Anda di halaman 1dari 33

Jenis-jenis asas kewarganegaraan

Kesulitan suatu negara menentukan rakyatnya adalah bagaimana penduduk di wilayah negara mengakui
kekuasaan negara dan tunduk pada kekuasaan negeri sendiri. awalnya, rakyat suatu negara hanya terdiri
dari orang-orang yang berasal satu keturunan dan satu nenek moyang. Kemudian, wilayah negara itu
didatangi oleh orang-orang dari negara lain yang mempunyai nenek moyang lain pula. Dengan demikian,
tempat tinggal bersama pun turut menentukan seseorang dalam keberadaan di negara itu.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 12 tahun 2006 bahwa untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan
melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 19945, maka asas-asas kewarganegaraan meliputi asas
kewarganegaraan umum atau universal, yaitu asa sanguinis, ius soli dan campuran. Adapun asas-asas
yang dianut dalam Undang-Undang No. 12 tahun 2006 adalah berikut ini.

a. Asas Ius Soli (Law of The Soli)
Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat
kelahiran. Bagi negara Indonesia, penentuan yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini (asas ius soli secara terbatas).

b. Asas Ius Sanguinis (Law of The Blood)
Asas ius sanguinis adalah penentuan kewaarganegaraan berdasarkan keturunan/pertalian darah.
Artinya, penentuan kewarganegaraan berdasarkan kewarganegaraan orang tuanya, bukan berdasarkan
negara tempat kelahiran.

c. Asas Kewarganegaraan Tunggal
Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.

d. Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas
Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.

Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride) maupun tanpa
kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam undang-
undang ini merupakan suatu pengecualian.

Namun ada, suatu negara dalam menentukan kewarganegaraannya hanya menggunakan asas ius soli
atau isus sanguinis saja, maka akan mengakibatkan dua kemungkinan yang terjadi, yaitu bipatride dan
apatride. Bipatride (dwi kewarganegaraan), yaitu kewarganegaraan rangkap/ganda. Dengan demikian
mengakibatkan ketidakpastian status orang yang bersangkutan dan kerumitan administrasi tentang
kewarganegaraan tersebut. Apatride (tanpa kewarganegaraan), yaitu seseorang tanpa memiliki
kewarganegaraan. Dengan demikian, keadaan apatride ini mengakibatkan seseorang tidak akan
mendapat perlindungan dari negara manapun juga.

Contoh negara yang menerapkan asas ius soli adalah Amerika Serikat, sedangkan yang menerapkan asas
ius sanguinis adalah Cina. Seorang warga negara Cina melahirkan anak di Amerika Serikat, menurut asas
yang dianut oleh masing-masing negara tersebut memiliki 2 kewarganegaraan, yaitu warga negara
Amerika Serikat dan warga negara Cina. Sebaliknya warga negara Amerika Serikat yang melahirkan
seorang anak di Cina menurut asas tersebut tidak memiliki kewarganegaraan (apatride)

Untuk mengatasi kesulitan tersebut diatas diadakan perundingan dengan negara lain. oleh karena itu,
untuk menentukan pewarganegaraan seseorang terdapat 2 macam stelsel, yaitu stelsel pasif dan stelsel
aktif.

Stelsel pasif adalah semua penduduk diakui sebagai warga negara, kecuali dia menyatakan menolak
menjadi warga negara atau hak repudiasi.

Stelsel aktif adalah untuk menjadi warga negara, seseorang harus menggunakan hak-hak opsi atau hak
untuk memilih menjadi warga negara.

Pada penyelesaian masalah kewarganegaraan menurut salah satu keputusan KMB dipergunakan stelsel
aktif dengan hak opsi untuk penduduk Indonesia keturunan Eropa dan stelsel pasif dengan hak repudiasi
untuk penduduk Indonesia keturunan timur asing. Namun kini penyelesaian masalah dari
kewarganegaraan atau nonkewarganegaraan telah diatur dengan jelas dalam undang-undang
kewarganegaraan RI Nomor 12 tahun 2006

e. Asas kewarganegaraan lainnya
Selain asas tersebut diatas, beberapa asas juga menjadi dasar penyusunan Undang-Undang tentang
kewarganegaraan republik Indonesia.

