Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu bangunan tentunya tidak akan berdiri tanpa adanya suatu pondasi.

Pondasi bangunan adalah konstruksi yang paling penting pada bangunan.

Karena Pondasi berfungsi sebagai penahan seluruh beban baik beban hidup

atau pun beban mati yang berada di atasnya dan gaya-gaya dari luar. Pondasi

merupakan bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan beban menuju

lapisan tanah pendukung dibawahnya, oleh karena itu suatu pondasi harus

diperhitungkan dengan benar agar dapat menjamin kestabilan suatu bangunan.

Hal-hal yang harus diperhitungkan adalah beratnya sendiri, beban- beban

bangunan (beban isi bangunan), gaya-gaya luar seperti: tekanan angin, gempa

bumi, dan lain-lain. Disamping itu, tidak boleh terjadi penurunan level

melebihi batas yang diijinkan.

Pondasi terbagi menjadi beberapa macam tergantung pada tempat dimana

bangunan itu akan dibangun serta bagaimana bentuk bangunan yang akan

dibangun. Keadaan tanah juga harus dipertimbangkan dalam pemilihan

Pondasi. Pondasi harus dibangun diatas tanah keras seluruhnya.

Peran pondasi yang sangat penting sebagai penopang suatu bangunan ini

menjadi salah satu alasan mengapa penulis memilih Pondasi sebagai pokok

bahasan yang akan kami uraikan. laporan ini kami akan menjelaskan apa itu

Pondasi, fungsi, serta beberapa macam Pondasi.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan ini adalah “Bagaimana

memilih suatu pondasi yang sesuai dengan bangunan yang akan dibangun

serta apa saja yang mempengaruhi pemilihan pondasi”. Rumusan masalah ini

dapat diuraikan menjadi pertanyaan berikut:

1.2.1 Apa itu pondasi?

1.2.2 Apa saja fungsi dari pondasi?

1.2.3 Bagaimana prinsip kerja pondasi?

1.2.4 Apa saja faktor pemilihan pondasi?

1.2.5 Apa saja bahan-bahan untuk membuat pondasi?

1.2.6 Apa saja jenis-jenis pondasi?

1.2.7 Bagaimana pengaruh tanah terhadap pondasi?

1.3 Tujuan

Tujuan umum penulisan laporan ini adalah mengetahui bagaimana

memilih suatu pondasi yang tepat berdasarkan kondisi tanah serta beban-

benan yang harus diperhitungkan. Adapaun tujuan khusus penulisan makalah

ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Mengetahui apa itu pondasi.

1.3.2 Mengetahui apa saja fungsi pondasi.

1.3.3 Memahami bagaimana prinsip kerja pondasi.

1.3.4 Mengetahui apa saja faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan

pondasi.
1.3.5 Mengetahui apa saja bahan-bahan untuk membuat pondasi.

1.3.6 Mengetahui jenis-jenis pondasi.

1.3.7 Memahami bagaimana pengaruh tanah terhadap pondasi.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Umum

Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan

langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi

menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

bangunan yang kuat yang terdapat dibawah konstruksi. Pondasi dapat

didefinisikan sebagai bagian paling bawah dari suatu konstruksi yang kuat

dan stabil (solid).

Dalam perencanaan pondasi untuk suatu struktur dapat digunakan

beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan pondasi berdasarkan fungsi

bangunan atas (upper structure) yang akan dipikul oleh pondasi tersebut,

besarnya beban dan beratnya bangunan atas, keadaan tanah dimana

bangunan tersebut didirikan dan berdasarkan tinjauan dari segi ekonomi.

Bentuk pondasi tergantung dari macam bangunan yang akan dibangun

dan keadaan tanah tempat pondasi tersebut akan diletakkan, biasanya

pondasi diletakkan pada tanah yang keras. Pemilihan jenis struktur bawah

(sub-structure) yaitu pondasi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai

berikut :
1. Keadaan tanah pondasi

Keadaan tanah pondasi kaitannya adalah dalam pemilihan tipe

pondasi yang sesuai. Hal tersebut meliputi jenis tanah, daya dukung

tanah, kedalaman lapisan tanah keras dan sebagainya.

