Anda di halaman 1dari 17

SYSTEM ENDOKRIN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah: Fisiologi Hewan

Dosen Pengampu: Roni Afriadi, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok X

Semester IV / Tadris Biologi 2

Ayu Riski Aulia (0310212033)

Dedek Azura (0310213091)

Hanifa Mawaddah (0310213041)

Rifda (0310213059)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang atas segala Ridho-Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan Prodi Tadris Biologi Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara yang berjudul tentang “Ssystem Endokrin”

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Roni Afriadi, M.Pd .
Selaku dosen dari mata kuliah Fisiologi Hewan. Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan. Kami menyadari tugas kelompok ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan tugas kelompok ini.

Medan, 23 Mei 2023

Kelompok X

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

A. Ciri-ciri,sifat dan fungsi hormone............................................................................3


B. Kelenjar endoktrin (Vertebrata dan Invetebrata).....................................................5
C. Mekanisme kerja hormone......................................................................................7
D. Hubungan saraf dan hormone..................................................................................10

BAB III PENUTUP...........................................................................................................11

A. Kesimpulan..............................................................................................................12
B. Saran........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata
maupun invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dari sistem saraf secara bersama lebih
dikenal sebagai super sistem neuroendokrin yang bekerja sama secara kooperatif untuk
menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi pada tubuh hewan. Pada umumnya,
sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagai fungsi fisiologi tubuh, antara lain
aktivitas metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik.

Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama
organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjar melalui satu
saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darahyang beredar di dalam kelenjar. Kata
"endokrin" berasal dari bahasa Yunani yang berarti "sekresi ke dalam" zat aktif utama
dari sekresi internal ini disebut hormon, dari kata Yunani yang berarti "merangsang".
Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu hormon tunggal, sedangkan yang lain
lagi dua atau beberapa jenis hormon: misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa
jenis hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ lain, karena itulah maka
kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai "kelenjar pemimpin tubuh".

Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja sama secara kooperatif untuk mengatur
aktivitas dalam tubuh hewan, dengan cara menghasilkan hormon yang akan
mempengaruhi sel sasaran. Hormon dapat dihasilkan oleh organ endokrin sejati atapun
oleh neurosekretori.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ciri-ciri,sifat dan fungsi hormone?


2. Bagaimana kelenjar endoktrin (Vertebrata dan Invetebrata)
3. Bagaimana Mekanisme kerja hormone?
4. Apa hubungan saraf dan hormone?

1
C. Tujuan

Dari rumusan masalah tersebut maka tujuan oenulisa makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ciri-ciri,sifat dan fungsi hormone


2. Untuk mengetahui kelenjar endoktrin(Vertebrata dan Invetebrata)
3. Untuk mengetahui Mekanisme kerja hormone
4. Untuk mengetahui hubungan saraf dan hormone

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri, Sifat dan Fungsi Hormon

Sistem Endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk memengaruhi
organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah
ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi
suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah,
kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestinal.

Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai
saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan
hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan,
antara lain aktivitas. pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta
koordinasi tubuh.

Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula). sebagai senyawa
kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel
lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe
hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu.

1. Fungsi Sistem Endokrin


a. Homeostasis tubuh (temperature/termoregulasi, metabolisme, nutrisi,
keseimbangan asam basa)
b. Reproduksi (mensekresikan hormone seks pada laki-laki yaitu testosteron dan
perempuan yaitu progesteron)
c. Growth & development (mengembangkan jumlah sel hyperplasia. dan
mengembangkan ukuran sel/hypertrophy).

Hormon adalah zat kimiawi yang diproduksi oleh sistem endokrin dalam tubuh dan
berfungsi mengirimkan berbagai pesan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Selain itu,
hormon membantu mengendalikan hampir semua fungsi tubuh, seperti pertumbuhan,
metabolisme, hingga kerja di berbagai sistem organ, termasuk organ reproduksi.