1. Asas kepentingan nasional adalah asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan
mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatan sebagai
negara kesatuan yang memiliki cita-cita tujuannya sendiri.
2. Asas perlindungan maksimum adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan
perlindungan penuh kepada setiap warga negara Indonesia dalam keadaan apapun baik di dalam
maupun diluar negeri.
3. Asas persamaan didalam hukum dan pemerintahan adalah asas yang menentukan bahwa setiap
warga negara Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintah.
4. Asas kebenaran substantif adalah prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat
administratif, tetapi juga substantif dan syarat-syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
5. Asas nondiskriminatif, adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal ihwal yang
berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender.
6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia adalah asas yang sama dalam segala
hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin, melindungi dan memuliakan hak
asasi manusia pada umumnya dan hak warga negara pada khusuhnya.
7. Asas keterbukaan adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala hal ihwal yang berhubungan
dengan warga negara harus dilaksanakan secara terbuka.
8. Asas publisitas adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh atau kehilangan
kewarganegaraan republik Indonesia diumumkan dalam berita negara republik Indonesia agar
masyarakat mengetahuinya.
http://lilyistigfaiyah.blogspot.com/2013/03/jenis-jenis-asas-kewarganegaraan.html

ASAS - ASAS KEWARGANEGARAAN INDONESIA
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 12 tahun 2006 menyebutkan, Kewarganegaraan
adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara. Dan Undang-Undang
Kewarganegaraan yang baru ini tengah memuat asas-asas kewarganegaraan umum
ataupun universal. adapun asas-asas yang dianut dalam undang-undang ini antara lain :

1. Asas Ius Sanguinis (law of blood) merupakan asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.
2. Asas Ius Soli (law of the soil) secara terbatas merupakan asas yang menetukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan
terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini.
3. Asas Kewarganegaraan Tunggal merupakan asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang.
4. Asas Kewarganegaraan Ganda terbatas merupakan asas yang menetukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
undang-undang ini.

Undang-undang kewarganegaraan pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan
ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride). Kewarganegaraan ganda
yang diberikan kepada anak dalam undang-undang ini merupakan suatu pengecualian.
Mengenai hilangnya kewarganegaraan seorang anak hanya apabila anak tersebut tidak
memiliki hubungan hukum dengan ayahnya, dan hilangnya kewarganegaraan ayah atatu
ibu tidak secara otomatis menyebabkan kewarganegaraan seorang anak menjadi hilang.

Berdasarkan undang-undang ini anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNI
dengan pria WNA, maupun anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNA dengan
pria WNI, sama-sama diakui sebagai Warga Negara Indonesia. Anak tersebut akan
berkewarganegaraan ganda, dan setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin maka
anak tersebut harus menentukan pilihannya, dan pernyataan untuk memilih tersebut harus
disampaikan paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 tahun atau setelah kawin.

Pemberian kewarganegaraan ganda ini merupakan perkembangan baru yang positif bagi
anak-anak hasil perkawinan campuran. Namun perlu di telaah, apakah pemberian dua
kewarganegaraan ini akan menimbulkan permasalahan baru dikemudian hari atau tidak,
karena bagaimanapun memiliki kewarganegaraan ganda berarti tunduk kepada dua
yurisdiksi, dan apabila dikaji dari segi hukum perdata internasional kewarganegaraan ganda
memiliki potensi masalah, misalnya dalam hal penentuan status personal yang didasarkan
pada asas nasionalitas, maka seorang anak berarti akan tunduk pada ketentuan negara
nasionalnya. Bila ketentuan antara hukum negara yang satu dengan yang lainnya tidak
bertentangan maka tidak ada masalah, namun bagaimana bila terdapat pertentangan
antara hukum negara yang satu dengan yang lain, lalu pengaturan status personal anak itu
akan mengikuti kaidah negara yang mana, dan bagaimana bila ketentuan yang satu
melanggar asas ketertiban umum pada ketentuan negara yang lain.

