Anda di halaman 1dari 10

ASAS-ASAS KEWARGANEGARAAN INDONESIA

NAMA : ANASTASYA PUTRI SIMATUPANG


NPM : 2202080079
KELAS : BK-B1(PAGI)
M.KULIAH : KEWARGANEGARAAN

Dapat diketahui Kewarganegaraan adalah kelompok atau keanggotaan seseorang


Individu di bawah kendali unit politik khusus (melalui kewarganegaraan khusus) yang
menggunakan kelahiran hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang
anggota seperti itu disebut warga negara. Warga negara atau penduduk negara memiliki
hak Anda memiliki paspor dari negara anggota. Kewarganegaraan merupakan bagian dari
konsep kewarganegaraan. Semacam seperti anggota kota Warga kabupaten, keduanya
merupakan unit politik. Dalam otonomi daerah, komunitas itu adalah satu hal penting
karena bagian dari politik melakukan itu menciptakan hak-hak yang tidak setara (disebut
sosial) semua warga negara .

Kewarganegaraan seseorang berarti bahwa mereka memiliki berlian legal dan


tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Orang yang sudah memiliki
kewarganegaraan tidak tunduk pada kekuasaan atau otoritas orang lain. Negara lain tidak
memiliki hak untuk menerapkan undang-undang kepada orang yang bukan warga
negaranya sendiri. Hubungan dan status warga negara ini istimewa karena hanya mereka
yang menjadi warga negara negara lain yang memiliki hubungan timbal balik dengan
negaranya. Orang yang tinggal di wilayah suatu negara tetapi bukan warga negara itu
tidak memiliki hubungan timbal balik dengan negara itu.

Setiap negara berdaulat memiliki kekuatan untuk menentukan siapa yang menjadi
warga negara. Negara tidak terikat dengan negara lain saat menentukan kewarganegaraan.
Negara lain juga tidak memiliki hak untuk menentukan atau mencegah kewarganegaraan
suatu negara.
Demikian, suatu Negara tidak boleh melanggar kewarganegaraan seseorang
ketika menetapkan “prinsip umum” atau prinsip umum hukum internasional yang
berkaitan dengan kewarganegaraan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Suatu negara tidak boleh menganggap sebagai warga negara mereka yang "tidak
memiliki hubungan" dengan negara itu. Misalnya, Indonesia bebas menentukan
siapa yang menjadi warga negara, tetapi Indonesia tidak bisa menyatakan bahwa
semua orang di Kutub Selatan juga warga negara.
2. Suatu negara tidak boleh menetapkan kewarganegaraan berdasarkan faktor-faktor
fundamental yang dianggap bertentangan dengan asas-asas hukum yang berlaku
umum. Misalnya, Indonesia tidak bisa mengatakan hanya Muslim atau suku Jawa
saja yang bisa menjadi warga negara Indonesia.

Setelah mengetahui Kewarganegaraan terdapat juga asas- asas kewarganegaran,


Asas merupakan dasar atau sesuatu yang menjadi tumpuan. Asas kewarganegaraan
merupakan dasar penalaran untuk menentukan masuk atau tidaknya seseorang dalam
kategori warga negara suatu negara tertentu. Keharusan asas kewarganegaraan adalah
bahwa mereka yang telah memiliki kewarganegaraan tidak akan jatuh di bawah
kekuasaan atau otoritas negara lain. Negara lain tidak memiliki hak untuk menerapkan
undang-undang kepada orang yang bukan warga negaranya sendiri. Setiap negara
memiliki kekuatan untuk mendefinisikan prinsip kewarganegaraan. Pengertian negara
tentang warga negara menjadi penting karena berkaitan dengan penentuan status hukum
di dalam negara.

Untuk menentukan kewarganegaraan seseorang diakui dengan adanya


kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan prinsip kewarganegaraan berdasarkan
perkawinan. Penetapan kewarganegaraan didasarkan pada sisi yang terkenal lahirnya dua
asas, yaitu asas ius soli dan asas ius sanguinis. Ius berarti hukum atau proposisi. Soli
berasal dari kata solum yang berarti bumi atau daratan. Sanguinis berasal dari kata sanguis
yang berarti darah .
a. Asas Ius Soli

Pada prinsipnya, kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat


kelahirannya.

b. Asas Ius Sangunis

Pada prinsipnya, kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan garis


keturunan orang tersebut.