2. Batasan-batasan akibat struktur di atasnya

Keadaan struktur atas akan sangat mempengaruhi pemilihan tipe

pondasi. Hal ini meliputi kondisi beban (besar beban, arah beban dan

penyebaran beban dan sifat dinamis bangunan di atasnya. Apakah statis

tertentu atau tak tentu, kekakuannya, dll).

3. Batasan-batasan keadaan lingkungan di sekitarnya

Yang termasuk dalam batasan ini adalah kondisi lokasi proyek,

dimana perlu diingat bahwa pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu

ataupun membahayakan bangunan dan lingkungan yang telah ada di

sekitarnya.

4. Biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan

Sebuah proyek pembangunan akan sangat memperhatikan aspek

waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan, karena hal ini sangat erat

hubungannya dengan tujuan pencapaian kondisi yang ekonomis dalam

pembangunan.

2.2 Macam-Macam Pondasi

Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu

pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep


foundation), tergantung dari letak tanah kerasnya dan perbandingan

kedalaman dengan lebar pondasi. Pondasi dangkal kedalamannya kurang

atau sama dengan lebar pondasi (D ≤ B) dan dapat digunakan jika lapisan

tanah kerasnya terletak dekat dengan permukaan tanah. Sedangkan

pondasi dalam digunakan jika lapisan tanah keras berada jauh dari

permukaan tanah. Pondasi dapat digolongkan berdasarkan kemungkinan

besar beban yang harus dipikul oleh pondasi :

2.2.1 Pondasi Dangkal

Pondasi dangkal disebut juga pondasi langsung, pondasi ini

digunakan apabila lapisan tanah pada dasar pondasi yang mampu

mendukung beban yang dilimpahkan terletak tidak dalam (berada

relatif dekat dengan permukaan tanah). Pondasi dangkal adalah

pondasi yang mendukung beban secara langsung, contohnya adalah

pondasi memanjang dan pondasi rakit (raft foundation).

2.2.2 Pondasi Dalam

Pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban

bangunan ke tanah keras atau batu yang terletak jauh dari

permukaan, seperti Pondasi sumuran (pier foundation), Pondasi

tiang (pile foundation)

Untuk membantu memilih jenis pondasi, kami memberikan

rumus yaitu :

*Untuk pondasi dangkal

D
𝐵≤1

*Untuk pondasi dalam

𝐵>4

Pemilihan jenis pondasi yang tepat, perlu diperhatikan apakah

pondasi tersebut sesuai dengan berbagai keadaan tanah :

1. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada permukaan tanah

atau 2-3 meter dibawah permukaan tanah, dalam kondisi ini

menggunakan pondasi telapak.

2. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar

10 meter dibawah permukaan tanah, dalam kondisi ini

menggunakan pondasi tiang apung.

3. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman 20

meter dibawah permukaan tanah, maka pada kondisi ini apabila

penurunannya diizinkan dapat menggunakan tiang geser dan

apabila tidak boleh terjadi penurunannya, biasanya

menggunakan tiang pancang. Tetapi bila terdapat batu besar

pada lapisan antara pemakaian kaison lebih menguntungkan.

4. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar

30 meter dibawah permukaan tanah dapat menggunakan kaison

terbuka, tiang baja atau tiang yang dicor di tempat. Tetapi

apabila tekanan atmosfir yang bekerja ternyata kurang dari 3

kg/cm2 maka digunakan kaison tekanan.


5. Bila tanah pendukung pondasi terletak pada kedalaman sekitar

40 meter dibawah permukaan tanah, dalam kondisi ini maka

menggunakan tiang baja dan tiang beton yang dicor ditempat.

2.3 Daya Dukung Tanah

Daya dukung tanah didefiniskan sebagai kekuatan maksimum

tanah menahan tekanan dengan baik tanpa menyebabkan terjadinya failure.

Sedangkan failure pada tanah adalah penurunan (sattlement) yang

berlebihan atau ketidakmampuan tanah melawan gaya geser dan untuk

meneruskan beban pada tanah.

