Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua (Aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Seseorang
yang berusia lanjut akan mengalami perubahan-perubahan akibat penurunan
fungsi sistem tubuh. Menjadi tua merupakan keadaan yang harus dilalui oleh
semua makhluk hidup, apabila memiliki usia yang panjang. Walaupun proses
penuaan benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal, akan tetapi pada
kenyataannya, proses ini lebih menjadi beban bagi orang lain dibandingkan proses
lain yang terjadi, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk menghambat proses
tersebut (Musri, 2003 dalam Wicaksono 2011).
Pada umumnya usia madya atau setengah baya dipandang sebagai masa usia
antara 40-60 tahun. Usia madya merupakan periode yang panjang dalam rentang
kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi kedalam dua sub bagian, yaitu :
usia madya dini yang membentang dari usia 40 hingga 50 tahun dan usia madya
lanjut yang berbentang antara usia 50 hingga 60 tahun. Masa tersebut akhirnya
ditandai oleh adanya perubahan-perubahan fisik dan mental (Hurlock, 1999).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam 2 struktur dan fungsi
sel, jaringan, serta sistem organ. Menurut UU no 4 tahun 1965 lansia adalah
seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri
untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang
lain,sedangkan menuru UU no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia (lanjut
usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999
dalam Aindaniyah). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
penuaan yang berakhir dengan kematian.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penuaan (aging) merupakan proses hilangnya kemampuan jaringan secara
perlahan-lahan untuk mempertahankan struktur maupun fungsi normalnya,
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan kerusakan yang dialami
(Pangkahila, 2014). Proses menua ini akan terjadi pada seluruh organ tubuh
makhluk hidup termasuk kulit (Jusuf, 2005). Secara klinis, penuaan kulit terutama
kulit wajah ditandai dengan beberapa tanda termasuk keriput, bintik-bintik
hiperpigmentasi dan hilang kekencangannya (Oddos, et al., 2012). Sinar matahari
merupakan faktor utama penyebab proses menua pada kulit, begitu juga dengan
kelembaban udara yang rendah menyebabkan kulit menjadi kering sehingga
mempercepat proses menua pada kulit (Jusuf, 2005). Indonesia beriklim tropis
dengan sinar matahari yang melimpah dapat menyebabkan risiko tinggi terhadap
kerusakan kulit atau penuaan dini (Fauzi dan Nurmalina, 2012). Hal ini dapat
memicu pembentukan radikal bebas pada kulit yang menyebabkan berbagai
penyakit kulit terutama keriput dan menua, karena kulit adalah organ terbesar
pada tubuh kita dan mempunyai peran penting, seperti penghalang fisik terhadap
faktor mekanis, kimia, panas dan mikroba yang dapat mempengaruhi fisiologis
tubuh (Lalitha dan Jayanthi, 2014). Kaum wanita tidak lepas dari tuntuntan untuk
tampil cantik dan menarik, begitu juga pada kaum pria dituntut untuk menjaga
penampilannya (Kunto, 2007), dengan demikian untuk menghambat proses
penuaan penting mengendalikan 2 pembentukan radikal bebas yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki status dengan antioksidan selular (Winarsi, dkk.,
2013). Zat antioksidan yang mampu menghambat oksidasi sebagai pertahanan
terhadap kerusakan oksidatif pada kulit, sehingga sel harus dilengkapi dengan
berbagai jenis antioksidan yang akan bekerja melawan molekul oksidan tersebut
(Ardhie, 2011). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda,
memperlambat dan mencegah proses oksidasi (Panjaitan, dkk., 2008). Terapi anti-
aging akan lebih baik dilakukan sedini mungkin di saat seluruh fungsi sel-sel
tubuh masih sehat dan berfungsi dengan baik.
B. Mekanisme Terjadinya Aging
Pada dasarnya, semua teori itu dibagi menjadi dua kelompok yaitu teori wear
and tear dan teori program. Hipotesis kerusakan DNA, glikosilasi, dan radikal
bebas termasuk dalam teori wear and tear, sedangkan teori program diantaranya
terbatasnya replikasi sel, proses imun, dan teori neuroendokrin (Pangkahila,
2007).
1. Teori Wear and Tear
Teori “pakai” dan “rusak” ini menjelaskan bahwa penuaan terjadi apabila
sel dan jaringan tubuh yang telah digunakan atau disalahgunakan terus
menerus menjadi habis atau rusak. Teori ini diperkenalkan oleh Dr. August
Weismann, seorang biologis dari Jerman pada tahun 1882 (Pangkahila, 2007).
a. Teori DNA Damage
Kerusakan DNA terjadi terus menerus pada sel organisme hidup.
Sebagian kerusakan ini dapat diperbaiki, tetapi sebagian terakumulasi pada
saat DNA Polimerase dan mekanisme perbaikan lain tidak dapat memperbaiki
defek secepat saat pertama kali muncul kerusakan. Akumulasi kerusakan
DNA juga terjadi pada sel mamalia yang tidak dapat membelah. Mutasi
genetik terjadi seiring penambahan usia, menyebabkan malfungsi sel.
Kerusakan DNA mitokondrial juga menyebabkan disfungsi mitokondria
(Park dan Yeo, 2013).
b. Glikosilasi
Glikosilasi merupakan proses penting pada penyakit degeneratif seperti
diabetes. Glikosilasi merupakan ikatan kovalen antara gula darah dan
hemoglobin pada sel darah merah. Pada keadaan normal non diabetes, hanya
sedikit atau sekitar 4,5% sampai 6% gula darah yang berikatan dengan
hemoglobin. Banyaknya ikatan kovalen ini dapat dilihat dengan mengukur
Hemoglobin A1c (HbA1c). Apabila kadar HbA1c ini terlalu banyak akan
memperburuk fungsi dan struktur sel. Glukosa akan diabsorbsi dengan mudah
oleh organ-organ tidak tergantung insulin, seperti ginjal, pembuluh darah,
saraf perifer, dan lensa mata sehingga terjadi kekakuan arteri, hilangnya
fungsi saraf, dan katarak. Proses penuaan pada diabetes ini merupakan role
model dari proses penuaan pada kondisi lainnya (Pangkahila, 2007).
c. Teori Radikal Bebas
Radikal bebas adalah suatu molekul yang mempunyai satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan. Makromolekul seperti asam nukleat, lipid,
gula, dan protein mudah diserang oleh radikal bebas. Ikatan single- dan
double- asam nukleat dapat rusak dan berikatan dengan molekul lain, serta
dapat berikatan dengan basa atau kelompok gula lain (Pangkahila, 2007).

