Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 KONSEP PROSES MENUA

2.1.1 Definisi Proses Menua

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang
terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis
tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks multidimensional yang dapat
diobservasi di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem. (Stanley, 2006).

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya
berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskulerdan
pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan
seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan
fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh padaekonomi dan sosial lansia. Sehingga
secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatimah, 2010).

Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindari
dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan (gradual) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti serta
mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk
adanya infeksi. Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain
sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas, pada usia
berapa kondisi kesehatan seseorang mulai menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat
tubuh yang sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat
menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada usia 20-30 tahun.

1
Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuhbeberapa saat,
kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia (Mubarak, 2009).

Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik secara biologis, mental,
maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin
menurun, sehingga dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher,
2009). Oleh karena itu, perlu perlu membantu individu lansia untuk menjaga harkat dan otonomi
maksimal meskipun dalam keadaan kehilangan fisik, sosial dan psikologis (Smeltzer, 2001).

Adapun faktor yang memengaruhi proses penuaan tersebut dapat dibagi atas dua bagian.
Pertama, faktor genetik, yang melibatkan perbaikan DNA, respons terhadap stres, dan
pertahanan terhadap antioksidan. Kedua, faktor lingkungan, yang meliputi pemasukan kalori,
berbagai macam penyakit, dan stres dari luar, misalnya radiasi atau bahan-bahan kimia. Kedua
faktor tersebut akan memengaruhi aktivitas metabolisme sel yang akan menyebabkan terjadinya
stres oksidasi sehingga terjadi kerusakan pada sel yang menyebabkan terjadinya proses penuaan.

2.2 Teori Proses Menua

2.2.1 Teori Biologis

Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua merupakan
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup. Teori ini lebih
menekankan pada perubahan kondisi tingkat structural sel/ organ tubuh, termasuk didalamnya
adalah pengaruh agen patologis. Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan
yang menghambat proses penurunan fungsi organisme. Yang dalam konteks sistemik, dapat
mempengaruhi/ memberi dampak terhadap organ/ sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai
dengan peningkatan usia kronologis.
a. Teori “Genetik Clock”
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik
didalam nuclei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini
sudah habis putarannya maka akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Radiasi
dan zat kimia dapat memperpendek umur menurut teori ini terjadi mutasi progresif pada
DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel
tersebut.

2
b. Teori error
Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam
kesalahan sepanjang kehidupan manusia akibat kesalahan tersebut akan berakibat
kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara
perlahan. Sejalan dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi beberapa
perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang merupakan substansi pembangun
atau pembentuk sel baru. Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel
Nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan peningkatan jumlah substansi
DNA.
c. Teori Autoimun
Pada teori ini penuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan fungsi sistem imun.
Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada Limposit –T, disamping perubahan juga
terjadi pada Limposit –B.
perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem immune humoral, yang dapat menjadi faktor
predisposisi pada orang tua untuk :

1. menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan perkembanga kanker.


2. menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses dan secara agresif
memobilisasi pertahanan tubuh terhadap pathogen.
3. meningkatkan produksi autoantingen, yang berdampak pada semakin
meningkatnya risiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan autoimmun.
d. Teori Free Radical

Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua terjadi akibat kurang efektifnya fungsi
kerja tubuh dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal bebas dalam tubuh. Radikal
bebas merupakan zat yang terbentuk dalam tubuh manusia sehingga salah satu hasil kerja
metabolisme tubuh. Walaupun secara normal ia terbentuk dari proses metabolisme tubuh, tetapi
ia dapat tebentuk akibat :

(1) proses oksigenasi lingkungan seperti pengaruh polutan, ozon, dan petisida.

(2) reaksi akibat paparan dengan radiasi.

3
(3) sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas lainnya. Penuaan dapat terjadi akibat interaksi
dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida
(O2), radikal hidroksil,dan H2O2. Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif, sehingga
dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Makin tua umur makin banyak
terbentuk radikal bebas sehingga proses pengerusakan harus terjadi, kerusakan organel sel
makin banyak akhirnya sel mati.

e. Wear Teori Biologi

Menurut teori wear and tear disebutkan bahwa proses menua terjadi akibat kelebihan usaha dan
stres yang menyebabkan sel tubuh menjadi lelah dan tidak mampu meremajakan fungsinya
(Padila, 2013). Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan
jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.

