Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ENZIM DAN HORMON


UNTUK MEMENUHI TUGAS IPA Terapann

Oleh :
Kevin Adrian X JB III

Paket Keahlian Jasa Boga III SMKN 3 Bogor


Jl. Raya Padjajaran No.84 Bogor -16151
Telp. 0251- 8327120 Fax.021-83586867
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hormon dan Enzim” tepat pada waktunya.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan
makalah berikutnya.

Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Bogor, 16 April 2017

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..........................................................................................................1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................2
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................3

1. PENDAHULUAN .........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................4
1.3 Tujuan .......................................................................................................................5
2. PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 Hormon .....................................................................................................................6
2.1.1 Definisi ...............................................................................................................6
2.1.2 Jenis Hormon .....................................................................................................6
2.1.3 Klasifikasi .........................................................................................................7
2.1.4 Mekanisme Kerja Hormon ................................................................................7
2.1.5 Kelenjar Pituitari ................................................................................................9
2.1.5.1 Divisi Kelenjar ...................................................................................................9
2.1.5.2 Hubungan Hiperfisis-Hipotalamus ....................................................................9
2.1.6 Hormon Pertumbuhan ........................................................................................10
2.1.6.1 Abnormalitas Sekresi GH ..................................................................................11
2.1.7 Kelenjar Tiroid ...................................................................................................11
2.1.7.1 Pembentukan, Penyimpanan, dan Pelepasan Hormon Tiroid ............................11
2.1.7.2 Efek Fisiologis Hormon Tiroid ..........................................................................12
2.1.7.3 Abnormalitas Sekresi ........................................................................................12
2.2 Enzim........................................................................................................................14
2.2.1 Definisi ...............................................................................................................14
2.2.2 Jenis Reaksi Enzim ............................................................................................14
2.2.3 Tatanama Enzim .................................................................................................15
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim ....................................................15
2.2.5 Komponen Penyusun Enzim ..............................................................................15
2.2.6 Mekanisme Kerja Enzim ....................................................................................16
2.2.7 Cara Kerja Enzim ..............................................................................................16
2.2.8 Pengahmbatan Reversible ..................................................................................18
3. PENUTUP......................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................19
3.2 Saran .........................................................................................................................19
4. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu sistem koordinasi pada manusia adalah Hormon, dimana hormon merupakan
getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dan langsung diedarkan oleh darah. Kelenjar
tersebut tidak mempunyai saluran khusus, sehingga sering disebut sebagai kelenjar
buntu/kelenjar Endokrin.
Di dalam tubuh. Hormon berperan dalam mengatur metabolisme, pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi dan reaksi terhadap stress serta tingkah laku. Oleh karena itu,