2.4 Pondasi Sumuran

Pondasi sumuran adalah pondasi yang dibangun dengan menggali

cerobong tanah berpenampang lingkaran dan dicor dengan beton atau

campuran batu dan mortar. Pondasi sumuran diklasifikasikan sebagai

bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi dalam, digunakan

apabila tanah dasar terletak pada kedalaman yang relatif dalam dengan

persyaratan perbandingan kedalaman tertanam terhadap diameter lebih

kecil atau sama dengan empat. Jika nilai perbandingan tersebut lebih besar

dari 4 maka pondasi tersebut harus direncanakan sebagai pondasi tiang.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pondasi

Pondasi adalah bagian bangunan yang menghubungkan bangunan

dengan tanah.Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban dari

semua unsur bangunan yang dipikulkan kepadanya ke tanah. Pondasi

harus diperhitungkan sedemikian rupa agar dapat menjamin kestabilan

bangunan terhadap :

a. Beban bangunan

b. Berat sendiri

c. Beban bergunan

d. Gaya-gaya luar : angin, gempa bumi, beban termis, dan penurunan

pondasi

3.1.1 Fungsi Pondasi

Pondasi berfungsi meneruskan beban-beban dari semua

unsur bangunan yang dipikulkan kepadanya kedasar atau lapisan

tanah. Pondasi harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga

dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beban berat

sendiri, beban berguna dan gaya-gaya luar seperti tekanan angin,

gempa bumi dan lain-lain. Fungsi pondasi :

1. Mendukung seluruh berat dari bangunan.

2. Meneruskan beban yang didukung ke tanah dibawahnya


3. Menstabilkan beban.

3.1.2 Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari pondasi adalah seperti ujung pensil,

kalau ujungnya lancip ditekan pada telapak tangan akan terasa

sakit, dan lebih mudah masuk kedalam daging, sedangkan jika

ujungnya tumpul akan terjadi sebaliknya. Pada pondasi hal

demikian juga berlaku, jika lebar dasar pondasi lebarnya kecil

maka daya dukung pondasi nya kecil sehingga bangunan lebih

mudah ambles, sebaliknya jika dasar pondasi mempunyai lebar

yang besar maka daya dukungnya juga besar sehingga bangunan

tidak mudah ambles didalamnya. Sehingga makin berat

bangunan yang didukung makin besar daya dukung tanah yang

diperlukan sehingga lebar dasar pondasi juga makin besar.

Beberapa syarat untuk pekerjaan pondasi yang harus

diperhatikan:

Fungsional : mampu mendukung dan menyalurkan

dengan baik beban-beban diatasnya.

Struktural : tidak ambles dan tidak berubah bentuk.

3.1.3 Faktor yang harus dilakukan dalam pemenuhan syarat

Adapun faktor-faktor yang harus dilakukan dalam

pemenuhan syarat adalah:

1. Dasar pondasi mempunyai lebar yang cukup dan

Diletakkan pada lapisan tanah keras.


2. Menghindari pemasangan pondasi sebagian pada tanah

keras dan sebagian pada tanah lembek

3. Harus dipasang menerus di bawah seluruh dinding

bangunan dan dibawah kolom pendukung yang berdiri

bebas.

4. Jika menggunakan pondasi setempat harus di rangkai

dengan balok pengikat (balok sloof).

5. Jika lapisan tanah keras, tidak sama kedalamannya. Seluruh

panjang pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang

sama.

3.1.4 Bahan Pondasi

1. Bata

A. Kurang ideal, sebab bahan lunak dan berporeus.

B. Digunakan untuk pembebanan yang ringan atau bangunan sementara.

C. Sebaiknya tidak pada lapisan tanah yang berair.

2. Batu kali

A. Cukup baik, asalkan susunan batu harus tersusun dengan benar dan

kompak. Perbandingan spesi 1 PC : 4 PS.

B. Untuk pondasi bangunan permanent berlantai 1/2/3.

C. Kekokohan landasan dapat agak lunak hingga sedang, tergantung

besarnya beban bangunan.