2.2.2 perubahan biologi/fisik pada lansia

a. Sel

Pada lansia, jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya akan lebih besar. Cairan tubuh dan
cairan intraseluler akan berkurang, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati juga ikut
berkurang. Jumlah sel otak akan menurun, mekanisme perbaikan sel akan terganggu, dan otak
menjadi atrofi.

Jumlah sel menjadi menurun atau lebih sedikit, ukuran sel lebih besar, berkurangnya cairan intra
seluler, menurunnya proporsi protein di otak; otot; ginjal; darah dan hati, jumlah sel otak
menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel. Otak menjadi atrofi (beratnya berkurang 5
10%), lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.

b. Perubahan Sistem Persyarafan

Struktur dan fungsi system saraf berubah dengan bertambahnya usia. Berkurangnya massa otak
progresif akibat berkurangnya sel syaraf yang tidak bisa diganti. Terjadi penurunan sintesis dan
neuro transmitter utama. Impuls saraf dihantarkan lebih lambat, sehingga lansia memerlukan
waktu yang lebih lama untukmerespons dan bereaksi.

Rata-rata berkurangnya saraf neocortical sebesar 1 per detik (Pakkenberg dkk, 2003), hubungan
persarafan cepat menurun, lambat dalam merespons baik dari gerakan maupun jarak waktu,
4
khususnya dengan stres, mengecilnya saraf pancaindra, serta menjadi kurang sensitif terhadap
sentuhan.

Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun 10-20%,
mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon penglihatan dan
pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan
tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitif terhadap sentuhan. Waktu reaksi yang lama
menyebabkan lansia beresiko mengalami kecelakaan dan cedera. Kehilangan kesadaran atau
pingsan dapat terjadi bila orang tersebut berdiri terlalu cepat dari posisi berbaring atau duduk.
Perawat harus menasehati orang tersebut untuk menunggu waktu merespons terhadap rangsang
dan bergerak lebih pelan. Kebingungan yang terjadi tiba-tiba mungkin merupakan gejala awal
infeksi atau perubahan kondisi fisik (pneumonia, infeksi saluran kencing, interaksi obat,
dehidrasi dan lainnya).

c.Perubahan Penglihatan

Karena sel-sel baru terbentuk di permukaan luar lensa mata, maka sel tengah yang tus akan
menumpuk dan menjadi kuning, kaku, padat dan berkabut. Jadi, bagian luar lensa yang masih
elastic untuk berubah bentuk (akomodasi) dan berfokus pada jarak jauh dan dekat. Lansia
memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan gelap dan
terang dan memerlukan sinar yang lebih terang untuk melihat benda yang sangat dekat.
Meskipun kondisi visual patologis bukan merupakan bagian penuaan normal, namun terjadi
peninekatan penyakit mata pada lansia.Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata,
lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.

Timbul sklerosis pada sfingter pupil dan hilangnya respons terhadap sinar, kornea lebih
berbentuk seperti bola (sferis), lensa lebih suram (keruh) dapat menyebabkan katarak,
meningkatnya ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi lebih
lambat dan sulit untuk melihat dalam keadaan gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya
lapang pandang, dan menurunnya daya untuk membedakan antara warna biru dengan hijau pada
skala pemeriksaan.

d. Perubahan Pendengaran .

5
Kehilangan kemampuan untuk mendengar nada berfrekuensi tinggi terjadi pada usia
pertengahan. Ini disebabkan karena perubahan telinga dalam yang irreversible. Lansia sering
tidak mampu mengikuti percakapan karena nada konsonan frekuensi tinggi (huruf f, s, th, ch, sh,
b, t, p) semuanya terdengar sama.

Gangguan pada pendengaran (presbiakusis), membran timpani mengalami atrofi, terjadi


pengumpulan dan pengerasan serumen karena peningkatan keratin, pendengaran menurun pada
lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stres.

Ketidakmampuan berkomunikasi, membuat mereka terasa terisolasi dari menarik diri dari
pergaulan social. Bila dicurigai ada gangguan pendengaran, maka harus dilakukan kajian telinga
dan pendengaran. Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau
nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur
65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis. Kehilangan pendengaran
menyebabkan lansia berespons tidak sesuai dengan yang diharapkan, tidak memahamin
percakapan, dan menghindari interaksi social. Perilaku ini sering disalahkaprahkan sebagai
kebingungan atau "senile".

e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian pada semua kelompok umur termasuk
lansia. Angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler juga meningkat dengan meningkatnya
usia. Perubahan structural yang normal dari penuaan yang terjadi pada jantung dan system
vascular mengakibatkan kemampuannya untuk berfungsi secara efisien menurun.

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan
darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole normal
±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg. Hipertensi sistolik pernah dipercaya sebagai bagian
dari proses penuaan normal. Hipertensi, merupakan masalah yang banyak ditemui pada populasi
lansia. Hipertensi merupakan faktor resiko yang menonjol bagi semua kelompok usia terhadap
penyakit kardiovaskuler dan stroke.

6
Pada individu lansia, diagnosis hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Hipertensi sistolik saja dimana tekanan sistolik terukur melebihi 160 mmhg, dengan tekanan
distolik normal atau mendekati normal (di bawah 90 mmhg).

2) Hipertensi esensial dimana tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan 90 mmhg
berapapun tekanan sistoliknya.

3) Hipertensi sekunder atau hipertensi yang dapat disebabkan oleh penyebab yang
mendasarinya.

f. Perubahan Sistem Pengaturan Temperatur

Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis 35°C, hal ini diakibatkan oleh metabolisme
yang menurun, keterbatasan refleks menggigil, dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

Tubuh Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa faktor yang mempengaruhinya
yang sering ditemukan antara lain: temperatur tubuh menurun (hipotermi) yang secara fisiologis
keadaan ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot. Pada kondisi ini,
lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula menggigil, pucat, dan gelisah.

g. Perubahan Sistem Respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap tetapi
volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang
mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan
gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.

Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari silia,
paru paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik napas lebih berat,
kapasitas pernapasan maksimum menurun, dan kedalaman bernapas menurun. Ukuran alveoli
melebar dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg,
kemampuan untuk batuk berkurang, dan penurunan kekuatan otot pernapasan.

7
Perubahan sistem respirasi yang berhubungan dengan usia yang mempengaruhi kapasitas dan
fungsi paru meliputi yang berikut: peningkatan diameter anterioposterior dada, kolaps
osteoporotic vertebra yang mengakibatkan kifosis (peningkatan kurvatura konveks tulang
belakang), kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas alveoli. Peningkatan rigiditas
atau hilangnya recoil elastisitas paru mengakibatkan peningkatan volume residual paru dan
penurunan kapasitas vital.

h. Sistem Gastrointestinal

Fungsi traktus gastrointestinal biasanya tetap adekuat sepanjang hidup. Namun demikian
beberapa orang lansia mengalami ketidaknyamanan akibat motilitas yang melambat. Peristaltic
di esophagus kurang efisien pada lansia. Selain itu, sfingter gastroesofagus gagal berelaksasi
dan keluhan utama biasanya berpusat pada perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan gangguan
pencernaan. Kehilangan gigi, indra pengecapan mengalami penurunan, esofagus melebar,
sensitivitas akan rasa lapar menurun, produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung
menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati (liver)
semakin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, serta berkurangnya suplai aliran
darah.

Peningkatan kesehatan untuk sistem gastrointestinal pada lansia dapat dipandu untuk
meningkatkan fungsi gastrointestinalnya untuk mengikuti praktik peningkatan kesehatan seperti;
menggosok gigi setiap hari, perawatan gigi yang teratur, menghindari aktivitas berat setelah
makan, makan makanan tinggi serat, diet rendah lemak, minum banyak air, menjaga kebiasaan
defekasi secara teratur, dan menghindari laksatif dan antasida

i.Sistem Genitourinaria

Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun hingga 50%, fungsi
tubulus berkurang (berakibat pada penurunan kemampuan ginjal untuk mengonsentrasikan
urine, berat jenis urine menurun, proteinuria biasanya +1), blood urea nitrogen (BUN)
meningkat hingga 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, Otot-otot kandung
kemih (vesica urinaria) melemah, kapasitasnya menurun hingga 200 ml dan menyebabkan
frekuensi buang air kecil meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan sehingga meningkatkan

8
retensi urine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas sebagian besar mengalami pembesaran prostat
hingga 75% dari besar normalnya.

pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun
dan disertai penurunan frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.Peningkatan
kesehatan sistem genitourinaria dilakukan dengan mengonsumsi cairan yang mencukupi sangat
penting untuk mencegah infeksi kandung kemih dan memelihara keseimbangan cairan.

Masalah kontinensia urin dan sering berkemih dapat dikurangi bila individu lansia mengikuti
petunjuk berikut:

1) Selalu dekat dengan fasilitas kamar mandi

2) Berkemih secara teratur

3) Melatih otot dasar panggul Latihan otot dasar panggul sangat berguna dalam mengurangi
gejala stress dan dorongan inkontinensia. Karena untuk mencapai control muskulus yang baik
diperlukan latihan beberapa minggu, maka individu lansia harusdidorong untuk melakukan
latihan secara teratur.

j. Sistem Endokrin

Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas tiroid, basal metabolic rate (BMR),
daya pertukaran gas, produksi aldosteron, serta sekresi hormon kelamin seperti progesteron,
esterogen, dan testosteron.

k. Sistem Kulit

Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal
dengan liver spot. Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
kasar dan bersisik, menurunnya respons terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun,
kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga
menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan
kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan

9
seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan
kurang bercahaya.

l. Sistem Muskuloskeletal

Jaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan
menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi
lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago
untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.

Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi,
sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri,
deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot
mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon,
ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.

Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi sebelum usia 40 tahun. Kehilangan
densitas tulang yang massif akan mengakibatkan osteoporosis. Kondisi ini kebanyakan terjadi
pada wanita pasca menopausedan berhubungan dengan inaktivitas, masukan kalsium yang tidak
adekuat, dan kehilangan estrogen. Perubahan tersebut mengakibatkan penurunan mobilitas,
keseimbangan dan fungsi organ internal berkurangnya ukuran otot dan kehilangan kekuatan,
fleksibilitas, dan ketahanannya sebagai akibat penurunan aktivitas pada Insia yang ditandai
dengan nyeri punggung. Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan
pemendekan tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami
sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

10
Peningkatan kesehatan tulang pada lansia dengan osteoporosis. Osteoporosis merupakan
masalah yang sering terjadi pada wanita lansia. Demineralisasi yang terjadi pada osteoporosis
dipercepat dengan hilangnya estrogen, inaktivitas, dan diet rendah kalsium tinggi fosfat.

Perawat dapat menganjurkan:

1) Masukan tinggi kalsium

2) Diet rendah fosfor

3) Olahraga

Peningkatan kesehatan untuk fungsi musculoskeletal dengan melaksanakan Program olahraga


rutin harus dijalankan seumur hidup atau dimulai pada lansia. Aksioma "gunakan atau kamu
kehilangan" sangat sesuai dengan kapasitas fisik lansia.Hambatan terbesar untuk berolahraga
adalah perilaku masyarakat secara keseluruhan dan perilaku negative lansia itu sendiri. Perawat
mempunyai peranan yang sangat penting dengan mmberi semangat dan menantang lansia untuk
berpartisipasi dalam program olahraga dengan teratur.

m. Perubahan Sistem Reproduksi

Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita antara lain vagina mengalami kontraktur
dan mengecil, ovari menciut, uterus mengalami atrofi, atrofi payudara, atrofi vulva, selaput
lendir vagina menurun. Sedangkan perubahan yang terjadi pada sistemreproduksi pria antara
lain ada penurunan secara berangsur- angsur meskipun testis masih dapat memproduksi.

Referensi : Efendy. F, makhfuklisin.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan


praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

11
12

Anda mungkin juga menyukai