Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ILMU BIOMEDIK DASAR

MEKANISME KERJA HORMON DAN MEKANISME KERJA ENZIM

Dosen pengampu: Ns. Murniati Muchtar,S.Kep. M.Biomed

Disusun oleh:

Kelompok 5

DWI NADE HENIVA

NIM: 233110414

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI

Padang

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka Saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mekanisme Hormon dan Enzim” tepat pada
waktunya.

Dalam Penulisan makalah ini Saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang Saya miliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan
makalah berikutnya.

Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Padang, 11 Oktober 2023

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................................1

2
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
1. PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................5
2. PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 Hormon.....................................................................................................................6
2.1.1 Definisi...............................................................................................................6
2.1.2 Jenis Hormon.....................................................................................................6
2.1.3 Klasifikasi .........................................................................................................7
2.1.4 Mekanisme Kerja Hormon ................................................................................7
2.1.5 Kelenjar Pituitari................................................................................................9
2.1.5.1 Divisi Kelenjar...................................................................................................9
2.1.5.2 Hubungan Hiperfisis-Hipotalamus....................................................................9
2.1.6 Hormon Pertumbuhan........................................................................................10
2.1.6.1 Abnormalitas Sekresi GH..................................................................................11
2.1.7 Kelenjar Tiroid...................................................................................................11
2.1.7.1 Pembentukan, Penyimpanan, dan Pelepasan Hormon Tiroid............................11
2.1.7.2 Efek Fisiologis Hormon Tiroid..........................................................................12
2.1.7.3 Abnormalitas Sekresi ........................................................................................12
2.2 Enzim........................................................................................................................14
2.2.1 Definisi...............................................................................................................14
2.2.2 Jenis Jenis Enzim...............................................................................................14
2.2.3 Tatanama Enzim.................................................................................................15
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim....................................................15
2.2.5 Komponen Penyusun Enzim..............................................................................15
2.2.6 Mekanisme Kerja Enzim....................................................................................16
2.2.7 Cara Kerja Enzim ..............................................................................................16
2.2.8 Pengahmbatan Reversible..................................................................................18
3. PENUTUP......................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................19
3.2 Saran.........................................................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

3
Salah satu sistem koordinasi pada manusia adalah Hormon, dimana hormon
merupakan getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dan langsung diedarkan oleh darah.
Kelenjar tersebut tidak mempunyai saluran khusus, sehingga sering disebut sebagai
kelenjar buntu/kelenjar Endokrin.
Di dalam tubuh. Hormon berperan dalam mengatur metabolisme, pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi dan reaksi terhadap stress serta tingkah laku. Oleh karena itu,
hormon sangat dibutuhkan dalam tubuh.
Selain itu di dalam tubuh juga terjadi aktivitas enzim. Aktivitas dari enzim dapat
dipengaruhi oleh beberapa jenis molekul, salah satunya adalah inhibitor. Inhibitor
merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau menurunkan laju reaksi yang
dikatalisis oleh enzim. Inhibitor irreversibel atau tidak dapat balik, dimana setelah
inhibitor mengikat enzim, inhibitor tidak dapat dipisahkan dari sisi aktif enzim. Keadaan
ini menyebabkan enzim tidak dapat mengikat substrat atau inhibitor merusak beberapa
komponen (gugus fungsi) pada sisi katalitik molekul enzim. Sedangakan nhibitor
reversibel atau dapat balik, bekerja dengan mengikat sisi aktif enzim melalui reaksi
reversibel dan inhibitor ini dapat dipisahkan atau dilepaskan kembali dari ikatannya.
Inhibitor dapat balik terdiri dari tiga jenis, yaitu inhibitor yang bekerja secara kompetitif,
non-kompetitif, dan un-kompetitif.
Sehingga dilakukan percobaan pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim. Dimana dalam
percobaan pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim ini, digunakan inhibitor kompetitif
yaitu malonat. Dalam hal ini malonat yang menginhibisi reaksi yang dikatalisis oleh
enzim suksinat dehidrogenase.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Hormon dan Enzim?
2. Apa jenis-jenis dari Hormon dan Reaksi Enzim?
3. Apa saja klasifikasi dari Hormon?
4. Bagaimana mekanisme kerja Hormon dan Enzim?
5. Apa itu Kelenjar Pituitary dari Hormon?
6. Apa itu Hormon Pertumbuhan?
7. Apa itu Kelenjar Tiroid?
8. Bagaimana tatanama Enzim?
9. Apa faktor yang mempengaruhi aktivitas Enzim?
10. Apa saja komponen penyusun Enzim?
4
11. Bagaimana cara kerja Enzim?
12. Bagaimana penghambatan reversible?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari Hormon dan Enzim
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Hormon dan Reaksi Enzim
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Hormon
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja Hormon dan Enzim
5. Untuk mengetahui Kelenjar Pituitary dari Hormon
6. Untuk mengetahui Hormon Pertumbuhan
7. Untuk mengetahui Kelenjar Tiroid
8. Untuk mengetahui tatanama Enzim
9. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi aktivitas Enzim
10. Untuk mengetahui komponen penyusun Enzim
11. Untuk mengetahui cara kerja Enzim
12. Untuk mengetahui penghambatan reversible