D. Beton (tidak bertulang)


3.2 Jenis-Jenis Pondasi

3.2.1 Pondasi Batu Kali

Pondasi batu kali merupakan pondasi yang sudah umum digunakan,

khususnya untuk konstruksi rumah tinggal. Pondasi ini sangat cocok karena jika

ditanam didalam tanah kualitasnya tidak berubah. Pada umumnya bentuk pondasi

batu kali dibuat trapesium dengan lebar bagian atas paling sedikit 25 cm. Dibuat

selebar 25 cm, karena bila disamakan dengan lebar dinding dikhawatirkan dalam

pelaksanaan pemasangan pondasi tidak tepat dan akan sangat mempengaruhi

kedudukan dinding pada pondasi sehingga dapat dikatakan pondasi tidak sesuai

lagi dengan fungsinya. Untuk lebar bagian bawah trapesium tergantung

perhitungan dari beban di atasnya, tetapi pada umumnya dapat dibuat sekitar 70 –

80 cm.

Batu kali yang dipasang hendaknya sudah dibelah dahulu besarnya kurang

lebih 25 cm, ini dengan tujuan agar tukang batu mudah mengatur dalam

pemasangannya, di samping kalau mengangkat batu tukangnya tidak merasa berat,

sehingga bentuk pasangan menjadi rapi dan kokoh.

Syarat menyusun pasangan batu kali:

1. Bahan bangunan (batu kali) harus dipecahkan terlebih dahulu, menjadi

belahan yang mudah diangkat dan disusun rapi oleh pekerja.


2. Batu kali yang masih berupa batu gundul tidak boleh dipasang karena

tidak akan kokoh, mudah goyang, tergelincir, dan perletakan batu

dengan spesi menjadi kurang sempurna.

3. Permukaan harus kasar.

Bagian-bagian pondasi:

1. Urug pasir bawah pondasi, pada umumnya memiliki ketebalan 5-10

cm. berfungsi sebagai drainase untuk mengeringkan air tanah yang

terdapat di sekitar badan pondasi, juga agar pori-pori padapermukaan

tanah dasar danbidang bawah pondasi dapat tertutup rapat.

2. Anstampeng atau Lapisan Batu Kosong, terbuat dari batu kali

berdiameter sekitar 10-15 cm, disusun tegak dan rapat tanpa adukan

(batu kosong), disela-selanya diisi pasir yang disiram air lalu dipadatkan

(ditumbuk) sehingga tidak ada rongga kosong dan susunan batu menjadi

kokoh bersama-sama. Lapisan ini lebih lebar sekitar 10 cm dari kiri-

kanan badan pondasi. Berfungsi sebagai lantai kerja dan drainase untuk

mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar badan pondasi. Bila

lapisan tanah untuk pondasi mengandung pasir atau cukup kering.

Lapisan Aanstamping tidak diperlukan. Cukup diberi lapisan pasir dasar

yang dipadatkan setebal 10cm.

3. Badan pondasi, dibuat dari pasangan batu kali dengan perekat

(beraping) campuran 1 kp:1 sm:2 ps atau 1 pc:3 ps. Untuk pondasi

dinding luar bangunan, sejak ketinggian 10 cm di bawah halaman

sampai ke atas, dipakai perekat/plesteran trasraam (kedap air) yaitu


campuran 1 pc : 2 ps. Menyusun/menggambar batu kali pada badang

pondasi, tidak boleh terdapat siar segari baris vertikal maupun

harizontal. Untuk memudahkan pemasangannya, batu pada bagian tepi

harus dibuat lebih tinggi daripada batu pada bagian tengah. Posisi ini

juga akanmencegah campuran berapenmelimpah terlalu banyak keluar

badanpondasi.

4. Sloof beton bertulang, campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr di atas sepanjang

pondasi. Berfungsi untuk menyalurkan beban dari dinding tembok di

atasnya agar terbagi secara merata di sepanjang pondasi. Lebarnya

setebal tembok di atas dan tingginya 20-30 cm, balok-balok yang

memikul bebanselalu diletakkan tegak (tidak rebah) agar daya pikul

bebannya lebih besar.

5. Tanah urug, untuk mengisi sisa lubang pondasi yang tidak terisi

pasangan pondasi. Sebelum sisa galian ditimbun, sebaiknya dinding

badan pondasi diberap/dilapis dengan perekatnya agar rata dan untuk

menutup celah antara pasangan batu yang mungkin ada dan bisa

dimasuki binatang kecil atau akartanaman yang dapat merusak pondasi.