http://keantere21.blogspot.com/2011/03/asas-asas-kewarganegaraan-indonesia.html

Sudah menjadi kenyataan yang berlaku umum bahwa untuk berdirinya negara yang merdeka maka
harus dipenuhi sekurang-kurangnya 3 syarat, yaitu adanya wilayah, rakyat yang tetap, dan
pemerintahan yang berdaulat. Ketiga syarat ini merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan satu
sama lain.

Rakyat yang menetap di suatu wilayah tertentu, dalam hubungannya dengan negara disebut warga
negara(citizen). Warga negara secara sendiri-sendiri merupakan subjek-subjek hukum yang menyandang
hak-hak sekaligus kewajiban-kewajiban dari dan terhadap negara.


Setiap warga negara mempunyai hak-hak yang wajib diakui oleh negara dan wajib dihormati, dilindungi,
dan difasilitasi, serta dipenuhi oleh negara. Sebaliknya, setiap warga negara juga mempunyai kewajiban-
kewajiban kepada negara yang merupakan hak-hak negara yang juga wajib diakui, dihormati, dan ditaati
atau ditunaikan oleh setiap warga negara.

Dengan salah satu persyaratan diterimanya status sebuah negara harus adanya unsur warganegara yang
diatur menurut ketentuan hukum tertentu, sehingga warga negara yang bersangkutan dapat dibedakan
dari warga negara lain. Pengaturan mengenai kewarganegaraan ini biasanya ditentukan berdasarkan
salah satu dari dua prinsip dasar, yaitu prinsip ius soli atau prinsip ius sanguinis.

Dalam zaman keterbukaan seperti sekarang ini, kita menyaksikan banyak sekali penduduk suatu negara
yang berpergian keluar negeri, baik karena direncanakan dengan sengaja ataupun tidak, dapat saja
melahirkan anak-anak di luar negeri. Bahkan dapat pula terjadi, karena alasan pelayanan medis yang
lebih baik, orang sengaja melahirkan anak di rumah sakit di luar negeri yang dapat lebih menjamin
kesehatan dalam proses persalinan.

Dalam hal, negara tempat asal seseorang dengan negara tempat ia melahirkan atau dilahirkan
menganut sistem kewarganegaraan yang sama, tentu tidak akan menimbulkan persoalan. Akan tetapi,
bagaimana apabila kedua negara yang bersangkutan memiliki sistem yang berbeda? Kewarganegaraan
manakah yang akan menjadi miliknya? Akan kah seseorang itu menjadi warga negara tempat dia
dilahirkan? Atau tetap menjadi warga negara sebagaimana kewarganegaraan yang dimiliki orang
tuanya? Atau pun ada kemungkinan lain, yaitu memiliki kewarganegaraan ganda, atau bahkan tidak
memiliki kewarganegaraan sama sekali (stateless).

Hal demikianlah yang menjadi permasalahan dalam masalah kewarganegaraan. Walaupun setiap negara
itu memiliki peraturan hukum tersendiri dalam menentukan kewarganegaraan rakyat nya. Dengan
adanya ketentuan-ketentuan yang tegas mengenai kewarganegaraan, maka akan dapat mencegah
adanya penduduk yang a-patride dan yang bi-patride. Ketentuan-ketentuan itu sangant lah penting
untuk membedakan hak dan kewwajiban bagi warga negara dan bukan warga negara.

Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan yang di sebutkan di atas, penulis akan mencoba mengurai
dan membahas permasalahan tersebut dengan melihat lebih jauh tentang apa yang disebut warga
negara dan kewarganegaraan, berikut dengan asas-asas kewarganegaraan dan prinsip-prinsip dasar
kewarganegaraan. Serta dasar hukum yang mengatur tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Sehingga kita dapat mengetahui dan memahami akan tema pemakalah yang akan di sampaikan
nantinya.

Warga Negara dan Kewarganegaraan
Warga Negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Sedangkan Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga
negara. Dan Pewarganegaraan adalah tata cara bagi orang asing untuk memperoleh Kewarganegaraan
Republik Indonesia melalui permohonan.

Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu (secara khusus:
negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan
keanggotaan yang demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari
negara yang dianggotainya.

Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa Inggris: citizenship). Di dalam
pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten,
karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah, kewargaan ini menjadi
penting, karena masing-masing satuan politik akan memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-
beda bagi warganya.

Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (bahasa Inggris: nationality). Yang
membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki
kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh, secara hukum merupakan subyek suatu
negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak berpartisipasi dalam politik). Juga
dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.

Di bawah teori kontrak sosial, status kewarganegaraan memiliki implikasi hak dan kewajiban. Dalam
filosofi "kewarganegaraan aktif", seorang warga negara disyaratkan untuk menyumbangkan
kemampuannya bagi perbaikan komunitas melalui partisipasi ekonomi, layanan publik, kerja sukarela,
dan berbagai kegiatan serupa untuk memperbaiki penghidupan masyarakatnya.

Lengkapnya ketentuan-ketentuan dalam kewarganegaraan sekarang ini di atur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2006 yang tertera di makalah ini pada halaman berikutnya.
Pemakalah bermaksud memisahkan dasar hukum kewarganegaraan itu pada halaman khusus nantinya,
agar kawan-kawan pembaca dan penyimak lebih memudahkan dalam memahami dan menganalisis isi
dari Undang-Undang tersebut.

Berbicara masalah warga negara maka juga kita berbicara tentang orang-orang yang berada di wilayah
suatu negara tersebut, yaitu penduduk. Penduduk ialah mereka yang berada di wilayah sesuatu negara
untuk sementara waktu dan yang tidak bermaksud bertempat tinggal di wilayah negara itu.

Bukan penduduk ialah mereka yang berada di wilayah sesuatu negara untuk sementara waktu dan yang
tidak bermaksud bertempat tinggal di wilayah negara itu.

Sebelumnya dalam UUD45 pasal 26 disebutkan: Penduduk ialah warga negara indonesia dan orang
asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

Maka penduduk dapat dibagi atas

1. Penduduk warganegara, dengan singkat di sebut warganegara dan

2. Penduduk bukan warganegara yang disebut orang asing



Tiap negara biasanya menentukan dalam UU keawarganegaraan siapa yang menjadi warga negara dan
siapa yang dianggap orang asing. Di indonesia dahulunya sebelum amandemen kewarganegaraan itu di
atur dalam UU No.62 tahun 1958.

Dalam UU 1945 pasal 26 itu dinyatakan:

1. Yang menjadi warganegara ialah orang-orang bangsa indonesia asli dan orang bangsa lain yang
disahkan dengan UU sebagai warganegara.

2. Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.

Asas dan Stelsel Dalam Kewarganegaraan
Adapun asas kewarganegaraan yang mula-mula dipergunakan sebagai dasar dalam menentukan
termasuk tidaknya seorang dalam golongan warganegara dari sesuatu negara, dan Asas-asas inilah
kemudian yang dianut di negara Indonesia dalam UU no. 12 tahun 2006 adalah:

a. Asas keturunan atau Ius Sanguinis

b. Asas tempat kelahiran atau Ius Soli

c. Asas Kewarganegaraan Tunggal

d. Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas



1. Asas Ius Sanguinis

Asas Ius Sanguinis menetapkan kewarganegaraan seorang menurut pertalian atau keturunan dari orang
yang bersangkutan. Jadi yang menentukan kewarganegaraan seseorang ialah kewarganegaraan orang
tuanya, dengan tidak mengindahkan di mana ia sendiri dan orangtuanya berasa dilahirkan.

