Anda di halaman 1dari 22

i

Dosen Pengampu Kelompok


Adfadia Mera, S.Psi., 7
M.A

MAKALAH BIOPSIKOLOGI

HORMON

oleh

Apri Yona Putri (12060123243)


Mella Oknita Asari (12060124635)
Renni Khadijah (12060122828)
Wisnu Dwi Pranggana (12060114209)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
202I
ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Biopaikologi
dengan judul “HORMON”. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu memperlancar pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada Ibu Adfadia Mera, S.Psi., M.A.
selaku dosen mata kuliah Biospikologi

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI…...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah…..........................................................................................1
C. Tujuan Penelitian…..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3

BAB III PENUTUP....................................................................................................13

A. Kesimpulan.....................................................................................................13
B. Saran...............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tubuh manusia merupakan suatu sistem yang bekerja dan menimbulkan usaha, yang
diumpamakan seperti mesin. Organ-organ tubuh merupakan komponen-komponen yang saling
mempengaruhi, bekerja sama secara terpadu. Apabila ada salah satu komponen yang tidak
bekerja dengan baik, maka keseluruhan sistem akan merasakan dampaknya. Di samping itu tubuh
manusia tidak terlepas dari pengaruh lingkungan luar. Cuaca panas atau dingin, adanya bahaya
yang mengancam, adanya rangsangan untuk berproduksi pada hewan, merupakan tanda-tanda
yang diterima melalui sistem syaraf, misalnya mata, telinga, raba dan lain-lainnya. Tubuh juga
harus mampu memberikan reaksi atau tanda-tanda dari dalam tubuh sendiri, misalnya rasa lapar,
haus, lelah dan sebagainya.
Untuk dapat melakukan kegiatan dan dapat memberikan reaksi terhadap perubahan- perubahan
eksternal maupun internal, diperlukan adanya koordinasi yang tepat diantara kegiatan organ-
organ tubuh. Dalam hal ini sistem endokrin merupakan suatu sistem yang dapat menjaga
berlangsungnya integrasi kegiatan organ tubuh. Hormon yang dihasilkan oleh sistem endokrin ini
memegang peranan yang sangat penting.
Sistem endokrin yang terdiri atas kelenjar – kelenjar endokrin dan bekerja sama dengan sisitem
syaraf ,mempunyai peranan penting dalam mengendalikan kegiatan organ – organ tubuh
kita .Untuk itu kelenjar endokrin mengeluarkan suatu zat yang disebut hormon. Kelenjar endokrin
tidak mempunyai saluran, jadi hormon yang dihasilkan diangkut melalui sistem peredaran darah
ke sel – sel yang dituju guna melangsungkan proses yang di perlukan oleh tubuh.
Kata “hormon” mempunyai arti senyawa yang merangsang ,istilah hormon di perkenalkan untuk
pertama kali pada tahun 1904 oleh william Bayliss dan Ernest Starling untuk menerangkan kerja
sekretin suatu molekul yang dihasilakn oleh duodenum yang merangsang keluarnya
pankreas .konsep tentang hormon kemudian berkembang,bahwa (1) hormon adalah molekul yang
dihasilakan oleh jaringan tertentu (kelenjar) (2) hormon dikeluarkan langsung ke dalam darah
yang membawanya ketempat tujuan (3) hormon secara khas mengubah kegiatan suatu jaringan
tertentu yang menerimanya.
Dengan demikian, sangat penting sekali untuk mengetahui apa itu hormon, agar dapat memahami
mekanisme kerja organ-organ yang ada dalam tubuh kita, dengan begitu kita akan selalu
bersyukur dengan apa yang telah diciptakan Tuhan. Oleh karena itu, makalah tentang hormon ini
disusun untuk mempelajari dan memahami lebih mendalam.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan paparan pada latar belakang, dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai
berikut.
a. Apakah yang disebut dengan hormon?
b. Apa saja karakteristik sistem hormon?
c. Bagaimanakah mekanisme kerja hormon?
d. Bagaimanakah Kadar Hormon dalam Darah?
e. Bagaimanakah sistem pengendalian hormon?
2

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan di atas, maka makalah ini disusun bertujuan sebagai berikut.
1. Memahami pengertian hormone
2. Mendefenisikan karakteristik sistem hormon
3. Menjelaskan mekanisme kerja hormon pada umumnya
4. Menjelaskan tentang pengukuran Kadar Hormon dalam Darah
5. Memahami sebab dan akibat kelebihan atau kekurangan hormon.
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hormon
Hormon merupakan getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dan langsung diedarkan
oleh darah. Kelenjar tersebut tidak mempunyai saluran khusus dan disebut sebagai kelenjar
endokrin atau kelenjar buntu. Kata hormon berasal dari kata hormaein yang yang berarti
memacu atau menggiatkan. Hormon diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit, tetapi
mempunyai pengaruh yang amat besar. Hormon mempunyai ciri-cirinya sebagai berikut.

1. Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam jumlah
sangat kecil
2. Diangkut oleh darah menuju ke sel/jaringan target
3. Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat dalam sel target
4. Mempunyai pengaruh mengaktifkan enzim khusus
5. Mempunyai pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target, tetapi dapat juga
mempengaruhi beberapa sel target yang berlainan.
Hormon memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu untuk mengatur kadar air
(homeostatis), berfungsi untuk memacu pertumbuhan, reproduksi, metabolisme, dan tingkah
laku. Berdasarkan aktivitasnya, kelenjar endokrin dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
yaitu sebagai berikut.
1. Kelenjar yang bekerja sepanjang hayat, misalnya hormon yang memegang peranan
dalam metabolisme
2. Kelenjar yang bekerja mulai masa tertentu, misalnya hormon kelamin
3. Kelenjar yang bekerja sampai masa tertentu saja, misalnya hormon pertumbuhan dan
hormon timus.

Berdasarkan letaknya, kelenjar endokrin dapat dibedakan sebagai berikut.


Kelenjar Endokrin

No Kelenjar Endokrin Lokasi


1 Kelenjar hipofisis Terletak pada dasar otak besar
2 Kelenjar tiroid atau kelenjar gondok Terletak di daerah leher
3 Kelenjar paratiroid Terletak di dekat kelenjar tiroid
4 Kelenjar pankreas atau pulau langerhans Terletak di dekat ventrikulus (perut besar)
5 Kelenjar adrenal Terletak di bagian atas ginjal
6 Ovarium Terletak di daerah abdomen (rongga perut)
7 Testis Terletak di buah zakar dalam skrotum
4

A.

A. Klasifikasi Hormon
Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia, sifat
kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel

1. Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya


a. Golongan Steroid:Turunan dari kolestrerol yaitu androgen ,estrogen dan adrenokortikoi
b. Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat
c. Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil: tiroid,
Katekolamin,epinefrin dan tiroksin
d. Golongan Polipeptida atau protein : Insulin, Glukagon, GH, TSH, oksitosin vaso perin,
hormon yang dikeluarkan oleh mukosa usus dan lain –lainnya.

2. Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon


a. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak
b. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air
5
3. Berdasarkan lokasi reseptor hormon
a. Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler
b. Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran).

4. Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel:


Kelompok Hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa
cAMP,cGMP,Ca2+, fosfoinositol, lintasan kinase sebagai mediator intraseluler.

B. Jenis Hormon
1. Hormon Saluran Pencernaan.
a. Gastrin
Gastrin diproduksi oleh mukosa pilorik dan terbentuknya hormon ini dirangasang oleh
adanya protein dari makanan atau mungkin juga oleh asam lambung. Rangsangan mekanik
berupa gerakan lambung juga dapat meningkatkan produksi gastrin. Hormon ini dibawa oleh
darah ke sel-sel tujuan dan mengakibatkan sel-sel tersebut mengeluarkan HD lebih banyak.
Molekul gastrin adalah suatu heptapeptida.

b. Sekretin
Sekretin diproduki oleh mukosa usus, dan diangkut oleh darah ke pankreas. Hormon ini
merangsang pankreas untuk mengeluarkan cairan pankreas yang mengandung banyak
bikarbonat. Sekretin merupakan polipeptida yang kemungkinan juga merangsang aliran cairan
usus dan merupakan salah satu faktor yang meningkatkan sekresi ampedu oleh hati.
c. Kolesistokinin
Kolesistokinin diproduksi oleh mukosa usus halus. Kolesistokinin merangsang
pankreas untuk mengeluarkan cairan pankreas yang mengandung banyak enzim.

d. Pankreozimin
Pankreozimin diproduksi oleh mukosa usus halus bagian atas. Pengeluaran hormone
pankreozimin dirangsang oleh adanya beberapa zat antara lain kasein, dekstrin, maltosa,
laktosa, dan lain-lain. Pankreozimin merangsang keluarnya cairan pankreas yang mengandung
banyak bikarbonat maupun enzim tinggi. Pankreozimin bersifat tahan terhadap panas, tidak
dapat dirusak oleh asam, namun tidak stabil terhadap alkali.