hormon sangat dibutuhkan dalam tubuh.
Selain itu di dalam tubuh juga terjadi aktivitas enzim. Aktivitas dari enzim dapat
dipengaruhi oleh beberapa jenis molekul, salah satunya adalah inhibitor. Inhibitor
merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau menurunkan laju reaksi yang
dikatalisis oleh enzim. Inhibitor irreversibel atau tidak dapat balik, dimana setelah inhibitor
mengikat enzim, inhibitor tidak dapat dipisahkan dari sisi aktif enzim. Keadaan ini
menyebabkan enzim tidak dapat mengikat substrat atau inhibitor merusak beberapa
komponen (gugus fungsi) pada sisi katalitik molekul enzim. Sedangakan nhibitor reversibel
atau dapat balik, bekerja dengan mengikat sisi aktif enzim melalui reaksi reversibel dan
inhibitor ini dapat dipisahkan atau dilepaskan kembali dari ikatannya. Inhibitor dapat balik
terdiri dari tiga jenis, yaitu inhibitor yang bekerja secara kompetitif, non-kompetitif, dan
un-kompetitif.
Sehingga dilakukan percobaan pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim. Dimana dalam
percobaan pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim ini, digunakan inhibitor kompetitif
yaitu malonat. Dalam hal ini malonat yang menginhibisi reaksi yang dikatalisis oleh enzim
suksinat dehidrogenase.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Hormon dan Enzim?
2. Apa jenis-jenis dari Hormon dan Reaksi Enzim?
3. Apa saja klasifikasi dari Hormon?
4. Bagaimana mekanisme kerja Hormon dan Enzim?
5. Apa itu Kelenjar Pituitary dari Hormon?
6. Apa itu Hormon Pertumbuhan?
7. Apa itu Kelenjar Tiroid?
8. Bagaimana tatanama Enzim?
9. Apa faktor yang mempengaruhi aktivitas Enzim?
10. Apa saja komponen penyusun Enzim?
11. Bagaimana cara kerja Enzim?
12. Bagaimana penghambatan reversible?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari Hormon dan Enzim
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Hormon dan Reaksi Enzim
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Hormon
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja Hormon dan Enzim
5. Untuk mengetahui Kelenjar Pituitary dari Hormon
6. Untuk mengetahui Hormon Pertumbuhan
7. Untuk mengetahui Kelenjar Tiroid
8. Untuk mengetahui tatanama Enzim
9. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi aktivitas Enzim
10. Untuk mengetahui komponen penyusun Enzim
11. Untuk mengetahui cara kerja Enzim
12. Untuk mengetahui penghambatan reversible
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HORMON
2.1.1 DEFINISI
Hormon adalah zat yang dihasilkan oleh suatu kelenjar endokrin, disekresi ke dalam
darh, dan sampai ke sel sasaran di jaringan lain dakam tubuh trmpat hormon tersebut
menimbulkan edek fisiologis. Sebagian besar hormon adalah peptida atau senyawa yang
berasal dari asam amino. Sebagian hormon peptida adalah glikoprotein kompleks. Hormon
yang berasal dari sebuah asam amino adalah golongan kotekolamin. Hormon lainnya
adalah turunan kolesterol atau salah satu prekusornya. Hormon steroid yang berasal dari
kolesterol mencakup hormon korteks adrenal dan hormon gonad.
2.1.2 JENIS HORMON
1. Hormon Endokrin
Hormon yang disekresi oleh organ atau jaringan utama yang termasuk bagian sistem
endokrin.
a. Hormon tidak bekerja secara lokal, za ini dibawa aliran darah menempuh jarak
yang jauh untuk mempengaruhi jaringan target.
b. Hormon endokrin dapat disekresi oleh suatu sel atau oleh sekelompok sel yang
ditemukan dalam jaringan non-endokrin (misalnya insulin dan glukagon
diproduksi oelh sel pulau-pulau eksokrin pankreas).
c. Bebrapa hormon, seperti hormon plasenta yang ditemukan selama kehamilan
hanya diproduksi untuk sementara.
2. Neurohormon
Neorohormon disintesis sel-sel sarad neurosekresi. Zat ini berfungsi dan disekresi
seperti hormon, tetapi biasanya bekerja dalam jarak yang lebih pendek dan jelas.
a. Salah satu contoh neurohormon adalah neuropeptida yang diproduksi neuron
dalam SSP
b. Neurotransmuter yang beroperasi melalui sinaps atau neuromedulator yang
meningkatkan atau menghambat respons neuron ke neurotransmiter juga disebut
sebagai hormon.
3. Prostaglandin
Zat seperti hormon yang merupakan deviat asam lemak asam arakidonat. Zat ini
terbentuk dalam jumlah kecil pada jaringan tubuh baik saat kondisi normal dan
patologis.
a. Prostaglandin disentesis dan dilepas untuk bekerja secara lokal pada sel sel
tetangga.
b. Hormon ini mempengaruhi berbagai fungsi tubuh, antara lain efek terhadap
tekanan darah, kontraksi otot polos, pembekuan darah, pencernaan, reproduksi,
dan respons inflamatori.
2.1.3 KLASIFIKASI
Terdiri dari dua kelas utama.