Contoh: Seseorang yang lahir di negara A, yang orang tuanya adalah warganegara B, adalah
warganegara B.



2. Asas Ius Soli

Asas Ius Soli menetapkan kewarganegaraan seseorang menurut daerah atau negara tempat ia
dilahirkan.

Contoh: seseorang yang lahir dinegara A, adalah warganegara , walaupun orangtuanya adalah
warganegara B.



3. Asas Kewarganegaraan Tunggal

Asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang



4. Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas

Asas menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang di atur dalam
undang-undang ini.

Dalam menentukan kewarganegaraan itu dipergunakan dua stelsel kewarganegaraan, disamping asas
yang tersebut di atas. Stelsel itu ialah:

a. Stelsel aktif

Menurut stelsel aktif
http://darululum-ypui.net/kajian/kajian-umum/76-warga-negara.html

Dibawah ini yang saya jelaskan adalah hasil identifikasi atas pemahaman tentang asas
kewarganegaraan. Mengapa hal tersebut dilakukan, karena tak ada referensi yang cukup untuk
mengemukakan asas tersebut secara terperinci dan tertata. Mohon dibantu dan dikembangkan
kembali karena referensi tersebut masih dalam tahap hasil pemahaman pribadi berdasarkan
sumber yang ada.


kutipan asas yang dianut dalam pasal:
Asas Kewarganegaraan Tunggal merupakan asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi
setiap orang.
Dari kutipan asas yang dianut dalam pasal yang diambil, dapat kita identifikasi bahwa asas
kewarganegaraan tunggal merupakan prinsip tentang status kewarganegaraan yang dimana setiap
warga negara tidak boleh berkewarganegaraan ganda. Dengan artian setiap orang harus memilih
sebuah status kewarganegaraan entah kewarganegaraan luar atau status kewarganegaraan dalam
negeri.
Dapat kita ambil contoh misalnya, bila suatu anak lahir di kalangan warga negara (baik luar
maupun dalam), maka setelah dewasa si anak tersebut harus memilih apa status
kewarganegaraan yang ia kehendaki. Dari contoh yang diambil Hal tersebut sudah tertata dalam
perundang-undangan dalam negeri, dan dituliskan jelas dalam Undang-undang. Oleh karena itu
setiap warga negara berhak memilih status kewarganegaraannya masing-masing.
Secara garis besar pengertian asas kewarganegaraan tunggal adalah suatu prinsip yang dianut di
kalangan warga negara dalam memilih status kewarganegaraannya. Dan setelah warga negara
tersebut memilih status kewarganegaraannya maka ia tidak boleh berstatus kewarganegaraan
ganda atau berstatus kewarganegaraan yang lebih dari satu. Faktor eksternal lain tentang asas
kewarganegaraan tunggal adalah, jika suatu anak dalam keluarga lahir dalam suatu daerah atau
negara dan setelah dewasa ia tetap berada di daerah tersebut. Maka secara tidak langsung pada
saat seseorang itu mendapat kartu tanda penduduk, ia telah resmi menjadi warga negara dalam
negeri yang ditempatinya. Dan dapat kita sambungkan dengan asas kewarganegaraan tunggal
yang telah diidentifikasi.
Dibawah ini yang saya jelaskan adalah hasil identifikasi atas pemahaman tentang asas kewarganegaraan.
Mengapa hal tersebut dilakukan, karena tak ada referensi yang cukup untuk mengemukakan asas
tersebut secara terperinci dan tertata. Mohon dibantu dan dikembangkan kembali karena referensi
tersebut masih dalam tahap hasil pemahaman pribadi berdasarkan sumber yang ada.