2. Hormon Adenohipofisis
Sekresi hormon hipofisis selian dikontrol oleh hipotalamus, dipengaruhi banyak faktor
antara lain oleh obat hormon alamiah, atau antagonis hormon. Hormon hipofisis mengatur
sintesis dan sekresi hormon serta zat-zat kimia di sel target, sebaliknya hormone yang
disekresi tersebut juga mengatur sekresi hipofisis. Pada vertebrata dikenal 10 hormon yang
dihasilkan kelenjar hipofisis, 6 diantranya sudah diketahui kegunaannya pada manusia,
sisanya belum diketahui peranannya. Pada saat ini susunan asam amino semua hormon
hipofisis telah diketahui dan beberapa telah dapat disintesis sebagian maupun keseluruhan.
Sehingga memudahkan pembuatan hormon secara masal dalam waktu cepat dengan metode
rekayasa genetik. Proses ini penting sebab pada umumnya hormon hipofisis sangat spesifik
untuk tipa spesies, sehingga sumber untuk penggunaan klinis yang memenuhi syarat hanya
mungkin didapat dari ekstrak hipofisis manusia.
6
a.Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan merupakan polipeptida dengan berat molekul 22.000 atau sekitar
10% dari berat kelenjar hipofisis kering. Fungsi hormon pertumbuhan jelas untuk
pertumbuhan, defisiensi hormon ini pada anak-anak menyebabkan kekerdilan (dwarfisme)
sedangkan kelebihan hormon ini menyebabkan gigantisme pada anak atau akromegali pada
orang dewasa. Hormon pertumbuhan terutama mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan
lemak, dengan mekanisme kerja yang belum jelas. Hormon pertumbuhan memperlihatkan
efek antiinsulin yaitu meninggikan kadar gula darah, tetapi disamping itu juga berefek seperti
insulin yaitu menghambat penglepasan asam lemak dan merangsang penyerapan asam amino
oleh sel. Pada keadaan lapar hormon pertumbuhan menyebabkan mobilisasi lemak dari depot
lemak untuk masuk ke peredaran darah. Hormon ini agaknya mengalihkan sumber energi dari
karbohidrat ke lemak.
Sekresi hormon pertumbuhan secara fisologis diatur oleh hipotalamus. Hipotalamus
menghasilkan faktor penglepas hormon pertumbuhan (GHRF = growth hormone releasing
factor) yang merangsang sekresi hormon pertumbuhan . selain itu dalam hipotalamus juga
menghasilkan somatostatin (GH-RIH = growth hormone releasing inhibitory hormone) yang
bmenghambat sekresi beberapa hormon salah satunya hormon pertumbuhan.
Pada waktu istirahat sebelum makan pagi kadar hormon pertumbuhan sekitar 1-2 ng/ml,
sedangkan pada keadaan puasa meningkat perlahan mencapai 8 ng/ml. Kadar ini meningkat
segera setelah seseorang tertidur. Pada orang dewasa hormon pertumbuhan meningkat hanya
ketika tidur, namun pada anak dan remaja hormon pertumbuhan juga meningkat pada waktu
bangun tidur. Kerja fisik, stress dan rangsangan emosi merupakan stimulus fisiologi untuk
meningkatkan sekresi hormon ini.

b.Prolaktin
Pada manusia satu-satunya fungsi prolaktin yang jelas adalah untuk masa laktasi.
Prolaktin mempengaruhi fungsi kelenjar susu dalam mempersiapkan, memulai, dan
mempertahankan laktasi. Sekresi Prolaktin adalah hisapan bayi saat menyusui (suckling)
sekresi prolaktin menghambat gonadotropin yang selanjutnya mempengaruhi fungsi ovarium.
Itu semua menjelaskan infertilitas sementara pada ibu menyusui. Pengaturan sekresi prolaktin
diatur oleh hipotalamus. Kadar prolaktin dalam darah 5-10 ng /ml, pada pria sedikit lebih
rendah. Kadar meningkat pada masa hamil, pada saat stress, dan hipoglikemia.

c. Gonadotropin
Hipofisis menghasilkan 2 jenis gonadotropin yang mengatur alat reproduksi, yaitu FSH
dan LH. Keduanya diatur oleh hipotalamus melalui satu hormon pelepas LHRH ( LH
releasing hormone) atau nama lainya GnRH (Gonadotropin releasing hormon). Pada wanita
FSH menyebabkan perkembangan folikel primer menjadi folikel Graaf. Setelah folikel
berkembang maka LH akan merangsang folikel untuk mensekresi estrogen dan progesteron.
Pada pria FSH berfungsi menjamin terjadinya spermatogenesis, kemudian LH merangsang sel
leydig untuk mensekresi testosteron.

3. Hormon Insulin
Pulau Pankreas mensekresikan paling sedikit empat jenis hormon yaitu:
a. Isulin
b. Glukagon
7
c. Somastotatin
d. Polipeptida Pankreas

4. Glukagon
Hormon ini juga di produksi oleh sel sel lengerhans dalam pankreas .glukagon
mempunyai efek yang berlawanan dengan insulin yaitu dapat meningkatkan kadar glukosa
dalam darah dengan jalan menigkatkan glikogenolisis dalam hati. Glukagon juga berfungsi
mengaktifkan enzim siklase adnil yang mengubah ATP menjadi AMP siklik. Adanya AMP
siklik dpapat meningkatkan aktivitas enzim fosforilase yang bekerja sebagai katalis dalam
proses penguraian glikogen menjadi glukosa -6-fosfat. Hal ini mengakibatkan kenaikan kadar
glukosa dalam darah.

5.Hormon-hormon Adrenokortikoid
Hormon-hormon ini diproduksi pada kelenjar adrenal. Binatang yang telah diambil
kelenjar adrenal hanya dapat bertahan hidup satu sampai dua minggu dan hal ini disebabkan
oleh tidak adanya jaringan adrenokortikal.

6.Hormon Kelenjar Tiroid


Hormon yang di keluarkan dari kelenjar tiroid mengandung iodium dan lebih dari
setengah jumlah keseluruhan iodium tubuh terdapat dalam kelenjar tiroid. Pengeluaran
hormon tiroid di pengaruhi oleh persediaan iodium dalam kelenjar tiroid berkurang. Dalam
keadaan demikian kelenjar tiroid berusaha mengambil iodium dari iodida yang terdapat dalam
darah. Apabila defisit iodium menjadi makin besar, maka pengeluaran hormon berkurang.
Kekuarang iodium dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya penyakit gondok. Beberapa
hormon yang di produksi oleh kelenjar tiroid anatara lain adalah tiroksin dan 3,5 diiodotirosin,
triiodotirosin.