1. Deriviatif asama amino


Seperti protein. Polipeptida, peptida, amina atau kompleks protein konjugasu
seperti glikoprotein, adalah hormon yang diproduksi kelenjar hipofisis,
hipotalamus, medula adrenal, pineal, tiroid, sel-sel pulau pankreas, dan sel-sel
dalam saluran pencernaan. Zat ini umumnya dapat larut dalam air dan ditranspor
dalam bentuk yang tidak berikatan dalam darah.
2. Steroid
Senyawa lipid larut-lemak yang disinresis dari kolesterol. Zat ini diproduksi oelh
ovarium, testis, plasenta dan bagian luar kelenjar adrenal serta testosteron, estrogen,
progesteron, aldosteron dan kortisol. Zat ini bersirkulasi dalam plasma yang
mentranspor protein.
2.1.4 MEKANISME KERJA HORMON
Ada dua mekanisme utama pada hormon dan molekul yang berikatan dengan hormon
tersebut untuk menghasilkan efeknya. Pertama, melalui stimulasi kerja enzim yang ada
dalam sel dan kedua, mengaktivasi gen yang terlibat melalui transkripsi dan translasi.

1. Aktivasi enzim melibatkan sistem respetor terikat membran (pembawa pesan


kedua)
a. Molekul-molekul dari berbagai hormon protein dan polipeptida (pembawa
pesan pertama) berikatan dengan reseptor tatap pada permukaan sel yang
spesifik untuk hormon tersebut.
b. Kompleks hormon-hormon menstimulasi pembentukan adenosin 3,5-
monofosfat siklik (cAMP) sebagai pengantar pesan kedua, yang dapat
menyampaikan pesan pertama dari berbagai hormon.
1) Sintesis cAMP melibatkan lebih dari satu G-protein terikat membran,
yang termasuk keluarga protein tegulator pengilkat nukleotida guarin.
2) G-protein mengalami pengubahan bentuk, sehingga guanosim difosfat
(GDP) yang tidak aktif dapat diganti dengan enzim pengaktivasi,
guanosin trifosfat (GTP).
3) Komleks G-protein-GTP menbgaktivasi enzim adenelat siklase, untuk
memproduksi cAMP.
c. Setiap molekul cAMP mengaktivasi berbagai molekul cAMP-dependen protein
kinase yang sesuai.
1) Enzim protein kinase mengkatalisis reaksi fosforilasi khusus (transfer
gugus fosfat) untuk enzim kunci dalam sitoplasma.
2) Setiap molekul protein kinase mengaktivasi berbagai molekul yang
sesuai dengan enzimnya. Dengan demikian, suatu konsentrasi rendah
dari hormon yang bersirkulasi dapat diperkuat sehingga mengakibatkan
aktivitas enzim intraselular utama.
d. Aktivitas enzim oleh protein kinase mengakibatkan efek fisiologis dan
reaksi kimia, bergantung pada sifat bawaan sel.
e. cAMP terurai dengan cepat oleh enzim intraselular fosfodisterase. Ini
akan membatasau durasi efek cAMP.
2. Senyawa selain cAMP yang berperan sebagai pembawa pesan kedua untuk hormon
tertentu telah ditemukan. Senyawa ini meliputi inositol trifosfat (IP3), guanosin
monofosfat siklik (GMP) dan kompleks kalsium yang teriakat dengan kalmodilum,
duatu protein regulator intarseluler.

