARIO 2 Page 9
PENAPISAN RISIKO
ULKUS DEKUBITUS
DENGAN SKALA
NORTON

Total skor bervariasi dari 5-20, dengan batasan yang dipakai yaitu
14, apabila individu memiliki nilai skala Norton ≤ 14, maka
dikatakan individu tersebut berisiko untuk mengalami ulkus
dekubitus.

KUESIONER Kuesioner skrining insomnia ini merupakan alat yang digunakan


PENGKAJIAN dokter untuk evaluasi klinis insomnia atau skrining gangguan tidur
INSOMNIA primer. Berdasarkan aturan umum di bawah ini, dokter harus
melakukan evaluasi klinis lengkap dan/atau merujuk ketika
diperlukan.
Dasar diagnostik:
• Insomnia: pertanyaan 1-6
• Gangguan psikiatrik: pertanyaan 7- 10
• Kelainan ritme Sirkadian: pertanyaan 11
• Kelainan gerakan: pertanyaan 12-13
• Parasomnia: pertanyaan 14
• Gangguan bernapas saat tidur (sleep apnea): pertanyaan 15-17

3. Bagaimana hubungan faktor usia dengan keluhan pada pasien?

Penuaan manusia merupakan proses yang kompleks, dimulai sejak lahir, dan
dipengaruhi banyak faktor. Oleh karena itu penuaan yang berhasil (successful aging)
perlu
dipersiapkan sebaik mungkin sejak manusia dilahirkan. Komponen successful aging
yaitu: (1) tidak rentan terjangkit penyakit dan efeknya;
(2) kapasitas fungsional kognitif dan fisik yang
baik;
(3) keterlibatan aktif dalam kehidupan; dan
(4) spiritualitas positif. Sebagian lansia termasuk dalam kategori successful aging
rendah dan terdapat kesenjangan kultural antara lansia dan generasi di bawahnya
berkaitan dengan kemajuan teknologi

SKENARIO 2 Page 10
Faktor Usia menyebabkan berbagai macam perubahan pada proses penuaan sesuai dengan
usianya;

4. Bagaimana edukasi yang dapat diberikan oleh dokter terhadap keluhan


pasien?

Sindrom Geriatri Patofisiologi dan Tatalaksana


Immobility; tidak Berawal adanya gangguan metabolik dan
dapat bergerak denervasi(penghambatan) fungsional
selama > 3 hari akibat
berubahnya fungsi ↓
fisiologis. atrofi otot

serabut-serabut otot tidak berkontraksi cukup lama

kandungan aktin-miosin berkurang

serat-serat menjadi lebih kecil

menurunnya kekuatan otot

imobilisasasi pasien geriatri.