kutipan asas yang dianut dalam pasal:
Asas Kewarganegaraan Tunggal merupakan asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap
orang.
Dari kutipan asas yang dianut dalam pasal yang diambil, dapat kita identifikasi bahwa asas
kewarganegaraan tunggal merupakan prinsip tentang status kewarganegaraan yang dimana setiap
warga negara tidak boleh berkewarganegaraan ganda. Dengan artian setiap orang harus memilih sebuah
status kewarganegaraan entah kewarganegaraan luar atau status kewarganegaraan dalam negeri.
Dapat kita ambil contoh misalnya, bila suatu anak lahir di kalangan warga negara (baik luar maupun
dalam), maka setelah dewasa si anak tersebut harus memilih apa status kewarganegaraan yang ia
kehendaki. Dari contoh yang diambil Hal tersebut sudah tertata dalam perundang-undangan dalam
negeri, dan dituliskan jelas dalam Undang-undang. Oleh karena itu setiap warga negara berhak memilih
status kewarganegaraannya masing-masing.
Secara garis besar pengertian asas kewarganegaraan tunggal adalah suatu prinsip yang dianut di
kalangan warga negara dalam memilih status kewarganegaraannya. Dan setelah warga negara tersebut
memilih status kewarganegaraannya maka ia tidak boleh berstatus kewarganegaraan ganda atau
berstatus kewarganegaraan yang lebih dari satu. Faktor eksternal lain tentang asas kewarganegaraan
tunggal adalah, jika suatu anak dalam keluarga lahir dalam suatu daerah atau negara dan setelah
dewasa ia tetap berada di daerah tersebut. Maka secara tidak langsung pada saat seseorang itu
mendapat kartu tanda penduduk, ia telah resmi menjadi warga negara dalam negeri yang ditempatinya.
Dan dapat kita sambungkan dengan asas kewarganegaraan tunggal yang telah diidentifikasi.
http://ex2bejournal.blogspot.com/2011/02/asas-kewarganegaraan-tunggal.html

Asas Kewarganegaraan

Seseorang dapat dinyatakan sebagai warga negara suatu negara haruslah melalui
ketentuan-ketentuan dari suatu negara. Ketentuan inilah yang menjadi asas atau
pedoman dalam menentukan kewarganegaraan seseorang. Setiap negara memiliki
kebebasan dan kewenangan untuk menentukan asas kewarganegaraannya. Dalam
penentuan kewarganegaraan ada 2 (dua) asas atau pedoman, yaitu asas
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan
perkawinan. Dalam asas kewarganegaraan yang berdasarkan kelahiran ada 2 (dua) asas
kewarganegaraan yang digunakan, yaitu ius soli (tempat kelahiran) ius
sanguinis (keturunan). Sedangkan dari asas kewarganegaraan yang berdasarkan
perkawinan juga dibagi menjadi 2 (dua), yaitu asas kesatuan hukum dan asas
persamaan derajat.

Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Kelahiran

Ketika SMP dan SMA kita telah mempelajari tentang asas kewarganegaraan, yaitu ius
soli (asas kelahiran) dan ius sanguinis (asas keturunan). Kedua asas ini termasuk dalam
asas kewarganegaraan yang berdasarkan kelahiran.