3.
4. Aktivasi gen melibatkan sistem reseptor intraselular.
a. Hormon steroid, hormon tiroid, dan beberapa jenis hormon polipeptida,
menembus membran untuk masuk ke dalam sek. Hormon tersebut berikatan
dengan reseptor internal bergerak dalam sitoplasma atau nukleus sel.
b. Kompleks reseptor-hormon bergerak ke DNA di sisi atau di dekat gen yang
transkripnya distimulasi oleh hormon. Di sisi ini, kompleks dakan berikatan
dengan reseptor DNA spesifik untuk hormon .
c. Gen kemudian diaktivasi oleh kompleks ini untuk membentuk transkripsi
mRNA, yang akan berdifusi ke dalam sitoplasma.
d. mRNA kemudian ditranslasi menjadai protein dan enzim yang memicu respons
selular terhadap hormon.
2.1.5 KELENJAR PITUITARI
2.1.5.1 DIVISI KELENJAR
a. lobus anterior (adenohipofisis) kelenjar terdiri dari pars distalis, pars
tuberalis, dan pars intermedia.
1) Pars distalis merupakan tonjolan lobus anterior
2) Pars tuberalis pada manusia tereduksi menjadi lempeng tipis sel-sel
epitelial pada bagian superior pars distalis. Bagian ii funsgi
endokrinnya tidak diketahui, tetapi merupakan bagian yang paling
vaskular pada lobus anterior.
3) Pars intermedia, bersebelahan dengan pars distalis, sangat jelas, pada
janin tetapi tereduksi setetlah dewasa.
b. Lobus posterior pituitari (neurohipofisis) tersusun dari pars nervosa, dan
infunfibulum.
1) Pars nervosa terhuibung dengan hipotalamus otak. Bagian ini
mengandung ujung akson dari neuron neurosekretori hipotalamus dan
sel-sel seperti sel neuroglia (pituisit) yang dipercaya tidak memiliki
fungsi sekretori.
2) Infunfibulum (batang saraf) menghubungkan neurohipofisis dengan
otak
2.1.6 HUBUNGAN HIPERFISIS-HIPOTALAMUS
Hubungan vaskular dan saraf antara hipotalamus dan hipofisis sangat penting untuk
fungsi kelenjar hipofisis.

a. Sistem portal hipotalamus-hipofisis


1) Suplai darah ke lobus posterior (neurohipofisis) terjadi melalui dua arteri
hipofisis inferior, yang merupakan cabang arteri karotis internal, memasuki
lobus posterior dan membentuk jaringan-jaringan kapilar. Aliran vena mengalir
melalui vena hipofisis ke dalam sinus dural.
2) Suplai darah ke lobus anterior (hipofisis) adalah tidak lansgung. Arteri hipofisis
superior (cabang arteri karotis interna) memasuki bagian tengah tonjolan
hipotalamus dan batang infundibulum sehingga membentuk jaring-jaring
kapilar pertama.
3) Jaring kapilar pertama dialiri vena portal hipofisis, yang menjadi awal jaeing
kapilar kedua di bagian bawah lobus anterior.
4) Sistem portal hipotalamus-hipofisis mengacu pada kedua jaring kapilar di atas
(satu di hipotalamus dan satu lagi dlaam adeohipofisis) dan vena yang terletak
di antara keduanya. Melalui sistem ini, hormon yang diproduksi di hipotalamus
langsung dibawa ke adenohipofisis tanpa memasuki sirkulasi darah besar.
2.1.7 HORMON PERTUMBUHAN
Hormon pertumbuhan atau somatotropik adlah sejenis hormon protein. Hormon ini
mengendalikan pertumbuhan seluruh sel tubuh yang mampu memperbesar ukuran dan
jumlah, disertai efek utama pada pertumbuhan tulang dan massa otot rangka.