2.2 Karakteristik Sistem Hormon


Hormon mempunyai mempunyai karakteristik unik dan berbeda dari sistem-sistem lain di dalam tubuh.
Karakteristik sistem hormon dapat dijelaskan di bawah ini:
1. Hormon mempunyai pola sekresi yang pulsatif dan siklik dan bersifat naik turun pada kurun waktu
tertentu,
 contoh hormon-hormon yang mengatur siklus menstruasi yaitu estrogen. Estrogen
merupakan hormon dengan hormon reproduksi yang disekresikan dengan pola non siklik dan
titik puncak dan lembah pola sekresinya menyebabkan menstruasi.
2. Sekresi hormon bergantung kepada substrat atau senyawa lain,
 contoh hormon Paratiroid yang mengatur kadar kalsium dalam tubuh, sekresinya dipengaruhi
oleh kadar kalsium dalam serum darah.
3. Beberapa hormon mempunyai pola sekresi diurnal, yaitu sekresi akan naik turun dalam periode 24
jam.
 contoh hormon kortisol yang akan meningkat pada pagi hari, namun akan turun dimalam
8
hari.
4. Hormon bekerja dengan mekanisme umpan balik baik positif maupun negatif. Dengan sistem ini,
sekresi hormon akan memastikan kondisi tubuh dalam keadaan optimal untuk kelangsungan
metabolismenya. Sebagai contoh kadar hormon testosterone dalam darah akan diatur dengan sistem
umpan balik negatif. Artinya jika kadarnya telah cukup atau naik, maka ada mekanisme menurunkan
atau mempertahankan kadar testosteron dalam darah. Sebaliknya, jika kadar testosteron turun, maka
tubuh memberikan umpan balik agar kadarnya dinaikkan.
 contoh umpan balik positif adalah hormon oksitosin. Hormon oksitosin yang menstimulasi
kontraksi otot saat melahirkan. Oksitosin akan diproduksi lebih banyak ketika kontraksi otot
tersebut makin hebat.
5. Hormon bersifat dependen dan independen. Artinya, sekresi hormon dari satu kelenjar akan
menginduksi sekresi hormon dari kelenjar lain.
6. Hormon hanya bekerja pada sel/jaringan/organ tertentu yang reaktif dan mempunyai reseptor yang
spesifik.

2.3 Mekanisme Kerja Hormon


Untuk dapat memahami mekanisme kerja hormon, maka perlu diketahui konsep komunikasi sel. Sel
berkomunikasi satu dengan yang lainnya melalui sinyal kimiawi. Untuk terjadi komunikasi antar sel, maka
permukaan/membransel harus melakukan kontak atau ada substansi kimia yang terpisah dari permukaan sel
atau molekul yang dapat melintas dari sitosol sel ke sel yang lain melalui tautan (gap junction).
Untuk komunikasi dengan sel dekatnya, sinyal kimiawi dibebaskan suatu sel di ekstraseluler menuju
sel yang ada disekitarnya. Mekanisme ini dinamakan parakrin atau sekresi lokal. Kadang-kadang respon sel
yang timbul karena hasil sekresinya sendiri. Mekanisme komunikasi ini disebut autokrin. Namun apabila
letak sel, jaringan/organ jauh dari sumber dilepaskannya sinyal kimiawi, maka molekul kimiawi pembawa
pesan tadi dilewatkan pembuluh darah dan menutu organ target. Metode komunikasi itu dinamakan
endokrinatau sekresi internal, sementara hasil sekretnya disebut hormon.
Dalam bekerja terhadap sel target, hormon mempunyai tiga mekanisme kerja utama, yaitu:
1. Mengubah permeabilitas saluran (membran) dengan bekerja pada protein saluran (protein kanal) yang
sudah ada,
2. Bekerja melalui sistem pembawa pesan kedua (second messenger) untuk mempengaruhi aktivitas sel
3. Pengaktifan gen spesifik untuk sintesis protein baru.
Hormon dalam bekerja juga memerlukan reseptor spesifik. Reseptor pada umumnya adalah molekul
protein dengan struktur tertentu sehingga hanya melakukan pengikatan dengan hormon/analog dengan
struktur hormon tertentu. Reseptor hormon terletak di membrane sel/sitoplasma sel. Dengan demikian
hormon yang dibebaskan ke dalam darah hanya bekerja pada sel atau jaringan tertentu yang mempunyai
reseptor spesifik terhadap hormon tersebut.
Berdasarkan lokasinya, reseptor hormon dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu:
1. Reseptor membran (secara umum untuk hormon protein, peptida, dan katekolamin)2
9
2. eseptor sitoplasma (steroid)
3. Reseptor nukleus (tiroid dan steroid)
Selain itu, reseptor hormon juga dibedakan berdasarkan hubungan dengan kanal ion, protein G,
enzim intraseluler pada sel target, yakni:

1. Reseptor hormon terhubung dengan kanal ion


Pada kenyataannya substansi neurotransmiter seperti asetilkolin, norepinephrine, berkombinasi
dengan reseptor di membran post-sinapsis. Hal tersebut menyebabkan perubahan struktur reseptor,
biasanya terjadi pembukaan atau penutupan kanal untuk satu atau lebih ion. Sebagai contoh, pembukaan
atau penutupan ion kanal natrium yang terikat dengan reseptor, kanal lain kalium dan kalsium.
Pergerakan ion melalui kanal selanjutnya menyebabkan efek bertahap pada sel post-sinapsis. Meskipun
sejumlah hormon beraksi melalui aktivasi reseptor ion kanal, kebanyakan hormon membuka dan menutup
kanal ion melakukannya dengan cara tidak langsung karena terhubung dengan protein G atau reseptor
hormon terhubung enzim.
2. Reseptor hormon terhubung dengan protein G
Btarget (contoh: enzim atau kanal ion) dengan melakukan pasangan dengan sekelompok panyak
hormon mengaktivasi reseptor yang secara tidak langsung mengatur aktivitas protein rotein membran sel
yang disebut heteromerik GTP-binding protein (G protein). Ada lebih dari 1000 protein G terikat reseptor
yang telah diketahui, semuanya mempunyai segemne transmembran keluardan masuk membran sel.
Sebagian sisi reseptor menembus membran sel (khususnya bagian ekor sitoplasmik dari reseptor)
berikatan dengan protein G yang termasuk 3 bagian subunit (trimerik) yaitu subunit: α, β, dan γ. Pada saat
ligand (hormon) berikatan bagian ekstraseluler reseptor, perubahan konformasi terjadi di reseptor yang
akan mengaktivasi protein G dan menginduksi signal intraseluler baik membuka atau menutup kanal ion
membran sel atau perubahan aktivitas enzim di sitoplasma sel.
Protein G trimerik, dinamakan demikian karena kemampuan mengikat nukelotida guanosin. Pada
keadaan inaktif: subunit α, β, γ, dan protein G membentuk komplek mengikat guanosine diposphate
(GDP) di subunit α. Pada saat reseptor aktif, terjadi perubahan konformasi yang menyebabkan komplek
GDP trimerik protein G berasosiasi dengan bagian sitoplasmik reseptor dan terbentuk guanosine
triphosphate (GTP) dari GDP. Pemindahan GDP menjadi GTP menyebabkan subunit α mengalami
disosiasi dari komplek trimerik dan berasosiasi dengan protein signal intraseluler lain. Sebailknya protein
ini meningkatkan aktivitas kanal ion atau enzim intraseluler seperti adenylyl cyclaseatau phospholipase C
yang kemudian meningkatkan fungsi sel. Terjadinya signal cepat berhenti saat hormon dipindahkan dan
subunit α inaktif sendiri mengubah ikatan GTP menjadi GDP, kemudian subunit α akan bergabung dengan
subunit β dan γ membentuk kondisi inaktif, protein G trimerik terikat membran.
Beberapa hormon berikatan dengan protein G inhibitory (Giprotein), Sementara yang lain berikatan
dengan protein G stimulatory (Gsprotein). Sehingga, tergantung berikatan dengan Giprotein atau
Gsprotein, hormon bisa meningkatkan atau menurunkan aktivitas enzim intraseluler. Sistem komplek
protein G membran menyediakan banyak potensial respon sel terhadap hormon berbeda di berbagai
10
jaringan target dalam tubuh.