3.2.2 Pondasi Batu Bata

Pondasi ini dibuat dari bata merah yang disusun secara teratur dan

bertangga yang bentuknya merupakan empat persegi panjang dan tiap-tiap tangga
terdiri dari 3-4 lapis. Apabila tiap-tiap ujung tangga dihubungkan akan merupakan

trapesium yang tetap memenuhi syarat pondasi. Sebenarnya batu bata kurang baik

jika ditanam didalam tanah dalam jangka waktu yang lama karena akan

mengalami penurunan kekuatan dari batu bata. Namun dari segi biaya,

penggunaan batu bata sebagai bahan pondasi memang lebih ekonomis apa lagi

jika kita berada di daerah penghasilan batu bata.

Pemasangan bata diatur dan disusun yang tetap memenuhi persyaratan

ikatan bata tiap-tiap lapisan dihubungkan dengan perekat atau spesi. Spesi ini

dapat dibuat dari campuran, yang untuk tanah tidak mengandung air dibuat dari

1kapur : 1 semen merah : 2 pasir, sedangkan untuk tanah yang mengandung air

dibuat dari campuran 1Pc : 4 pasir.

Sebagai lantai kerja ibuat dari lapisan pasir yang dipadatkan setelah 10cm,

lapisan ini berfungsi pula sebagai lapisan perbaikan tanah dasar. Pondasi ini dapat

dibuat dilahan yang mempunyai kondisi tanah dengan tanah keras yang tidak

dalam atau dangkal. Biasanya bangunan yang menggunakan pondasi batu bata,

bangunannya hanya berlantai satu, dikarenakan pondasi batu bata tidak kuat

menahan beban apabila bangunannya berlantai banyak.

3.2.3 Pondasi Titik (Setempat)

Sering dijumpai pada bangunan yang mempunyai kedalaman tanah keras

lebih dari 1,5 m, sehingga pondasi menerus sangat mahal dan tidak efisien lagi,
untuk kondisi ini dapat dipakai pondasi yang dibuat dibawah kolom-kolom

sehingga pondasi utamanya adalah yang mendukung kolom-kolom ini.

Pada pondasi setempat masih perlu adanya pondasi menerus, tapi fungsinya

tidak mendukung beban, melainkan untuk tumpuan mencor balok sloof, ukuran

dan bentuk lebih kecil dari pondasi setempat dan kedalamannya tidak perlu sama

dengan pondasi setempat.

Syarat – syarat penggunaan :

1. Beban cukup ringan dan masih dapat dipikul oleh tanah sesuai dengan

kemampuan daya dukungnya.

2. Biasanya pada bangunan sementara atau bangunan permanent hingga

bertingkat satu atau bangunan yang didirikan didaerah berair atau rawa –

rawa dan berkondisi daya dukung yang tidak merata.

3.2.4 Pondasi Jalur (Menerus)

Pondasi menerus atau juga disebut pondasi langsung banyak dipakai pada

bangunan tidak bertingkat, untuk seluruh panjang pondasi jenis ini mempunyai

ukuran yang sama dan terletak pada kedalaman yang sama, oleh karena itu untuk

membuatnya diperlukan galian tanah kemudian dipasang profil- profil untuk

memperoleh bentuk yang diinginkan.

Pondasi menerus harus dipasang diseluruh tembok penyekat ruangan dan

dibawah
kolom-kolom pendukung yang berdiri bebas. Apabila pada tembok penyekat

terdapat lobang untuk pintu/jendela dibawahnya tetap diberi pondasi.

Untuk mendukung beban yang lebih besar, bahan pondasi yang dapat dipakai

dan banyak dipakai adalah pasangan batu kali, batu kali ini akan menjadi satu

kesatuan yang erat dan kuat dengan adukan perekat dari campuran 1kpr : 1Pc :

2Psr , atau 1 Pc : 4 Psr. Sebelum pasangan batu kali, bagian bawahnya diberi urug

pasir setebal 20 cm dan batu kosongan 1 lapis, setelah pasangan batu kali

dipasang kemudian lobang sisa kanan kirinya diurug dengan pasir.