3
Berdasarkan KBBI, hormon diartikan sebagai zat yang dibentuk oleh bagian tubuh
tertentu (misalnya kelenjar gondok) dalam jumlah kecil dan dibawa ke jaringan tubuh lain
serta punya pengaruh khas (merangsang dan menggiatkan kerja alat-alat tubuh). Dalam
perkembangan dan pertumbuhan wanita, estrogen memiliki peran penting dalam segala tahap
kehidupannya, mulai dari pubertas, menstruasi, kehamilan, hingga menopause. Hormon ini
sebenarnya tidak hanya diproduksi dalam tubuh wanita, tetapi juga terdapat dalam tubuh pria
dengan kadar yang jauh lebih rendah.

2. Ciri-ciri hormone
a. Diproduksi dan disekresikan oleh kelenjar endokrin ke dalam darah dalam jumlah
sangat sedikit/kecil
b. Diangkut oleh darah menuju ke sel/jaringan target.
c. Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat dalam sel target.
d. Mempunyai pengaruh mengaktifkan enzim khusus.
e. Memounyai pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target, tetapi dapat juga
mempengaruhi beberapa sel target yang berlainan.

Dari lima ciri hormon di atas, gangguan hormon dapat terjadi ketika kelenjar
penghasil hormon di dalam tubuh terganggu. Kondisi ini membuat jumlah hormon yang
dihasilkan kurang atau justru terlalu banyak, sehingga fungsi organ tubuh tertentu terganggu
dan muncul berbagai masalah Kesehatan

3. Sifat hormone

Hormon ini mempunyai beberapa sifat diantaranya ialah sebagai berikut:

a. Bekerja dengan secara spesifik pada organ, bagian tubuh tertentu atau pun aktivitas
tertentu
b. Dihasilkan tubuh di dalam jumlah yang sangat sedikit
c. Bekerja lambat, pengaruh hormon ini tidak spontan
d. Hormon ini tidak dihasilkan setiap waktu, namun diproduksi hanya apabila diperlukan
atau dibutuhkan.
4. Fungsi hormone
a. Fungsi hormon dapat atau bisa mempengaruhi metabolisme glukosa, lemak, serta
protein seluruh tubuh.
b. Mengendalikan tekanan darah.
c. Mengendalikan perkembangan disistem reproduksi serta ciri- ciri seksual.

4
d. Merangsang di dalam proses pembentukan sel darah merah(eritrosit).
e. Fungsi hormon dapat atau bisa mengendalikan pelepasan serta pembentukan hormon
yang dilakukan oleh korteks adrenal.
f. Merangsang pelepasan serta pembentukan dari kelenjar tiroid.
g. Mempertahankan homeostasis atau juga keseimbangan pada keadaan tubuh terhadap
lingkungan disekililingnya.
B. Kelenjar Endokrin (Vertebrata dan Invertebrata)

1. Kelenjar Endokrin Pada Vertebrata

Sistem endokrin pada vertebrata pada terutama sekali tersusun atas berbagai organ
endokrin klasik. Sistem endokrin vertebrata dibedakan menjadi tiga kelompok kelenjar
utama, yaitu hipotalamus, hipofisis, atau pituitari, dan kelenjar endokrin tepi.

a. Hipotalamus dan Pituitari

Hipotalamus dan pituitari merupakan organ endokrin pusat yang dimiliki hewan
vertebrata. Hipotalamus merupakan bagian otak yang terletak di bawah talamus dan berperan
dalam mempertemukan sistem saraf dan endokrin. Talamus ialah kumpulan sel saraf yang
teretak dibagian tengah otak vertebrata. Hipotalamus berfungsi mengendalikan kelenjar
pituitari, sementara pituitari juga berfungsi mengendalikan kelenjar endokrin lainnya.

Hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan dibawa ke pituitari. Ada duaa jenis
hormon dari hipotalamus, yaitu hormon yang dilepaskan ke pituitari depan (adenohipofisis)
dan hormon yang dilepas ke pituitari belakang (neurohipofisis).

b. Organ Endokrin Tepi

Organ endokrin tepi adalah semua organ endokrin di luar hipotalamus dan pituitar.
Semakin hari, semakin banyak ditemukan organ endokrin baru pada vertebrata. Setelah ini
telah diketahui bahwa jantung juga mampu menghasilkan hormon, yang disebut atrial
naturetic peptide (ANP). Hormon tersebut berkaitan erat dengan pengaturan ion natrium di
ginjal.