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HORMON
5
2.1.1 DEFINISI

3 Kata hormone berasal dari bahasa


yunani yang berarti “menimbulkan
atau membangkitkan”.
Asal kata hormon dari bahasa Yunani yakni hormaen yang berarti menggerakkan.

Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam tubuh. Organ yang

berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin. Disebut demikian karena

hormon yang disekresikan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah dan tanpa melewati

saluran khusus. Di pihak lain, terdapat pula kelenjar eksokrin yang mengedarkan hasil

sekresinya melalui saluran khusus. Hormon adalah zat kimia dalam bentuk senyawa

organic yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Hormon mengatur aktivitas seperti :

metabolisme, reproduksi, pertumbuhan, dan perkembangan. Hormon mengatur aktivitas

seperti metabolisme, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan. Pengaruh hormon

dapat terjadi dalam beberapa detik, hari, minggu, bulan, dan bahkan beberapa tahun.

Walaupun jumlah yang diperlukan sedikit, namun keberadaan hormon dalam tubuh

sangatlah penting. Ini dapat diketahui dari fungsinya yang berperan antara lain dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh, proses reproduksi, metabolisme zat, dan

lain sebagainya.

4.1.1 JENIS HORMON


1. Hormon Endokrin
Hormon yang disekresi oleh organ atau jaringan utama yang termasuk bagian
sistem endokrin.
a. Hormon tidak bekerja secara lokal, za ini dibawa aliran darah menempuh jarak
yang jauh untuk mempengaruhi jaringan target.
b. Hormon endokrin dapat disekresi oleh suatu sel atau oleh sekelompok sel yang
ditemukan dalam jaringan non-endokrin (misalnya insulin dan glukagon
diproduksi oelh sel pulau-pulau eksokrin pankreas).

6
c. Bebrapa hormon, seperti hormon plasenta yang ditemukan selama kehamilan
hanya diproduksi untuk sementara.
2. Neurohormon
Neorohormon disintesis sel-sel sarad neurosekresi. Zat ini berfungsi dan disekresi
seperti hormon, tetapi biasanya bekerja dalam jarak yang lebih pendek dan jelas.
a. Salah satu contoh neurohormon adalah neuropeptida yang diproduksi neuron
dalam SSP
b. Neurotransmuter yang beroperasi melalui sinaps atau neuromedulator yang
meningkatkan atau menghambat respons neuron ke neurotransmiter juga
disebut sebagai hormon.
3. Prostaglandin
Zat seperti hormon yang merupakan deviat asam lemak asam arakidonat. Zat ini
terbentuk dalam jumlah kecil pada jaringan tubuh baik saat kondisi normal dan
patologis.
a. Prostaglandin disentesis dan dilepas untuk bekerja secara lokal pada sel sel
tetangga.
b. Hormon ini mempengaruhi berbagai fungsi tubuh, antara lain efek terhadap
tekanan darah, kontraksi otot polos, pembekuan darah, pencernaan,
reproduksi, dan respons inflamatori.
4.1.2 KLASIFIKASI
Terdiri dari dua kelas utama.

