Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

Proses penuaan sel atau aging cell merupakan suatu proses yang secara alamiah

akan dialami oleh setiap makhluk hidup atau organisme. Proses ini pasti akan

terjadi namun kita tidak tahu kapan dimulainya. Gejala awal yang bisa dikenali

adalah mulai munculnya kemunduran fungsi organ.Proses ini merupakan suatu

keadaan yang secara normal terjadi dan tidak bisa dihindari. Tua adalah tahap di

mana banyak sel organ tubuh menjadi aus, rusak, dan bahkan tidak bisa berfungsi

lagi dan proses penuaan ini mengenai semua organ tubuh.

Manusia didalam hidupnya akan mengalami beberapa masa yang secara garis

besar terbagi atas empat masa yaitu masa kecil atau kanak-kanak, lalu masa

remaja, masa dewasa, dan yang terakhir masa tua. Setiap orang yang hidup

didunia ini pasti akan melewati ke empat masa ini.

Pada masa kanak-kanak dan remaja, hidup manusia rata-rata mengalami

kesehatan yang prima. Kalaupun seorang anak mengalami sakit, maka masa

penyembuhan mereka relatif sangat cepat. Akan tetapi ketika mulai menginjak ke

masa dewasa dan bahkan masa tua, hidup seseorang akan mengalami masalah-

masalah pada kesehatannya seperti misalnya kencing manis, darah tinggi, jantung

koroner, dan masih banyak lagi penyakit-penyakit yang biasanya disebut penyakit

tua. Ternyata ketika seseorang menginjak masa dewasa, mereka mengalami proses
yang dikenal dengan proses penuaan. Jadi proses penuaan ini adalah proses

menurunnya kinerja-kinerja yang ada di dalam tubuh manusia.

Sel merupakan satuan dasar kehidupan dan merupakan unit terkecil dari makhluk

hidup, yang dapat melaksanakan kehidupan. Sel disebut sebagai unit terkecil

karna sudah tidak dapat dibagi-bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang

berdiri sendiri. Sel dapat melakukan proses kehidupan seperti melakukan

respirasi, perombakan, penyusunan, reproduksi melalui pembelahan sel dan peka

terhadap rangsangan.

Secara sturuktural, tubuh makhluk hidup tersusun atas sel-sel sehingga sel disebut

satuan struktural makhluk hidup. Secara fungsional, tubuh makhluk hidup dapat

menyelenggarakan kehidupan jika sel-sel penyusunnya itu berfungsi, jadi kegiatan

tiap-tiap sel itulah yang membentuk organisme. Karena itu, sel juga disebut

sebagai satuan fungsional makhluk hidup. Apabila sel-sel penyusun suatu

makhluk hidup tidak berfungsi dengan semestinya, maka akan menimbulkan suatu

kerusakan sel dan kematian sel yang berdampak negatif bagi organisme yang

bersangkutan. Kerusakan sel dan kematian sel juga dapat dipengaruhi oleh proses

penuaan sel. Penuaan sel merupakan perubahan berangsur-angsur dari struktur

setiap organisme yang terjadi dengan berlalunya waktu, bukan disebabkan karena

penyakit atau kecelakan lain dan pada akhirnya sampai pada peningkatan

kemungkinan kematian karena organisme itu bertambah tua.

Penuaan menyebabkan sejumlah fungsi sel menurun secara progresif. Fosforilasi

oksidatif mitokondria menurun, seperti sintesis protein structural, enzimatik dan


reseptor. Sel yang mengalami proses penuaan memilki kapasitas untuk ambilan

nutrien dan perbaikan kerusakan kromosom yang berkurang. Perubahan

morfologik pada sel yang menua meliputi ketidakaturan inti, mitokondria

bervakuola pleomorfik, pengurangan retikulum endoplasma, dan penyimpangan

apparatus golgi. Secara bersamaan, terdapat akumulasi tetap pigmen lipofuscin

(yang mengindikasikan kerusakan oksidatif dan jejas membran sel), protein yang

terlipat abnormal dan produk akhir silang dengan protein yang berdekatan.

Walaupun terdapat banyak teori, jelas bahwa proses penuaan sel adalah

multifaktorial. Proses itu melibatkan efek kumulatif, baik siklus jam molecular

intrinsik dari penuaan sel maupun stressor ekstrinsik dari lingkungan sel

(kerusakan sel)

Kini, proses penuaan dapat dipicu oleh beberapa faktor selain bertambanya usia,

yaitu salah satunya kondisi selular tubuh yang tidak sehat disebabkan tubuh yang

tercemar oleh radikal bebas sementara antioksidan dalam tubuh sudah tidak dapat

diproduksi secara normal baik kualitas maupun kuantitasnya. Penuaan dini adalah

hal yang menakutkan untuk kebanyakan orang karena kondisi ini tentu

mengganggu penampilan. Oleh karena itu perlu adanya pengetahuan tentang

proses selular pada aging (penuaan) dan dan bagaimana pencegahannya yang

aman dan tidak menimbulkan efek samping negatif untuk tubuh dan lingkungan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penuaan sesungguhnya merupakan proses dediffensiasi (de-growth) dari sel, yaitu

proses terjadinya perubahan anatomi maupun penurunan fungsi dari sel.  Ada

banyak teori yang menjelaskan masalah penuaan.  Dalam makalah ini akan

disampaikan tiga buah teori yaitu:

1. Teori Pertama

Teori pertama menyatakan bahwa semakin cepat suatu organisme hidup maka

semakin cepat pula mereka menua.  Hal ini terjadi karena kehidupan cepat

didefinisikan sebagai proses differensiasi dari pertumbuhan yang cepat serta

metabolisme yang tinggi sehingga sel-sel lebih cepat mengalami penuaan. 

Apabila disandarkan pada teori ini maka pertumbuhan seorang manusia yang

terlalu cepat, tidak baik bagi manusia tersebut karena dia akan cepat mengalami

penuaan.  Namun demikian teori ini tidak menjelaskan bagaimana proses tersebut

dapat terjadi pada tingkat seluler sehingga pengambilan kesimpulan yang hanya

didasarkan pada teori ini banyak memiliki kekurangan. 

2. Teori Kedua

Teori kedua menyatakan bahwa setiap sel tidak dapat mengelak dari penumpukan

sisa metabolit yang bersifat racun.  Penumpukan tersebut secara berangsur-angsur

mengurangi kemampuan sel untuk berfungsi sehingga akhirnya menjadi tua.  Sel
tidak dapat mengelak dari penumpukan ini karena kolagen sebagai protein

struktural yang merupakan selubung ekstraseluler sebagian besar sel tubuh

menjadi tidak lentur dan tidak mudah larut.  Seperti diketahui, ketika kolagen

pertama kali dibentuk, zat ini bersifat lentur dan mudah larut dan hal ini

menunjukkan bahwa sel belum menua.  Namun demikian lama-kelamaan rantai

polipeptida yang terbuat dari kolagen terikat terus bersama sehingga kelarutan dan

kelenturan (permeabilitas) dari bahan tersebut berkurang.  Akibat pengurangan

permeabilitas ini maka lalu lintas bahan antar-sel mengalami banyak hambatan. 

Kemungkinan ini pula yang dijadikan dasar dalam pemunculan hipotesis bahwa

penuaan mengakibatkan terjadinya perubahan hormone walaupun tidak ada

hubungan antara penuaan tersebut dengan perubahan komposisi asam lemak sel

3. Teori Ketiga

Teori ketiga menyatakan bahwa penuaan terjadi sebagai akibat kondisi lingkungan

yang merugikan gen-gen yang berhubungan dengan sel badan atau sel-sel

somatic.  Menurut Burnet dalam mutasi gen somatik yang tidak dengan cepat

diperbaiki oleh enzim DNA polimerase akan menumpuk pada sel sehingga gen-

gen tersebut mulai menghasilkan protein yang tidak sempurna yang

mengakibatkan efisiensi sel berkurang.  Apabila protein yang tidak sempurna ini

menjadi enzim maka proses mutasi somatik akan terjadi secara lebih cepat. 

Akibatnya, sel akan mati (merupakan proses penuaan) atau bahkan mengalami

kanker. Akibat lain penuaan adalah merangsang mutasi DNA mitokondria

(Fukagawa et al., 1999).


2.1. Proses Penuaan

Sejak lama, manusia lebih banyak berusaha memerangi proses penuaan,

ketimbang berusaha mengerti prosesnya. Juga para ilmuwan, cukup lama

mengabaikan tema penuaan. Kini diketahui, penuaan berkaitan erat dengan proses

metabolisme molekuler, transkripsi dan translasi, yang penjelasan selengkapnya

akan dibahas materi selanjutnya.

Penuaan berkaitan erat dengan proses metabolisme molekuler. Sintesis protein

yang berlangsung dengan tepat sangatlah penting bagi sel-sel yang hidup. Namun

demikian ternyata prosesnya sangat rumit dan kompleks. Proses ini harus akurat

dan mempunyai mekanisme-mekanisme yang “berkemampuan memeriksa

kembali”. Kadang-kadang protein-protein yang tidak berfungsi secara tepat juga

dibuat oleh sel-sel, yang biasanya hal ini disebabkan oleh kesalahan pada DNA

genetik (suatu simulasi) atau kesalahan pada waktu alih informasi dari gen ke

protein. Organisme-organisme yang lebih tinggi (eukariot) mempunyai

mekanisme untuk mengenali dan merusak atau menghancurkan secara cepat

protein yang “salah” tersebut. Apabila tidak terjadi pembetulan atau penghancuran

dengan cepat, protein yang “salah” tersebut dapat menyebabkan kesalahan fungsi

metabolik. Proses penyalinan informasi genetik pada DNA ke molekul-molekul

yang mengarah atau berpartisipasi di dalam sintesis protein (RNA yaitu asam

ribonukleat) disebut transkripsi.

Selama ini proses penuaan dipandang sebagai proses yang berbeda dengan

fenomena biologis lain, amat sulit dipecah-pecah menjadi bagian-bagian

terpisah yang dapat diuji coba. Penelitian lebih terfokus pada proses, yang
memicu kehidupan dan mengakhirinya. Namun faktor-faktor apa yang

mempengaruhinya dan seberapa lama makhluk hidup dapat hidup, memang

sedikit sekali diteliti. Namun sejak satu dasawarsa terakhir, terdapat sejumlah

ilmuwan yang meneliti cabang mengenai rentang umur kehidupan.

Proses penuaan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, gaya hidup dan

penyakit-penyakit yang diderita. Beberapa pakar mencoba merumuskan apa yang

dimaksud dengan proses menua. Di antaranya: faktor genetis dan faktor

lingkungan.

Setiap mahluk hidup, termasuk manusia dibentuk oleh sel. Dalam tubuh seorang

dewasa terdapat 100 trilliun sel yang setiap detiknya kurang lebih 50 juta sel

tersebut rusak dan mati. Namun sel yang rusak atau mati dengan cepat diganti

dengan yang baru. Sel-sel tersebut membelah normal sampai kurang lebih 50 kali

dan kemudian berhenti dan mati. Umur manusia berhubungan erat dengan umur

hidup sel. Kebanyakan ahli gerontologi (ilmu yang mempelajari proses penuaan

secara alami) berpendapat bahwa umur maksimum manusia rata-rata 110 - 120

tahun.
Perbedaan susunan kromosom pada pria dan wanita (wanita bergenotip XX; dan

pria, XY) mengakibatkan umur pria lebih rendah dari wanita. Kelebihan satu

kromosom X pada wanita membuat wanita berkemampuan untuk mengatasi stres

dan mengatasi segala penyakit yang dibawa oleh kromosom-X pada pria. Wanita

hanya akan menderita apabila kedua kromosomnya cacat, dan hal ini hampir tidak

pernah terjadi. Salah satu contoh penyakit terpaut kromosom seks-X yang paling

terkenal adalah hemofilia yaitu kondisi penderita tidak memiliki cukup faktor

pembeku darah sehingga jika dia terluka angat sukar untuk menghentikan

pendarahan. Wanita hanya akan terkena penyakit ini jika kedua ayah dan ibunya

juga kena, satu situasi yang hampir mustahil terjadi. Sedangkan pria, sekalipun

kedua orang tuanya normal tetapi ibunya carrier (he-terozigous) maka ada peluang

50% untuk setiap anak lelaki menderita hemofilia.

Semua ciri khas penuaan yang terlihat adalah merupakan manifestasi perubahan-

perubahan dalam tubuh dari segi struktur, susunan kimia dan efektivitas kerja

organ-organ tubuh serta komponennya. Faktor-faktor yang mengakibatkan proses

penuaan.:

a. Faktor internal

Tertimbunnya produksi lipofuksin yang dikenal sebagai pigmen penuaan

diberbagai bagian tubuh.Terhentinya proses pertumbuhan dan proses perbaikan

sel-sel yang rusak Kerusakan pada materi inti yang merupakan pusat kontrol

metabolisme sel sehingga sel gagal melaksanakan fungsi yang semestinya.


Terjadinya akumulasi substansi tertentu pada sel yang boleh jadi sangat berbahaya

bagi sel itu sendiri, sehingga melumpuhkan sistem kekebalan yang secara alamiah

dimiliki oleh tubuh setiap manusia normal.

b. Faktor eksternal (lingkungan)

Segala jenis penyakit, khususnya infeksi yang diakibatkan oleh virus, bakteri dan

mikroorganisme lain. Luka dan kerusakan bagian tubuh yang disebabkan oleh

peristiwa kimia, panas, maupun benturan secara fisik. Efek kumulatif radiasi, baik

yang digunakan untuk pengobatan (misalnya sinar X) maupun yang terjadi secara

alamiah (sinar kosmik) Interaksi dengan sesama manusia dan lingkungan yang

seringkali mendatangkan stres.

Beberapa obyek penelitian terpenting, untuk menjelaskan proses penuaan

adalah ragi, cacing atau lalat buah. Tentu banyak yang bertanya, mengapa ragi,

cacing atau lalat? Bagaimana menarik analogi antara penuaan pada jamur, cacing

atau lalat, dengan penuaan pada manusia? Ternyata pada dasarnya terdapat model

penuaan pada jamur atau binatang berderajat rendah itu, yang dapat ditarik pada

model seluler proses penuaan binatang menyusui, termasuk juga manusia.

Pada jamur ragi, proses reproduksi dengan menumbuhkan sel anakan, melambat

dan berhenti pada usia tertentu. Siklus ini mirip dengan siklus reproduksi

manusia. Hal tersebut merupakan aspek biologis dari penuaan, yang nyaris tidak

berubah dalam proses evolusi. Para ahli menyebutnya sebagai sifat khas yang
diawetkan. Berdasarkan penelitian, para ahli dapat menemukan faktor-faktor apa

yang mempengaruhi seberapa sering sel ragi dapat membelah diri, antara lain;

faktor genetis dan faktor lingkungan. Yang menarik, kedua faktor ini berkaitan

amat erat.

c. Faktor Kalori

Dalam penelitian ditemukan, pengurangan sumber kalori pada medium tempat

ragi tumbuh, yakni glukosa dari dua menjadi setengah persen, justru

memperpanjang umur sel ragi. Dimana, dengan lebih sedikitnya masukan kalori

makin panjang umur sel. Demikian pengamatan para peneliti, bukan hanya pada

ragi, tetapi juga pada binatang lainnya sampai ke tikus percobaan. Perpanjangan

umur ragi, akibat berkurangnya pasokan glukosa, diatur oleh gen tertentu yang

disebut regulator informasi peredam–SIR dua. Jika terjadi kondisi kekurangan

sumber energi, gen bersangkutan meregulasi agar DNA bekerja lebih lambat.

Dengan puasa semacam itu, DNA menahan diri, untuk tidak melakukan

rekombinasi, yakni pertukaran potongan DNA diantara kromosom yang berbeda-

beda. Pada lalat buah diamati, masukan kalorinya lebih sedikit, selain

meningkatkan aktivitas enzim dari protein, juga meningkatkan konsentrasi enzim

bersangkutan. Kedua hal tersebut, menurunkan sintesa dalam gen dan juga

rekombinasi DNA, dengan dampak memperpanjang umur lalat bersangkutan.

Sejauh ini para ahli masih meneliti kaitan antara menurunnya aktivitas molekuler

dengan umur panjang tersebut. Tim yang dipimpin George Roth dari institut

nasional penuaan di AS, melakukan penelitian lebih lanjut dengan monyet rhesus.

Seperti diketahui, kode genetik monyet lebih dari 90 persen identik dengan kode

genetik manusia. Satu kelompok monyet percobaan, mendapat masukan kalori


sekitar 30 persen lebih rendah dari kelompok monyet pembanding, selama masa

uji coba antara tiga sampai lima tahun. Juga dalam ujicoba ini, para peneliti

mengamati terjadinya perubahan terukur sejumlah parameter biologis pada

monyet yang dipaksa puasa. Antara lain, lebih rendahnya suhu tubuh,

menurunnya kadar plasma insulin serta meningkatnya sejenis hormon steroid,

yang kadarnya justru menurun pada monyet yang berusia lanjut.

Sejauh ini para peneliti masih mengamati, apakah monyet-monyet percobaan yang

jatah kalorinya dikurangi, dapat berumur lebih panjang dari monyet pembanding

yang diberi masukan kalori normal. Akan tetapi, yang cukup menarik ketiga

parameter biologis, yang ditunjukkan monyet percobaan, juga diamati terjadi para

manusia berjenis kelamin pria, yang tergolong berumur panjang. Ternyata rahasia

umur panjang, terletak pada proses yang terjadi di tingkat molekuler.

d. Korelasi metabolisme

Sekarang pertanyaannya, bagaimana menarik korelasi antara umur panjang

dengan penuaan? Untuk itu, ada satu unsur lagi yang amat penting dalam

metabolisme dan pembangkitan energi di dalam sel, yakni oksigen. Tanpa

oksigen, sel-sel makhluk hidup tidak dapat memproduksi cukup energi untuk tetap

hidup. Hasil buangan dari reaksi metabolisme oksigen di tingkat molekuler,

adalah apa yang dinamakan oksigen reaktif atau juga disebut radikal bebas. Proses

penuaan sel, terjadi akibat oksidasi DNA dan oksidasi protein. Untuk

gampangnya, para peneliti membayangkan proses karat, akibat terjadinya oksidasi

logam.
Jika proses metabolisme berlangsung lambat, seperti pada kondisi kekurangan

glukosa pada jamur, jumlah radikal bebas yang diproduksi juga menurun.

Sementara pada situasi berkelimpahan makanan, produksi oksigen reaktif juga

meningkat. Akibatnya, proses oksidasi DNA dan protein atau juga pada unsur

pembawa sinyal, yang tergantung pada status oksidasi semakin cepat. Dampaknya

sel juga menua dengan cepat. Rahasia proses penuaan inilah, yang diteliti oleh

para ilmuwan selama satu dekade terakhir ini. Pada dasarnya, makhluk hidup

dapat memerangi stress oksidatif tersebut. Bahkan pada binatang yang masih

muda, hampir semua radikal bebas dapat dikalahkan. Namun tidak semua oksigen

reaktif dapat dihambat dan tidak semua kerusakan sel dapat diperbaiki. Bersamaan

dengan semakin tuanya makhluk hidup, komposisi sel yang rusak teroksidasi akan

semakin banyak. Penelitian pada cacing, lalat dan tikus menunjukkan, proses

penuaan akan menjadi semakin cepat, jika gen yang tahan terhadap stress

oksidatif dinon-aktifkan. (Dwiyono, Sandi, 2004)

Proses penuaan dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, gaya hidup dan

penyakit-penyakit yang diderita. Beberapa pakar mencoba merumuskan apa yang

dimaksud dengan proses menua. Di antaranya:

1. Teori pakai dan rusak (wear and tear theory)

Dr. August Weismann, seorang biologis Jerman, pertama kali memperkenalkan

teori ini pada tahun 1882. Beliau percaya bahwa tubuh beserta sel-selnya rusak

karena pemakaian yang berlebihan dan penyalahgunaan. Organ-organ seperti


liver, lambung, ginjal, kulit dan lain-lain dicemari oleh racun dalam pola makan

harian kita, belum lagi dari lingkungan sekitar.

Konsumsi lemak, gula, kafein, alkohol, nikotin, banyak terkena sinar ultra violet

dan banyak tekanan fisik dan emosional lain menyebabkan tubuh kita mengalami

“Kerusakan Akibat Pemakaian atau Wear and Tear” baik pada tingkat organ

maupun sel-sel.

Bahkan jika kita tidak pernah menyentuh rokok sekalipun atau minum segelas

anggur atau kita sangat berhati-hati terhadap sinar ultraviolet dan hanya

mengkonsumsi makanan yang alami saja, suatu saat nanti secara alami masa pakai

tubuh kita akan habis, dan juga akan mengalami “kerusakan akibat pemakaian”

atau organ-organ tubuh menjadi “usang”. Penyalahgunaan hanya akan

mempercepat proses tersebut. Sebaliknya, sejalan dengan bertambahnya usia, tiap-

tiap sel kita akan merasakan efeknya, walaupun sesehat apapun gaya hidup kita.

Waktu muda, sistem pertahanan dan perbaikan tubuh secara aktif melakukan

penyesuaian baik pada “Kerusakan Akibat Pemakaian” secara normal ataupun

dengan penyalahgunaan. (Itulah sebabnya mengapa orang muda dapat dengan

mudah kembali ke stamina awal, walaupun telah melewati malam yang berat,

penuh dengan minum-minum, konsumsi pizza dan makanan lain yang

mengandung glukosa tinggi dalam jumlah banyak.)

Dengan bertambahnya usia, tubuh kehilangan kemampuannya untuk memperbaiki

berbagai kerusakan akibat; produk makanan olahan, lingkungan sekitar, bakteri

atau virus. Oleh karena itu, banyak orang tua yang meninggal akibat penyakit-
penyakit yang sesungguhnya dapat mereka hindari ketika muda. “Kerusakan

Akibat Pemakaian” dapat dibantu dengan pengambilan langkah-langkah tepat

yang dapat membantu dalam membalik proses penuaan, dengan menstimulasi

kemampuan tubuh untuk memperbaiki dan mempertahankan organ-organ dan sel-

selnya.

2. Teori Neuro Endokrin

Vladimir Dilman, Ph.D. memfokuskan wear and tear theory pada sistim neuro-

endokrin, suatu jaringan biokimiawi yang kompleks yang mengatur hormon tubuh

dan elemen penting lainnya. Neuro-endokrin berarti proses penuaan berhubungan

dengan kadar hormon. Pada waktu muda, hormon tubuh kita bekerja bersama

mengatur fungsi-fungsi organ tubuh, termasuk respon terhadap panas, dingin, dan

aktivitas seksual. Organ yang berbeda, mengeluarkan hormon yang berbeda, akan

tetapi semua  berada dibawah komando kelenjar hypothalamus. Kelenjar sebesar

kacang ini terdapat di otak dan bertanggungjawab untuk produksi dan  interaksi

antara hormon tubuh. Karena fungsinya yang mengkoordinasikan semua hormon,

kelenjar ini disebut juga sebagai “termostat tubuh “.

Hormon adalah vital untuk memperbaiki dan mengatur fungsi-fungsi tubuh. Bila

kita menua, produksi hormon tubuh menjadi berkurang, sehingga kemampuan

tubuh untuk memperbaiki sendiri (self-repaired) dan mengatur sendiri (self-

regulation) menjadi rendah.


Produksi hormon adalah saling  interaktif, dalam arti bilamana salah satu hormon

produksinya berkurang, produksi hormon tubuh yang lainpun akan berubah, bisa

berkurang atau bahkan malah bertambah

3. Teori Kontrol Genetik

Secara genetik, manusia sudah membawa garis seberapa cepat ia menua dan

akhirnya meninggal. Namun dalam perjalanannya ada variasi-variasi tertentu yang

bisa menjelaskan mengapa ada adik yang terlihat lebih cepat tua dibanding

kakaknya.

Teori penuaan-terencana berpusat pada program genetik sesuai DNA kita. Kita

dilahirkan dengan kode genetik yang unik, sebuah kecendrungan tipe fisik dan

fungsi mental yang telah ditentukan sebelumnya. Warisan genetik tersebut sangat

menentukan seberapa cepat dan seberapa panjang kita hidup. Jika menggunakan

gambaran kasar, dapat dibayangkan setiap manusia hadir dimuka bumi bagaikan

sebuah mesin yang sudah terprogram untuk menghancurkan dirinya sendiri.

Semua orang memiliki jam biologis yang terus berdetak dan bisa berhenti kapan

saja, lebih cepat atau lebih lama beberapa tahun. Ketika jam berhenti berdetak, itu

merupakan pertanda bahwa tubuh kita mulai menua dan akhirnya akan mati.

Namun, sesuai dengan segala aspek warisan genetik kita, waktu yang berlaku

pada jam genetik ini bervariasi, tergantung apa yang kita alami selama

pertumbuhan dan bagaimana gaya hidup kita (perdebatan lama “Nature Versus

Nurture” atau “Alam Versus Pemakaian”).


4. Teori Telomerase

Teori penuaan telomerase adalah teori baru tentang penuaan yang menawarkan

banyak kemungkinan yang menjanjikan dalam bidang obat-obatan Anti-Penuaan.

Teori ini lahir dari hasil temuan kemajuan ilmu-ilmu genetika dan teknologi

genetika. Pertama kali ditemukan oleh sekelompok ahli dari “Geron Corporation”

di Menlo Park, California, telomere adalah sekumpulan asam nukleat yang

merupakan perpanjangan dari ujung kromosom. Telomer bertugas untuk

mempertahankan integritas kromosom. Setiap kali sel-sel kita membelah, telomer

akan memendek. Terutama, saat ujung telomer-DNA terlalu pendek, pembentukan

sel akan melambat dan kemudian akan berhenti sama sekali. Hal ini diyakini

kemungkinan sebagai mekanisme untuk jam selular penuaan.

Para ahli menemukan bahwa elemen kunci dalam membentuk kembali telomer-

telomer kita yang hilang adalah enzim telomerase “abadi” – sebuah enzim yang

hanya ditemukan dalam sel-sel kuman dan kanker. Telomer adalah rangkaian

asam nukleat di ujung kromosom. Setiap kali sel tubuh membelah, telomer akan

memendek dan inilah yang mengurangi kemampuan sel memperbaiki diri.

Telomerase berfungsi untuk memperbaiki dan memperbaharui telomer,

memanipulasi mekanisme “berdetaknya jam” yang mengatur jangka waktu

terbelahnya sel. Pengembangan lebih lanjut penghambat-telomerase dapat

mencegah pembelahan sel-sel kanker dan diduga juga dapat mengembalikan sel

menjadi normal kembali. (“10 Weeks to a younger you” oleh Ronald M.Klatz,

M.D. (pgs.9-13))
5. Teori Radikal Bebas

Riset anti-penuaan Dr Denham Harman pada tahun 1954 mengemukakan teori

radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu elektron dalam tubuh yang tidak

memiliki gandengan, sehingga akan berusaha mencari elektron pasangannya

supaya dapat berikatan dan stabil. Sebelum memiliki gandengan, radikal bebas

akan terus menerus menghantam sel-sel tubuh, guna mendapatkan pasangannya,

termasuk menyerang sel-sel tubuh yang sudah stabil/normal. Akibatnya sel-sel

akan menjadi cepat rusak dan menua, juga mempercepat timbulnya kanker.

Oksigen sendiri adalah merupakan salah satu sumber radikal bebas. Pada waktu

kita  bernapas   dan juga  olahtubuh (exercise), pembentukan radikal bebas akan

meningkat. Radikal bebas akan di netralisir oleh anti-oksidans, yang selain

dibentuk tubuh, juga bisa berasal dari luar misalnya vitamin A, C, E, dan

sebagainya.

anti oxidan menetralisir

radikal bebas
6. Teori cross-linking

Teori ini dibuat berdasarkan fakta bahwa dengan bertambah tua, protein manusia

yaitu DNA  dan molekul lainnya akan saling melekat, saling memilin (crosslink).

Akibatnya protein yang sudah rusak tidak dapat dicerna oleh enzim protease,

sehingga mengurangi elastisitas protein dan molekul. Akibatnya pada kulit bisa

terjadi kerutan , pada ginjal fungsi penyaring menjadi berkurang dan pada mata

terjadi katarak (kekeruhan lensa mata). (Pudjiadi, Cindiawaty, Dr, MARS, MS,Sp,

Gk)

7. Teori Penuaan Sel Intrinsik

Berpegang bahwa proses penuaan sel terjadi karena pemrograman genetik yang

telah ditetapkan. Teori semacam ini, didukung oleh pengamatan jangka panjang

bahwa fibroblas manusia dewasa normal pada kultur sel, memilki rentang masa

hidup tertentu; fibroblas berhenti membelah dan menjadi menua setelah kira-kira

50 kali penggandaan (sehingga disebut fenomena Haylick). Fibroblas noenatus

mengalami sekitar 65 kali penggandaan sebelum berhenti membelah. Dua

mekanisme yang menyangkut penuaan sel intrinsik :

1. Replikasi inkomplet ujung-ujung kromosom (pemendekan telomer). Oleh

karena mekanisme replikasi DNA, setiap pembelahan sel normal

menghasilkan kopi tiap kromosom dengan agak sedikit terpotong. Tanpa

beberapa mekanisme untuk melindungi ketepatan proses replikasi, gen di

dekat ujung kromosom akan secara bertahap menghilang setelah sejumlah


pembelahan dan sel rupa-rupanya menghentikan fungsi normalnya. Strategi

molekular untuk mengatasi masalah ini menggunakan telomer; sekuens

pendek DNA nontranskripsi yang dapat diulang berulang kali (TTAGGG),

yang terletak di ujung kromosom. Selain memberikan suatu buffer DNA

nontranskripsi yang bisa diperpendek berulang-kali tanpa mempengaruhi

replikasi gen fungdional, sekuens telomer melindungi ujung terminal

kromosom dari fusi dan degradasi. Pada saat sel somatik bereplikasi, satu

potongan kecil tiap susunan telomer tidak berduplikasi, dan telomer

memendek secara progresif. Akhirnya setelah pembelahan sel yang multipel,

telomer yang terpotong parah diperkirakan mensinyal proses penuaan sel.

Namun demikian pada sel germ dan sel stem yang memerlukan siklus

replikasi yang tidak menentu, panjang telomer diperbaiki setelah pembelahan

sel tiap sel oleh enzim khusus yang disebut telomerase

2. Jam gen. Konsep bahwa kontrol waktu genetik terhadap masa penuaan

didukung oleh identifikasi jam gen, terutama pada makhluk hidup,.

Sebagai tambahan untuk jam genetik intrinsik, teori terkini berpegang bahwa

rentang masa hidup sel juga diatur oleh keseimbangan cedera yang sedang

berlangsung dan kemampuan sel untuk memperbaiki kerusakan. Teori wear and

tear mengesankan bahwa meskipun mekanisme perbaikan sel masih baik, dan

kuat (misalnya, peran HSP dalam pelipatan protein yang rusak), pengaruh

eksogen lanjutan jangka panjang akhirnya tetap berlaku dan sel menglami proses

penuaan
Di bawah ini akan dijelaskan secara singkat faktor-faktor lain yang menyebabkan

terjadinya proses penuaan sel.

1. Radikal Bebas Penyebab Penuaan, Kerusakan, dan Kematian sel

Beragam hipotesis mengenai penyebab selular kerusakan sel dan melibatkan

kerusakan radikal bebas, terjadi oleh pengaruh pajanan lingkungan yang

berulang-ulang, misalnya radiasi pengion, suatu reduksi progresif mekanisme

pertahanan anti-oksidan misalnya, vitamin E, glutation, peroksidase), atau

keduanya akumulasi lipofuscin pada sel tua merupakan petunjuk adanya

kerusakan itu, tetapi tidak ada bukti bahwa pigmen lipofuscin sendiri yang bersifat

toksik terhadap sel. Lagipula, radikal bebas dapat menginduksi kerusakan

mitokondria dan nuclear DNA; cedera radikal bebas diperkirakan menyebabkan

modifikasi 10.000 basa per sel per hari. Konsisten dengan teori penuaan adalah

hasil pengamatan sebagai berikut :

 Panjang umur di antara spesies berbeda berbanding terbalik dengan

kecepatan pembentukan radikal superoksid mitokondria

 Ekspresi berlebih enzim dismutase superoksid anti-pksidatif dan katalase

memperlama masa hidup pada penelitian model penemuan

 Pembatasan asupan kalori menurunkan derajat status (kondisi mantap

terhadap kerusakan oksidatif, memperlambat perubahan yang berhubungan

dengan usia dan memperlama masa hidup maksimal mamalia.

Mekanisme kerusakan sel kedua meliputi modifikasi protein intrasel dan ekstrasel

pascatranslasi. Salah satu modifikasi itu adalah oksidasi radikal bebas; modifikasi
lainnya adlah glikosilasi nonenzimatik, mengakibatkan pembentukan AGE yang

mampu berikatan saling dengan protein yang berdekatan, glikosilasi protein lensa

yang berkaitan dengan umur.

Proses penuaan disebabkan oleh kerusakan oleh radikal bebas, dihasilkan dalam

mitokondria. Radikal bebas menyebabkan pengoksidaan komponen protein dan

lemak secara progresif dalam membran sel dan termasuk juga fosfolipase,

protease dan endonuklease yang aktif. Peroksidaan lemak meningkat telah

dikaitkan dengan proses penuaan diikuti dengan pengaruh enzim detoksifikasi.

Kedua pada kulit terjadi akibat paparan jangka panjang karena pengoksidaan dari

cahaya ultra violet yang menghasilkan radikal bebas. Reaksi balik berantai

berhubungan dengan proses penuaan dapat dicegah dengan memakan buah-

buahan atau sayuran segar atau suplemen dengan bahan anti pengoksidaan.

Radikal bebas adalah produk-antara yang terbentuk dalam berbagai proses reaksi

dari metabolisme sel. Berbagai proses metabolisme dalam tubuh manusia

menghasilkan radikal bebas yang berbal namun dalam keadaan fisiologik tubuh

kita memiliki mekanisme proteksi yang menetralkan radikal bebas tersebut, antara

lain dengan adanya enzim-enzim yang bersifat scavenger terhadap radikal bebas.

Tulisan ini bermaksud mengulas secara ringkas apa, bagaimana dan mekanisme

biokimiawi radikal bebas dalam menimbulkan penuaan, kerusakan dan kematian

sel, dan scavenger-nya.

Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom atau molekul yang memiliki satu

atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital paling luar termasuk di

antaranya adalah atom hidrogen, logam-logam transisi dan molekul oksigen.


Secara umum, radikal bebas dapat terbentuk melalui absorpsi radiasi (ionisasi, uv,

radiasi sinar tampak, radiasi panas).

Radikal bebas diproduksi didalam organela seperti mitokondria dan biasanya

dikeluarkan ke sitosol. Mitokondria akan menghasilkan energi dalam bentuk ATP

sebagai energi siap pakai. Proses dimana ATP diproduksi disebut posporilasi

oksidative, mencakup juga transport proton ( ion hidrogen ) melalui membran

mitokondria yang kita kenal rantai transport elektron. Tujuan akhir dari rantai

transport elektron adalah dihasilkannya molekul oksigen. Secara normal oksigen

akan direduksi untuk menghasilkan air, tetapi bagaimanapun sekitar 1-2 % dari

semuanya, oksigen akan direduksi sehingga membentuk radikal superokside O 2-.

Superokside membutuhkan electron untuk menjadi lebih stabil, sehingga ia akan

mencuri/ merampas electron dari sumber sumber terdekat seperti DNA

mitokondria, membrane mitokondria ( lemak dan protein ), dari reduktan seperti

vitamin C ataupun vitamin E. jika terlalu banyak kerusakan yang disebabkan oleh

radikal bebas ( superoksida dll ) pada mitokondria akan menyebabkan sel

mengalami apoptosis. Akibat kerusakan dari radikal bebas akan menyebabkan

protein Bcl-2 pada permukaan membran mitokondria akan mengaktifkan suatu

protein yang disebut Bax, yang akan menyebabkan lubang pada membran

mitokondria sehingga sitokrom C akan keluar dan berikatan dengan Apaf-1

( apoptotic protease activating factor-1 ) yang terapung bebas pada sitoplasma.

Dengan menggunakan energi dari ATP pada mitokondria, Apaf-1 dan sitokrom C

berikatan membentuk apoptosome yang nantinya akan berikatan dengan

apoptosome yang lain mengaktivasi caspase-9. caspase-9 ini akan memecah


protein pada membran mitokondria dan memulain reaksi berantai dari denaturasi

protein.

Pengaruh radiasi ionisasi terhadap materi biologik akan menghasilkan bermacam-

macam radikal bebas yang kompleks. Energi panas juga dapat menghasilkan

radikal bebas. Zat-zat organik ataupun xenobiotik yang terpapar suhu tinggi,

misalnya polutan, sampah organik yang dibakar, rokok yang terbakar,

menghasilkan campuran berbagai radikal bebas yang kompleks

Berbagai proses metabolisme normal dalam tubuh dapat menghasilkan radikal

bebas dalam jumlah kecil sebagai produk. antara. Didalam sel hidup radikal bebas

terbentuk pada membran plasma dan organel-organel seperti mitokondria,

peroksisom, retikulum endoplasmik dan sitosol; melalui reaksi-reaksi enzi-matik

fisiologik yang berlangsung dalam proses metabolisme. Proses fagositosis oleh


sel-sel fagositik termasuk netrofil, monosit, makrofag dan eosinofil, juga

menghasilkan radikal bebas/ Radikal bebas bersifat sangat reaktif, dapat

menimbulkan perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup

seperti protein, gugus tiol non-protein, lipid, karbohidrat, nukleotida, dan dapat

mempercepat proses penuan sel

Dengan bertambahnya usia, radikal bebas yang terbentuk selama metabolisme

normal dapat merusak DNA dan makromolekul lain sehingga terjadi penyakit-

penyakit degeneratif, keganasan, kematian sel-sel vital tertentu, yang pada

akhirnya akan menyebabkan kematian bagi individu tersebut.

Scavenger radikal bebas adalah suatu substansi atau molekul yang dapat

bereaksi dengan radikal bebas, dan berfungsi menetralkan radikal bebas.

Scavenger radikal bebas terdapat endogen dalam tubuh kita, maupun

berasal dari luar tubuh (eksogen). Komponen-komponen sel, seperti gula,

asam amino tak jenuh, asam amino yang mengandung sulfur, asam lemak

tak jenuh, dapat bereaksi `menetralkan' radikal bebas. (Suyatna FD,1989)

Pembentukan radikal bebas dalam sel

Radikal bebas diproduksi dalam sel yang secara umum melalui reaksi pemindahan

elektron, menggunakan mediator enzimatik atau non-enzimatik. Produksi radikal

bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai reaksi terhadap

rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi

fagosit dan reaksi katalisa seperti ribonukleotida reduktase. Sedang pembentukan


melalui rangsangan adalah kebocoran superoksida, hidrogen peroksida dan

kelompok oksigen reaktif (ROS) lainnya pada saat bertemunya bakteri dengan

fagosit teraktifasi. Pada keadaan normal sumber utama radikal bebas adalah

kebocoran elektron yang terjadi dari rantai transport elektron, misalnya yang ada

dalam mitokondria dan endoplasma retikulum dan molekul oksigen yang

menghasilkan superoksida.

Reaksi perusakan oleh radikal bebas

Definisi tekanan oksidatif adalah suatu keadaan dimana tingkat oksigen reaktif

intermediate (ROI) yang toksik melebihi pertahanan anti-oksidan endogen.

Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas, yang akan bereaksi dengan

lemak, protein, asam nukleat seluler, sehingga terjadi kerusakan lokal dan

disfungsi organ tertentu. Lemak merupakan biomolekul yang rentan terhadap

serangan radikal bebas.

Peroksidasi lemak

Membran sel kaya akan sumber poly unsaturated fatty acid (PUFA), yang mudah

dirusak oleh bahan-bahan pengoksidasi; proses tersebut dinamakan peroksidasi

lemak. Hal ini sangat merusak karena merupakan suatu proses berkelanjutan.

Pemecahan hidroperoksida lemak sering melibatkan katalisis ion logam transisi.

LH + R· L·+ RH

L· + O2 LOO·

LOO· + L'H  LOOH + L'·

LOOH  LO·, LOO·, aldehydes.


Kerusakan protein

Protein dan asam nukleat lebih tahan terhadap radikal bebas daripada PUFA,

sehingga kecil kemungkinan dalam terjadinya reaksi berantai yang cepat.

Serangan radikal bebas terhadap protein sangat jarang kecuali bila sangat

ekstensif. Hal ini terjadi hanya jika radikal tersebut mampu berakumulasi (jarang

pada sel normal), atau bila kerusakannya terfokus pada daerah tertentu dalam

protein. Salah satu penyebab kerusakan terfokus adalah jika protein berikatan

dengan ion logam transisi.

Kerusakan DNA

Seperti pada protein kecil kemungkinan terjadinya kerusakan di DNA menjadi

suatu reaksi berantai, biasanya kerusakan terjadi bila ada lesi pada susunan

molekul, apabila tidak dapat diatasi, dan terjadi sebelum replikasi maka akan

terjadi mutasi. Radikal oksigen dapat menyerang DNA jika terbentuk disekitar

DNA seperti pada radiasi biologis.

Dengan bertambahnya usia, radikal bebas yang terbentuk selama metabolisme

normal dapat merusak DNA dan makromolekul lain sehingga terjadi penyakit-

penyakit degeneratif, keganasan, kematian sel-sel vital tertentu, yang pada

akhirnya akan menyebabkan kematian bagi individu tersebut


2. Kemunduran Hormon Penyebab Penuaan Sel

Kemunduran hormon seiring bertambahnya usia merupakan penyebab utama

kerusakan fisik yang disebabkan penuaan. Proses penuaan sangat bervariasi dan

dapat dipercepat, diperlambat atau dibalik tergantung pada hormon yang mengatur

degenerasi dan regenerasi tubuh di tingkat sel. Penelitian menunjukkan, penuaan

sebagian besar disebabkan oleh penurunan Growth Hormone / Insulin-like Growth

Factor-I (GH/IGF-I) secara drastis dalam tubuh setelah dewasa. Efek dari

kekurangan hormon pertumbuhan manusia ini ternyata mempengaruhi ukuran dan

fungsi dari organ-organ yang terdapat di dalam tubuh. Sebagai contoh adalah pada

otak dan ginjal.

Gambar Otak Mengecil

Pada gambar diatas terlihat terjadi penciutan otak sebanyak 30% pada otak

seseorang yang berumur 70 tahun. Tidak heran manusia pada umur 70 akan
mengalami pikun-pikun dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan otak

seperti Parkinson.

Gambar Ginjal Mengecil

Pada gambar diatas terlihat pula organ ginjal pada manusia berumur 70 tahun

yang mengalami penciutan dan warnanya yang menghitam. Dan akibat dari

penciutan ini adalah menurunnya fungsi ginjal dan pada tingkat terendah,

seseorang akan kehilangan fungsi ginjalnya yang biasa dikenal dengan nama

gagal ginjal. Selain otak dan ginjal, sebetulnya seluruh organ yang ada di tubuh

manusia seperti kulit, jantung, paru-paru, dan organ yang lain juga ikut menurun

fungsinya. Tidak heran pada seseorang yang berumur 70 tahun, mereka akan

mengalami banyak sekali persoalan di kesehatan mereka. (Rudman D, Feller A,

Nagraj HS, Gergans GA, Lalitha PY, Goldberg AF, 1990)


3. Matahari Penyebab Proses Penuaan Sel

Penuaan adalah suatu proses yang tidak dapat dielakkan. Terlalu banyak faktor

yang mempengaruhi keadaan ini 90 persen daripada proses penuaan disebabkan

oleh sinaran matahari

Dengan hanya berjemur selama satu jam anda sebenarnya telah menjalani proses

penuaan selama empat jam. Paparan kepada sinar ultra matahari menyebabkan

melanin terbentuk dalam sel pigmen kulit. Dalam tempoyang panjang apabila

lebih banyak melanin yang terkumpul kulit akan terlihat tampak hitam.

Paparan kepada sinar UV yang terlampau juga menyebabkan berbagai masalah

kulit termasuk kerusakan DNA, kerusakan struktur kulit, dan mengurangkan

metabolisme.

4. Cara Hidup dan Oksidasi Penyebab Penuaan Sel

Penyebab penuaan ini datanganya dari luar diri manusia yaitu cara hidup dan

oxidasi. Cara hidup yang tidak sehat seperti jarang atau tidak pernah olah raga,

makan makanan yang berlemak, kurang makan serat, kurang istirahat, Stress yang

tinggi, dan masih banyak lagi gaya hidup yang sering dijumpai di kota-kota besar.

Lalu oxidasi bentuknya seperti asap rokok, asap kendaraan bermotor, zat-zat

pengawet, dan bahan-bahan kimia yang ada di sekeliling kita.

2.2. Dampak Dari Penuaan Secara Umum

Ketiga teori yang telanh diungkapkan sebelumnya merupakan teori biologi yang

dianggap mampu menjelaskan berbagai penurunan kondisi baik penurunan bentuk


anatomis maupun secara fisiologis (fungsi tubuh) apabila seorang manusia

mengalami penuaan.

 Dampak Secara Anatomis

 Dampak Secara Fisiologis

- Fungsi Seksualitas

- Fungsi Indera

- Fungsi Rasio dan Naluri

- Fungsi Nurani dan Intuisi

Ketiga teori yang telah diungkapkan sebelumnya merupakan teori biologi yang

dianggap mampu menjelaskan berbagai penurunan kondisi baik penurunan bentuk

anatomis maupun secara fisiologis (fungsi tubuh) apabila seorang manusia

mengalami penuaan.

 Dampak Secara Anatomis

Penuaan akan mengakibatkan penurunan kondisi anatomis dari sel akibat

terjadinya penumpukan metabolit yang terjadi di dalam sel (Teori II). 

Metabolit yang menumpuk tersebut tentunya bersifat racun terhadap sel

sehingga bentuk dan komposisi pembangun sel sendiri akan mengalami

perubahan.  Disamping itu karena permeabilitas kolagen yang ada di dalam sel

telah sangat jauh berkurang, maka kekenyalan dan kekencangan dari otot,

terutama pada bagian integumen akan sangat jauh menurun.  Hal inilah yang

secara kasat mata dapat dilihat berupa kulit keriput pada manusia yang
mengalami proses penuaan.  Sesungguhnya proses perubahan di atas hampir

terjadi di setiap sel, hanya saja karena sel kulit (sistem integumen) merupakan

lapisan luar tubuh yang berhubungan dengan dunia luar, maka sel inilah yang

jelas dapat langsung dilihat.

 Dampak Secara Fisiologis

Perubahan anatomis yang terjadi dalam suatu sel baik secara bentuk maupun

komposisi zat pembangunnya dipastikan akan mempengaruhi fungsi dari sel

maupun organisme tersebut secara keseluruhan.  Ada berbagai macam fungsi

dipengaruhi   oleh tubuh yang mengalami penuaan ini, antara lain :

- Fungsi Seksualitas

Fungsi seksualitas sangat terkait dengan hormon seks yang ada di dalam

tubuh. Keberadaan dan perubahan hormon berhubungan erat dengan usia 

(Vermuelen, 1998).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pria,

peningkatan usia tidak selalu diiringi dengan penurunan hormon. 

Sebaliknya, wanita yang mengalami masa tua akan mengalami menopause;

hal ini ditandai dengan berhentinya menstruasi yang menunjukkan telah

berhentinya kemampuan reproduksi dari wanita tersebut.  Kejadian seperti

menopause ini sesungguhnya tidak pernah terjadi pada pria.  Madersbacher

et al., (1993) telah mengadakan penelitian tentang perubahan hormon yang

dialami pria mulai usia 30 tahun sampai 80 tahun.  Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa seiring perubahan usia, hanya hormon testoteron yang

mengalami penurunan, sedangkan luteinizing hormone (LH) dan follicle

stimulating hormon (FSH) tetap mengalami peningkatan. Dari fenomena ini


(biasa disebut cross of andropause)  beberapa ahli menyatakan bahwa tidak

ada andropause yang sesungguhnya (Herman and Berger, 1999), atau

dengan kata lain kemampuan reproduksi pria tidak pernah berhenti sama

sekali. Walaupun kemampuan reproduksinya tidak sama sekali terhenti,

aktivitas seksual pada pria akan mengalami penurunan.  Hal ini terkait erat

dengan ketersediaan hormon androgen yang terdapat di dalam tubuh.

- Fungsi Indera

Seperti juga fungsi seksual fungsi indera akan menurun setelah manusia

mengalami penuaan.  Indera pada hakekatnya merupakan suatu organ yang

tersusun dari jaringan, sedangkan jaringan sendiri merupakan kumpulan sel

yang mempunyai fungsi yang sama.  Karena sel telah mengalami perubahan

bentuk maupun komposisi zat pembangun (sel tidak normal) ketika

mengalami proses penuaan, maka secara secara otomatis fungsi indera pun

akan mengalami penurunan.  Hal ini dapat dilihat pada orang tua yang

secara berangsur-angsur mengalami penurunan kemampuan pendengaran

dan penglihatan serta kemampuan inderawi lainnya.

- Fungsi Rasio dan Naluri

Fungsi rasio maupun naluri sangat terkait dengan sistem syaraf dan otak. 

- Fungsi Nurani dan Intuisi

Yang dapat menunjukkan adanya penurunan fungsi nurani maupun instuisi

akibat adanya proses penuaan. Fungsi rasio, naluri dan indera sangat terkait

dengan pengembangan ilmu-ilmu fisik material.  Karena telah terjadi

penurunan fungsi akibat penuaan, maka dipastikan kemampuan seseorang

dalam pengembangan ilmu-ilmu fisik material akan sangat jauh menurun


atau bahkan terhenti sama sekali.  Bila ditinjau dari fungsi nurani, ada

kecenderungan bahwa manusia memahami siapa dirinya dan mau kemana

dia pada akhirnya,  Hal ini muncul karena selama proses kehidupan, proses

pembelajaran dan pengalaman terjadi.  Proses ini mendidik rasionya untuk

selalu bekerja dan berfikir

Dampak Dari Penuaan Secara Khusus (akibatnya terhadap sel, jaringan dan organ)

1. Kerusakan Membran Sel 

Komponen terpenting membran sel mengandung asam lemak tak jenuh ganda

yang sangat rentan. Seiring dengan bertambahnya usia struktur dan fungsi

membran akan berubah yang dalam keadaan ekstrem akhirnya mematikan sel-sel

pada jaringan tubuh. 

2. Kerusakan Protein 

Terjadinya kerusakan protein akibat penuaan ini termasuk oksidasi protein yang

mengakibatkan kerusakan jaringan tempat protein itu berada. Contohnya

kerusakan protein pada lensa mata yang mengakibatkan katarak. 

3. Kerusakan Lipid Peroksida 

Ini terjadi bila asam lemak tak jenuh mengalami proses penuaan dan terserang

factor penyebab penuaan yaitu radikal bebas. Dalam tubuh kita, reaksi antarzat

gizi tersebut dengan radikal bebas akan menghasilkan peroksidasi yang

selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan sel, yang dianggap salah satu penyebab

terjadinya berbagai penyakit degeneratif (kemerosotan fungsi tubuh). 


4. Jam Sel

Dengan terjadi penuaan, maka akan menyebabkan sebuah barisan sel akan mati

setelah beberapa kali pembelahan sel.

5. Kematian Gen

Proses penuaan dapat menyebabkan terjadinya kematian sen, yang pada akhirnya

akan menyebabkan sel menjadi mati.

6. Kerusakan DNA

Telomerase biasanya melindungi DNA dari kerusakan selama pendiplikatan, dan

telomerase mekindungi telomerase ini. Sel-sel yang menua kekurangan telomerase

dan telomeres, dan DNA lainnya, menjadi terbuka terhadap kerusakan.

7. Kerusakan Mithokondria

DNA mithokondria mungkin adalah yang paling sensitif terhadap proses penuaan

akibat radikal bebas. (Khairun nisa, dr, Biologi Kedokteran, Unimal 2007)

8. Kehilangan Elastisitas Jaringan Kolagen dan Otot

Kerusakan jaringan secara pelan ini merupakan proses terjadinya ketuaan, seperti

kehilangan elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit tampak keriput,

terjadinya lipofuchsin atau bintik-bintik pigmen kecoklatan di kulit yang

merupakan timbunan sisa pembakaran dalam sel.


9. Perubahan Anatomis dan Fisiologis Jantung

Proses penuaan dapat menyebabkan penebalan dinding ventrikel kiri jantung,

meski tekanan darah relatif normal. Begitupun fibrosis dan kalsifikasi katup

jantung terutama pada anulus mitral dan katup aorta. Selain itu terdapat

pengurangan jumlah sel pada nodus sinoatrial (SA Node) Sementara itu, pada

pembuluh darah terjadi kekakuan arteri sentral dan perifer akibat proliferasi

kolagen, hipertrofi otot polos, kalsifikasi, serta kehilangan jaringan elastik.

Perubahan fisiologis yang paling umum terjadi seiring bertambahnya usia adalah

perubahan  pada fungsi sistol ventrikel. Oleh karenanya, orang-orang tua menjadi

mudah deg-degan.

Di lain sisi, terjadi perubahan kerja diastolik terutama pada pengisian awal diastol

lantaran otot-otot jantung sudah mengalami penurunan kerja. Secara otomatis,

akibat kurangnya kerja otot atrium untuk melakukan pengisian diastolik awal,

akan terjadi pula fibrilasi atrium, sebagaimana sangat sering dikeluhkan para

lansia.

2.3. Upaya Menghambat Penuaan  

Walaupun bukan sesuatu yang ditakuti semua orang, namun apabila semua

manusia berkata jujur, penuaan adalah kondisi yang pasti tidak disukai.  Buktinya,

banyak upaya yang dilakukan manusia untuk menghambat proses penuaan

tersebut.  Dengan didasarkan pada teori proses penuaan ada, maka upaya

menghambat penuaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:


 Hidup dalam lingkungan tidak tercemar

 Mengkonsumsi makanan yang bergizi

 Mencegah kegemukan atau kekurusan

 Melaksanakan olah raga secara teratur

 Terus menggunakan otak untuk berfikir

 Menghindari stress

 Menkonsumsi antioksidan-antioksidan (vitamin E)

 Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi

 Menkonsumsi tempe sebagai pembersih radikal bebas

 Menkonsumsi Air

 Memperkuat tubuh

Berikut penjelasan beberapa hal yang dapat diterapkan untuk mencegah atau

menghambat penuaan:

 Hidup dalam lingkungan tidak tercemar

Kondisi lingkungan yang tercemar merupakan kondisi lingkungan yang

merugikan gen-gen yang berada dalam sel.  Apabila sel tersebut terpapar lama

pada lingkungan tercemar maka sel akan cepat mengalami penuaan. Salah satu

contoh adalah proses terjadinya penurunan pendengaran (penulian) pada

telinga.  Pemaparan suara bising yang terlalu lama dan berintensitas tinggi

akan menjadikan seseorang berangsur-angsur menjadi tuli.  Ketulian ini dipicu

oleh penebalan sel-sel pada dinding alat pendengaran.  Contoh lain adalah

pengakumulasian antibiotik yang menjadikan seseorang resisten terhadap

antibiotik.  Dengan demikian tidaklah mengherankan apabila kondisi

lingkungan pada jaman dulu yang tidak tercemar diduga menjadi penyebab
bahwa umur manusia jaman dulu lebih lama daripada umur manusia masa kini

dan kualitas hidupnya pun lebih baik daripada kualitas hidup manusia masa

kini (catatan: pengertian kualitas hidup disini lebih dititikberatkan pada

kesehatan).

 Mengkonsumsi makanan yang bergizi

Makanan yang masuk ke dalam tubuh merupakan penentu utama tingkat

pertumbuhan maupun kualitas matriks sel.  Karena sel menuntut asupan

matriks yang sesuai dengan kebutuhannya, konsekuensinya adalah bahwa

makanan harus mempunyai kualitas yang sesuai dengan kebutuhan sel

tersebut.  Secara umum, kualitas makanan yang sesuai adalah makanan yang

seimbang secara gizi, baik jumlah karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan

mineralnya

 Mencegah kegemukan atau kekurusan

Kegemukan atau kekurusan merupakan kondisi yang tidak ideal bagi

tubuh. Kegemukan akan mengakibatkan penumpukan metabolit pada sel,

sedangkan kekurusan akan mengakibatkan tidak terpenuhinya matriks sel

yang diperlukan sel untuk berada pada kondisi normal.  Secara keseluruhan,

apabila kedua kondisi tidak ideal ini terjadi, sel akan cepat mengalami

penuaan dan manusianya pun akan cepat tua.

 Melaksanakan olah raga secara teratur

Terdapat dua keuntungan yang diperoleh apabila seseorang melakukan olah

raga secara teratur.  Pertama, metabolit dapat dikeluarkan lebih cepat sehingga

tidak menumpuk pada sel.  Kedua, sel menjadi terlatih sehingga keluar
masuknya bahan antar sel atau permeabilitas kolagen akan lebih terjaga. 

Kedua hal inilah yang dipastikan akan menghambat penuaan sel. Dalam ilmu

fisiologi fenomena ini dibahas dalam fisiologi latihan (Exercise Physiology).

 Terus menggunakan otak untuk berfikir

Seperti juga adanya proses latihan pada sel, kemampuan berfikir pun harus

terus dilatih.  Sesungguhnya proses berfikir adalah proses latihan (olah raga)

pada sel otak sehingga membuat kondisi sel-sel otak lebih terjaga sehingga

proses penuaan atau pikun akan dapat dihambat.

 Menghindari stress

Secara fisiologis, stress akan mengakibatkan proses metabolisme berjalan

secara tidak normal.  Metabolisme yang tidak normal akan mempercepat

penumpukan metabolit, atau terbentuknya protein yang tidak sempurna

sehingga efisiensi sel berkurang.  Karena umumnya manusia yang mengalami

stress malas untuk ber-olah raga, metabolitnya menumpuk relatif cepat dalam

sel dan memperbesar peluang protein yang tidak sempurna untuk menjadi

enzim.  Pada gilirannya, proses penuaan pun biasanya berlangsung secara

cepat.

 Mengkonsumsi antioksidan-antioksidan (vitamin E)

Antioksidan merupakan zat yang anti terhadap zat lain yang bekerja sebagai

oksidan. Zat lain itu populer disebut radikal bebas, yaitu suatu molekul

oksigen dengan atom yang pada orbit terluarnya memiliki elektron yang tidak

berpasangan. Karena kehilangan pasangannya itu, molekul lalu menjadi tidak


stabil, liar, dan radikal. Penelitian terhadap efek penuaan menunjukkan,

radikal bebas dapat merusak sel tubuh dan menyebabkan perubahan patologis

yang berhubungan dengan penuaan. Vitamin E dapat mengakhiri proses reaksi

berantai radikal bebas, dengan menghambat produksi radikal bebas yang baru

dan membatasi perusakan sampai batas area membran sel. Hasil penelitian

yang dipublikasikan Journal of American Dietetics Association (1978)

memperlihatkan, proses di atas dapat diantisipasi dengan meningkatkan

substansi pelindung termasuk antioksidan (vitamin E) yang cenderung

memperlambat proses penuaan dan memperpanjang masa muda secara fisik

1. Antioksidant primer

Antioksidant primer ini bekerja untuk mencegah pembentuk senyawa radikal

bebas baru ( bekerja pada tahap propagasi ). Sebelum radikal bebas bereaksi

untuk membentuk radikal bebas baru, antioksidan ini mengubah radikal bebas

yang ada sehingga berkurang dampak negatifnya. Contoh antioksidan ini

adalah enzim SOD yang berfungsi sebagai pelindung hancurnya sel-sel dalam

tubuh serta mencegah proses peradangan karena radikal bebas. Enzim SOD

sebenarnya sudah ada dalam tubuh kita. Namun bekerjanya membutuhkan

bantuan zat-zat gizi mineral seperti mangan, seng, dan tembaga. Selenium (Se)

juga berperan sebagai antioksidan.

Sebagai contoh peran antioksidant primer yaitu pada penambahan antioksidant

(AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau

mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat

menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi (Gambar


1).  Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut

relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan

molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon, 1990).

Inisiasi      :     R*  +  AH  ———->  RH  +   A*

Radikal lipida

Propagasi  :    ROO*   +   AH  ——->  ROOH  +   A*

Jenis-jenis antioksidant primer

 SOD ( superoksid dismutase )

Superoxide dismutase merupakan kelas enzyme yang mengkatalise

pemecahan anion superoxide menjadi oksigen dan hidrogen peroksida.

Enzime superokside dismutase terdapat pada hampir semua sel aerobik

dan cairan ekstraselular. SOD berperan mengikat senyawa peroksidase

lemak berlebih yang muncul akibat kadar lemak berlebih dalam tubuh.

Aktivitas SOD akan menurun akibat banyaknya pencemar di dalam tubuh.

SOD memuat kofaktor ion metal, tergantung pada isozyme, dapat menjadi

tembaga, seng, mangan atau besi. Pada manusia tembaga / seng SOD

terdapat pada sitosol, sedangkan mangan SOD terdapat pada mitokondria.

Pada saat superokside dismutase bereaksi dengan superoksida dan

membentuk hidrogen peroksida.

 Katalase
Katalase merupakan enzime yang mengkatalisis konversi hidrogen

peroksida membentuk air dan oksigen. Katalase sebagian besar

terkonsentrasi pada peroksisom, dilokasikan pada mitokondria tetapi

dibentuk pada retikulum endoplasma kasar.

 Glutation peroksidase

Glutation peroksidase mereduksi hidrogen peroksida dengan mentransfer

energi dari peroksida reaktif ke glutathione ( protein yang memuat sulfur

yang sangat kecil ).

Gambar diatas merupakan model dari metabolisme glutathione sebagai

antioksidan. Bagian yang berwarna kuning merupakan redox-aktive atom

sulfur yang menyediakan aktivitas antioksidan.

 Peroxiredoxins

Mengkatalisis reduksi dari hidrogen peroksida. Dibagi kedalm 3 kelas :

typical 2-cysteine peroxiredoxins; atypical 2-cysteine peroxiredoxins; and

1-cysteine peroxiredoxins. Enzim-enzim ini memilki mekanisme katalisis

yang sama. Peroxidatic cysteine pada aktive site akan dioksidasi menjadi

asam sulfonat oleh substrate peroksida.

 Seng
Seng merupakan mineral antioksidan yang membantu mencegah oksidasi

lemak dan diperlukan tubuh untuk memproduksi antioksidan superoksida

dismutase. Seng juga diperlukan untuk menjaga kadar vitamin E dalam

darah sehingga membantu membran sel darah merah dapat terlindung dari

efek oksidasi mineral lain

 Selenium

Fungsi Se yakni sebagai bagian integral dari sistem enzim glutation

peroxidase yang merubah bentuk reaksi glutathin menjadi bentuk oksidasi

glutation dan pada waktu bersamaan merusak peroksida dengan cara

mengkonversi peroksida menjadi bentuk alkohol yang tidak berbahaya.

2. Antioksidant sekunder

     Antioksidant ini berfungsi menangkap senyawa serta mencegah terjadinya

reaksi berantai. Contoh antioksidan sekunder: vitamin E, vitamin C, beta

karoten, asam urat, bilirubin, dan albumin.

 Vitamin E

vitamin E sangat efektif memutuskan rantai lemak yang dapat dilarutkan

oleh antioksidan dalam membran. vitamin E dapat mencegah terjadinya

rantai oto-oksidasi yang reaktif dalam membran lipid oleh karenanya

menghambat produksi hidroperoksida. Derivat vitamin E yaitu α-

tokopherols merupakan antioksidant yang dapat larut dalam lemak dan

melindungi membran sel dari oksidasi yang berkelanjutan dengan


mereaksikannya dengan radikal lemak yang diproduksi pada reaksi

berantai peroksidase lemak. Hal ini akan mencegah reaksi propagasi yang

berkelanjutan. Pada kulit vitamin E mampu mengubah dan

"memadamkan" potensi merusak dari radikal bebas yang menyerang sel

epidermis kulit. Penelitian terhadap efek penuaan menunjukkan, radikal

bebas dapat merusak sel tubuh dan menyebabkan perubahan patologis

yang berhubungan dengan penuaan. Vitamin E dapat mengakhiri proses

reaksi berantai radikal bebas, dengan menghambat produksi radikal bebas

yang baru dan membatasi perusakan sampai batas area membran sel.

Sehingga pada dasarnya vitamin E dapat mencegah kulit menjadi keriput

kibat peroksida lemak. Vitamin E juga memiliki fungsi meningkatkan

elastisitas dan kelembaban kulit, melindungi kulit dari serangan

ultraviolet, sehingga dapat menghambat proses penuaan.

 Vitamin C ( asam askorbat )

Dalam hal mencegah proses penuaan vitamin C akan mencegah oksidasi

kolagen dan elastin sebagai serat penyusun kulit dengan mengorbankan

dirinya untuk teroksidasi oleh radikal bebas. Selain itu vitamin C juga

menjadi kofaktor pembentukan kolagen dalam lapisan episdermis kulit

dengan cara meningkatkan kemampuan perkembangbiakan sel fibroblast

tua epidermis sehingga produksi kolagen kulit meningkat. Fibroblast

adalah sel penghubung jaringan yang memproduksi kolagen dan serat

elastin dan terdapat dibagian dermis. Vitamin c juga dapat menekan proses

pigmentasi kulit sehingga kulit menjdai lebih cerah.


struktur dari vitamin C

3. Antioksidant tersier

Antioksidan jenis ini memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang

disebabkan radikal bebas. Contoh enzim yang memperbaiki DNA pada inti

sel adalah metionin sulfoksidan reduktase.

Antioksidan juga ada yang berasal dari tumbuhan seperti karotenoid dan flavonoid

serta jenis lainnya. Flavonoid larut dalam air sedangkan karotenoid larut dalam

lemak. Flavonoid dapat ditemukan pada wortel, jeruk, brokoli, kol, mentimun dan

memiliki kemampuan dalam memperbaiki sistem antioksidan tubuh. Sedangkan

karotenoid dapat memerangi radikal bebas. Tomat mengandung likopene, yaitu

antioksidan yang ampuh menghentikan radikal bebas sehingga tidak berkeliaran

mencari asam lemak tak jenuh dalam sel. Lutein dan zeasantin yang terdapat pada

bayam, diketahui aktif mencegah reaksi oksidasi lipid pada membran sel lensa

mata, sehingga kesehatan mata bisa terjaga dari gangguan katarak ( radikal bebas

menyerang protein ). Karoten banyak pada wortel, ubi rambat, semangka, bayam,

kangkung, jeruk.
Nilai Karotenoid Kulit adalah Parameter Penting dari Indeks Antioksidan

Tubuh

Kita dapat mengukur antioksidant tubuh dengan menggunakan parameter

katotenoid. Nilai Karotenoid Kulit mengukur antioksidan karotenoid di dalam

jaringan tubuh manusia. Karotenoid adalah antioksidan yang sangat kuat yang

ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran. Karotenoid ini diserap di dalam

plasma dan jaringan tubuh manusia, yang merupakan indikator terbaik dari tingkat

antioksidan seseorang. Nilai Karotenoid akan berdasarkan sejumlah faktor,

seperti makanan, aktivitas fisik, paparan sinar matahari, kebiasaan merokok, dll.

Semakin tinggi nilainya, berarti nilai antioksidan dalam tubuh lebih baik.

 Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi

Proses penuaan dapat dihambat apabila makanan yang dikonsumsi sehari-hari

mengandung senyawa antioksidan yang cukup atau dapat memobilisasi

aktivitas antioksidan dalam mencegah oksidasi. Makanan-makanan tersebut

diharapkan mengandung zat-zat gizi yang diperlukan dalam sistim pertahanan

tubuh untuk melawan atau meredam radikal bebas. Salah satu cara

memperlambat proses penuaan ialah dengan


mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi yang bersifat sebagai

penetralisir reaktan radikal bebas tersebut. Zat-zat tersebut antara lain: vitamin

C, beta karoten, Zn, Se dan Cu. Semua zat yang disebutkan tadi mempunyai

sifat sebagai antioksidan dan menetralisir reaksi radikal bebas. terutama bila

belum terjadi kerusakan sel. Semua zat tersebut harus diterima tubuh secara

konsisten. Zat gizi mikro seperti vitamin C, dan provitamin A beta karoten

rnemnpunyai peran yang sangat penting.

Beta karoten bersifat lipofilik (suka lemak), sehingga dapat dipakai untuk

mencegah oksidasi lemak di dalam membran. Mineral mikro yang berperan

dalam sistem pertahanan tubuh adalah seng, tembaga, mangan, zat besi dan

selenium. Mineral-mineral tersebut tergabung dalam ensimn antioksidan yang

berperan melindungi membran sel dan komponen-komponen dalam sitosol.

Perlindungan yang dilakukan oleh mineral mikro dapat dilakukan melalui

beberapa mekanisme yaitu :

Mineral seng (Zn) berperan dalam sistem pertahanan tubuh dengan cara

berkonyugasi dengan thiol sehingga menghambat pembentukan ion

superoksida. Mineral seng sebagai komponen yang mempunyai gugus SH

(metallothienin) berperan sebagai pembersih radikal bebas. Mineral seng juga

merupakan komponen ensim yang berperan dalam perbaikan asam nukleat.

Mineral tembaga (Cu) berperan melalui aktivitas ensirn

superoksidadismutase (SOD). SOD mempunyai substrat spesifik yaitu ion

superoksida. Peran tembaga sebagai kofaktor maupun pengatur ensim SOD

cukup besar, jika tubuh kekurangan tembaga maka akan terjadi peningkatan

peroksidasi lemak.
Mineral zat besi (Fe) merupakan komponen ensim katalase yang berperan

dalam mengkatalisis reaksi dismutasi hidrogen peroksida.

Mineral selenium (Se) sebagai komponen ensim glutathion peroksidase yang

mengkatalisis reaksi perubahan hidrogen peroksida menjadi glutathion dan air.

 Mengkonsumsi tempe sebagai pembersih radikal bebas

Tempe berasal dari kedele yang terfermentasi oleh jamur Rhizopus

oligosporus sehingga menjadikannya mudah dicerna dan mempunyai nilai gizi

lebih tinggi dibandingkan dengan kedele. Peningkatan nilai gizi yang terjadi

antara lain adalah: kadar vitamin B2, Vitamin B12, niasin dan asam

pantotenat. Bahkan terjadi juga peningkatan dan asam amino bebas, asam

lemak bebas. dan zat besi

Selama proses fermentasi terbentuk senyawa antioksidan yaitu faktor II (6,7,4'

trihidroksi isoflavon). Antioksidan tersebut mampu mengikat zat besi

sehingga mencegah besi dalam mengkatalisis reaksi oksidasi. Mineral mikro

yang dibutuhkan untuk pertahanan tubuh dalam menanggulangi radikal bebas

ialah zat besi, tembaga dan seng.

Mineral dalam tempe sebagian besar terikat sebagai senyawa organik

kompleks, sebagian kecil sebagai garam anorganik dan sangat kecil sebagai

ion bebas. Peningkatan availabilitas mineral tersebut antara lain disebabkan

karena terjadinya penurunan kadar asam fitat sebagai akibat dan aktifitas

ensim fitase. Sangat dimungkinkan bahwa mineral tersebut berperan dalam

proses oksidasi maupun pencegahan proses oksidasi.

Adanya niineral dalam fraksi-fraksi sd menunjukkan bahwa mineral mikro

tersebut mernpunyai peran pada berbagai reaksi yang terjadi di dalam sel
(intraseluler). Tempe selain mengandung mineral mikro dan antioksidan juga

mengandung alfa dan gamma tokofenol dalam konsentrasi yang cukup tinggi.

Alfa dan gamma tokoferol diyakini merupakan antioksidan yang potensial

dalam mencegah oksidasi lemak yang terjadi dalam minyak kedele

Alfa tokoferol merupakan antioksidan pemutus rantai yang hersifat lipofilik

dan dapat bereaksi dengan radikal peroksida lemak sehingga terjadi hambatan

oksidasi asam lemak tidak jenuh terutama asam arakhidonat.

 Mengkonsumsi air

Ketika seseorang melewati usia 20-an, kelembaban alamiah dari kulit-karena

adanya keringat dan jaringan lemak-akan berkurang, demikian juga lapisan

kulit paling atas. Akibatnya, kulit menjadi tak lembab lagi. Untuk itu

dibutuhkan air yang cukup untuk mengganti air yang keluar melalui air seni,

peluh, dan pernapasan; termasuk juga yang dibutuhkan sel-sel kulit, terutama

kulit yang kering dan tua. Kekeringan kulit dapat diminimalkan dengan

minum air sekurang-kurangnya 10 gelas setiap hari, tidak termasuk kopi, teh,

cola, yang mungkin juga merupakan bagian diet seseorang setiap hari. Sebab,

minuman seperti kopi mengandung kafein, suatu diuretik yang justru

meningkatkan kehilangan air dari kulit, seperti juga alkohol.

 Memperkuat tubuh

Gejala lain dari penuaan yang dapat diimbangi dengan diet adalah

menurunnya ketahanan tubuh seseorang terhadap penyakit. Sebenarnya,

sistem imun seseorang harus mampu untuk mengatasi serangan dari luar,

seperti bakteri atau virus. Pada orang-orang yang lebih tua, infeksi justru akan

makin parah karena sistem imun tubuh mereka melemah. Proses menua akan
menghambat fungsi limfosit sel darah putih yang bertugas membantu

memerangi penyakit.
BAB III

KESIMPULAN

Penuaan sel merupakan perubahan berangsur-angsur dari struktur setiap

organisme yang terjadi dengan berlalunya waktu, bukan disebabkan karena

penyakit atau kecelakan lain dan pada akhirnya sampai pada peningkatan

kemungkinan kematian karena organisme itu bertambah tua. 3 teori yang

menjelaskan masalah penuaan. Teori Pertama menyatakan bahwa semakin cepat

suatu organisme hidup maka semakin cepat pula mereka menua.Teori Kedua

menyatakan bahwa setiap sel tidak dapat mengelak dari penumpukan sisa

metabolit yang bersifat racun. Teori Ketiga menyatakan bahwa penuaan terjadi

sebagai akibat kondisi lingkungan yang merugikan gen-gen yang berhubungan

dengan sel badan atau sel-sel somatic.

Beberapa teori yang menjelaskan proses penuaan yaitu: Teori pakai dan rusak

(wear and tear theory) Teori Neuro Endokrin, Teori Kontrol Genetik, Teori

Telomerase, Teori Radikal Bebas, Teori cross-linkin. Faktor-faktor lain penyebab

terjadinya proses penuaan sel yaitu : radikal bebas, kemunduran hormon, sinar

matahari, cara hidup dan oksidasi penyebab penuaan sel.

Dampak dari penuaan secara umum yaitu: dampak secara anatomis, dan secara

fisiologis dan dampak dari penuaan secara khusus (akibatnya terhadap sel,

jaringan dan organ) yaitu: kerusakan membran sel, kerusakan


protein, kerusakan lipid peroksida,  jam sel, kematian gen, kerusakan DNA,

kerusakan mithokondria kehilangane elastisitas jaringan kolagen dan otot,

perubahan anatomis pada jantung, perubahan fisiologis pada jantung

Beberapa upaya menghambat penuaan antara lain:  Hidup dalam lingkungan tidak

tercemar, mengkonsumsi makanan yang bergizi, mencegah kegemukan atau

kekurusan, melaksanakan olah raga secara teratur, terus menggunakan otak untuk

berfikir, menghindari stress, mengkonsumsi antioksidan-antioksidan (vitamin E),

mengkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi, mengkonsumsi tempe

sebagai pembersih radikal bebas, mengkonsumsi air, dan memperkuat tubuh.


DAFTAR PUSTAKA

Clark, David P., PhD, Russell, L.D., PhD, Molecular Biology, Cancer and Aging,
CachE River Press, 1997

Cindiawaty, pudjiadi, MARS, MS., Sp.Gk.,Dr. Phaidon Toruan, MM., Prof. Dr.
E. Alwi Datau, Sp.PD., KAI., 2004 dalam seminar "Revolution on Anti Aging
Medicine" Jakarta

Fukugawa, N.K., M. Li, P. Liang, J.C. Russel, B. E. Sobel and P.M. Absher. 
1999.  Aging and high concentration of glucose potentiate injury to mitocondrial
DNA.  Free Radical Biology and Medicine.  27(11/12):1437-1443.

Iszahanid, Hafizah. 2000. artikel “Matahari Percepat Proses Penuaan”

Khairun Nisa, dr. 2007. Fisiologi 1. program studi pendidikan dokter universitas
lampung

Rudman D, Feller A, Nagraj HS, Gergans GA, Lalitha PY, Goldberg AF,
1990. dalam artikel “apa itu penuaan”

Robbins, 2007. buku ajar patalogi edisi 7. Jakarta : EGC

Suyatna FD. Radikal bebas dan iskemia. Cermin Dunia Kedokt 1989; 57:Cermin
Dunia Kedokteran No. 102, 1995 35

www.biosprayplus@yahoo.com

www.google.com

www. kompas cyber media.com

www.majalah-farmacia.com

www.wikipedia.com

www.yahoo.com

www.cermin dunia kedokteran.com


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………….3

BAB II TINJUAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Penuaan…………………………………………..………14

2.2 Faktor-Faktor Lain Penyebab Terjadinya Proses Penuaan Sel…..22

2.3 Dampak Dari Penuaan Secara Umum……………………………27

2.4 Dampak Dari Penuaan Secara Khusus (akibatnya terhadap sel,

jaringan, dan organ)...……………………………………………30

2.5 Upaya menghambat Penuaan…………………...………………..31

BAB III KESIMPULAN…………………………...……………………………38

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………39

PENUAAN DAN ASPEK SELULERNYA


DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI

TUGAS MAKALAH

BIOLOGI MOLEKULER

Disusun oleh

KHAIRUN NISA

130820070056

PEMBIMBING:

Dr. Imam Megantara, Mkes., SpTHT

BKU ILMU FAAL DAN KEDOKTERAN OLAHRAGA

PROGRAM PASCA SARJANA COMBINED DEGREE

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2007

Anda mungkin juga menyukai