a. Efek fisiologis
1) Sintesis protein
GH mempercepat laju sintesis protein pada seluruh sel tubuh dengan cara
meningkatkan pemasukan asam amino melalui membran sel.
2) Konservasi karbohidrat
GH menurunkan laju penggunaan karbohidrat oleh sel-sel tubuh, dengan
demikian menambah kadar glukosa darah.
3) Mobilisasi simpanan lemak
GH menyebabkan peningkatan mobilisasi lemak dan pemakaian lemak untuk
energi.
4) Stimulasi pertumbuhan rangka
GH menyebabkan hati (mungkin juga guinjal) memproduksi somatomedin,
sekelompok faktor pertumbuhan dependen-hipofisis yang sangat penting untuk
pertumbuhan tulang dan kartilago.
b. Pengaturan sekresi GH terjadi melalui sekresi dua hormon antagonis.
1) Stimulus untuk pelepasan
a) Hormon pelepas hormon pertumbuhan dari hipotalamus dibawa melalui saluran
portal hipotalamus-hipofisis menuju hipofisis anterior, temoatnya menstimulasi
sintesis dan pelepasan GH.
b) Stimulus tambahan utnuk pelepasan GH meliputi stres, malnutrisi, dan aktivitas
yang merendahkan kadar gula darah, sperti puasa dan olahraga.
2) Inhibisi pelepasan
a) Sekresi GHRH dihambat oleh peningkatan kadar GH dalam darah melalui
mekanisme umpan balik negatif.
b) Somatostatin, hormon penghambat hormon pertumbuhan dari hipotalamus,
dibawa menuju hipofisis anterior melalui sistem portal. Hormon ini
menghambat sintesis dan pelepasan GH.
c) Stimulus tambahan untuk inhibisi GH meliputi obesitas dan peningkatan kadar
asama lemak darah.
2.1.8 ABNORMALITAS SEKRESI GH
a. Kerdil (dwarfism)
Hiposekresi (defisiensi) GH selama masa kanak-kanak mengakibatkan
pertumbuhan terhenti. Hormon pertumbuhan manusia digunakan secara terapeutik
dalam kasus dwarfism hipofisis.
b. Gigantisme
Hipersekresi GH selama masa remaja dan sebelum penutupan lempeng epifisis
mengakibatkan pertumbuhan tulang panjang yang berlebuhan. Jenis sekresi
berlebihan ini biasanya disebabkan oleh tumor hipofisis yang sangat jarang terjadi.
c. Akromegali
Hipersekresi GH setelah penutupan lempeng epifisis tifak menyebabkan
penambahan oanjang tulang panjang, tetatpi menyebabkan penambahan
pembesaran yang tidak proposional pada jaringan, penambahan ketebalan tulang
pipih pada wajah. Dan memperbesar ukuran tangan dan kaki. Hal ini juga tidak
umum.
2.1.9 KELENJAR TIROID
2.1.9.1 PEMBENTUKAN, PENYIMPANAN, DAN PELEPASAN HORMON
TIROID
1. Kelenjar tiroid mensekresi dua jenis hormon
a. Tiroksin, mencapai 90% dari seluruh sekresi kelenjar tiroid.
b. Triiodotironin disekresi dalam jumlah kecil
2. Jika TSH mengikar reseptor sel folikel, amka akan mengakibatkan
terjadinya sintesis dan sekresi titroglobulin, yang mengandung asam amino
tirosin, ke dalam lumen folikel.
3. Iodium yang tertelan bersama makanan dibasa aliran darah dalam bentuk
ion, iodida, menuju kelenjar tiroid. Sel-sel folukular memisahkan iodida dari
darah dan mengubahnya menjadi molekul (unsur) iodium.
4. Molekul iodium bereaksi dengan tirosin dalam titroglobulin untuk
membentuk molekul monoidotirosin dan diiofotirosin.
a. Dua molekul diiodotirosin membentuk tiroksin
b. Satu molekul monoidotirosin dan satu molekul diidotirosin membentuk
triioditorinin.
5. Sejumlah besar T3 dan T4 disimpan dalam bentuk tiroglobulin selaa
berminggu-minggu. Saat hormon tiroid akan dilepas di bawah pengaruh
berdifusi dari lumen folikel melalui sel-sel folikular dan masuk ke sirkulasi
darah.
6. Sebagian besar hormon tiroid yang bersirkulasi bergabung denganprotein
palsma (terutama globulin pengikat tiroksin yang diproduksi hari) untuk
transpor.
2.1.9.2 EFEK FISIOLOGIS HORMON TIROID
a. Hormon tiroid meningakatkan laju metabolik hampir semua sel tubuh.
Hormon ini menstimulasi konsumsi oksigen dan memperbesar pengeluaran
energi, terutama dalam bentuk panas.
b. Faktor utama yang mepengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar
hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju mertabolik tubuh.
2.1.9.3 ABNORMALITAS SEKRESI
Akibat defisiensi iodium, atau melfungsi hipotalamus, hipofisis atau kelenjar
tiroid.