2. Teori Program
Teori ini mengatakan bahwa penuaan mengikuti suatu jam biologik,
kemungkinan adalah lanjutan dari sistem yang mengatur pertumbuhan dan
perkembangan masa kecil. Pengaturan ini bergantung pada perubahan
ekspresi gen yang berpengaruh pada respon pemeliharaan, perbaikan, dan
pertahanan. Teori ini terdiri dari tiga subkategori :
a. Teori Terbatasnya Replikasi Sel
Kehidupan sel dipengaruhi oleh panjang telomere (enam nukleotida
sekuen DNA yaitu TTAGGG) yang terletak pada ujung chromosome
strands. Telomere berpengaruh pada fungsi sel punca pada organ yang
pergantian selnya tinggi. Dengan setiap replikasi sel, telomere memendek
pada setiap pembelahan sel. Setelah sejumlah pembelahan sel, telomere
telah dipakai dan pembelahan sel berhenti. Mekanisme telomere
menentukan rentang usia sel dan pada akhirnya juga rentang usia
organisme sendiri (Pangkahila, 2007).
b. Teori Immunologi
Sistem imun telah terprogram untuk berkurang seiring waktu, yang
akan menyebabkan tubuh semakin rentan terhadap penyakit infeksi dan
menyebabkan penuaan serta kematian. Efektivitas sistem imun terbaik
adalah saat pubertas dan perlahan menurun seiring bertambahnya usia
c. Teori Neuroendokrin
Hormon dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh
hipotalamus yang terletak di otak. Hipotalamus membentuk poros dengan
hipofise dan organ tertentu, contohnya poros hipotalamus-hipofise-testis,
poros hipotalamus-hipofisesuprarenalis, dan lain-lain. Pada usia muda,
fungsi hormonal lebih optimal dibandingkan dengan usia tua
(Pangkahila, 2007).