1. Deriviatif asama amino


Seperti protein. Polipeptida, peptida, amina atau kompleks protein konjugasu
seperti glikoprotein, adalah hormon yang diproduksi kelenjar hipofisis,
hipotalamus, medula adrenal, pineal, tiroid, sel-sel pulau pankreas, dan sel-sel
dalam saluran pencernaan. Zat ini umumnya dapat larut dalam air dan ditranspor
dalam bentuk yang tidak berikatan dalam darah.
2. Steroid
Senyawa lipid larut-lemak yang disinresis dari kolesterol. Zat ini diproduksi oelh
ovarium, testis, plasenta dan bagian luar kelenjar adrenal serta testosteron,
estrogen, progesteron, aldosteron dan kortisol. Zat ini bersirkulasi dalam plasma
yang mentranspor protein.
4.1.3 MEKANISME KERJA HORMON

7
Ada dua mekanisme utama pada hormon dan molekul yang berikatan dengan hormon
tersebut untuk menghasilkan efeknya. Pertama, melalui stimulasi kerja enzim yang
ada dalam sel dan kedua, mengaktivasi gen yang terlibat melalui transkripsi dan
translasi.

1. Aktivasi enzim melibatkan sistem respetor terikat membran (pembawa pesan


kedua)
a. Molekul-molekul dari berbagai hormon protein dan polipeptida (pembawa
pesan pertama) berikatan dengan reseptor tatap pada permukaan sel yang
spesifik untuk hormon tersebut.
b. Kompleks hormon-hormon menstimulasi pembentukan adenosin 3,5-
monofosfat siklik (cAMP) sebagai pengantar pesan kedua, yang dapat
menyampaikan pesan pertama dari berbagai hormon.
1) Sintesis cAMP melibatkan lebih dari satu G-protein terikat membran,
yang termasuk keluarga protein tegulator pengilkat nukleotida guarin.
2) G-protein mengalami pengubahan bentuk, sehingga guanosim difosfat
(GDP) yang tidak aktif dapat diganti dengan enzim pengaktivasi,
guanosin trifosfat (GTP).
3) Komleks G-protein-GTP menbgaktivasi enzim adenelat siklase, untuk
memproduksi cAMP.
c. Setiap molekul cAMP mengaktivasi berbagai molekul cAMP-dependen
protein kinase yang sesuai.
1) Enzim protein kinase mengkatalisis reaksi fosforilasi khusus (transfer
gugus fosfat) untuk enzim kunci dalam sitoplasma.
2) Setiap molekul protein kinase mengaktivasi berbagai molekul yang
sesuai dengan enzimnya. Dengan demikian, suatu konsentrasi rendah
dari hormon yang bersirkulasi dapat diperkuat sehingga
mengakibatkan aktivitas enzim intraselular utama.
d. Aktivitas enzim oleh protein kinase mengakibatkan efek fisiologis dan
reaksi kimia, bergantung pada sifat bawaan sel.
e. cAMP terurai dengan cepat oleh enzim intraselular fosfodisterase. Ini
akan membatasau durasi efek cAMP.
2. Senyawa selain cAMP yang berperan sebagai pembawa pesan kedua untuk
hormon tertentu telah ditemukan. Senyawa ini meliputi inositol trifosfat (IP3),

8
guanosin monofosfat siklik (GMP) dan kompleks kalsium yang teriakat dengan
kalmodilum, duatu protein regulator intarseluler.

3.
4. Aktivasi gen melibatkan sistem reseptor intraselular.
a. Hormon steroid, hormon tiroid, dan beberapa jenis hormon polipeptida,
menembus membran untuk masuk ke dalam sek. Hormon tersebut berikatan
dengan reseptor internal bergerak dalam sitoplasma atau nukleus sel.
b. Kompleks reseptor-hormon bergerak ke DNA di sisi atau di dekat gen yang
transkripnya distimulasi oleh hormon. Di sisi ini, kompleks dakan berikatan
dengan reseptor DNA spesifik untuk hormon .
c. Gen kemudian diaktivasi oleh kompleks ini untuk membentuk transkripsi
mRNA, yang akan berdifusi ke dalam sitoplasma.
d. mRNA kemudian ditranslasi menjadai protein dan enzim yang memicu
respons selular terhadap hormon.
4.1.4 KELENJAR PITUITARI
4.1.4.1 DIVISI KELENJAR
a. lobus anterior (adenohipofisis) kelenjar terdiri dari pars distalis, pars
tuberalis, dan pars intermedia.
1) Pars distalis merupakan tonjolan lobus anterior
2) Pars tuberalis pada manusia tereduksi menjadi lempeng tipis sel-sel
epitelial pada bagian superior pars distalis. Bagian ii funsgi
endokrinnya tidak diketahui, tetapi merupakan bagian yang paling
vaskular pada lobus anterior.
3) Pars intermedia, bersebelahan dengan pars distalis, sangat jelas, pada
janin tetapi tereduksi setetlah dewasa.