Selain aspek kelahiran, pengertian kewarganegaraan dapat didasarkan pada aspek


perkawinan yang meliputi asas hukum umum dan asas persamaan.

a. Asas persamaan hukum didasarkan pada anggapan bahwa laki-laki dan


perempuan merupakan ikatan yang tidak terpisahkan dalam inti masyarakat.
Dalam kohabitasi, suami istri juga harus mencerminkan kesatuan dalam soal
kewarganegaraan. Menurut asas ini, kewarganegaraan suami istri adalah satu
dan sama.
b. Asas kesetaraan mensyaratkan bahwa perkawinan tidak mengubah status
kewarganegaraan suami atau istri. Keduanya memiliki hak yang sama untuk
menentukan kewarganegaraan mereka sendiri. Jadi mereka bisa berbeda
kewarganegaraan jika belum menikah.

Penetapan kewarganegaraan yang berbeda-beda di setiap negara dapat


menimbulkan masalah kewarganegaraan bagi seorang warga negara. Singkatnya,
masalah kewarganegaraan adalah munculnya orang-orang tanpa kewarganegaraan dan
kewarganegaraan ganda. Stateless adalah istilah untuk orang tanpa kewarganegaraan.
Bipatri adalah sebutan bagi orang yang berkewarganegaraan ganda. Bahkan bisa terjadi
multipatride, yaitu sebutan bagi orang yang berkebangsaan ganda (lebih dari dua).

Contoh timbulnya apatride :

Seorang anak lahir di negara A yang menganut asas ius sanguinis . Anak tersebut
adalah anak dari pasangan suami istri yang berkewarganegaraan B di mana B menganut
asas ius solli . Dengan demikian si anak akan menjadi apatride . Ia tidak memperoleh
kewarganegaraan A sebab ia bukan keturunan orang yang berkewarganegaraan A. Anak
itu juga tidak berkewarganegaraan B sebab ia lahir di luar wilayah negara B.
Contoh timbulnya bipatride :

Seorang anak lahir di negara C yang menganut asas ius Soli . Anak tersebut adalah
anak dari pasangan suami istri yang berkewarganegaraan D di mana D menganut asas Ius
Sanguinis . Dengan demikian si anak akan menjadi bipatride. Ia memperoleh
kewarganegaraan C sebab ia lahir di negara tersebut . Anak itu juga berkewarganegaraan
D sebab ia keturunan dari orang yang berkewarganegaraan D.

Orang dengan status tanpa kewarganegaraan atau bipatriat menimbulkan masalah


di negara tersebut. Menjadi tanpa kewarganegaraan membuatnya sulit untuk menjadi
warga negara. Ia dapat dianggap sebagai orang asing yang hak dan kewajibannya dibatasi
dibandingkan dengan warga negara atau penduduk. Bipatris dapat mengacaukan situasi
kependudukan antara dua negara. Orang dapat melaksanakan hak dan kewajibannya
sebagai warga negara di dua negara yang berbeda. Itulah sebabnya orang-orang yang
tidak berkewarganegaraan dan bipatris berusaha mendapatkan kewarganegaraan yang
berbeda.

Indonesia memperhatikan asas-asas kewarganegaraan yang bersifat umum atau


universal, asas kewarganegaraan adalah pedoman dasar bagi suatu Negara untuk
menentukan siapakah yang menjadi warga negaranya. Setiap Negara mempunyai
kebebasan untuk menentukan asas kewarganegaraan mana yang hendak dipergunakannya
Asas - asas yang digunakan dalam Negara Indonesia terdapat pada Undang- Undang No.
12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang dijelaskan sebagai
berikut:

1. asas ius sanguinis, merupakan asas yang menentukan kewarganegaraan


seseorang berdasarkan asal usul keturunan dan bukan berdasarkan negara
tempat kelahirannya, Negara-negara yang menganut prinsip Iussanguinis
melakukan hal tersebut mengakui kewarganegaraan anak sebagai warga
negara- negara tempat orang tua anak tersebut berasal negara (dari sudut
pandang keturunannya). Misalnya Jika suatu negara mengikuti asas ius
sanguinis, maka lahirlah seseorang orang tua yang kemudian memiliki
kewarganegaraan suatu negara anak-anaknya juga berhak atas
kewarganegaraan orang tuanya.
2. Asas terbatas ius soli, merupakan asas yang menentukan kewarganegaraan
berdasarkan menurut negara kelahirannya dan yang terbatas bagi anak-
anak menurut ketentuan undang-undang yang diatur dalam sebuah
kewarganegaran. Prinsip kewarganegaraan awalnya hanya terdiri dari ius
solis, kehendak namun karena mobilitas manusia yang tinggi, maka harus
ada prinsip yang lain tidak berdasarkan prinsip lahir sebagai kenyataan
bahwa orang tersebut lahir bukan orang tua lain (misalnya di rumah
ibunya). Jika asas ius soli tetap ada, maka jadilah demikian anak tidak
memiliki hak kewarganegaraan ayahnya Misalnya, seseorang lahir di
daerah A, tetapi jika orang tuanya adalah warga negara B, maka orang
tersebut adalah warga negara A. Negara menjadi semakin nyata dan kuat.
Stelsel pasif adalah individu yang tidak perlu mengambil tindakan hukum
sehubungan dengan kewarganegaraan yang terlambat di wilayah tersebut
atau yang secara otomatis dinyatakan sebagai negara atau kelompok
anggota. Adanya kedua sistem tersebut menimbulkan suatu ikatan hukum
dalam kaitannya dengan pemohon kewarganegaraan. Misalnya, Dini
berasal dari Malaysia memiliki seorang anak bernama Dila, di mana Dila
lahir Negara Singapura kemudian bagus untuk diungkapkan Warga negara
kelahiran alami Singapura, kanada karena ia dilahirkan dinegara yang
menganut asas iussoli, Contoh negara yang menggunakan sistem dasar
Kewarganegaraan Ius Soli:
a. Amerika Serikat
b. Argentina
c. Jamaika
d. Kanada
e. Venezuela
3. asas satu kewarganegaraan atau asas kewarganegaraan tunggal merupakan
asas yang setiap orang diberi hak menentukan kewarganegaraan apa yang
dianut ketika tinggal di suatu kewarganegaraan. Asas kewarganegaraan
tunggal memiliki salah satu asas tersebut menjamin identitas sosial yang
seragam untuk semua Secara individu. Asas kewarganegaraan saja adalah
asas status kewarganegaraan setiap warga negara Negara tidak harus
memiliki kewarganegaraan ganda. Misalnya: ketika anak lahir dan Jika
Anda adalah negara ganda, anak dapat memilih salah satu dari dua ini.
4. asas kewarganegaraan ganda terbatas, merupakan asas yang menetapkan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak menurut ketentuan undang-
undang yang diatur. asas kewarganegaraan ganda terbatas berlaku bagi
anak hasil perkawinan campuran yang orang tuanya berbeda
kewarganegaraan dan salah satunya berkewarganegaraan Indonesia
(WNI). Prinsip ini merupakan pengecualian dalam konteks perlindungan
anak.

Pada prinsipnya, Undang-Undang No. 12 tahun 2006 tidak mengenal adanya


kewarganegaraan (bipatride) atau keadaan tanpa kewarganegaraan (apatride).
Pengecualian adalah kewarganegaraan ganda untuk anak-anak. Jika anak tersebut berusia
18 tahun atau sudah menikah, mereka dapat memilih kewarganegaraan, bergabung
dengan kewarganegaraan ayah atau ibunya.

Faktor yang dbisa menyebabkan hilangnya status kewarganegaraan. Setiap


anggota Negara mampu dengan sendirinya kehilangan statusnya sebagai warganegara
karena :

1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kebijakannya sendiri.


2. Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, jika yang bersangkutan
mempunyai kesempatan untuk itu.
3. Direkrut oleh militer asing tanpa izin pemerintah atau presiden.
4. Anda ingin bergabung dengan dinas luar negeri dimana hanya warga negara
Indonesia yang dapat tinggal di Indonesia sesuai dengan kewajiban hukum.
5. Sumpah atau ikrar kesetiaan yang tidak jujur kepada atau melibatkan negara asing.
6. Tidak diwajibkan, tetapi ikut serta dalam pemilihan hal-hal yang bersifat
konstitusional asing.
7. Anda harus memiliki paspor asing atau kartu identitas atau kartu identitas yang
dapat dikeluarkan atas namanya sebagai kartu anggota yang sah dari negara lain,
8. Bukan maksud Administrasi Negara untuk berada di luar wilayah Negara
Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut tanpa alasan yang jelas
dan bersedia tetap menjadi bagian dari Negara Indonesia sebelum 5 (lima) tahun
yang lalu, satu tahun berakhir dan pihak yang bersangkutan tidak mengirimkan
pemberitahuan keinginan untuk tetap menjadi warga negara Indonesia kepada
Pemerintah Republik Indonesia yang ruang lingkupnya meliputi daerah asal ini
setiap 5 (lima) tahun sesudahnya, sekalipun demikian Pemerintah Republik
Indonesia para pihak secara tertulis, dengan syarat pihak yang terkena bukan
bukan anggota.
9. Atas permintaannya sendiri, Presiden menyatakan warga negara Indonesia tanpa
kewarganegaraan apabila ada pihak yang telah berumur 18 (delapan belas) tahun
atau telah menikah dan tinggal di negara tersebut, memutuskan untuk kehilangan
keanggotaannya sebagai warga negara Republik Finlandia.

Dalam hal penetapan status kewarganegaraan anak yang dilahir dari pernikahan
seorang Ibu WNI dan Ayah WNA berkaitang dengan UU Nomor 12 Tahun 2006, maka
status anggota warga negara sang anak tetap sebagai Warga Negara Asing.
Dari penjelasan diatas maka banyak informasi yang diketahui bahwasaanya Warga
negara adalah orang yang bertempat atau berdomisili di negaranya sendiri atau di negara
orang sebagai bagian dari suatu unsur penduduk yang menjadi unsur negara karena tidak
ada negara ini apabila tidak ada sebuah warga negara. Kemudian setelah adanya warga
negara ini maka dalam setiap negara memiliki kewarganegaraan masing-masing yang
dianut oleh warga negara sebagai tumpuan keanggotaan suatu bangsa. Maka setiap orang
harus memiliki doimisili hidup, Domisili merupakan hal yang penting dalam suatu
kehidupan masarakat karna merupakan suatu identitas yang melambangkan dimana
seseorng bertempat tinggal selain dari pada itu domisili juga digunakan untuk mengetahui
atau menunjukan pengadilan mana yang dapat mengadili jika sewaktu-waktu
terjadi perkara.

Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang tidak boleh melanggar atau asas-asas


hukum-hukum nasional tentang kewarganegaraan. Asas kewarganegaraan ini menjadi
tumpuan dasar berpikir dalam menentukan masuk tidaknya seseorang dalam golongan
warga negara dari suatu negara yang ditempati. Dengan adanya kewarganegaraan supaya
orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau wewenang
negara lain nah dalam hal ini negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah
hukum kepada orang yang bukan warga negaranya. Karena apabila seseorang sudah
memiliki kewarganegaraan pasti adanya hubungan dan kedudukan warga negara yang
menjadi warga negara lah yang memiliki hubungan timbal balik dengan negaranya.
Apabila seseorang yang tinggal di wilayah negara tetapi bukan warga negara dari negara
itu maka tidak memiliki hubungan timbal balik dengan negara tersebut.

Setiap orang yang berkewarganegaraan harus mengikuti asas-asas kewarganegaraan


yang telah ditetapkan dalam Undang- Undang No 12 Tahun 2006 tentang
kewarganegaraan. Apabila berdasarkan asal usul keturunan dan bukan berdasarkan
tempat kelahiran maka orang tersebut menganut asas sanguini, di mana anak mengikuti
kewarganegaraan orang tua walaupun anak tersebut memiliki tempat kelahiran
kewarganegaraan yang berbeda. Kemudian apabila berdasarkan menurut kelahirannya
dan di tetapkan oleh Ndang-undang yang berlaku pada tempat kewarganegaaarn
seseorang lahir maka ia memiliki kewarganegaraan asas ius soli. . Warga negara tunggal
apabila kedua orang tua seseorang memiliki kewarganegaraan berbeda maka anaknya
dapat memilih serta menentukan satu kewarganegaraan dari kewarganegaraan ganda
tersebut untuk dijadikan tumpuan dalam kehidupan selama hidup. Serta apabila seseorang
menikah dengan warga negara yang memiliki kewarganegaraan berbeda misalnya antara
warga negara asing dengan warga negara Indonesia maka seseorang tersebut memiliki
kewarganegaraan ganda terbatas.

Maka dari itu kita sebagai manusia yang memiliki akal dan pikiran kita seharusnya
bisa membedakan asas kewarganegaraan apa yang tepat kepada diri kita sesuai dengan
undang-undang nomor 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan republik Indonesia, yang
di mana dalam suatu kewarganegaraan ini memiliki peranan penting bagi seseorang
seperti, Keberadaan status kewarganegaraan juga mempengaruhi seseorang dalam
memperoleh kepastian hukum, terutama kejelasan kewajiban yang harus dilakukannya
dan hak yang diperolehnya, meliputi hak keadilan, perlindungan, pengayoman serta
pelayanan publik yang merupakan bentuk pemenuhan Hak Asasi Manusia.

Asas kewarganegaraan diperlukan dan penting bagi seseorang untuk mendapat


perlindungan hukum dari negara dengan tetap mempertahankan hak dan kewajibannya
sebagai warga negara. Ketentuan kewarganegaraan diatur oleh undang-undang dan
peraturan negara, tanpa kewarganegaraan seseorang tidak dapat memilih di negara tempat
tinggalnya, mengajukan dokumen perjalanan, dan bahkan memperoleh sertifikat atau
surat nikah, dll. Kewarganegaraan adalah bagian dari hak asasi manusia yang sangat
penting bagi rakyat untuk dilindungi oleh negara. Hak Asasi Manusia yang merupakan
unsur esensial dan unsur pokok dalam negara, maka status kewarganegaraan menciptakan
hubungan timbal balik antara warga negara dengan negara.
Hijrahnya Rasulullah Saw dan para sahabatnya ke kota Madinah membawa
perubahan besar, menghentakkan perhatian dunia, menggoncang altar sejarah umat
manusia. Perubahan drastis terjadi; arus perubahan itu pada utamanya terletak dalam
semangat saling tolong menolong, meniupkan angin persatuan, keadilan, membungkam
suara perpecahan, fanatisme etnis, suku, dan ras, semuanya bersatu di bawah bendera Laa
Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah. Tatkala Nabi Saw tiba di kota Madinah,
setidaknya beliau meletakkan lima asas kemasyarakatan untuk menopang kekuatan umat
Islam dengan sokongan kaum Muhajirin dan Anshar. Kelima asas yang dibangun oleh
beliau adalah:

Pertama adalah Al-Ikha (persaudaraan). Rasulullah saw menegakkan masyarakat Islam


atas dasar persaudaraan yang kokoh dan kuat. Karenanya kaum muslimin itu
bersaudara.Dalam Islam, persaudaraan tidak mengenal batas-batas teritorial, geografis,
suku, etnis, ras, maupun warna kulit

Kedua, Al-Musaawaah (persamaan derajat). Rasul Saw menegakkan masyarakat di atas


kaidah persamaan yang sempurna antar umat manusia, bukan hanya di antara umat Islam,
tapi juga di antara elemen masyarakat di luar komunitas Islam. Tidak ada kelebihan antara
seseorang dengan lainnya, tidak ada kelebihan dan keistimewaan antara si kulit putih
dengan si kulit hitam, tidak ada kelebihan antara orang arab dengan bukan arab.

Ketiga, Al-Ta`aawun (Saling tolong-menolong). Rasulullah Saw mengetengahkan asas


kehidupan masyarakat setelah hijrah atas sikap tolong-menolog. Tolong menolong
tersebut untuk kebaikan dan keutamaan, menjauhi hal yang haram, membasmi
kemunkaran yang bercokol, dan mengenyahkan kebatilan serta kemusyrikan, menjaga
bangunan tubuh masyarakat Islam dari penyakit masyarakat yang bisa membawa
kehancuran.
Keempat, Al-Tasamuh (toleransi). Masyarakat Islam ditegakkan atas dasar toleransi
dalam makna dan cakupan yang luas. Islam menetapkan toleransi dan penghormatan
terhadap keyakinan dan kepercayaan umat lain, serta tidak seorang pun yang dapat
memaksakan kepercayaan dan agama Islam pada orang lain selaras dengan firman Allah:

Kelima, Al-A`dalah (keadilan). Rasulullah saw menegakkan masyarakat Islami atas


dasar keadilan yang luas, baik terhadap kawan maupun lawan, keadilan yang tidak
pandang bulu, pangkat dan kedudukan.

Anda mungkin juga menyukai