SKENARIO 2 Page 11
Sindrom Geriatri Tatalaksana
Immobility Tatalaksana pasien seperti ini:
a) Menggunakan kursi roda
b) Menggunakan tongkat
c) Aktifitas ditempat tidur seperti alih baring setiap 2 jam sekali
Latihan bangun sendiri, duduk, berpindah dari tempat tidur ke
kursi, berdiri, berjalan.
Insability; tidak Tatalaksana pada pasien ini:
stabilnya orang lanjut
usia sehingga mudah a) Mengobati kondisi yang menjadi faktor resiko instabilitas
terjatuh. b) Berikan latihan berjalan, memerlukan alat bantu, sepatu dan
sendal yang sesuai
c) Menjaga agar cahaya selalu cukup, menjaga lantai agak tidak licin.
Inkontinesia; Urin Terapi yang dapat diberikan:
dan Alvi: keluarnya
urin/feses yang tidak 1) Melatih kandung kemih dengan mulai pergi ke kamar kecil setiap 2
sesuai dengan jam sekali
normalnya. 2) Melatih untuk menahan kandung kemih
3) Melatih otot-otot dasar panggul
4) Pemberian obat inkontinensia urin urgensi: imipramin 10-50mg 3x1
5) Pemberian obat inkontinensia urin tipe stres diberikan pesudofedrin
15-30mg 3x1
Pemberian inkontinensia alvi akibat konstipasi dapat diberikan diet
serat tinggi, obat pencahar > 3x/minggu.
Intelectual dan Tatalaksana yang dapat diberikan:
Impairment;
menurunnya fungsi a) Mengoptimalkan fungsi dari pasien
intelektual dan b) Mengenali dan mengobati dari komplikasi yang akan
memori. ditimbulkannya
Mengupayakan informasi pelayanan sosial pada pasien geriatri dan
keluarganya.
Infection; adanya Tatalaksana yang dapat dilakukan pasien geriatri:
infeksi dalam tubuh
pasien geriatri 1) Bila penyebabnya bakteri, maka diberikan antibiotik, pemberian
disebabkan oleh antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur bakterinya
menurunya daya 2) Perbaiki keadaan umum seperti nutrisi, hidrasi, oksigenasi, elektrolit
imunitas, rentan dan albumin.
terhadap infeksi 3) Evaluasi diet harus dipantau dengan ketat
nosokomial. Bila pasien tidak dapat/tidak mau makan seperti biasa, perlu
diberikan per-sonde atau perlu secara parenteral.
Impairment of Terapi yang dapat diberikan:
Vision/Gangguan
penglihatan: a) Alat bantu kacamata
gangguan penglihatan b) Pembedahan seperti pembedahan katarak, pembedahan laser.
mata sejenak pada
kedua mata karena
terganggunya
vaskularisasi dikorteks
visual kedua sisinya.
Impairment of gangguan pendengaran: gangguan yang disebabkan oleh degenerasi
hearing organ korti, hilangnya neuron-neuron dikoklea maupun
terganggunya organ didalamnya. Terapi yang dapat diberikan yaitu
diberikan alat bantu dengar.

SKENARIO 2 Page 12
Sindrom Geriatri Tatalaksana
Isolation/depresi: gejala 1) Kombinasi terapi psikologis (psikodinamik, kognitif, perilaku),
depresi ini farmakologis, pendekatan interdisiplin yang menyeluruh.
berusia >60tahun 2) Terapi-terapi tersebut harus memperhatikan harapan-
harapan pasien, martabat pasien, kemandirian pasien
(melatih keterampilan sehari-hari).
3) Terapi okupasi dan rehabilitasi.
Pemberian farmakologi antidepresi seperti amitriptilin,
imipramin, despirain, nortriptilin; SSRI seperti sertralin,
fluvoksamin, paroksetin.
Inanition/malnutrisi: Terapi yang digunakan yaitu perbaiki gizi pasien geriatri.
kurangnya zat gizi baik
mikronutrien maupun
makronutrien.
Impectunity/tidak punya Terapi yang diberikan yaitu adanya tunjangan hari tuanya.
penghasilan
Iatrogenik obat- Terapi yang diberikan:
obatan: masalah
kesehatan yang 1) Pemberian obat yang sesuai dengan gejala klinisnya
diakibatkan oleh tindakan 2) Mencari tahu terlebih dahulu apa yang menjadi penyebab
medis. gejala klinisnya.
Insomnia/sulit tidur Terapi yang dapat diberikan:
a) Hindari berolahraga 3-4 jam sebelum tidur
b) Hindari merokok saat hendak tidur
c) Batasi tidur siang maksimal 1 jam
d) Dalam keadaan santai jika hendak tidur.
Imunodefisiensi: Terapi yang dapat diberikan:
menurunnya sistem
kekebalan tubuh a) Pemberian beta-glukan (sejenis gula polisakarida yang
berasal dari sel ragi roti,dll).
b) Pemberian yoghurt yang dapat meningkatkan aktivitas sel
darah putih.
c) Vitamin yang baik digunakan geriatri diantaranya vitamin
A, C, D, E, B6, dan B12. Mineral yang baik digunakan oleh
geriatri adalah Zn, Fe, Cu, asam folat.
Impotence: berubahnya Tatalaksana yang dapat diberikan pasien geriatri yaitu
seksualitas pada lansia. memperbaiki pola hidup.

SKENARIO 2 Page 13

Anda mungkin juga menyukai