3. Reseptor hormon terhubung enzim


Beberapa reseptor ketika diaktivasi, berfungsi langsung sebagai enzim atau berhubungan erat
dengan enzim yang diaktifkan. Komplek reseptor enzim merupakan protein yang melintasi membran
hanya sekali, berbeda dengan reseptor protein G tujuh transmembran. Reseptor komplek enzim
mempunyai sisi pengikatan hormon sendiri di bagian sisi luar membran sel dan sisi katalitik atau
pengikatan enzim di sisi dalam. Pada saat hormon terikat di bagian ekstraseluler reseptor, enzim di dalam
membran sel dengan segera diaktifkan (jarang inaktif). Meskipun banyak reseptor terikat enzim
mempunyai aktivitas enzim intrinsik, yang lainnya tergantung pada enzim yang berhubungan erat dengan
reseptor untuk menghasilkan perubahan fungsi sel.
Contoh reseptor terikat enzim adalah reseptor leptin. Leptin merupakan hormon yang disekresikan
sel lemak dan mempunyai banyak efek fisiologi, terutama pada pengaturan keseimbangan energi.
Reseptor leptin merupakan anggota keluarga besar reseptor cytokine. Pada reseptor leptin, satu dari jalur
signal terjadi melalui tyrosine kinase dari keluarga janus kinase (JAK), JAK2. Reseptor leptin merupakan
dimer (dua bagian) dan mengikat leptin di bagian ekstraseluler reseptor, memungkinkan fosforilasi dan
aktivasi asosiasi intraseluler molekul JAK2. Molekul JAK2 yang aktif kemudian memfosforilasi residu
tyrosine yang lain di dalam komplek reseptor leptin - JAK2 untuk mediasi signal intraseluler. Signal
intraseluler termasuk fosforilasi protein signal transduser dan aktivator transkripsi (STAT = Signal
Transducer and Activator Transcription) yang mengaktivasi transkripsi oleh gen target leptin untuk
menginisiasi sintesis protein. Fosforilasi JAK2 memicu aktivasi jalur enzim intraseluler lain seperti
mitogen-activated protein kinases (MAPK) dan phosphatidy-linositol 3-kinase (PI3K). Beberapa efek
leptin terjadi begitu cepat sebagaimana hasil aktivasienzim intraseluler sementara yang lain terjadi lebih
lambat dan membutuhkan sintesis protein baru. Contoh lain, hormon yang secara luas digunakan untuk
mengontrol fungsi sel adalah hormon yang terikat dengan reseptor transmembran yang khusus, yang
kemudian menjadi enzim adenylyl siklase yang aktif pada tahap akhir di bagian dalam sel. Siklase ini
mengkatalisis pembentukan cAMP yang mempunyai efek multifungsi di dalam sel untuk mengontrol
aktivitas sel. cAMP disebut juga second messenger (pembawa pesan kedua) karena bukan hormonnya
sendiri yang secara langsung membuat perubahan di dalam sel, melainkan cAMP bertindak sebagai
pembawa pesan kedua yang menyebabkan timbulnya efek. Dari sekian hormon petida, seperti Atrial
Natriuretic Peptide (ANP), cGMP yang hanya sedikit berbeda dari cAMP, bertindak seperti halnya
sebagai pembawa pesan kedua.
11

2.4 Mekanisme Pengendalian Hormon


A. Pengertian Umpan Balik
Menurut Anderson (1996) hormon disekresi terus menerus, dan frekuensi dari sekresinya diatur oleh tuntutan
dari kebutuhan tubuh. Sistem saraf mengontrol sistem endokrin baik secara langsung atau tidak langsung.
Pengaruh langsungnya adalah minimal dan digambarkan dengan baik oleh efek dari sistem saraf simpatis
pada sekresi medula adrenal. Kontrol tak langsung adalah lebih umum dan dipusatkan di sekitar peran dari
hipotalamus. Hipotalamus mensekresi hormon tertentu dan menyebarkan hormon ini ke pituitari posterior di
tempat hormon tersebut disimpan. Juga, hipotalamus mensekresi bahan kimiawi, yang dikenal sebagai faktor
realising, yang dilepaskan ke dalam vaskular di antara hipotalamus dan pituitari anterior. Faktor realising ini
adalah spesifik dan mengatur pelepasan dari hormon-hormon pituitari. Hormon yang dilepaskan oleh kelenjar
target mungkin mengumpan balik dan mempengaruhi pelepasan atau penghambatan dari hormon pituitari
atau hipotalamus.

Menurut Rumanta (2007) jumlah hormon yang disekresikan oleh kelenjar endokrin ditentukan oleh
kebutuhan tubuh akan hormon tersebut dalam waktu tertentu. Pada umumnya sekresi hormon diatur
sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan adanya produksi berlebihan atau berkurang. Jadi terdapat
suatu mekanisme kontrol untuk mengatur produksi dan sekresi hormon. Mekanisme tersebut adalah umpan
balik atau feedback. Menurut Despopulos (1998) umpan balik adalah keadaan yang merupakan respons
terhadap suatu sinyal (misalnya sebuah sel terhadap rangsangan hormonal) mempengaruhi sumber sinyal
(dalam kasus ini, kelenjar penghasil hormon). Dapat dikatakan, umpan balik terdiri dari dua macam yaitu,
umpan balik positif dan umpan balik negatif. Penjelasan lebih lanjut terdapat pada sub-bab berikutnya.

B. Umpan Balik Negatif (Feedback Negatif)


Menurut Despopoulos (1998) pada umpan balik negatif suatu rangsangan diturunkan oleh respons. Seperti
kebanyakan mekanisme pengaturan lainnya pada organisme, kerja hormon kebanyakan diutamakan untuk
umpan balik negatif. Menurut Rumanta (2007) feedback negatif merupakan suatu mekanisme dimana jumlah
suatu output (pengeluaran hormon) berperan untuk mengurangi jumlah input (pemasukan hormon) dengan
tujuan untuk mencapai suatu keseimbangan (homesostatis). Contohnya : hormon insulin berperan dalam
meningkatkan difusi berfasilitas glukosa ke dalam sel, akibatnya kadar glukosa darah akan turun (output),
kadar glukosa darah yang rendah akan mengurangi sekresi insulin oleh sel-sel beta pankreas (input).
Penjelasan lebih lanjut terdapat pada sub-bab berikutnya.