1. Hipotiroidisme
Adalah penurunan produksi hormon tiroid. Hal ini mengakibatkan
penurunan aktivitas metabolik, konstipasi, letargi, reaksi mental lambat,
dan pengkatan simpanan lemak.
a. Pada orang dewasa, kondisi ini menyebabkan miksedema, yang
ditandai dengan adanya akumulasi air dan musin dibawa kulit,
sehingga penampakan edema terlihat.
b. Pada anak kecil, hipotiroidisme yang mengakibatkan reterdasu mental
dan fisik, disebut dengan kreatinisme.
2. Hipertiroidisme
Adalah roduksi hormon tiroid yang berlebihan. Hal ini mengakibatan
aktiviras metabolik meningkat, berat badan turun, gelisah, trmor, diare,
frekuensi jantung meningkat, dan pada hipertiroidisme berlebihan,
gejalanya adalah toksisitas hormon.
a. Hipertiroidisme berlebihan dapat menyebabkan goiter eksoftalmik
(penyakit Grave). Gejalanya berupa pembengkakakn jaringan di
bawah kantong mata sehingga mata menonjol.
b. Penatalaksanaan hipertiroidisme adalah melalui pengangkatan
kelenjar tiroid melalui pembedahan atau dengan uodium radioaktif,
yang diarahkan pada kelenjar dan untuk mengahancurkan jaringan
3. Goiter (gondok)
Adalah pembedaran kelenjar tiroid sampai dua atau tiga kali lipat. Hal ini
terjadi berkaitan dengan hipotiroidisme atau hipertiroidisme.
a. Goiter ringan (endemik) berkaitan denganhipotiroidisme terjadi di
daerah yang mengalami defisiensi iodium.
b. Penurunan konsumsi iodium mengakibatkan akumulasi tiroglobulin
(koloid) dalam folikel, tetapi juga menurunkan produksi hormon
tiroid.
c. Suplementasi garam dengan iodium telah mengurangi insiden goiter
endemik.
2.2 ENZIM
2.2.1 DEFINISI
Enzim adalah protein yang berfungi sebagai katalisator, senyawa yang
meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Enzim katalisator berikatan dengan reaktan yang
disebut subtrat, mengubah reaktan menjadi produk lalu melepaskan produk. Walaupun
enzim dapat mengalami modifikasi selama urutan ini, pada akhir reaksi enzim kembali
kebentuk asalnya. Enzim sebagai katalisator, suatu enzim berikatan dengan substrat
reaksi dan mengubah substrat menjadi produk. Subtrat berikatan dengan tempat
pengikatan subtrat spesifik yang terdapat di enzim melalui interaksi dengan residu asam
amino enzim. Aktivitas enzim juga dapat diatur oleh fosforilasi atau oleh protein
medularot sebagai enzim disintesis sebagai suatu prekursor yang tidak aktif. Enzim
memiliki katalisator yang berbeda tetapi mengkatalisis reaksi yang sama disebut
sebagai isoenzim.
2.2.2 JENIS REAKSI ENZIM
Untuk mengkatalisis suatu reaksi enzim, enzim harus berikatan dengan substrat
dan membentuk kompleks enzim-substrat. Reaksi berlangsung di suatu daerah
dinamik pada enzim yang berukuran relatif kecil yaitu temoat aktif atau tempat
katalitik. Berikut klasifikasi enzim berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisis:

No. Kelompok Enzim Jenis Reaksi

Pemindahan elektron (sebagai e’, atom


1 Oksidoreduktase hidrogen, atau ion hibrida) dari satu
senyawa ke suatu ekseptor

Pemindahan sebuah gugus fungsional,


2 Transferase misalnya gugus asli, amino, metil atau
fosfat

Pemisahan ikatan C-O, C-N atau C-S


3 Hidrolase
dengan penambahan H2O pada ikatan

Penambahan gugus ke ikatan rangkap


4 Liase
atau pembentukan ikatan rangkap
Pemindahan gugus di dalam molekul
5 Isomerase
untuk menghasilkan bentuk isomerik

Pembentukan ikatan C-C, C-S, C-O dan


6 Ligase C-N disertai pengfuraian ikatan
berenergi tinggi, misalnya ATP

2.2.3 TATANAMA ENZIM


Senyawa yang dikatalisis oleh suatu enzim disebut subtrat enzim yaitu berupa
senyawa-senyawa organik atau senyawa nonorganik. Sturktur kimia substrat dapat
sederhana tetapi juga dapat kompleks.

