Anda di halaman 1dari 23

Makalah Klinik Rutin Tentang Urine

aria kiki 17:33 Add Comment makalah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang unik. Dari setiap sisi dari tubuh manusia
menjadi sebuah hal yang menarik untuk dipelajari. Kita juga mengenal berbagai
sistem organ yang mempunyai peran yang sangat penting sesuai dengan peran
fungsinya. Sistem organ dengan sistem kerja masing masing saling berinteraksi
dan menjadikan satu kesatuan yang utuh. Dari berbagai sistem, kita mengenal
sistem perkemihan dimana dari organ-nya dan fungsinya. Adapun hal yang menarik
bahwa zat yang dikeluarkan atau yang dikenal dengan nama urine dapat menjadi
sebuah penelitian akan kondisi kesehatan tubuh seseorang.

Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti sering mendengar istilah urine. Bukan
hanya mendengar namun kita selalu menemui dan melakukan pembuangan urine
atau metabolisme tubuh melalui urine yang biasa kita sebut buang air kecil (BAK).
Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat
menjadi tidak normal apabila urine yang kita keluarkan tidak seperti biasanya.
Mengalami perubahan warna atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang
air kecil. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah dengan cara
melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang
menggunakan bahan atau specimen urine. Pemeriksaan pada urine dapat
menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seseorang. Oleh sebab itu
dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana proses pengumpulan urine.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan urine ?
2. Berapa jenis pengambilan sampel urine ?
3. Bagaimana pengaruh terlambatnya pengiriman sampel urine terhadap sampel
tersebut ?
4. Ada berapa jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan menggunakan sampel urine ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan urine.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pengambilan sampel urine.
3. Untuk mengetahui pengaruh terlambatnya pengiriman sampel urine terhadap sampel
itu sendiri.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis pemeriksaan.yang dapat dilakukan menggunakan
sampel urine.

D. Manfaat
1. Sehingga dapat mengetahui yang dimaksud dengan urine.
2. Sehingga dapat mengetahui jenis pengambilan sampel urine.
3. Sphingga dapat mengetahui pengaruh terlambatnya pengiriman sampel urine
terhadap sampel tersebut.
4. Sehingga dapat mengetahui jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan menggunakan
sampel urine.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemgertian Urine
. Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
prosesurinasi.Urine juga sering disebut dengan air kencing atau air seni. Nama urine
itu sendiri dikatakan seperti itu karena kandungan utama dari urine adalah urea.
Selain urea, urine juga, zat warna empedu, dan garam-garaman. Normal
tidaknya urine seseorang tergantung dari kandungandi dalam urine itu sendiri.
Karena itu urine dapat dijadikan sebagai indikator kondisi tubuh seseorang, seperti
dalam mendeteksi apakah seseorang menderita dehidrasi ataupun untuk
mendeteksi penyakit diabetes mellitus. Umumnya seseorang
memproduksi urine dari 1-2 liter per harinya. Namun ada keadaan poliuria dimana
seseorang memproduksi urine hingga lebih dari 2,5 liter per hari. Ada juga keadaan
penyakit oliguria yakni penderitanya hanya mampu memproduksi urine sampai 400
ml saja. Selain itu penderita anoria ginjalnya hanya biasa memproduksi urine kurang
dari 100 ml.

Fungsi utama urine adalah untuk melarutkan zat-zat sisa metabolisme yang
tidak diperlukan lagi oleh tubuh, sehingga masyarakat umum mengatakan urine itu
adalah zat yang kotor, hal itu mungkin apabila urine yang dihasilkan berasal dari
ginjal dan saluran kencing yang terinfeksi serta mengandung bakteri. Secara medis,
apabila urine yang diproduksi berasal dari ginjal yang sehat dan saluran kencing
yang terinfeksi, maka urine dikatakan cukup steril. Bahkan di India ada
TerapiUrine Amaroli, yang membuktikan urine itu cukup steril digunakan dalam
pengobatan

B. Proses Pembentukan Urine

Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses penyaringan (filtrasi),


penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan zat zat (augmentasi). Proses
filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsula bowman. Proses reabsorbsi terjadi di
tubulus proksimal, dan augmentasi terjadi di tubulus distal.Ginjal kira-kira
mengandung 1,3 x 106 nefron yang beroprasi secara paralel. Tiap nefron terdiri dari
suatu glomerulus yang dibekali dengan darah dalam sistem kapiler arteri sedemikian
sehingga terjadi tekanan filtrasi yang memadai untuk mempengaruhi ultrafiltrasi
material berberat molekul rendah dalam plasma.