Diatas pondasi batu perlu dipasang balok sloof beton bertulang yang

berfungsi sebagai balok pengikat dan juga dapat meratakan beban dinding. Untuk

dinding yang memikul beban agak berat atau karena daya dukung tanah kecil

digunakan pondasi jalur pelat beton. Untuk menambah ketahanan bangunan

terhadap gempa , pondasi sebaiknya dibuat menerus pada sekeliling bangunan

tanpa terputus.

3.2.5 Pondasi Tiang Pancang

*Tiang Pancang Kayu

Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya telah

dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi bahan pengawet dan didorong dengan

ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang ujungnya yang

besar didorong untuk aksud maksud khusus, seperti dalam tanah yang sangat

lembek dimana tanah tersebut akan bergerak kembali melawan poros. Kadang
kala ujungnya runcing dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang

terbuat dari logam bila tiang pancang harus menembus tanah keras atau tanah

kerikil. Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan

tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah

busuk apabila tiang kayu tersebut dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah

muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan lebih cepat rusak atau busuk

apabila dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti.

*Tiang Pancang Beton

1. Precast Renforced Concrete Pile Precast Renforced Concrete Pile adalah

tiang pancang dari beton bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan beton (

bekisting ), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan di pancangkan. Karena

tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol,

sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton

ini haruslah diberi penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan

momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan.

Karena berat sendiri adalah besar, biasanya pancang beton ini dicetak dan dicor di

tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk transport. Tiang pancang

ini dapat memikul beban yang besar ( >50 ton untuk setiap tiang), hal ini

tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang pancang beton precast ini

panjang dari pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang

dari pada tiang ini kurang terpaksa harus di lakukan penyambungan, hal ini adalah
sulit dan banyak memakan waktu. Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat

berupa lingkaran, segi empat, segi delapan

*Tiang Pancang Baja

Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. karena terbuat dari

baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam

pengangkutan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah seperti halnya

pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat

bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan

ujung yang besar.

Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap texture

tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah.

Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat yang

terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati keadaan

karat yang terjadi pada udara terbuka.

Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan

menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi karena

terendam air.

Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah

yang padat akan sedikit sekali mengandung oxygen maka lapisan pasir tersebut

juga akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.
Karat atau korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada

bagian tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti

pada konstruksi baja biasa.

*Tiang Pancang Komposit

Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan

yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang.

Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan

bagian bawah tiang dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di

atas muka air tanah dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya.

Biaya dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara

ini diabaikan.

Macam-macam tiang pancang komposit :

a. Water Proofed Steel and Wood Pile.

b. Composite Dropped in – Shell and Wood Pile

c. Composit Ungased – Concrete and Wood Pile.

d. Composite Dropped – Shell and Pipe Pile.

e. Franki Composite Pile.

3.3 Tanah Sebagai Landasan Pondasi


Tanah adalah lapisan kulit bumi asli dalam bentuk berbutir-butir dan atau

berserat-serat. Melalui pondasi beban-beban bangunan disalurkan atau dipikul

oleh tanah. Tanah sebagai landasan pondasi hendaknya cukup kokoh, stabil dan

mampu memikul beban dengan efisien.

3.3.1 Lapisan Tanah Sebagai Landasan

1. Kedalaman akan mempengaruhi kestabilan pondasi atau bangunan dan

efisiensi pelaksanaan atau pembuatan landasan semakin dalam semakin kokoh

(faktor ekonomi bangunan).

2. Kekokohan landasan (daya dukung tanah –Kg/cm2 dan stabilitas lapisan)

akan mempengaruhi besarnya (luas bidang dukung) pondasi.

3. Berkenaan dengan kondisi air tanah pada lapisan tersebut.

4. Mempunyai pengaruh terhadap cara pelaksanaan dan bahan yang akan

dipakai.