C. Umpan Balik Positif (Feedback Positif)


Menurut Rumanta (2007) mekanisme feedback positif berlawanan dengan feedback negatif, dimana jumlah
12
suatu ouput yang akan merangsang suatu input. Proses ini akan menyebabkan suatu ketidakseimbangan.
Mekanisme ini jarang terjadi namun ada beberapa hormon yang bekerja mengikuti mekanisme ini. Misalnya,
oksitosin yang disekresikan hipofisis bagian belakang (neurohipofisa) akan merangsang kontraksi otot rahim
sewaktu persalinan, yang berpengaruh pada terbukanya serviks (leher rahim). Pembukaan serviks ini
menimbulkan impuls sensoris ke hipotalamus, yang memerintahkan hipofisis untuk lebih banyak
menghasilkan oksitosin sehingga uterus berkontraksi. Proses tersebut sangat penting untuk proses kehamilan.
Penjelasan lebih lanjut terdapat pada sub-bab berikutnya.

D. Contoh Umpan Balik (Feedback) pada Hormon


Seperti yang sudah dibahas dalam sub-bab sebelumnya, kinerja hormon dapat terdiri dari dua macam
feedback, yaitu feedback positif ataupun feedback negatif. Kebanyakan mekanisme pada organisme,
diutamakan lebih banyak kerja hormon secara feedback negatif dan sedikit yang feedback positif. Namun
tetap masih ada seperti yang dijelaskan dalam sub-bab berikutnya. Untuk mengetahui lebih lanjut seperti apa
kinerja hormon baik secara feedback positif ataupun negatif, berikut beberapa contoh kinerja hormon yang
dapat dipahami :

1. Kontrol Hormonal Spermatogenesis


Menurut Surjono (2000) spematogenesis dikendalikan oleh suatu sistem hormonal. Aksi hipotalamus-
hipofisis berperan penting di dalam sekresi gonadotropin yang mengatur aktivitas hormon dan sel
spermatogenik di dalam testis. Gonadotrophic releasing hormone (GnRH) yang dikeluarkan oleh hipotalamus
merangsang sintesis dan sekresi FSH dan LH oleh sel-sel gonadotrof di dalam hipofisis. LH dan FSH
berfungsi merangsang proses spermatogenesis di dalam testis. LH berfungsi merangsang sel-sel Leydig untuk
menghasilkan testoteron, sedangkan testoteron dan FSH merangsang sel-sel spermatogenik untuk melakukan
meiosis dan berdiferensiasi mernjadi sperma. Selain itu FSH juga berfungsi merangsang sel Sertoli untuk
mensekresikan ABP (Androgen Binding Protein) dan inhibin. ABP berfungsi mengangkut testoteron ke
dalam lumen tubulus seminiferus. Tanpa ABP testoteron tidak dapat memasuki lumen tubulus. Sedangkan
inhibin berfungsi menghambat pembentukan FSH.

Menurut Shostak (1991) injeksi inhibin terhadap hewan jantan dapat menghambat produksi GnRH dan
pelepasan LH. Selain menghasilkan inhibin dan ABP, sel Sertoli juga berfungsi sebagai penyedia makanan
bagi sel-sel spermatogenik yang sedang tumbuh, memakan (fagositosis) sel-sel germinal yang abnormal,
menggetahkan lendir yang ikut membina plasma semen, dan sebagai pelindung sel-sel germinal yang sedang
tumbuh (Surjono, 2000).

2. Kontrol Hormon Paratiroid dan Kalsitonin


13
Menurut Starr (2013) hormon paratiroid meningkatkan Ca 2+ darah dengan cara merangsang reabsorbsi Ca 2+ di
ginjal dan dengan cara penginduksian sel-sel tulang sejati khusus yang disebut osteoklas untuk merombak
matriks bermineral pada tulang sejati dan melepaskan Ca 2+ ke dalam darah.

Menurut Campbel (2008) PTH memiliki target sel tulang dan sel ginjal. Pada tulang, PTH menginduksi sel
terspesialisasi disebut osteoklas untuk menyekresikan enzim pencerna tulang. Kalsium dan mineral lain yang
dilepaskan dari tulang memasuki darah. Pada ginjal, PTH menstimulasi sel tubulus untuk mereabsorbsi lebih
banyak kalsium. Hormone tersebut juga menstimulasi sekresi enzim yang mengaktivasi vitamin D,
mengubahnya menjadi kalsitriol. Kalsitriol ialah hormon steroid yang menstimulasi sel dalam lapisan usus
untuk mengabsorbsi lebih banyak kalsium dari makanan.

Menurut Starr (2013) kekurangan PTH menyebabkan kadar kalsium darah turun secara dramatis, yang
menyebabkan kontraksi berlebihan pada otot rangka. Jika tidak diperbaiki, kondisi ini yang dikenal sebagai
tetanus akan sangat fatal. Pengontrolan kadar kalsium darah merupakan salah satu contoh bagaimana
homeostatis seringkali dipertahankan dengan cara penyeimbangan dua hormone yang saling berlawanan yaitu
PTH dan kalsitonin. Kalsitonin mempunyai pengaruh yang berlawanan pada tulang sejati ginjal, sehingga
menurunkan Ca2+ darah. Vitamin D yang disintesis pada kulit dan diubah menjadi bentuk aktifnya pada
banyak jaringan, sangat penting bagi fungsi PTH, sehingga juga diperlukan untuk keseimbangan kalsium
yang sempurna.