2. Kelenjar Endokrin Pada Invertebrata

a. Coelenterata

Contohnya ialah Hydra. Hydra mempunyai sejumlah sel yang dapat menghasilkan
senyawa kimia yang berperan dalam proses reproduksi, pertumbuhan, dan regenerasi.

5
Apabila kepala hydra dipotong, sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul peptide yang
disebut activator kepala. Zat tersebut akan memnyebabkan sisa tubuh hydra dapat
membentuk mulut dan tentakel, dan selanjutnya membenyuk daerah kepala.

b. Platyhelminthes

Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam proses
regenerasi. Hormon yang dihasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotic, ionic, dan
dalam proses reproduksi.

c. Nematoda

Hewan ini dapat mengalami ganti kulit hingga 4 kali dalam siklus hidupnya., serta
mempunyai struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi neurohormon, yang berkaitan erat
dengan sistem saraf. Struktur khusus tersebut terdapat pada ganglion di daerah kepala dan
beberapa pada daerah korda saraf.

d. Annelida

Cacing poliseta dewasa dapat mengalami epitoki yakni perubahan sejumlah ruas
tubuh menjadi struktur reproduktif. Epitoki ini dikendalikan oleh sistem neuroendokrin.
Hormon yang dilepaskan akan menghambat epitoki sehingga epitoki akan berlangsung ketika
kadar hormon tersebut sangat rendah. Cara kerja hormon ini tidak diketahui secara jelas,
tetapi diduga sekresinya diatur oleh faktor lingkungan.

e. Moluska

Pada hewan ini ditemukannya hormon yang merangsang pelepasna telur dari gonad
dan pengeluaran telur dari tubuh.dalam hal ini, kelenjar endokrin klasik memiliki peran yang
sangat penting. Kelenjar optic disuga menyekresi beberapa hormon yang diperlukan untuk
perkembangan sperma dan ovum.

f. Crustacea

Crustacea memiliki sejumlah sel kecil sel endokrin klasik, yaitu organ Y dan kelenjar
mandibula. Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang terletak di daerah toraks tepatnya
pada ruas maksila atau antenna. Hormon Y mempengaruhi proses molting. Kelenjar
mandibula terletak di dekat organ Y memiliki fungsi endokrin juga. Krustasea juga memiliki
kelenjar androgenic yang berperan dalam perkembanagn testis dan produksi sperma.

6
g. Insekta

Terdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang utama, sebagai berikut.

1) Sel neurosekretori medialis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora


kardiaka, yakni sepasng organ yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan
pelepasan neurohormon.
2) Sel neurosekretori lateralis : memiliki akson yang membentang hingga ke korpora
kardiaka.
3) Sel neurosekretori subesofageal : terdapat di bawah kerongkongan dan memiliki
akson yang membentang ke korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.

Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan berbagai aktivitas pertumbuhan dan


pengelupasan rangka luar (kulit luar).

C. Mekanisme Kerja Hormon

Reseptor Hormon
Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik .Pengikatan dari hormon
ke reseptor ini pada umumnya memicu suatu perubahan penyesuaian pada reseptor
sedemikian rupa sehingga menyampaikan informasi kepada unsur spesifik lain dari sel.
Reseptor ini terletak pada permukaan sel atau intraselular. Interaksi permukaan hormon
reseptor memberikan sinyal pembentukan dari "mesenger kedua". Interaksi hormon-reseptor
ini menimbulkan pengaruh pada ekspresi gen. Distribusi dari reseptor hormon
memperlihatkan variabilitas yang besar sekali.
Reseptor untuk beberapa hormon, seperti insulin dan glukokortikoid, terdistribusi
secara luas, sementara reseptor untuk sebagian besar hormon mempunyai distribusi yang
lebih terbatas. Adanya reseptor merupakan determinan (penentu) pertama apakah jaringan
akan memberikan respon terhadap hormon. Namun, molekul yang berpartisipasi dalam
peristiwa pasca-reseptor juga penting; hal ini tidak saja menentukan apakah jaringan akan
memberikan respon terhadap hormon itu tetapi juga kekhasan dari respon itu. Hal yang
terakhir ini memungkinkan hormon yang sama memiliki respon yang berbeda dalam jaringan
yang berbeda.