9
b. Lobus posterior pituitari (neurohipofisis) tersusun dari pars nervosa, dan
infunfibulum.
1) Pars nervosa terhuibung dengan hipotalamus otak. Bagian ini
mengandung ujung akson dari neuron neurosekretori hipotalamus
dan sel-sel seperti sel neuroglia (pituisit) yang dipercaya tidak
memiliki fungsi sekretori.
2) Infunfibulum (batang saraf) menghubungkan neurohipofisis dengan
otak
4.1.5 HUBUNGAN HIPERFISIS-HIPOTALAMUS
Hubungan vaskular dan saraf antara hipotalamus dan hipofisis sangat penting untuk
fungsi kelenjar hipofisis.

a. Sistem portal hipotalamus-hipofisis


1) Suplai darah ke lobus posterior (neurohipofisis) terjadi melalui dua arteri
hipofisis inferior, yang merupakan cabang arteri karotis internal, memasuki
lobus posterior dan membentuk jaringan-jaringan kapilar. Aliran vena
mengalir melalui vena hipofisis ke dalam sinus dural.
2) Suplai darah ke lobus anterior (hipofisis) adalah tidak lansgung. Arteri
hipofisis superior (cabang arteri karotis interna) memasuki bagian tengah
tonjolan hipotalamus dan batang infundibulum sehingga membentuk jaring-
jaring kapilar pertama.
3) Jaring kapilar pertama dialiri vena portal hipofisis, yang menjadi awal jaeing
kapilar kedua di bagian bawah lobus anterior.
4) Sistem portal hipotalamus-hipofisis mengacu pada kedua jaring kapilar di atas
(satu di hipotalamus dan satu lagi dlaam adeohipofisis) dan vena yang terletak
di antara keduanya. Melalui sistem ini, hormon yang diproduksi di
hipotalamus langsung dibawa ke adenohipofisis tanpa memasuki sirkulasi
darah besar.
4.1.6 HORMON PERTUMBUHAN
Hormon pertumbuhan atau somatotropik adlah sejenis hormon protein. Hormon ini
mengendalikan pertumbuhan seluruh sel tubuh yang mampu memperbesar ukuran dan
jumlah, disertai efek utama pada pertumbuhan tulang dan massa otot rangka.

a. Efek fisiologis
1) Sintesis protein

10
GH mempercepat laju sintesis protein pada seluruh sel tubuh dengan cara
meningkatkan pemasukan asam amino melalui membran sel.
2) Konservasi karbohidrat
GH menurunkan laju penggunaan karbohidrat oleh sel-sel tubuh, dengan
demikian menambah kadar glukosa darah.
3) Mobilisasi simpanan lemak
GH menyebabkan peningkatan mobilisasi lemak dan pemakaian lemak untuk
energi.
4) Stimulasi pertumbuhan rangka
GH menyebabkan hati (mungkin juga guinjal) memproduksi somatomedin,
sekelompok faktor pertumbuhan dependen-hipofisis yang sangat penting
untuk pertumbuhan tulang dan kartilago.
b. Pengaturan sekresi GH terjadi melalui sekresi dua hormon antagonis.
1) Stimulus untuk pelepasan
a) Hormon pelepas hormon pertumbuhan dari hipotalamus dibawa melalui
saluran portal hipotalamus-hipofisis menuju hipofisis anterior, temoatnya
menstimulasi sintesis dan pelepasan GH.
b) Stimulus tambahan utnuk pelepasan GH meliputi stres, malnutrisi, dan
aktivitas yang merendahkan kadar gula darah, sperti puasa dan olahraga.
2) Inhibisi pelepasan
a) Sekresi GHRH dihambat oleh peningkatan kadar GH dalam darah melalui
mekanisme umpan balik negatif.
b) Somatostatin, hormon penghambat hormon pertumbuhan dari hipotalamus,
dibawa menuju hipofisis anterior melalui sistem portal. Hormon ini
menghambat sintesis dan pelepasan GH.
c) Stimulus tambahan untuk inhibisi GH meliputi obesitas dan peningkatan kadar
asama lemak darah.
4.1.7 ABNORMALITAS SEKRESI GH
a. Kerdil (dwarfism)
Hiposekresi (defisiensi) GH selama masa kanak-kanak mengakibatkan
pertumbuhan terhenti. Hormon pertumbuhan manusia digunakan secara terapeutik
dalam kasus dwarfism hipofisis.
b. Gigantisme

11
Hipersekresi GH selama masa remaja dan sebelum penutupan lempeng epifisis
mengakibatkan pertumbuhan tulang panjang yang berlebuhan. Jenis sekresi
berlebihan ini biasanya disebabkan oleh tumor hipofisis yang sangat jarang
terjadi.
c. Akromegali
Hipersekresi GH setelah penutupan lempeng epifisis tifak menyebabkan
penambahan oanjang tulang panjang, tetatpi menyebabkan penambahan
pembesaran yang tidak proposional pada jaringan, penambahan ketebalan tulang
pipih pada wajah. Dan memperbesar ukuran tangan dan kaki. Hal ini juga tidak
umum.
4.1.8 KELENJAR TIROID
4.1.8.1 PEMBENTUKAN, PENYIMPANAN, DAN PELEPASAN HORMON
TIROID
1. Kelenjar tiroid mensekresi dua jenis hormon
a. Tiroksin, mencapai 90% dari seluruh sekresi kelenjar tiroid.
b. Triiodotironin disekresi dalam jumlah kecil
2. Jika TSH mengikar reseptor sel folikel, amka akan mengakibatkan
terjadinya sintesis dan sekresi titroglobulin, yang mengandung asam amino
tirosin, ke dalam lumen folikel.
3. Iodium yang tertelan bersama makanan dibasa aliran darah dalam bentuk
ion, iodida, menuju kelenjar tiroid. Sel-sel folukular memisahkan iodida
dari darah dan mengubahnya menjadi molekul (unsur) iodium.
4. Molekul iodium bereaksi dengan tirosin dalam titroglobulin untuk
membentuk molekul monoidotirosin dan diiofotirosin.
a. Dua molekul diiodotirosin membentuk tiroksin
b. Satu molekul monoidotirosin dan satu molekul diidotirosin membentuk
triioditorinin.
5. Sejumlah besar T3 dan T4 disimpan dalam bentuk tiroglobulin selaa
berminggu-minggu. Saat hormon tiroid akan dilepas di bawah pengaruh
berdifusi dari lumen folikel melalui sel-sel folikular dan masuk ke sirkulasi
darah.
6. Sebagian besar hormon tiroid yang bersirkulasi bergabung denganprotein
palsma (terutama globulin pengikat tiroksin yang diproduksi hari) untuk
transpor.
12
4.1.8.2 EFEK FISIOLOGIS HORMON TIROID
a. Hormon tiroid meningakatkan laju metabolik hampir semua sel tubuh.
Hormon ini menstimulasi konsumsi oksigen dan memperbesar
pengeluaran energi, terutama dalam bentuk panas.
b. Faktor utama yang mepengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar
hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju mertabolik tubuh.
4.1.8.3 ABNORMALITAS SEKRESI
Akibat defisiensi iodium, atau melfungsi hipotalamus, hipofisis atau kelenjar
tiroid.

1. Hipotiroidisme
Adalah penurunan produksi hormon tiroid. Hal ini mengakibatkan
penurunan aktivitas metabolik, konstipasi, letargi, reaksi mental lambat,
dan pengkatan simpanan lemak.
a. Pada orang dewasa, kondisi ini menyebabkan miksedema, yang
ditandai dengan adanya akumulasi air dan musin dibawa kulit,
sehingga penampakan edema terlihat.
b. Pada anak kecil, hipotiroidisme yang mengakibatkan reterdasu
mental dan fisik, disebut dengan kreatinisme.
2. Hipertiroidisme
Adalah roduksi hormon tiroid yang berlebihan. Hal ini mengakibatan
aktiviras metabolik meningkat, berat badan turun, gelisah, trmor, diare,
frekuensi jantung meningkat, dan pada hipertiroidisme berlebihan,
gejalanya adalah toksisitas hormon.
a. Hipertiroidisme berlebihan dapat menyebabkan goiter eksoftalmik
(penyakit Grave). Gejalanya berupa pembengkakakn jaringan di
bawah kantong mata sehingga mata menonjol.
b. Penatalaksanaan hipertiroidisme adalah melalui pengangkatan
kelenjar tiroid melalui pembedahan atau dengan uodium radioaktif,
yang diarahkan pada kelenjar dan untuk mengahancurkan jaringan
3. Goiter (gondok)
Adalah pembedaran kelenjar tiroid sampai dua atau tiga kali lipat. Hal
ini terjadi berkaitan dengan hipotiroidisme atau hipertiroidisme.

13
a. Goiter ringan (endemik) berkaitan denganhipotiroidisme terjadi di
daerah yang mengalami defisiensi iodium.
b. Penurunan konsumsi iodium mengakibatkan akumulasi tiroglobulin
(koloid) dalam folikel, tetapi juga menurunkan produksi hormon
tiroid.
c. Suplementasi garam dengan iodium telah mengurangi insiden goiter
endemik.

4.2 ENZIM
4.2.1 DEFINISI
Enzim adalah protein yang berfungi sebagai katalisator, senyawa yang
meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Enzim katalisator berikatan dengan reaktan
yang disebut subtrat, mengubah reaktan menjadi produk lalu melepaskan produk.
Walaupun enzim dapat mengalami modifikasi selama urutan ini, pada akhir reaksi
enzim kembali kebentuk asalnya. Enzim sebagai katalisator, suatu enzim berikatan
dengan substrat reaksi dan mengubah substrat menjadi produk. Subtrat berikatan
dengan tempat pengikatan subtrat spesifik yang terdapat di enzim melalui interaksi
dengan residu asam amino enzim. Aktivitas enzim juga dapat diatur oleh fosforilasi
atau oleh protein medularot sebagai enzim disintesis sebagai suatu prekursor yang
tidak aktif. Enzim memiliki katalisator yang berbeda tetapi mengkatalisis reaksi yang
sama disebut sebagai isoenzim.
4.2.2 Penggolongan Enzim
Klasifikasi enzim dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Berdasarkan tempat bekerjanya enzim dibedakan menjadi dua, yaitu:


- Endoenzim, disebut juga enzim intraseluler, yaitu enzim yang bekerja di dalam sel.
Umumnya merupakan enzim yang digunakan untuk proses sintesis di dalamsel dan

14
untuk pembentukan energi (ATP) yang berguna untuk proses kehidupan sel,misal
dalam proses respirasi.
- Eksoenzim, disebut juga enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang bekerja di luar sel.
Umumnya berfungsi untuk “mencernakan” substrat secara hidrolisis, untuk dijadikan
molekul yang lebih sederhana dengan BM lebih rendah sehingga dapat masuk
melewati membran sel. Energi yang dibebaskan pada reaksi pemecahan substrat di
luar sel tidak digunakan dalam proses kehidupan sel.

b. Berdasarkan cara terbentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu:


- Enzim konstitutif, yaitu enzim yang jumlahnya dipengaruhi kadar substratnya,
misalnya enzim amilase. Di dalam sel terdapat enzim yang merupakan bagian dari
susunan sel normal, sehingga enzim tersebut selalu ada umumnya dalam jumlah tetap
pada sel hidup. Walaupun demikian ada enzim yang jumlahnya dipengaruhi kadar
substratnya, misalnya enzim amilase. Sedangkan enzim-enzim yang berperan dalam
proses respirasi jumlahnya tidak dipengaruhi oleh kadar substratnya
- - Enzim adaptif, yaitu enzim yang pembentukannya dirangsang oleh adanya substrat,
contohnya enzim β-galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri E.coli yang
ditumbuhkan di dalam medium yang mengandung laktosa (Lehninger, 1982).
Perubahan lingkungan mikroba dapat menginduksi terbentuknya enzim tertentu.
Induksi menyebabkan kecepatan sintesis suatu enzim dapat dirangsang sampai
beberapa ribu kali. Enzim adaptif adalah enzim yang pembentukannya dirangsang
oleh adanya substrat. Sebagai contoh adalah enzim beta galaktosidase yang dihasilkan
oleh bakteri E.coli yang ditumbuhkan di dalam medium yang mengandung laktosa.
Mulamula E. coli tidak dapat menggunakan laktosa sehingga awalnya tidak nampak
adanya pertumbuhan (fase lag/fase adaptasi panjang) setelah beberapa waktu baru
menampakkan pertumbuhan. Selama fase lag tersebut E. coli membentuk enzim beta
galaktosidase yang digunakan untuk merombak laktosa.

c. Penggolongan enzim berdasarkan daya katalisis

No
Kelompok Enzim Jenis Reaksi
.