- Tatanama dengan akhiran –in atau penamaan tak sistematik (nama trival), seperti
ptialin, stepsin, amilopsin dan pepsin tidak menggambarkan sifat dan jenis reaksi
kimia yang terjadi.
- Tatanama dengan akhiran –ase, digunakan untuk mengakhiri nama proses reaksi
yang dikatalisis atau dipengaruhinya, seperti proses hidrolisis menjadi hidrolase.
2.2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS ENZIM
a. Suhu dan pH
Setiap enzim di dalam tubuh manusia memiliki suhu optimal sendiri (antara 35 C
dan 40 C) dan pH optimal yang berkisaran antara 6 hingga 8. Pengecualian dapat
ditemukan pada enzim pencernaan tertentu seperti pepsin.
b. Kofaktor dan koenzim
Beberapa enzim memerlukan kofaktor, atau zat anorganik pembantu seperti atom
logam atau koenzim, molekul nonprotein organik seperti vitamin.
c. Inhibitor enzim
Zat kimia dapat secara selektif menghambat kerja katalisis enzim spesifik.
Walaupun beberapa zat kimia beracun dapat mematikan karena efek inhibisinya
terdapat enzim, inhibisi selektif ada enzim merupakan proses kontrol metabolik
yang normal dan penting dalam sel.
2.2.5 KOMPONEN PENYUSUN ENZIM
Enzim adalah suatu protein yang mengikat zat lain yang bukan protein. Zat tersebut
disebut kofaktor yang dapat berupa fofaktor organik atau kofaktor ion logam. Kofaktor
yang terikat kuat dengan proteinnya disebut gugus prostetik, sedangkan gugus kofaktor
yang mudah lepas dari proteinnya disebut koenzim. Agar koenzim dapat bekerja harus
terdapat holoenzim yang merupakan penggabungan dari bagian protein enzim yang
disebut apoenzim atau feron dan koenzim atau agon.

2.2.6 MEKANISME KERJA ENZIM


a. Satu enzim bekerja untuk satu substrat tertentu
b. Kekhususan enzim. Setiap enzim dapat membedakan substratnya sendiri dari
substrat lain yang senyawanya berikatan erat (termasuk isomer) sehingga setiap
jenis enzim dapat mengkatalisis suatu reaksi tertentu. Enzim berikatan dengan
substrat dan mengubahnyta menjadi produk reaksi.
c. Sisi aktif
1. Kerja enzim model lock and key
2. Kerja enzim model induced fits
d. Kompleks enzim-substrat menglami penyusunan ulang internal, yang membentuk
produk. Enzim melepas produk, dan sisi aktifnya kemudian kosong dan tersedia
untuk lebih banyak substrat.
2.2.7 CARA KERJA ENZIM
Prinsip kerja enzim berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap pertama, enzim (E)
bergabung dengan substrat (S) membentuk kompleks enzim substrat (E-S). Tahap
kedua, kompleks enzim-substrat teruai menjadi produk (zat hasil) dan enzim bebas.