Interaksi Hormon-Reseptor
Hormon menemukan permukaan dari sel melalui kelarutannya serta disosiasi mereka
dari protein pengikat plasma. Hormon yang berikatan dengan permukaan sel kemudian

7
berikatan dengan reseptor. Hormon steroid tampaknya mempenetrasi membrana plasma sel
secara bebas dan berikatan dengan reseptor sitoplasmik. Pada beberapa kasus (contohnya,
estrogen), hormon juga perlu untuk mempenetrasi inti sel (kemungkinan melalui pori-pori
dalam membrana inti) untuk berikatan dengan reseptor inti-setempat. Kasus pada hormon
trioid tidak jelas. Bukt-bukti mendukung pendapat bahwa hormon-hormon ini memasuki sel
melalui mekanisme transpor; masih belum jelas bagaimana mereka mempenetrasi membrana
inti.

Gamba
ran 4 . Lintasan yang mungkin untuk transmis sinyal hormon. Masing-masing hormon dapat
bekerja melalui satu atau lebih reseptor, masing-masing kompleks hormon-reseptor dapat
bekerja melalui satu atau lebih mediator protein (baik protein G atau mekanisme pensinyalan
lainnya), dan masing-masing protein perantara atau enzin yang diaktivasi oleh kompleks-
kompleks hormon reseptor dapat mempengaruhi satu atau lebih fungsi efektor.

Umumnya hormon berikatan secara reversibel dan non-kovalen dengan reseptornya.


Ikatan ini disebabkan tiga jenis kekuatan. Pertama, terdapat pengaruh hidrofobik pada
hormon dan reseptor berinteraksi satu sama lain dengan pilihan air. Kedua, gugusan
bermuatan komplementer pada hormon dan reseptor mempermudah interaksi. Pengaruh ini
penting untuk mencocokkan hormon ke dalam reseptor. Dan ketiga, daya van der Waals,
yang sangat tergantung pada jarak, dapat menyumbang efek daya tarik terhadap ikatan.
Pada beberapa kasus, interaksi hormon-reseptor lebih kompleks. Hal ini sebagian
besar terjadi jika hormon yang berinteraksi dengan suatu kompleks reseptor dengan subunit
yang majemuk dan di mana pengikatan dari hormon dengan subunit pertama mengubah
afinitas dari subunit lain untuk hormon. Hal ini dapat meningkat (kerjasama positif) atau
menurun (kerjasama negatif) afinitas dari hormon untuk reseptor itu. Kerjasama positif
menghasilkan suatu plot Scatchard yang konveks dan kerjasama negatif menghasilkan suatu

8
plot yang konkaf . Artifak eksperimental dan adanya dua kelas independen dari tempat juga
dapat menghasilkan plot Scatchard non-linier. Yang merupakan kejutan, ikatan kerjasama
jarang diamati pada interaksi hormon-reseptor; interaksi reseptor-insulin pada beberapa
keadaan dapat merupakan suatu pengecualian.
Hormon Agonis, Antagonis dan Agonis Parsial
Zat-zat yang berinteraksi dengan tempat pengikatan-hormon dari reseptor dapat
memiliki aktivitas agonis, antagonis, atau agonis parsial (juga disebut antagonis parsial).
Suatu agonis sepenuhnya menginduksi reseptor untuk memicu peristiwa pascareseptor. Suatu
antagonis mampu untuk berikatan dengan reseptor dan memblokir pengikatan dari agonis,
tetapi tidak memicu respon pascareseptor. Dengan cara ini, tidak menimbulkan suatu respons
tetapi memblokir respons terhadap agonis, asalkan ditemukan dalam konsentrasi yang cukup
untuk memblokir pengikatan agonis.
Pada umumnya, antagonis berikatan dengan tempat yang sama pada reseptor seperti
agonis, namun pada beberapa keadaan, antagonis dapat berikatan dengan reseptor pada
tempat yang berbeda dan memblokir pengikatan agonis melalui perubahan alosterik dalam
reseptor. Suatu agonis parsial (antagonis parsial) merupakan suatu perantara, berikatan
dengan reseptor tetapi hanya menimbulkan suatu perubahan parsial , sehingga walaupun
reseptor diduduki secara penuh oleh agonis parsial, respon hormon akan tidak sepenuhnya.