C. Gejala Klinis Penuaan


Proses penuaan dimulai dengan menurunnya bahkan terhentinya fungsi
berbagai organ tubuh. Akibat menurunnya fungsi tersebut, maka muncul
berbagai tanda dan gejala proses penuaan, yang pada dasarnya dibagi dalam
dua bagianyaitu (Pangkahila, 2007):
1. Tanda fisik, seperti masa otot berkurang, lemak meningkat, kulit berkerut,
daya ngat berkurang, fungsi seksual, dan reproduksi terganggu,
kemampuan kerja menurun, sakit tulang.
2. Tanda psikis, seperti gairah hidup menurun, sulit tidur, mudah cemas,
mudah tersinggung, merasa tidak berarti lagi.

Proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan


perubahan fisik dan psikisseperti di atas. Proses penuaan berlangsung dalam
tiga tahap sebagai berikut (Pangkahila, 2007) :
1. Tahap subklinik (usia 25-35 tahun)
Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu
hormon testosteron, growth hormone, dan hormon estrogen. Kerusakan ini
biasanya tidak tampak dari luar, sehingga pada tahap ini orang merasa dan
tampak normal, tidak mengalami gejala dan tanda penuaan.
2. Tahap Transisi (usia 35-45 tahun)
Selama tahap ini level hormon menurun hingga 25 persen. Massa otot
berkurang sebanyak satu kilogram setiap beberapa tahun, akibatnya
kekuatan dan tenaga terasa hilang, sedangkan komposisi lemak terus
bertambah. Pada tahap ini orang merasa tidak muda lagi dan tampak lebih
tua. Kerusakan akibat radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik, yang
dapat menghasilkan penyakit.
3. Tahap klinik (usia lebih dari 45 tahun)
Pada tahap ini, penurunan kadar hormon terus menurun yang meliputi
DHEA (Dehydroepiandrosterone), melatonin, growth hormone, testosteron,
estrogen, dan hormon tiroid. Penurunan bahkan hilangnya kemampuan
penyerapan bahan makanan, vitamin, dan mineral juga terjadi. Densitas
tulang menurun, massa otot berkurang sekitar satu kilogram setiap tiga
tahun, yang mengakibatkan ketidakmampuan membakar kalori,
meningkatnya lemak tubuh, dan berat badan.

D. Proses Penuaan pada Kulit


Definisi penuaan pada kulit Menurut Medical online Dictionary, penuaan
pada kulit adalah suatu mekanisme biologis yang ditandai dengan adanya
perubahan struktur maupun elastisitas kulit, yang terjadi bersama dengan
waktu sebagai bagian dari proses penuaan fisiologis (intrinsik) maupun yang
dipicu oleh efek dari luar (ekstrinsik).

1. Faktor penuaan intrinsik (intrinsic Aging, Chronologic Aging),


merupakan proses menua fisiologik yang berlangsung secara alamiah,
disebabkan berbagai faktor dari dalam tubuh sendiri seperti genetik,
hormonal maupun rasial.
2. Faktor penuaan ekstrinsik, terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh.
Faktor lingkungan seperti radiasi ultraviolet (UV) sinar matahari,
kelembaban udara, suhu dan berbagai faktor luar lainnya dapat
mempercepat proses penuaan kulit sehingga terjadi penuaan dini kulit.
Selain itu, kulit adalah organ yang mengalami kontak langsung dengan
lingkungan sehingga sangat terpengaruh oleh faktor lingkungan.