Sistem urinary bertanggung jawab untuk berlangsungnya ekskresi bermacam-


macam produk buangan dari dalam tubuh. Sistem ini juga penting sebagai faktor
untuk mempertahankan homeokinesis (homeositasis), yaitu suatu keadaan relatif
konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal tersebut mencakup faktor-faktor
yang beragam seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit, dan
konsentrasi banyak zat di dalam plasma.pengendalian itu dilaksanakan dengan
penyaringan sejumlah besar plasma dan molekul-molekul kecil melalui glomerolus.

Hasil-hasil pemecahan metabolisme, paling banyak dikeluarkan dari tubuh lewat


ginjal bersama urine, terutama berlaku untuk akhir metabolisme protein yang
mengandung nitrogen. Pada keadaan sakit metabolisme terganggu, ginjal
mengeluarkan hasil-hasil pemecahan metabolisme yang terganggu tersebut asalkan
fungsi ginjal cukup baik, juga banyak racun-racun dan obat-obat yang dikeluarkan
oleh urine baik dalam keadaan tidak diubah maupun dalam hasil-hasil
pemecahanya. Zat warna urin barasal darimetabolisme endogen yang dijabarkan
dari zat warna empedu. Urin segar yang normal mempunyai warna sitrum sampai
kuning batu ambar.

Senyawa-senyawa yang terdapat dalam urine yaitu senyawa organik, senyawa


anorganik, dan zat-zat lain. Urea adalah hasil akhir utama dari metabolisme protein.
Ekskresi berhubungan langsung dengan intake protein. Biasanya urea merupakan
80-90% dari nitrogen urine total. Ekskresi urea meningkat ketika katabolisme protein
meningkat, seperti pada diabetes dan aktivitas korteks jaringan yang berlebihan.
Asam urat adalah hasil akhir terpenting dari oksidasi purin dalam tubuh. Asam urat
berasal tidak hanya dari nukleoprotein makanan, melainkan juga dari pemecahan
nukleoprotein sel dalam tubuh. Asam urat sangat sukar larut dalam air, tetapi
membantuk garam-garamyang larut dalam urine bila asam dibiarkan). Asam urat
ditemukan dalam urine normal sekitar 0,5-1,0 gram perhari, tetapi jumlah ini dapat
bervariasi yang besar
Kreatinin adalah anhidrid dari kreatin (methyl guanidino acatic acid) dan benda
yang konstan dari urine. Kreatinin dapat diukur dengan memberi alakali pikrat pada
urine, dengan adanya kreatin campuran memberi warna ambar. Warnanya
dicocokkan dengan standar yang juga telah diberi larutan alkalikiprat.
Kreatinditemukan peningkatan jumlahnya pada malnutrisi dan disintegrasi jaringan
otot. Kreatin juga ditemukan dalam keadaan patologis seperti kelaparan, gangguan
metabolisme karbohidrat, hipertiroidi, dan miopatia tertentu dan infeksi-infeksi.
Terdapatnya kreatin dalam urine disebut kreatinuria

Variasi khlorida menentukan bagian dari bahan padat dalam urine. Ekskresi Cl
tergantung pada partikel, diet alami, tetapi rata-ratanya sekitar 10-15 gram sehari.
Khlorida diekskresikan sebagai natrium khlorida adalah yang utama karena
sebagian khlorida adalah yang utama.Fosfat dalam urine merupakan gabungan dari
natrium dan kalium fosfat (alakali fosfat) serat kalsium dan magnesium fosfat (fosfat
tanah). Ekskresi fosfat pada urine dapat bervariasi secara ekstrim, tetapi rata-rata
dalam sehari adalah 1,1g. Ion fosfat dalam urine dapat berwujud dua bentuk, yaitu
asam fosfat nonbasic dan asam fosfat dibasic. Rasio keduanya mempengaruhi pH
dan buffer urine.