1 Oksidoreduktase Pemindahan elektron (sebagai e’, atom

15
hidrogen, atau ion hibrida) dari satu
senyawa ke suatu ekseptor

Pemindahan sebuah gugus fungsional,


2 Transferase misalnya gugus asli, amino, metil atau
fosfat

Pemisahan ikatan C-O, C-N atau C-S


3 Hidrolase
dengan penambahan H2O pada ikatan

Penambahan gugus ke ikatan rangkap


4 Liase
atau pembentukan ikatan rangkap

Pemindahan gugus di dalam molekul


5 Isomerase
untuk menghasilkan bentuk isomerik

Pembentukan ikatan C-C, C-S, C-O dan


6 Ligase C-N disertai pengfuraian ikatan berenergi
tinggi, misalnya ATP

4.2.3 TATANAMA ENZIM


Senyawa yang dikatalisis oleh suatu enzim disebut subtrat enzim yaitu berupa
senyawa-senyawa organik atau senyawa nonorganik. Sturktur kimia substrat dapat
sederhana tetapi juga dapat kompleks.

- Tatanama dengan akhiran –in atau penamaan tak sistematik (nama trival), seperti
ptialin, stepsin, amilopsin dan pepsin tidak menggambarkan sifat dan jenis reaksi
kimia yang terjadi.
- Tatanama dengan akhiran –ase, digunakan untuk mengakhiri nama proses reaksi
yang dikatalisis atau dipengaruhinya, seperti proses hidrolisis menjadi hidrolase.
4.2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS ENZIM
a. Suhu dan pH
Setiap enzim di dalam tubuh manusia memiliki suhu optimal sendiri (antara 35 C
dan 40 C) dan pH optimal yang berkisaran antara 6 hingga 8. Pengecualian dapat
ditemukan pada enzim pencernaan tertentu seperti pepsin.
b. Kofaktor dan koenzim

16
Beberapa enzim memerlukan kofaktor, atau zat anorganik pembantu seperti atom
logam atau koenzim, molekul nonprotein organik seperti vitamin.
c. Inhibitor enzim
Zat kimia dapat secara selektif menghambat kerja katalisis enzim spesifik.
Walaupun beberapa zat kimia beracun dapat mematikan karena efek inhibisinya
terdapat enzim, inhibisi selektif ada enzim merupakan proses kontrol metabolik
yang normal dan penting dalam sel.
4.2.5 KOMPONEN PENYUSUN ENZIM
Enzim adalah suatu protein yang mengikat zat lain yang bukan protein. Zat
tersebut disebut kofaktor yang dapat berupa fofaktor organik atau kofaktor ion logam.
Kofaktor yang terikat kuat dengan proteinnya disebut gugus prostetik, sedangkan
gugus kofaktor yang mudah lepas dari proteinnya disebut koenzim. Agar koenzim
dapat bekerja harus terdapat holoenzim yang merupakan penggabungan dari bagian
protein enzim yang disebut apoenzim atau feron dan koenzim atau agon.

4.2.6 MEKANISME KERJA ENZIM


a. Satu enzim bekerja untuk satu substrat tertentu
b. Kekhususan enzim. Setiap enzim dapat membedakan substratnya sendiri dari
substrat lain yang senyawanya berikatan erat (termasuk isomer) sehingga setiap
jenis enzim dapat mengkatalisis suatu reaksi tertentu. Enzim berikatan dengan
substrat dan mengubahnyta menjadi produk reaksi.
c. Sisi aktif
1. Kerja enzim model lock and key
2. Kerja enzim model induced fits
d. Kompleks enzim-substrat menglami penyusunan ulang internal, yang membentuk
produk. Enzim melepas produk, dan sisi aktifnya kemudian kosong dan tersedia
untuk lebih banyak substrat.
4.2.7 CARA KERJA ENZIM

17
Prinsip kerja enzim berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap pertama, enzim (E)
bergabung dengan substrat (S) membentuk kompleks enzim substrat (E-S). Tahap
kedua, kompleks enzim-substrat teruai menjadi produk (zat hasil) dan enzim bebas.

Reaksi diatas, hasil peruraian (A+B+C dan seterusnya) atau produk tidak terikat oleh
enzim sehingga enzim dapat mempengaruhi substrat yang lain. Dua model yang
diusulkan pada kegiatan enzim dalam mempengaruhi substrat hingga diperoleh zat
hasil, yaitu model kinci dan gembok dan induced fit.