Pengikatan Hormon Non-Reseptor


Reseptor bukan merupakan satu-satunya protein yang mengikat hormone-banyak
protein lain juga mengikatnya. Dalam hal ini termasuk protein pengikat plasma dan molekul
seperti alat transpor lainnya yang lazim ditemukan dalam jaringan perifer, enzim yang terlibat
dalam metabolisme atau sintesis dari steroid, dan protein lain yang belum diidentifikasi
hingga sekarang. Protein ini dapat mengikat hormone seketat atau tebih ketat ketimbang
reseptor; namun, mereka berbeda dari reseptor dimana mereka tidak mentransmisikan
informasi dari pengikatan ke dalam peristiwa pascareseptor.
Satu kelas molekul khusus mengikat hormon atau kompleks hormon pada permukaan
sel dan berpartisipasi dalam internalisasinya. Yang paling diteliti secara luas adalah
"reseptor" lipoprotein berdensitas-rendah (LDL) yang mengikat partikel LDL pembawa-
kolesterol dan menginternalisasinya . Reseptor ini penting untuk ambilan kolesterol,
contohnya, dalam sel-sel dari adrenal untuk biosintesis steroid dan dalam hati untuk
membersihkan plasma dari kotesterol. Cacat genetik reseptor ini menimbulkan
hiperkolesterolemia. Partikel LDL yang diinternalisasi dapat memberikan kolesterol untuk

9
sintesis steroid atau penyisipan ke dalam membran sel. Di samping itu, kolesterol yang
dilepaskan dari partikel menghambat umpan balik sistesis kolesterol. Dengan demikian,
reseptor IDL, secara tepat, bukan reseptor tetapi LDL yang mengambil protein. Molekul
reseptor dan non-reseptor pengikat hormon biasanya dibedakan melalui sifat-sifat
pengikatannya serta kemampuan untuk memperantarai respon pascareseptor. Reseptor akan
mampu untuk mentransfer responsivitas hormon dengan eksperimen transfer gen.

Hubungan antara Respon dan Pengikatan Reseptor Hormon


Pengertian akan hubungan antara pengikatan hormon-reseptor dan respons
selanjutnya yang ditimbulkan oleh hormon kadang-kadang membantu dalam
mempertimbangkan terapi hormon dan keadaan klinik. Pertimbangan seperti ini akan
memungkinkan klinisi untuk menghargai secara lebih baik makna dari pengukuran hormon
dan pemberian farmakologis dari hormon. Reseptor inti ditemukan dalam jumlah yang kecil,
beberapa ribu per sel, dan biasanya membatasi besarnya respons hormon. Hal ini berarti
bahwa jika terdapat lebih banyak reseptor, respons hormon pada konsentrasi hormon yang
menjenuhkan reseptor akan lebih besar. Penjenuhan relatif dari reseptor sejajar dengan respon
hormon. Sebaliknya, reseptor permukaan sel seringkali bukan tidak terbatas, sehingga
penjenuhan dari hanya suatu fraksi reseptor menghasilkan suatu respons hormone yang
maksimal.
Pada reseptor sel permukaan, dihasilkannya messenger kedua dan kemampuan dari
setiap reseptor untuk berinteraksi dengan lebih dari satu molekul efektor memberikan suatu
amplifikasi dari respons. Contohnya, setiap kompleks hormon reseptor dapat mengaktivasi
beberapa molekul protein G yang mengatur adenilil siklase, dan setiap molekul enzim dapat
menghasilkan beberapa molekul cAMP yang dihasilkan secara berlebihan, sedemikian rupa
sehingga langkah berikutnya dari respon hormon, cAMP-dependent protein kinase A, dapat
menjadi terbatas.