Sulfur urine terutama berasal dari protein karena terdapatnya asam-asam amino
yang mengandung sulfur, metionin, dan sistin dalam molekul protein. Sulfur urine
total biasanya memiliki tiga bentuk, yaitu sulfat anorganik, sulfat terkonjugasi, dan
sulfat netral. Pada kondisi normal, sekitar satu gram sulfat dieliminasi setiap hari,
sekitar 75-85 % tetap dalam sulfat. Sekitar 90% dari ekskresi sulfat adalah dalam
bentuk anorganiksulfat dan 10 % dalam bentuk sulfat konjugasi dan sulfat netral
Proteinuria adalah senyawa albumin dan globulin dalam urine pada konsentrasi
yang abnormal. Pada keadaan normal tidak lebih dari 30-200 mg protein
diekskresikan setiap hari melalui urine. Albumin dapat ditemukan dengan
pemanasan urine, kemudian ditambah sedikit asam asetat encer. Terdapat endapan
putih yang menetap setelah penambahan asam menunjukkan bahwa
terdapat protein dalam urine.Selain terdapat pada nefritia, darah juga terdapat
dalam urine (hematuria) yang dapat disebabkan karena kerusakan pada ginjal atau
saluran urine. Hemaglobin bebas (hemaglobinuria) terdapat dalam urine
setelah hemolisis yang cepat misalnya pada kompilasi dari malaria atau setelah
kebakaran yang hebat

Urine yang mengandung pigmen empedu akan berwarna kunig kehijauan samapi
coklat. Pigmen empedu dalam urine jumlahnya sanagat kecil. Daxar untuk uji
pigmenempedu adalah oksidasi reagen dengan berbagai bentu seri tingkatan warna.
Dengan uji gmelin yang positif, akan menghasilkan bermacam-macam warna mulai
dari warna hijau, biru merah, dan kuning kemerah-merahan. Didapatnya indoxyl
sulfuric acud (indikan) dalam urine menunjukkan derajat katabolisme jaringan dan
material protein adalah tidak benar, tetapi merupakan bagian besar dari organisme
putrefektif usus dlama triptofan. Pengeluaran indikan dapat diambil sebagai petunjuk
dini proses putrefektif dalam usus dan secara klinis hal yang penting dari asam sulfat
terkonjugasi. Dalam kondisi normal, 10-20 gram indikan diekskresikan setiap
harinya.

C. Pengambilan Urine

Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari.
Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam
keadaan yang tidak memungkinkan).

Jenis pengambilan sampel urine

1. Urine sewaktu/urine acak (random)

Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan
secara khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin
mengandung sel darah putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan.
Jenis sampel ini cukup baik untuk pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.

2. Urine pagi

Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum
makan atau menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa
asupan cairan yang lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami
pemekatan. Urine pagi baik untuk pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin
serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG (human chorionic gonadothropin)
dalam urine.

3. Urine tampung 24 jam

Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-
menerus dan dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan
untuk analisa kuantitatif suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium,
dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya
dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.

Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic


puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang
paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah
bermulut lebar dan steril

Macam-macam cara pengambilan urine

1. Punsi Suprapubik.

Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin


langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan
jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis
yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan
ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka
bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat
dipastikan merupakan penyebab ISK.

2. Kateter.
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril.
Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan
ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter
sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung
kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil
biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.

3. Urine Porsi Tengah.

Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik


pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan
pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup
besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat
mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negatif.

Prosedur Pengambilan Urine.

a. Persiapan alat

1. Botol yang telah disterilkan(tempat penampung spesimen


2. Label spesimen
3. Sarung tangan sekali pakai
4. Larutan anti septik
5. Kapas sublimat
6. Formulir Laboratorium
7. Urinal (Pispot) jika klien tidak dapat berjalan
8. Baskom air hangat
9. Waslap
10. Sabun
11. Handuk

b. Prosedur plaksanaan

1. Beritahu klien tujuan prosedur pelaksanaan


2. Untuk klien yang dapat berjalan
Antar klien ke kamar
Antar klien untuk membasuh dan mengelap daerah ginetal dan parineal dengan
sabun dan air

Untuk klien wanita


Bersihkan daerah parineal dari depan kebelakang dengan Menggunakan kapas
steril hanya sekali pakai

Untuk klien laki laki


Tarik perlahan kulit penis sehingga saluran penis tertarik. Dengan
Gerakan memutar, bersihkan saluran kencing. Gunakan steril hanya sekali pakai
kemudian buang. Bersihkan area beberapa inci dari penis

3. Untuk klien yang memerlukan bantuan


Siapkan klien dan peralatannya
Bersihkan daerah parineal dengan sabun kemudian keringkan
Posisikan klien setegak mungkin jika di perbolehkan
Buka peralatan, hati hati jangan sampai mengontaminasi tempat sampel
Pakai sarung tanga
Bersihkan saluran kencing seperti yang dijelaskan di atas

4. Ambil sampel dari klien yang tidak dapat berjalan atau ajarkan klien yang dapat
berjalan bagaimana mengambil sampel.
Perintah klien untuk BAK
Tempatkan wadah di tempat aliran urine dan ambil sampel, jangan sampai wadah
tersentuh penis
Ambil 30 60 ml urine di dalam wadah
Tutup wadah sentuh hanya dalam luar wadah
Jika perlu, bersihkan wadah dengan disinfektan
Untuk pengambilan urine aliran tengah anjurkan, klien kencing dulu kemudian
menahannya dan kencing kembali, lalu urine dimasukkan kedalam botol +_ 30 60
cc, kemudian klien di anjurkan mengeluarkan urine/ mengosongkan kandung kemih
secara keseluruhan.

5. Beri label pada botol dan bawa kelaboratorium


Pastikan pada label tertera informasi yang sesuai dan benar, letakkan pada botol.
Usahakan agar spesiment dapat dibawa ke laboratorium secepatnya

6. Catat data yang bersangkutan


Catat data seperti warna,bau, konsistensi , dan kesulitan yang di alami klien selama
pengambilan sampel

7. Spesimen kulit periodik(urine tampung)


Dapatkan wadah spesimen dengan zat pengawet dari laboratorium , labeli wadah
dengan identitas klien, kapan pengumpulan dimulai dan selesai.
Guanakan tempat yang bersih untuk mengambil sampel
Simpan semua sampel dari setiap pengambilan sampel dalam wadah dan disimpan
wadah dari lemari pendingin. Jagalah sampel agar tidak terkontaminasi dengan
kertas toilet atau feses.
Pada akhir periode pengambilan, perintahkan klien untuk mengosongkan kantong
kemih dan simpan urine sebagai bagian spesimen , bawa semua sampel ke
laboratorium
Catat dalam dokumen sampel, waktu pengambilan dan waktu selesainya serta hasil
pengamatan lain terhadap urine

8. Pengambilan spesimen urine dari kateter


Gunakan sarung tangan sekali pakai
Jika tidak ada urine dalam kateter , jepit tabung penampung selama +_ 30 menit.hal
ini menyebabkan segera terkumpul di dalam kateter .
Bersihkan daerah penyuntikan jarum dengan menggunakan desinfektan. Daerah
penyuntikan ini sebaiknya agak jauh dari gelembung tabung untuk mencegah
tertusuknya gelembung tersebut. Dengan menyucihamakan jarum, mikroorganisme
akan menghilang pada pembukaan kateter. Jadi, cegahlah kontaminasi jarum dan
masuknya mikroorganisme dalam kateter.
Masukkan jarum dengan sudut 30 450
Lepaskan penjepit kateter.
Ambil sampel urin secukupnya ( 3cc untuk kultur urine dan 30cc untuk analisis urine
rutin)
Pindahkan urine kedalam wadah, pastikan jarum tidak menyenth luar wadah.
Buang jarum dan suntikkan kedalam tempat penampungan
Tutup wadahnya
Lepaskan sarung tangan, dan taruh pada tempat yang disediakan
Beri label dan kirim kelaboratorium secepatnya untuk analisis atau taruh di lemari
pendingin.
Catat dan dokumentasikan hasil spesimen dan pengamatan spesimen.

D. Pengiriman Spesimen Ke Laboratorium

Spesimen yang telah dikumpulkan harus segera dikirim ke laboratorium.

1. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen telah


memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan masing-
masing pemeriksaan.
2. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.
3. Pengiriman spesimen disertai formulir permintaan yang diisi data yang
lengkap. Pastikan bahwa identitas pasien pada label dan formulir permintaan
sudah sama.
4. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium. Penundaan pengiriman
spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-lambatnya 2 jam setelah
pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan menyebabkan
perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan dalam
pemeriksaan, sepert :

Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment), terutama sel-sel eritrosit,


lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2 jam.
Urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan
pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain.
Bilirubin dan urobilinogen teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar matahari.
Bakteri-bakteri akan berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya
pemeriksaan bakteriologis dan pH.
Jamur akan berkembang biak
Kadar glukosa mungkin menurun dan kalau semula ada, zat-zat keton dapat
menghilang. Apabila akan ditunda pengirimannya dalam waktu yang lama spesimen
harus disimpan dalam refrigerator/almari es pada suhu 2 8 oC paling lama 8 jam.
Pengiriman sample sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya berupa kotak
atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus (styro-foam) yang dapat
ditutup rapat dan mudah dibawa.

E. Pemeriksaan Urine

Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan


makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan
glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah
pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin,
urobilinogen, darah samar dan nitrit.

Jenis pemeriksaan sampel urine

1. Pemeriksaan Makroskopik

Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin.
Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif
atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam
keseimbangan cairan badan. Pemeriksaan Makroskopik adalah pemeriksaan yang
meliputi :
a. Volume urin

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan,
jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang
bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300
ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000
ml maka keadaan itu disebut poliuri. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml
maka keadaan ini dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea,
muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan
dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai
pada shock dan kegagalan ginjal

b. Warna urine

Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang


dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna,
kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau,
putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang
dimakan maupun makanan. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan
kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom,
urobilin dan porphyrin.

1. Kuning jernih

Urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa tubuh Anda sehat. Urin ini
tidak berbau. Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan
mengontaminasi urin dan mengubah zat dalam urin sehingga menghasilkan bau
yang khas.

2. Kuning tua atau pekat


Warna ini disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan cairan. Namun bila
terjadi terus, segera periksakan diri Anda ke dokter karena merupakan tahap awal
penyakit liver.

3. Kemerahan

Urin merah. Kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan kandung kemih.
Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar maupun rifampisin secara
berlebihan.

4. Oranye

Mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium, antibiotik yang biasa


digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing juga dapat mengubah
warna urin menjadi

c. Berat jenis urin

Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri,
menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'.

d. Bau urin

Bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya pada
penderita diabetes dan busung lapar, urin cenderung berbau manis, sementara jika
seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya cenderung berbau menyengat.

Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau
yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan
seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. oranye.

e. pH urin
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena
dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar
4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi
petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi
asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum
menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa

2. Pemeriksaan Mikroskopik

Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan


sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran
kemih serta berat ringannya penyakit

a. Eritrosit.

Dalam keadaan normal, terdapat 0 2 sel eritrosit dalam urine. Jumlah eritrosit yang
meningkat menggambarkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal dan saluran
kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.

b. Lekosit.

Dalam keadaan normal, jumlah lekosit dalam urine adalah 04 sel. Peningkatan
jumlah lekosit menunjukkan adanya peradangan, infeksi atau tumor.
c. Epitel

Ini adalah sel yang menyusun permukaan dinding bagian dalam ginjal dan saluran
kemih. Sel-sel epitel hampir selalu ada dalam urine, apalagi yang berasal dari
kandung kemih (vesica urinary), urethra dan vagina.

d. Silinder (cast)

Ini adalah mukoprotein yang dinamakan protein Tam Horsfal yang terbentuk di
tubulus ginjal. Terdapat beberapa jenis silinder, yaitu : silinder hialin, silinder
granuler, silinder eritrosit, silinder lekosit, silinder epitel dan silinder lilin (wax cast).
Silinder hialin menunjukkan kepada iritasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan
silinder-silinder yang lainnya menunjukkan kelainan atau kerusakan yang lebih berat
pada tubulus ginjal.

e. Kristal

Dalam keadaan fisiologik / normal, garam-garam yang dikeluarkan bersama urine


(misal oksalat, asam urat, fosfat, cystin) akan terkristalisasi (mengeras) dan sering
tidak dianggap sesuatu yang berarti. Pembentukan kristal atau garam amorf
dipengaruhi oleh jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan
konsentrasi urine (tergantung banyak-sedikitnya minum).Yang perlu diwaspadai jika
kristal-kristal tersebut ternyata berpotensi terhadap pembentukan batu ginjal. Batu
terbentuk jika konsentrasi garam-garam tersebut melampaui keseimbangan
kelarutan. Butir-butir mengendap dalam saluran urine, mengeras dan terbentuk batu.

f. Silindroid

Ini adalah material yang menyerupai silinder. Tidak memiliki arti yang banyak,
mungkin sekali berrati adanya radang yang ringan.

g. Benang lendir (mucus filaments)

Ini didapat pada iritasi permukaan selaput lendir saluran kemih.

h. Spermatozoa

Bisa ditemukan dalam urin pria atau wanita dan tidak memiliki arti klinik.

i. Bakter

Bakteri yang dijumpai bersama lekosit yang meningkat menunjukkan adanya infeksi
dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan pewarnaan Gram atau dengan biakan
(kultur) urin untuk identifikasi. Tetapi jika ada bakteri namun sedimen bersih,
kemungkinan itu merupakan cemaran (kontaminasi) saja.

j. Sel jamur
Menunjukkan infeksi oleh jamur (misalnya Candida) atau mungkin hanya cemaran
saja.

k. Trichomonas sp.

Ini adalah parasit yang bila dijumpai dalam urin dapat menunjukkan infeksi pada
saluran kemih pada laki-laki maupun perempuan.

3. Pemeriksaan Kimia Urine

Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan


cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu
memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak
beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein,
glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.

a. Pemeriksaan glukosa

Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu penetapan
glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara
reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan
reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin,
glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat,
vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara
enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada
cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.

b. Benda-benda keton

Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat.
Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar.
Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam
asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan
tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat
bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-
hidroksi-quinoline yang berlebihan. Dalam keadaan normal pemeriksaan benda
keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme
karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin
didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi.

c. Pemeriksaan bilirubin

Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam
suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium
terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang
dipakai adalah asam sulfo salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan
memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran
empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid,
chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila
urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.

d. Pemeriksaan urobilinogen

Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar
urobilinogen berkisar antara 0,1-1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi
urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh kelainan hati, saluran empedu atau
proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh. Dalam keadaan normal tidak
terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh
perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan
pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini
lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu
dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin
mengandung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin
mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang
berasal dari infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang
terkontaminasi.

Prosedur pemeriksaan sampel urine


a. Makroskopis Urin

1. Menentukan Kejernihan dan warna


Prinsip : Untuk menggambarkan rupa urin haruh
dilakukan secepatnya setelah urin dikeluarkan
denga cahaya tembus, yang mana urin
dinyatakan dengan kuning muda , kuning tua, coklat / tak berwarna, juga urin itu
dinyatakan dengan jernih atau keruh pada waktu dikeluarkan.

Alat : Tabung Reaksi dan Rak Tabung


Bahan : Urine

Prosedur Kerja

Siapkan alat dan bahan


Isi tabung reaksi dengan 3/4 tabung.
Tijaulah pada tebal lapisan 7-10 cm dengan cahaya tembus dalam sikap serong
Untuk menentukan warna gunakan latar belakang warna putih.
Untuk menentukan kejernihan dan kekeruhan gunakan latar belakang warna hitam.

2. Menentukan Bau

Prinsip : adanya bau yang semula ada, cukup bermakna dalam membantu suatu
diagnosa.
Alat : Tabung reaksi
Bahan : Urine
Prosedur Kerja

Siapkan alat dan bahan


Isi tabung reksi dengan urine 3/4 penuh.
Bauhilah dengan cara mengibas-kibaskan tangan agar uap dari urine dapat tercium.
3. Pemeriksaan Keasaman urine

Prinsip : terjadinya perubahan warna pada kertas indikator


yang sesuai dengan warna standar menunjukkan pH urine tersebut.
Alat : Tabung reaksi, Rak tabung, dan Kertas
indicator pH.
Bahan : Urine
Prosedur Kerja

Siapkan alat dan bahan


Isi tabung reaksi dengan urine bagian
Celupkan kertas indicator kedalam tabung.
Bandingkan kertas indicator dengan warna standar.
Kemudian catat pH yang dihasilkan.

4. Pemeriksaan Berat Jenis urine metode urinometer

Prinsip : Berat jenis urin diukur dengan alat urinometer,


dimana suhu urin harus diperhatikan koreksinya
terhadap hasil yang diperoleh.
Alat : Urinometer, dan Gelas ukur
Bahan : Urine
Prosedur Kerja

Siapkan alat dan bahaan


Tuanglah 40ml urine kedalam gelas ukur.
Lepaskanlah secara perlahan Urinometer kedalam gelas ukur sehingga bebas dari
dinding gelas ukur.
Untuk melepaskannya putar Urinometer dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk.
Setelah Urinometer terapung di tengah-tengah dan tidak menempel pada dinding
tabung, bacalah berat jenis (BJ) tanpa paralaks pada miniskus bawah.

5. Pemeriksaan barat jenis urine metode refraktometer

Alat : Refraktomete dan Pipet tetes


Bahan : Urine
Prosedur Kerja

Siapkan alat dan bahan


Teteskan setetes urine ke bagian refraktometer.
Atur pencahayaannya, lalu lihat secara visual (secara langsung).

b.Pemeriksaan mikroskopi urine

Prinsip : untuk melihat adanya elemen-elemen ( sel-sel


kristal-kristal dan sebagainya) dalam urine maka
dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop.
Hal ini dikerjakan dengan melakukanpemusingan
pada kecepatan tertentu dan waktu tertentu
sehingga elemen-elemen tersebut terpisah dari
larutan supernatannya.

Alat : Tabung sentrifuge, Sentrifuge, Objek glass,


Deck glass, Pipet tetes, Botol/penampung urine
dan Mikroskop.
Bahan : Urine sewaktu

Prosedur Kerja

Kocoklah urine secara pelan-pelan


Masukkan urin kedalam tabung sentrifuge + penuh.
Pusing selama 5 menit dengan kecepatan 1.500-2.000 Rpm.
Buanglah supernatannya dengan cara membalikkan tabung sentrifuge secara cepat
dan tanpa ada getaran.
Kocoklah tabung untuk mensuspensikan sedimen yang tertinggal di bawah dasar
tabung.
Dengan menggunakan pipet tetes dan taruhlah 2 (dua) tetes sedimen terpisah ke
atas sebuah objek glass dan tutup dengan deck glass.
Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x untuk mencari lapang
pandang,setelah itu rubah ke pembesaran 40x untuk melakukan pemeriksaan.
Hitunglah dalam 10x lapang pandang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
prosesurinasi.
2. Ada beberapa jenis pengambilan sampel urine yaitu urine sewaktu, urine
Pagi, urine tampung 24 jam.
3. Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan selambat-
lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan terlalu lama akan
menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat menjadi sumber kesalahan
dalam pemeriksaan, sepert Unsur-unsur yang berbentuk dalam urine (sediment),
terutama sel-sel eritrosit, lekosit, sel epitel dan silinder mulai rusak dalam waktu 2
jam, urat dan fosfat yang semula larut akan mengendap, sehingga menyulitkan
pemeriksaan mikroskopik atas unsur-unsur lain, bilirubin dan urobilinogen
teroksidasi bila berkepanjangan terkena sinar matahari, bakteri-bakteri akan
berkembang biak yang akan menyebabkan terganggunya pemeriksaan bakteriologis
dan pH.
4. Ada beberapa jenis pemeriksaan sampel urine yaitu pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik, dan kimia urine.

B. Saran
Sebagai analis kesehatan yang bekerja di laboratorium haruslah dapat mengetahui
serta memahami bagimana mengatasi sampel urine, baik dari pengambilan,
pengiriman, sampai pemeriksaan, agar mendapatkan hasil yang akurat pada akhir
pemeriksaan, sehingga benar-benar dapat mengakakan diagnosa yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

http://windra-pasmr.blogspot.com/2011/10/makalah-urine.html
http://selidik86.blogspot.com/2013/10/makalah-urine.html
http://adirasoziety.blogspot.com/2012/08/makalah-biokimia-urine.html
http://deniaariani.blogspot.com/2013/06/bahan-pelajaran.html

Anda mungkin juga menyukai