Proses penuaan ekstrinsik berbeda dengan proses penuaan intrinsik baik


secara klinis maupun secara histologis. Secara klinis pada penuaan ekstrinsik
(terutama akibat radiasi sinar UV), kulit menjadi kering, kasar, tidak merata,
warnanya tidak merata (hipo/hiperpigmentasi), terjadi kerutan yang dalam
atau atrofi yang parah, timbul teleangiektasis, pembentukan lentigo solaris,
timbulnya lesi kulit premalignant, tidak elastis dan kaku, serta leathery
appearance (Helfrich et al., 2008). Ditambah tanda-tanda lain seperti elastosis
(kulit menjadi kasar, kuning dan timbul cobblestone effect) serta actinic
purpura (kulit menjadi mudah memar yang disebabkan oleh rapuhnya dinding
pembuluh darah) (Durai et al., 2012). Sebaliknya penuaan kulit intrinsik
(chronologic skin aging), ditandai oleh timbul kerutan halus, xerosis, kusam,
dan timbulnya berbagai tumor kulit jinak kulit seperti seborrhoic keratosis
dan cherry angioma (Yaar dan Gilchrest, 2008). Penuaan ekstrinsik, secara
histologis memiliki karakteristik berupa massa elastin yang kusut dan
kemudian mengalami degradasi membentuk massa yang amorfik, jaringan
penyangga kulit yang sebagian besar terdiri dari glikosaminoglikan dan
proteoglikan meningkat. Sementara itu, jumlah serat kolagen berkurang
karena degradasinya meningkat akibat peningkatan enzym matriks metallo
proteinase dan pelepasan sitokin, ditambah lagi dengan kontraksi pada septa
di lemak subkutan sehingga timbul kerutan. Kompaksi stratum korneum
meningkat, lapisan sel granular di epidermis menebal, epidermis menipis
akibatnya kulit jadi kering dan kasar. Melanosit yang mengalami hipertrofi
meningkat jumlahnya, begitu pula kadar melanin per unit nya, akibatnya
muncul frecless dan hiperpigmentasi (Yaar dan Gilchrest, 2008).

Adapun fisiologis perubahan penuaan yaitu :


1. Penurunan Jumlah Berfungsi sel
Penurunan jumlah berfungsi sel parenkim. Penurunan fungsi ginjal telah
dilaporkan yang menunjukkan penurunan jumlah berfungsi nefron.
2. Sistem saraf
Sebagai hasil dari penuaan, penurunan waktu reaksi terutama ketika
pusat-pusat yang lebih tinggi yang terlibat, penurunan aktivitas visual,
penurunan daya memori dan tingkat pembelajaran dan perubahan
perilaku.
3. Gigi
Demineralisasi tulang telah diamati umum pada orang tua. Kondisi ini
dikenal sebagai Osteoporosis. Beberapa studi klinis telah menunjukkan
kebutuhan kalsium yang lebih tinggi untuk orang tua.
4. Saluran pencernaan
Penurunan sekresi air liur dan kemampuan untuk mencerna pati telah
diamati pada orang tua menurun. keasaman lambung menurun dalam
persentase besar orang tua.
5. Sistem kardiovaskular
Peningkatan kejadian artherosclerosis dan penurunan fungsi jantung
akibat perubahan karakter otot jantung, jaringan elastis dan pembuluh
koroner yang diamati pada orang tua.
6. Ginjal Sistem
Beberapa pekerja telah dilaporkan menurun laju filtrasi glomerulus dan
aliran plasma ginjal seperti yang diungkapkan oleh tes fungsional.
7. Sistem endokrin
Perubahan ditemukan di kelenjar endokrin yang lanjut umurnya serupa
dengan yang diamati pada individu kronis sakit atau kelaparan di
kelompok usia muda. Kegiatan endokrin berkurang.

E. Pelatalaksana Gizi
Anti-aging diet bukan diet dalam arti bahwa tujuannya adalah untuk
menurunkan berat badan. Anti-penuaan diet sebenarnya adalah gaya hidup
atau kebiasaan diet yang akan membawa pada umur panjang. Oleh karena
bukan merupakan diet penurunan berat badan, meskipun memiliki efek
penurunan berat badan.
Anti-aging diet terdiri dari 2 komponen:
1. Kalori Restriction
Manfaat fisiologis pembatasan kalori, termasuk:
a. Peningkatan umur maksimum
b. Peningkatan kemampuan belajar (pikiran lebih tajam)
c. Reseptor neurotransmitter meningkat (pikiran yang lebih jelas)
d. Penurunan akumulasi lemak (kontur tubuh yang lebih baik)
e. Tingkat insulin menurun (kontrol gula lebih baik)
f. Kanker menurun (kerusakan oksidatif kurang)
g. Penyakit jantung menurun (kurang stres pada kardiovaskular sistem)
h. Hilangnya penurunan massa tulang (osteoporosis kurang)

2. Modifikasi Diet Mediterania

Ada tiga lapisan utama untuk Anti-Aging Piramida Makanan, dibagi menjadi
harian, 2-3 kali seminggu, dan lapisan mingguan. Lapisan dasar yang luas dari
piramida dimulai dengan 10 gelas air dalam sehari dan karbohidrat kompleks
memasok hingga 55% dari kalori karbohidrat ini adalah mereka penerbangan
glikemik jenis indeks - barley, sereal, kacang-kacangan, dan tanah di atas BIRU
sayuran berdaun . Sebuah jumlah yang terbatas dari kacang-kacangan, yang
merupakan makanan berlemak, juga termasuk dalam lapisan dasar pertama ini.
Tiga porsi sayuran harus diminum setiap hari. Tinggi glikemik indeks karbohidrat
kompleks seperti gandum, beras, dan jagung harus dibatasi. jumlah sedang dapat
diterima jika mereka dicampur dengan lemak dan protein.
Telur merupakan juga bagian dari lapisan dasar. Ini adalah sumber protein
yang baik. Satu telur per hari dapat diterima (termasuk yang digunakan dalam
memasak dan baking). Telur organik adalah yang terbaik. Minyak zaitun dan
lemak dari ikan, kacang-kacangan merupakan bagian dari lapisan harian ini. 25-
30% dari kalori dalam Anda berasal dari lemak. Lemak dalam diet harus datang
terutama dari minyak zaitun, yang tinggi lemak tak jenuh tunggal dan juga
merupakan sumber antioksidan. Beberapa berasal dari ikan, unggas dan daging
yang dikonsumsi. Lapisan kedua adalah lapisan yang jauh lebih kecil berisi
makanan protein dari ikan dan unggas. Anda harus makan dari grup ini 2-3 kali
seminggu. Ikan harus orang-orang yang hidup di air yang dalam dan dingin,
seperti salmon dan tuna. Unggas harus lebih baik datang dari bebas ayam buras.
Lapisan ketiga, yang sangat kecil, berisi makanan yang satu harus makan 1 kali
seminggu. Ini termasuk permen, daging merah (lean). Pembatasan kalori bekerja
pada tiga tingkatan yang berbeda:
1. Sebagai asupan makanan berkurang, metabolisme turun. Gratis Sebagai
asupan makanan berkurang, metabolisme turun. Gratis radikal terbentuk
sebagai oleh-produk dari siklus metabolisme penurunan tubuh Anda. Kurang
radikal bebas berarti kerusakan kurang seluler dan kurang kemungkinan
kanker dan penyakit radikal bebas lain yang terhubung
2. Pembatasan kalori menyebabkan peningkatan pelindung pembatasan kalori
menyebabkan peningkatan pelindung enzim enzim seperti superoksida
dimutase dan glutation peroksidase, yang seperti superoksida dimutase dan
glutation peroksidase, yang keduanya menentang radikal bebas. produksi
hormon tertentu seperti melatonin, yang memiliki anti oksidan fungsi,
meningkat.
3. Pembatasan kalori, jika benar dilakukan melalui makan pembatasan kalori,
jika benar dilakukan melalui makan lebih sering makan kecil daripada
beberapa makanan besar, mengurangi sekresi insulin dan menstabilkan
tingkat gula darah.

Anda mungkin juga menyukai