3.3.2 Lapisan-Lapisan Tanah dan Daya Dukungnya

Tanah yang berada di bawah lapisan tutup ini dapat terdiri dari :

1. Tanah padat

Merupakan lapisan tanah yang biasanya cukup tebal. Dapat terdiri dari :

A. Lapisan horizontal dengan daya dukung 5-15 kg/cm2


B. Lapisan yang letaknya miring, sering timbul bahaya longsor atau

luncur.

2. Pasir

Merupakan remukan batu alam, yang terdiri dari butiran-butiran kecil dan

keras. Dapat terdiri dari :

A. Lapisan pasir halus, diameter butiran kurang dari 1,5 mm. Daya dukung 1-

2 kg/cm2.

B. Lapisan pasir kasar, diameter butiran 1,5-3 mm. Daya dukung 3 kg/cm2.

3. Kerikil.

Merupakan lapisan pasir berbutir-butir sangat kasar (diameter lebih besar dari

5 mm). Daya dukung 3-5 kg/cm2

4. Tanah liat

Merupakan hancuran yang sangat halus dari batu alam (kadar air 20-

80%). Tanah liat memiliki tingkat permeabilitas yang rendah atau sangat

rendah sehingga kadang-kadang tidak dapat dirembesi air lagi.Terdiri

dari :

A. Tanah liat dapat (mengandung sedikit kadar air). Daya dukung 0,5–1

kg/cm2.

B. Tanah liat lunak (mengandung banyak kadar air). Daya dukung 0,2 -

0,5 kg/cm2.

3.3.3 Letak Permukaan Air Tanah


1. Kondisi lapisan tanah yang kering, memiliki ciri-ciri :

A. Tidak dapat dipengaruhi oleh air hujan dan air didalam tanah sedikit sekali

atau letaknya dalam sekali. Bisa terjadi pada lapisan batu gunung dan tanah yang

tidak liat : pasir, kerikil, dsb. (biasanya sigma tanah cukup tinggi).

B. Bisa digunakan pondasi jalur atau pondasi umpak bila kekokohan landasan

memenuhi syarat perhitungan.

C. Bisa menggunakan pakubumi beton bertulang (tiang pancang) untuk kolom

pondasi umpak.

D. Bila kekokohan landasan tidak mengizinkan, dapat digunakan pondasi pelat

penuh beton bertulang atau pakubumi (tunggal atau kelompok) beton bertulang.

2. Kondisi lapisan tanah yang basah (berair), memiliki ciri :

A. Dapat dipengaruhi oleh air hujan atau air tanah, atau seringkali landasan tanah

berada di bawah permukaan air tanah.

B. Bisa terjadi longsor atau pergerakan tanah terutama akibat tekanan beban

pondasi.

C. Disesuaikan dengan kekokohan landasan, dapat digunakan pondasi pelat

penuh beton bertulang, kelompok pakubumi dari kayu atau bambu atau pakubumi

dari beton bertulang.

3. Kondisi lapisan tanah didalam air

A. Pondasi didalam air merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus.

B. Dapat menggunakan dinding penahan, pakubumi kayu atau beton bertulang.


3.3.4 Pengaruh suhu

Kedalaman 60 cm suhunya rata-rata stabil dan tidak begitu dipengaruhi

oleh kondisi suhu di luar. Ciri-ciri:

A. Jika terkena pengaruh akan mengalami pemuaian penyusutan

(bergerak).

B. Sering timbul bersamaan dengan air tanah.

3.3.5 Faktor beban:

*Beratnya pondasi itu sendiri.

*Beban mati :

Beratnya struktur, berat dinding dan elemen-elemen lainnya yang

permanen.

*Beban hidup :

Berat beban-beban yang dapat berpindah (orang, mesin, penyekat

fleksibel, air hujan, salju, tekanan dan isapan angina, tekanan air dan tekanan

tanah).

*Beban termis :
Perubahan suhu siang dan malam, musim panas dan dingin. Untuk

mengatasi muai susut : dibuat konstruksi landasan beroda yang dapat meluncur

kian kemari.

*Beban dinamis :

Beban yang berpindah tempat dan berubah beratnya secara cepat.

*Beban bangunan akibat gerak tanah.

* Beban bangunan akibat gempa bumi.

Anda mungkin juga menyukai