- Model kunci dan anak kunci


Tempat pengikatan substrat mengandung residu asam amino yang tersususn
membentuk permukaan tuga dimensi komplementer yang mengikat substrat
melalui interaksi hidrofobik meltipel, interaksi elektrostatistik, dan ikatan
hidrogen. Residu asam amino ini dapat berasal dari bagian yang sangat berlainan
pada urutan asam amino linear dari enzim, sperti yang tampak pada glukokinase.
Rintangan sterik dan penolakan muatan di tempat pengikatan substrat bahkan
dapat mencagah pengiakatan senyawa yang berhubungan erat. Pada model kunci
dan anak kunci, komplementeritas (saling mengisi ) anatar substrat dan tempat
pengikatnya dibayangkan seperti anak kunci yang masuk ke dalam kunci yang
kaku.
- Model Induced Fit
Sewaktu substrat terikat, hampir semua enzim mengalami perubahan konfirmasi
yang menyebabkan reposisi rantai sisi asam amino di tempat aktif dan
meningkatkan jumlah interaksi pengikat. Fungsi perubahan konfirmasi yang
diinduksi oleh pengikatan substrat biasanya adalah untuk menyusun ulang residu
adam amino di tempat aktif melalui cara-cara yang mendorong berlangsung
reaksi. Induced fit dapat menyebabkan perubahan konfirmasi yang
menyempurnakan tempat pengikatan suatu kosubstrat atau menyebabkan
perubahan konfirmasi di subunit enzim di dekatnya. Oleh karena itu, interaksi
multipel anatara substrat dan enzim di tempat pengikatan enzim, berfungsi untuk

18
pengenalan substrat dan untuk menyusun kembali tempat aktif bagi tahap reaksi
selanjutnya.

4.2.8 PENGAHMBATAN REVERSIBLE (TAKSTABIL)


Penghambatan reversible dibedakan atau dua golongan, yaitu penghambatan
kompetitif dan penghambatan nonkompetitif.

- Pengahmbatan kompetitif atau penghambat bersaing


Stuktur inhibitor mirip dengan struktur substrat. Inhibitor, misanya Z dan
substrat (S) bersaing menempati lokasi aktif suatu enzim. Namun, setelah
inhibitor menempati lokasi aktif tidak segera membentuk enzim bebas dan
hasil. Jadi, adanya Z, jumlah enzim atau kompleks enzim substrat menjadi
berkurang.

- Penghambatan nonkompetitif
Inhibitor (misalnya Q) menempelkan diri pada suatu tempat di permukaa
enzim yang agak jauh dari lokasi aktif sehingga struktur lokasi aktif berubah.
Karena perubahan struktur lokasi aktif ini, substrat tidak dapat masuk.
Akibatnya, peran enzim sebagai katalisator yang normal tidak dapat

19
terlaksana. Inhibitor ini tidak hanya beraksi dengan enzim tetapi juga dapat
bereaksi dengan kompleks enzim-substrat.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hormon merupakan suatu kelompok heterogen pesan-pesan kimia yang
berperan mengkoordinasi aktifitas berbagai jaringan dalam tubuh. Hormon beredar di
dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Klasifikasi hormon
berdasarkan fungsi diantaranya: Hormon perkembangan, Hormon metabolisme,
Hormon trofik, Hormon pengatur metabolisne mineral dan air, Hormon pengatur
sistem kardiovaskuler: hormon bekerja dengan reseptor glikoprotein yang spesifik
pada permukaan sel sasaran. Produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian
dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama
melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Ketika hormon
menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada
permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal.
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di
dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan
dengan protein, berfungsi sebagai senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa
habis bereaksi dalam suatu reaksi kimia.
Secara umum enzim berfungsi sebagai katalis dan memiliki peranan penting
dalam reaksi metabolisme, yaitu sebagai biokatalisator dan modulator. Untuk dapat

20
bekerja pada suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak antara enzim
dengan substrat (kompleks enzim-substrat).

3.2 SARAN
1. Mencari tahu lebih dalam lagi mengenai Hormon dan Enzim dan tidak berfokus pada
satu sumber atau hanya makalah ini.
2. Mencari sumber yang lebih valid lagi tentang Hormon dan Enzim.
3. Mencari sumber yang lebih update untuk mengetahui perkembangan Hormon dan
Enzim dari waktu ke waktu.

21

Anda mungkin juga menyukai