Reaksi diatas, hasil peruraian (A+B+C dan seterusnya) atau produk tidak terikat oleh
enzim sehingga enzim dapat mempengaruhi substrat yang lain. Dua model yang
diusulkan pada kegiatan enzim dalam mempengaruhi substrat hingga diperoleh zat
hasil, yaitu model kinci dan gembok dan induced fit.
- Model kunci dan anak kunci
Tempat pengikatan substrat mengandung residu asam amino yang tersususn
membentuk permukaan tuga dimensi komplementer yang mengikat substrat melalui
interaksi hidrofobik meltipel, interaksi elektrostatistik, dan ikatan hidrogen. Residu
asam amino ini dapat berasal dari bagian yang sangat berlainan pada urutan asam
amino linear dari enzim, sperti yang tampak pada glukokinase. Rintangan sterik dan
penolakan muatan di tempat pengikatan substrat bahkan dapat mencagah
pengiakatan senyawa yang berhubungan erat. Pada model kunci dan anak kunci,
komplementeritas (saling mengisi ) anatar substrat dan tempat pengikatnya
dibayangkan seperti anak kunci yang masuk ke dalam kunci yang kaku.
- Model Induced Fit
Sewaktu substrat terikat, hampir semua enzim mengalami perubahan konfirmasi
yang menyebabkan reposisi rantai sisi asam amino di tempat aktif dan
meningkatkan jumlah interaksi pengikat. Fungsi perubahan konfirmasi yang
diinduksi oleh pengikatan substrat biasanya adalah untuk menyusun ulang residu
adam amino di tempat aktif melalui cara-cara yang mendorong berlangsung reaksi.
Induced fit dapat menyebabkan perubahan konfirmasi yang menyempurnakan
tempat pengikatan suatu kosubstrat atau menyebabkan perubahan konfirmasi di
subunit enzim di dekatnya. Oleh karena itu, interaksi multipel anatara substrat dan
enzim di tempat pengikatan enzim, berfungsi untuk pengenalan substrat dan untuk
menyusun kembali tempat aktif bagi tahap reaksi selanjutnya.

2.2.8 PENGAHMBATAN REVERSIBLE (TAKSTABIL)


Penghambatan reversible dibedakan atau dua golongan, yaitu penghambatan
kompetitif dan penghambatan nonkompetitif.

- Pengahmbatan kompetitif atau penghambat bersaing


Stuktur inhibitor mirip dengan struktur substrat. Inhibitor, misanya Z dan
substrat (S) bersaing menempati lokasi aktif suatu enzim. Namun, setelah
inhibitor menempati lokasi aktif tidak segera membentuk enzim bebas dan hasil.
Jadi, adanya Z, jumlah enzim atau kompleks enzim substrat menjadi berkurang.

- Penghambatan nonkompetitif
Inhibitor (misalnya Q) menempelkan diri pada suatu tempat di permukaa enzim
yang agak jauh dari lokasi aktif sehingga struktur lokasi aktif berubah. Karena
perubahan struktur lokasi aktif ini, substrat tidak dapat masuk. Akibatnya, peran
enzim sebagai katalisator yang normal tidak dapat terlaksana. Inhibitor ini tidak
hanya beraksi dengan enzim tetapi juga dapat bereaksi dengan kompleks enzim-
substrat.

BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Hormon merupakan suatu kelompok heterogen pesan-pesan kimia yang
berperan mengkoordinasi aktifitas berbagai jaringan dalam tubuh. Hormon beredar di
dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Klasifikasi hormon
berdasarkan fungsi diantaranya: Hormon perkembangan, Hormon metabolisme,
Hormon trofik, Hormon pengatur metabolisne mineral dan air, Hormon pengatur sistem
kardiovaskuler: hormon bekerja dengan reseptor glikoprotein yang spesifik pada
permukaan sel sasaran. Produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari
otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama
melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Ketika hormon
menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan
sel tersebut dan mengirimkan sinyal.
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam
protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan
protein, berfungsi sebagai senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis
bereaksi dalam suatu reaksi kimia.
Secara umum enzim berfungsi sebagai katalis dan memiliki peranan penting
dalam reaksi metabolisme, yaitu sebagai biokatalisator dan modulator. Untuk dapat
bekerja pada suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak antara enzim
dengan substrat (kompleks enzim-substrat).

3.2 SARAN
1. Mencari tahu lebih dalam lagi mengenai Hormon dan Enzim dan tidak berfokus pada
satu sumber atau hanya makalah ini.
2. Mencari sumber yang lebih valid lagi tentang Hormon dan Enzim.
3. Mencari sumber yang lebih update untuk mengetahui perkembangan Hormon dan
Enzim dari waktu ke waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Marks, Dawn, Allan Marks, Colleen Smith. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah
Pendekatan Klinis alih bahasa oleh Brahm. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula alih bahasa oleh Palupi Widyastuti.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai