Anda di halaman 1dari 10

Penuaan (Aging)

Penuaan (aging) adalah perubahan fisiologis yang terjadi seiring dengan


bertambahnya usia kronologis dan akan terjadi pada semua organisme. Pada penuaan terjadi
disfungsi bertahap semua organ yang terjadi pada manusia, tumbuhan, hewan, dan juga
organisme bersel satu. Penuaan mulai terjadi saat manusia baru lahir. Fenomena fisiologis
yang terjadi adalah berkurangnya jumlah sel jaringan, menurunnya laju metabolisme, juga
menigkatnya kejadian penyakit. Penuaan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
stress, olahraga berlebihan, merokok, dan adanya radiasi sinar ultraviolet. Pada penuaan
terjadi perubahan fisiologis lanjut yang menyangkut disfungsi organ vital seperti kerusakan
organ kardiopulmonar, persarafan, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan juga fungsi
motorik. Karena itu, munculnya faktor resiko seperti hipertensi, hiperlipidemia, perubahan
metabolisme glukosa, obesitas, kebiasaan gaya hidup tidak sehat, alkohol, dan stress
menyebabkan penyakit yang bervariasi pada berbagai sistem tubuh, antara lain penyakit
degeneratif, stroke, katarak, hilangnya komunikasi sistem saraf, arteriosklerosis, gagal
jantung, aritmia, emfisema paru, ulkus lambung, diabetes, gagal ginjal, osteoporosis, arthritis,
dan apabila ada luka, infeksi, atau tumor, dapat terjadi penuaan lanjut secara patologis.1,4

TUA, MENUA (AGING) DAN TELOMER

Dalam 20 tahun terakhir ini menua (aging) dan ilmu yang berhubungan dengan orang tua
(gerontologi) makin menjadi perhatian dalam pertemuan-pertemuan baik di antara ilmuwan
maupun awam. Hal tersebut karena saat ini dunia kita dihuni oleh demikian banyak penduduk
dengan usia lanjut dari berbagai negara. Tua adalah suatu keadaan yang dapat dipandang dari
tiga sisi, yaitu kronologis, fisis, dan psikologis. Sesuatu dianggap atau dipandang tua apabila
dinyatakan telah berumur lama. WHO (1985) memberi definisi bahwa seseorang disebut tua
atau usia lanjut apabila orang tersebut berdasarkan kronologis telah berumur 65 tahun atau
lebih. Seseorang yang belum berumur 65 tahun, tetapi secara fisis sudah tampak tua setua
usia 65 tahun karena stress atau emosional misalnya, maka orang tersebut masuk dalam
definisi tua psikologis. Lain halnya apabila seseorang tampak tua karena menderita suatu
penyakit kronik, maka orang tersebut termasuk tua fisis. Kromosom mamalia mempunyai
bangunan khusus yang disebut telomer di ujung setiap lengan kromosom, yang terdiri dari
sekuen pendek DNA nontranskripsi yang dapat diulang berkali-kali dan diduga dapat
mencegah terjadinya aberasi kromosom tertentu. Pada manusia panjang telomer sel-sel darah
memendek secara proporsional sesuai dengan umur. Sel-sel kelenjar dan jaringan fetus
diketahui mempunyai telomer yang lebih panjang dibanding jaringan somatik orang dewasa,
sedangkan sel-sel tumor kolon mempunyai telomer yang lebih pendek daripada mukosa
kolon normal. Pengamatan-pengamatan ini menunjukkan bahwa ada pemendekan telomer
terkait umur. Pemendekan telomer yang terjadi pada sel-sel somatik normal yang membelah
mungkin berfungsi sebagai replikometer yang menentukan berapa kali satu sel normal dapat
membelah. Sekali jumlah kritis atau ambang pengulangan sekuen DNA (TTAGGG) telomer
dicapai, maka sel tersebut tidak akan membelah lagi dan selanjutnya mengalami proses
menua. Sebagai contoh dari pengamatan jangka panjang, fibroblas manusia dewasa normal
pada kultur sel, memiliki rentang waktu hidup tertentu; fibroblas berhenti membelah dan
menjadi menua setelah kira-kira 50 kali pengggandaan. Fibroblas neonatus mengalami sekitar
65 kali penggandaan sebelum berhenti membelah. 1

TELOMER DAN TELOMERASE

Struktur Telomer

Telomer adalah bagian ujung kromosom yang berfungsi untuk menjaga agar antar kromosom
tidak saling bergandengan. Selain itu telomer juga berfungsi untuk menjaga keutuhan genom
(materi genetik) selama perkembangan sel. Telomer ini akan memendek setiap kali sel
membelah dan pada panjang tertentu, sel akan berhenti membelah, atau yang disebut sel yang
menua yang selanjutnya akan mati. Sel-sel germinal (sel sperma dan sel telur), kromosomnya
memiliki telomer yang normal panjang untuk persiapan kehidupan jangka panjang. Sedang
sel-sel somatik telomernya sudah mengalami pemendekan, dan akan terus memendek selama
perkembangan sel. Ketika sel bereplikasi, maka sel anak (daughter cell) akan menerima satu
set gen yang lengkap sehingga sel anak hasil pembelahan tersebut memiliki kode genetik
yang sama persis dengan sel inangnya. Bila ada beberapa unit gen yang hilang, maka sel
tersebut akan mengalami gangguan fungsi dan bahkan bisa sampai mati Ada satu daerah di
bagian ujung kromosom (telomer) yang tidak di copy sehingga telomer akan bertambah
pendek pada setiap sel anak, akibatnya akan mengancam kehidupan dan proses replikasi sel.
Oleh karena itu pada telomer terdapat subunit DNA yang harus tetap dibuat copy nya agar
panjang kromosom tetap dan sel dapat bertahan untuk terus mengalami mitosis. Keadaan ini
disebut sebagai end replication problem dan hal ini dapat diatasi oleh enzim telomerase. Pada
saat kromosom bereplikasi, mula-mula terjadi pembelahan double helix DNA, kemudian
masing-masing rantai sebagai template akan membentuk copy DNA bagi kromosom
turunannya dengan bantuan enzim DNA polymerase. Namun demikian, ada celah/gap di
bagian ujung kromosom turunannya yang tidak diisi oleh nukleotida, sehingga terdapat
pemendekan pada ujung kromosom turunannya. Enzim telomerase mengatasi hal tersebut
dengan membuat rantai DNA tambahan yang terdiri dari urutan nukleotida yang berulang
(merupakan subunit telomer). Tambahan tersebut dibuat sebelum proses replikasi
berlangsung, akibatnya ujung kromosom (telomer) akan memiliki panjang yang tetap sama
dengan kromosom inangnya. Telomer ini merupakan segmen DNA yang terletak pada bagian
terminal kromosom sel eukariot. Telomer terdiri dari urutan nukleotida yang spesifik, yang
pada manusia urutannya adalah TTAGGG yang berulang ratusan bahkan ribuan kali,
sehingga rumus umum struktur nukleotida telomer adalah TTAGGG menunjukkan
nukleotida yang berisi basa thymin, adenin dan guanin. Pada manusia terdapat 2.000
pengulangan pada unit dasarnya. Dalam satu organisme pada jenis sel yang berbeda, jumlah
pengulangan nukleotidanyapun berbeda. Panjang telomer juga bervariasi pada beberapa
species mamalia. Pada manusia panjang telomer antara 12 -15 kb, sedangkan pada mencit
dan tikus telomernya jauh lebih panjang yaitu lebih dari 150 kb. Telomer mempunyai fungsi
utama yaitu untuk melindungi DNA dari kerusakan dan juga berperan penting pada replikasi
DNA sehingga telomer berperan dalam mempertahankan kestabilan kromosom pada setiap
pembelahan sel. Telomer dipelihara keutuhannya oleh enzim telomerase yaitu
Ribonucleoprotein DNA polymerase yang berperan dalam proses elongasi telomer di dalam
1,4
sel eukariot.

Enzim Telomerase

Enzim telomerase pertama kali ditemukan ketika peneliti mengetahui, bahwa panjang telomer
berbeda-beda antara organisme satu dengan lainnya, bahkan antara satu sel dengan dengan
sel lainnya pada satu organisme. Bentuk yang tepat dari enzim ini bisa berbeda antara satu
species dengan species lainnya, tetapi masing-masing versi mempunyai RNA specific
template untuk membentuk subunit telomer yang baru. Aktivitas telomerase pada sel normal
terutama ditemukan pada sel-sel reproduksi karena sel-sel tersebut mempunyai daya
proliferasi yang tidak terbatas. Aktivitas telomerase juga ditemukan pada sel limfosit dan sel
hepar. Pada masa pertumbuhan aktivitas telomerase dapat dideteksi hampir di semua
jaringan, tetapi pada hampir semua sel dewasa aktivitas telomerase direpresi. Pada sel
somatik normal terjadi pemendekan telomer, termasuk stem cell, yang dimaksudkan untuk
pembaharuan sel. Jadi pada sel somatik terdapat program proses penuaan/ menua (aging). 2
Mekanisme Terjadinya Aging

Pada dasarnya, semua teori itu dibagi menjadi dua kelompok yaitu teori wear and tear dan
teori program. Hipotesis kerusakan DNA, glikosilasi, dan radikal bebas termasuk dalam teori
wear and tear, sedangkan teori program diantaranya terbatasnya replikasi sel, proses imun,
dan teori neuroendokrin.

1. Teori Wear and Tear

Teori “pakai” dan “rusak” ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi apabila sel dan jaringan
tubuh yang telah digunakan atau disalahgunakan terus menerus menjadi habis atau rusak.
Teori ini diperkenalkan oleh Dr. August Weismann, seorang biologis dari Jerman pada tahun
1882.

a. Teori DNA Damage

Kerusakan DNA terjadi terus menerus pada sel organisme hidup. Sebagian kerusakan ini
dapat diperbaiki, tetapi sebagian terakumulasi pada saat DNA Polimerase dan mekanisme
perbaikan lain tidak dapat memperbaiki defek secepat saat pertama kali muncul kerusakan.
Akumulasi kerusakan DNA juga terjadi pada sel mamalia yang tidak dapat membelah.
Mutasi genetik terjadi seiring penambahan usia, menyebabkan malfungsi sel. Kerusakan
DNA mitokondrial juga menyebabkan disfungsi mitokondria.

b. Glikosilasi

Glikosilasi merupakan proses penting pada penyakit degeneratif seperti diabetes. Glikosilasi
merupakan ikatan kovalen antara gula darah dan hemoglobin pada sel darah merah. Pada
keadaan normal non diabetes, hanya sedikit atau sekitar 4,5% sampai 6% gula darah yang
berikatan dengan hemoglobin. Banyaknya ikatan kovalen ini dapat dilihat dengan mengukur
Hemoglobin A1c (HbA1c). Apabila kadar HbA1c ini terlalu banyak akan memperburuk
fungsi dan struktur sel. Glukosa akan diabsorbsi dengan mudah oleh organ-organ tidak
tergantung insulin, seperti ginjal, pembuluh darah, saraf perifer, dan lensa mata sehingga
terjadi kekakuan

arteri, hilangnya fungsi saraf, dan katarak. Proses penuaan pada diabetes ini merupakan role
model dari proses penuaan pada kondisi lainnya.

c. Teori Radikal Bebas


Radikal bebas adalah suatu molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang

tidak berpasangan. Makromolekul seperti asam nukleat, lipid, gula, dan protein mudah
diserang oleh radikal bebas. Ikatan single- dan double- asam nukleat dapat rusak dan
3
berikatan dengan molekul lain, serta dapat berikatan dengan basa atau kelompok gula lain.

2. Teori Program

Teori ini mengatakan bahwa penuaan mengikuti suatu jam biologik, kemungkinan adalah
lanjutan dari sistem yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan masa kecil. Pengaturan
ini bergantung pada perubahan ekspresi gen yang berpengaruh pada respon pemeliharaan,
perbaikan, dan pertahanan. Teori ini terdiri dari tiga subkategori :

a. Teori Terbatasnya Replikasi Sel

Kehidupan sel dipengaruhi oleh panjang telomere (enam nukleotida sekuen DNA yaitu
TTAGGG) yang terletak pada ujung chromosome strands. Telomere berpengaruh pada fungsi
sel punca pada organ yang pergantian selnya tinggi. Dengan setiap replikasi sel, telomere
memendek pada setiap pembelahan sel. Setelah sejumlah pembelahan sel, telomere telah
dipakai dan pembelahan sel berhenti. Mekanisme telomere menentukan rentang usia sel dan
pada akhirnya juga rentang usia organisme sendiri.

b. Teori Immunologi

Sistem imun telah terprogram untuk berkurang seiring waktu, yang akan menyebabkan tubuh
semakin rentan terhadap penyakit infeksi dan menyebabkan penuaan serta kematian.
Efektivitas sistem imun terbaik adalah saat pubertas dan perlahan menurun seiring
bertambahnya usia.

c. Teori Neuroendokrin

Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus yang terletak
di otak. Hipotalamus membentuk poros dengan hipofise dan organ tertentu, contohnya poros
hipotalamus-hipofise-testis, poros hipotalamus-hipofise suprarenalis, dan lain-lain. Pada usia
4
muda, fungsi hormonal lebih optimal dibandingkan dengan usia tua.