3. Kontrol Hormon Ositosin atau Selama Kelahiran


Hal yang paling penting dalam organisme disimpan dalam homeostasis dengan umpan balik negatif dan
kontra-regulasi hormon. Namun beberapa hal dikendalikan dalam cara yang berbeda. Salah satu cara yang
jarang adalah umpan balik positif. Dalam umpan balik negatif, efek hormon membuat kelenjar berhenti
membuat hormon. Dalam umpan balik positif sebaliknya terjadi. Efek hormon memberitahu kelenjar hormon
untuk membuatbahkan lebih. Sebuah contoh dari umpan balik positif adalah hormon oksitosin (ketika bayi
lahir.). Hormon ini dibuat oleh kelenjar hipofisis. Ketika bayi mulai keluar, itu meregangkan otot di leher
rahim atau di bagian bawah rahim (Aprilia, 2011).

Menurut Despopoulos (1998) pengaturan hormonal untuk kelahiran masih belum dimengerti sepenuhnya.
Dianggap bahwa pada akhir kehamilan peningkatan pelepasan ACTH pada bayi merangsang korteks
adrenalnya untuk mengsekresi kortisol, yang pada gilirannya menghambat produksi progesteron plasental dan
sehingga meningkatkan estrogen. Akibatnya adalah depolarisasi otot uterus, peningkatan gap junction atau
pertemuan celah dan meningkatkan jumlah reseptor untuk oksitosin dan katekolamin, misalnya reaksi yang
meningkatkan eksitabilitas uterus. Reseptor regang pada uterus respons terhadap peningkatan ukuran dan
pergerakan fetus, dan akibatnya sinyal saraf ke hipotalamus menyebabkan pelepasan ositosin yang lebih
banyak, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan kontraksi uterus. Itu merupakan feedback positif.
14

4. Kontrol Hormon Insulin dan Hormon Glukagon


Menurut Starr (2013) pankreas ialah organ yang terletak di rongga abdominal, di belakang lambung serta
memiliki fungsi endokrin dan eksokrin, sel eksokrin menyekresikan enzim pencernaan ke usus kecil. Sel
endokrin terkumpul dalam islet pankreas. Dimana terdiri dari dua macam sel islet, yaitu sel alfa dan sel beta.

Sel alfa islet pankreas menyekresikan hormon glukagon. Glukagon memiliki sel target dalam hati dan
menyebabkan aktivasi enzim yang memecah glikogen menjadi subunit glukosa. Dalam aksinya, glukosa
meningkatkan kadar glukosa darah. Sel beta islet pankreas menyekresikan hormon insulin. Target utama
hormon itu ialah hati, lemak, dan sel otot. Insulin menstimulasi otot dan sel lemak untuk mengambil glukosa.
Dalam semua sel target tersebut, insulin mengaktivasi enzim yang berfungsi dalam pembentukan protein dan
lemak serta menghambat enzim yang mengatalisis penguraian protein dan lemak. Akibatnya, insulin
menurunkan kadar glukosa darah.

5. Kontrol Hormonal Fase Folikular dalam Siklus Menstruasi


Seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, bahwa adanya kineja feedback positif jarang terjadi
pada suatu hormon. Namun terdapat beberapa hormon yang dapat menyebabkan feedback untuk
menghasilkan suatu rangsangan yang tetap lebih besar, misalnya pada fase folikular dalam siklus menstruasi
seorang wanita.

Sebelumnya pada wanita, gonadoliberin atau GnRH meningkatkan pelepasan FSH dan LH dari lobus anterior
hipofisis. GnRH dilepaskan tiba-tiba denga interval 1,5 jam sebelum ovulasi dan 3-4 jam sesudahnya. Irama
yang lebih cepat atau pelepasan yang terus menerus akan menurunkan sekresi FSH dan LH (infertilitas).
Karena jumlah FSH dan LH yang dilepaskan, berhubungan satu dengan yang lain, terus menerus berubah
selama siklus menstruasi, maka harus ada faktor lain yang mempengaruhi pelepasannya. Di samping
pengaruh saraf pusat (meliputi efek kejiwaan), estradiol mempunyai peranan khusus. Pada gilirannya kerja
estradiol dimodifikasi oleh progesteron (Despopulos, 1998).

Selama fase folikular siklus menstruasi, sekresi LH relatif tetap lebih rendah. Pada hari ke-12 sampai ke-13
produksi estradiol ditingkatkan oleh kerja FSH, menyebabkan perangsangan terhadap pelepasan FSH dan
LH, yang pada gilirannya, merangsang pelepasan estradiol dan kemudian juga progesteron. Melalui putaran
feedback positif, kadar LH yang sangat tinggi dalam darah dengan cepat dicapai dan memulai ovulasi pada
hari ke-14 atau dapat bervariasi. Bila peningkatan LH secara tiba-tiba tidak berlangsung, atau peningkatannya
terlalu kecil, maka ovulasi dan oleh karena itu kehamilan tidak dapat terjadi (infertilitas anovulatori).
15
16
17
18

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
19

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Rudy Agung.2016. Dasar-Dasar ENDOKRINOLOGI. Samarinda. Mulawarman University PRESS.

Anda mungkin juga menyukai