D. Hubungan Sistem Saraf dan Hormon

Sistem saraf bersama sistem endokrin mengkoordinasikan seluruh sistem di dalam


tubuh. Sistem saraf dan sistem endokrin ini merupakan suatu sistem yang saling berhubungan
sehingga dinamakan sistem neuroendokrin. Hormon bekerja atas perintah dari sistem
sarafdan sistem yang mengatur kerjasama antara saraf dan hormon terdapat pada daerah
hipotalamus. Daerah hipotalamus sering disebut daerah kendali saraf endokrin
(neuroendocrine control). Sistem endokrin (hormon) dan sistem saraf secara bersama lebih

10
dikenal sebagai Supra sistem neuroendokrin yang bekerja bersama secara kooperatif untuk
menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi pada tubuh hewan. Homeostasis adalah
pengaturan secara otomatis dalam tubuh agar kelangsungan hidup dapat dipertahankan.
Contohnya pengendalian tekanan darah, kadar gula dalam darah, dan kerja jantung. Pada
umumnya sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagai fungsi fisiologis tubuh,
antara lain aktivitas metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik,
dan regulasi ionik.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran
khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan hormon.
Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain
aktivitas. pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi
tubuh. Dasar dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar (glandula). sebagai senyawa
kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel
lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe
hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu. Fungsi
Sistem Endokrin: 1.Homeostasis tubuh (temperature/termoregulasi, metabolisme, nutrisi,
keseimbangan asam basa). 2. Reproduksi (mensekresikan hormone seks pada laki-laki yaitu
testosteron dan perempuan yaitu progesteron) .

2. Kelenjar Endokrin (Vertebrata dan Invertebrata)

a. Kelenjar Endokrin Pada Vertebrata

1) Hipotalamus dan Pituitari

2) Organ Endokrin Tepi

a. Kelenjar Endokrin Pada Invertebrata

1) Coelenterata

2) Platyhelminthes

3) Nematoda

4) Annelida

5) Moluska

6) Crustacea

7) Insekta

12
3. Reseptor Hormon, Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik.
Pengikatan dari hormon ke reseptor ini pada umumnya memicu suatu perubahan penyesuaian
pada reseptor sedemikian rupa sehingga menyampaikan informasi kepada unsur spesifik lain
dari sel. Reseptor ini terletak pada permukaan sel atau intraselular. Interaksi permukaan
hormon reseptor memberikan sinyal pembentukan dari "mesenger kedua". Interaksi hormon-
reseptor ini menimbulkan pengaruh pada ekspresi gen. Distribusi dari reseptor hormon
memperlihatkan variabilitas yang besar sekali.
4. Sistem saraf bersama sistem endokrin mengkoordinasikan seluruh sistem di dalam tubuh.
Sistem saraf dan sistem endokrin ini merupakan suatu sistem yang saling berhubungan
sehingga dinamakan sistem neuroendokrin
B. Saran

Dari tugas makalah ini, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti halnya yang sudah
kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas makalah ini, yaitu semoga dengan
terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan kita dan pemahaman kita mengenai
System endoktrin.

Demikianlah makalah yang dapat kami selesaikan. Apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan di hati atau belum sesuai denga apa yang anda harapkan, kami mohon maaf. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun kami agar dalam tugas-tugas
selanjutnya, agar kami dapat menyelesaikan dengan lebih baik lagi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., J.B Recce and LG.Mitchell. 2000. Biology. Jakarta: Erlangga.

Campbell,Nail A.2004.Biologi.Edisi kelima jilid 3.Jakarta :Erlangga

Isnaeni,Wiwi.2006.Fisiologi Hewan.Yogyakarta :Kanisius

Seowolo.2000.Pengantar Fisiologi Hewan.Malang:IKIP Malang

Waskito,dkk(1992).Biologi.Jakarta :Bumi Aksara

14

Anda mungkin juga menyukai