2.1.2 Gejala Klinis Penuaan


Proses penuaan dimulai dengan menurunnya bahkan terhentinya fungsi berbagai organ tubuh.
Akibat menurunnya fungsi tersebut, maka muncul berbagai tanda dan gejala proses penuaan,
yang pada dasarnya dibagi dalam dua bagian yaitu :

1. Tanda fisik, seperti masa otot berkurang, lemak meningkat, kulit berkerut, daya ingat
berkurang, fungsi seksual, dan reproduksi terganggu, kemampuan kerja menurun, sakit
tulang.

2. Tanda psikis, seperti gairah hidup menurun, sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung,
merasa tidak berarti lagi.

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan perubahan fisik dan
psikis seperti di atas. Proses penuaan berlangsung dalam tiga tahap sebagai berikut :

1. Tahap subklinik (usia 25-35 tahun)

Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu hormon
testosteron, growth hormone, dan hormon estrogen. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari
luar, sehingga pada tahap ini orang merasa dan tampak normal, tidak mengalami gejala dan
tanda penuaan.

2. Tahap Transisi (usia 35-45 tahun)

Selama tahap ini level hormon menurun hingga 25 persen. Massa otot berkurang sebanyak
satu kilogram setiap beberapa tahun, akibatnya kekuatan dan tenaga terasa hilang, sedangkan
komposisi lemak terus bertambah. Pada tahap ini orang merasa tidak muda lagi dan tampak
lebih tua. Kerusakan akibat radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik, yang dapat
menimbulkan penyakit.

3. Tahap klinik (usia lebih dari 45 tahun)

Pada tahap ini, penurunan kadar hormon terus menurun yang meliputi DHEA
(Dehydroepiandrosterone), melatonin, growth hormone, testosteron, estrogen, dan hormon
tiroid. Penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan makanan, vitamin, dan
mineral juga terjadi. Densitas tulang menurun, massa otot berkurang sekitar satu kilogram
setiap tiga tahun, yang mengakibatkan ketidakmampuan membakar kalori, meningkatnya
lemak tubuh, dan berat badan. 2,3
2.2 Proses Penuaan pada Kulit

2.2.1 Definisi penuaan pada kulit

Menurut Medical online Dictionary, penuaan pada kulit adalah suatu mekanisme biologis
yang ditandai dengan adanya perubahan struktur maupun elastisitas kulit, yang terjadi
bersama dengan waktu sebagai bagian dari proses penuaan fisiologis (intrinsik) maupun yang
dipicu oleh efek dari luar (ekstrinsik).

1. Faktor penuaan intrinsik (intrinsic aging, chronologic aging), merupakan proses menua
fisiologik yang berlangsung secara alamiah, disebabkan berbagai faktor dari dalam tubuh
sendiri seperti genetik, hormonal maupun rasial.

2. Faktor penuaan ekstrinsik, terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh. Faktor lingkungan
seperti radiasi ultraviolet (UV) sinar matahari, kelembaban udara, suhu dan berbagai faktor
luar lainnya dapat mempercepat proses penuaan kulit sehingga terjadi penuaan dini kulit.
Selain itu, kulit adalah organ yang mengalami kontak langsung dengan lingkungan sehingga
sangat terpengaruh oleh faktor lingkungan. Proses penuaan ekstrinsik berbeda dengan proses
penuaan intrinsik baik secara klinis maupun secara histologis. Secara klinis pada penuaan
ekstrinsik (terutama akibat radiasi sinar UV), kulit menjadi kering, kasar, tidak merata,
warnanya tidak merata (hipo/hiperpigmentasi), terjadi kerutan yang dalam atau atrofi yang
parah, timbul teleangiektasis, pembentukan lentigo solaris, timbulnya lesi kulit premalignant,
tidak elastis dan kaku, serta leathery appearance. Ditambah tanda-tanda lain seperti elastosis
(kulit menjadi kasar, kuning dan timbul cobblestone effect) serta actinic purpura (kulit
menjadi mudah memar yang disebabkan oleh rapuhnya dinding pembuluh darah). Sebaliknya
penuaan kulit intrinsik (chronologic skin aging), ditandai oleh timbul kerutan halus, xerosis,
kusam, dan timbulnya berbagai tumor kulit jinak kulit seperti seborrhoic keratosis dan cherry
angioma. Penuaan ekstrinsik, secara histologis memiliki karakteristik berupa massa elastin
yang kusut dan kemudian mengalami degradasi membentuk massa yang amorfik, jaringan
penyangga kulit yang sebagian besar terdiri dari glikosaminoglikan dan proteoglikan
meningkat. Sementara itu, jumlah serat kolagen berkurang karena degradasinya meningkat
akibat peningkatan enzym matriks metallo proteinase dan pelepasan sitokin, ditambah lagi
dengan kontraksi pada septa di lemak subkutan sehingga timbul kerutan. Kompaksi stratum
korneum meningkat, lapisan sel granular di epidermis menebal, epidermis menipis akibatnya
kulit jadi kering dan kasar. Melanosit yang mengalami hipertrofi meningkat jumlahnya,
1,2
begitu pula kadar melanin per unitnya, akibatnya muncul freckless dan hiperpigmentasi.
Proses penuaan kulit pada dasarnya ada dua macam, yaitu:

1. Penuaan kronologi (chonological aging )

Penuaan kronologi terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Proses ini terjadi karena adanya
perubahan struktur, fungsi, dan metabolik kulit khususnya lapisan dermis dan epidermis
seiring dengan bertambahnya usia. Perubahan ini ditandai oleh berkurangnya kelenjar
minyak, kulit tampak kering, munculnya kerutan dan bintik-bintik hitam tanda penuaan.

2. Paparan cahaya (photoaging)

Photoaging terjadi karena berkurangnya kolagen dan serat elastis kulit akibat paparan sinar
ultraviolet. Kolagen adalah komposisi utama lapisan kulit dermis (lapisan bawah dermis).
Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang berperan untuk bertanggung jawab pada sifat
elastisitas dan halusnya kulit. Kedua sifat ini merupakan kunci suatu kulit disebut indah dan
awet muda. Apabila produksi kolagen menurun pada lapisan dermis kulit, maka kulit akan
terlihat kering dan tidak elastis lagi.

Tanda-tanda penuaan ( Aging )

1. Keriput dan mengendur

Seiring bertambahnya usia jumlah kolagen dan elastin kulit semakin berkurang, akibatnya
kulit kehilangan elastisitasnya sehingga tampak keriput dan mengendur.

2. Muncul age spot ( noda hitam )

Muncul diarea yang sering terpapar sinar matahari seperti wajah, lengan, dan tangan.

3. Kulit kasar

Rusaknya kolagen dan elastin akibat sinar matahari membuat kulit menjadi kering dan kasar.

4. Pori – pori membesar

Akibat penumpukan sel kulit mati, pori- pori menjadi membesar.

Proses terjadinya penuaan

Paparan sinar matahari yang berlebihan merupakan salah satu factor penyebab menurunnya
produksi kolagen dalam dermis kulit, karena paparan sinar matahari yang berlebih pada kulit
menyebabkan munculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim inilah
yang selanjutnya akan merusak kulit, menghancurkan kolagen, dan jaringan penghubung
yang ada dibawah kulit dermis. Akibatnya, paparan cahaya UV yang berlebih akan
menyebabkan proses penuaan pada kulit berlangsung lebih cepat.

Fitur karakteristik dari penuaan kulit adalah kemampuan untuk regenerasi kulit yang
menurun. Pergantian epidermis membutuhkan 28 hari pada kulit dewasa muda dan bisa
meningkat sampai 40-60 hari seiring bertambahnya usia. 3,4
DAFTAR PUSTAKA

1. Luthlow AT and Roth SM 2018. Review Article. Physical activity and Telomere
Biology: Exploring the Link with Aging-Releted Disease Prevention. J of Aging Res.
As doi:10.4061/2018/790378.
2. Shlush LI, Skorecki KL, Yehezkel S et al 2019. Telomere elongation followed by
telomere length reduction from divers exposed to intense oxidative stress-Implications
for tissue and Organismal aging. Mech Ageing Dev 132: 123-130.
3. Luthlow AT and Roth SM 2018. Physical activity and Telomere Biology: Exploring
the Link with Aging-Releted Disease Prevention. J of Aging Res. As
doi:10.4061/2018/790378.
4. Lubis SL and Delyuzar H 2019. Proses Penuaan. Departemen Patologi Anatomi, FK
USU. Medan. http://proses penuaan. com Diakses pada tanggal 21 November 2019.

Anda mungkin juga menyukai