1. Ius soli (asas kelahiran) berasal dari latin; ius yang berarti hukum atau
pedoman, sedangkan soli berasal dari kata solum yang berarti negeri, tanah
atau daerah.Jadi, ius soliadalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan
tempat atau daerah kelahiran seseorang. Jadi, seseorang dapat menjadi warga
negara dimana dia dilahirkan. Contoh negara yang menganut asas kewarganegaran
ini, yaitu negara Amerika Serikat, Brazil, Argentina, Bolivia, Kamboja, Kanada,
Chili, Kolombia, Kosta Rika, Dominika, Ekuador, El Savador, Grenada, Guatemala,
Guyana, Honduras, Jamaika, Lesotho, Meksiko, Pakistan, Panama, Paraguay, Peru,
Uruguay, Venuzuela, dan lain-lain.
2. Ius sanguinis (asas keturunan) juga berasal dari bahasa latin, ius yang berarti
hukum atau pedoman, sedangkan sanguinis dari kata sanguis yang berarti darah
atauketurunan.Jadi, ius sanguinis adalah asas kewarganegaraan yang berdasarkan
darah atau keturunan. Asas ini menetapkan seseorang mendapat warga negara jika
orang tuanya adalah warga negara suatu negara. Misalkan seseorang yang lahir di
Indonesia, namun orang tuanya memiliki kewarganegaraan dari negara lain, maka ia
mendapat kewarganegaraan dari orang tuanya. Contoh negara yang menggunakan
asas ini adalah negara China, Bulgaria, Belgia, Replublik Ceko, Kroasia, Estonia,
Finlandia, Jepang, Jerman, Yunani, Hongaria, Islandia, India, Irlandia, Israel, Italia,
Libanon, Filipina, Polandia, Portugal, Rumania, Rusia, Rwanda, Serbia, Slovakia,
Korea Selatan, Spanyol, Swedia, Turki, dan Ukraina.





Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Perkawinan

Selain dilihat dari sisi kelahiran, kewarganegaraan juga dilihat dari sisi
perkawinan yang mencakup asas kesatuan atau kesamaan hukum dan asas persamaan
derajat.

Asas kesatuan atau kesamaan hukum itu berdasarkan pada paradigma bahwa suami-
isteri ataupun ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan suasana
sejahtera, sehat, dan tidak terpecah.Jadi, suami-isteri atau keluarga yang baik dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyakatnya harus mencerminkan adanya suatu
kesatuan yang bulat. Dan untuk merealisasikan terciptanya kesatuan dalam keluarga
atau suami-isteri, maka semuanya harus tunduk pada hukum yang sama. Dengan
kebersamaan tersebut sehingga masing-masing tidak terdapat perbedaan yang dapat
mengganggu keutuhan dan kesejahteraan keluarga.
Asas persamaan derajat menyebutkan bahwa suatu perkawinan tidak
menyebabkan perubahan status kewarganegaraan masing-masing pihak.Jadi, baik
suami maupun isteri tetap dangan kewarganegaraan aslinya, sama seperti sebelum
mereka dikaitkan oleh pernikahan dan keduanya memiliki hak untuk memilih
kewarganegaraan yang dianutnya.
Selain itu, dalam hukum negara juga mengatur tentang asas warga negara, yaitu
pada UU Nomor 12 Tahun 2006. Hukum negara tersebut membagi asas
kewarganegaraan juga menjadi dua asas atau pedoman, yaitu (1) asas kewarganegaraan
umum dan (2) asas kewarganegaraan khusus.

1. Asas Kewarganegaraan Umum
Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2006 asas kewarganegaraan umum terdiri atas
(4) empat asas, yaitu asas kelahiran (ius soli), asas keturunan (ius sanguinis), asas
kewarganegaraan tunggal, dan asas kewarganegaraan ganda terbatas.
Asas kelahiran (ius soli) dan asas keturunan (ius sanguinis) mempunyai
pengertian yang sama dengan yang telah diterangkan di atas tadi. Sedangkan asas
kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi
setiap orang.Jadi, setiap warga negara hanya memiliki satu kewarganegaraan, tidak bisa
memiliki kewarganegaraan ganda atau lebih dari satu. Asas kewarganegaraan ganda
terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda (lebih dari satu
kewarganegraan) bagi anak-anak sesui dengan ketentuan yang diatur dalam UU.Jadi,
kewarganegraan ini hanya bisa dimiliki ketika masih anak-anak dan setelah anak
tersebut berumur 18 (delapan belas) tahun, maka ia harus memilih atau menentukan
salah satu kewarganegaraannya.
Jadi, sebagai seorang warga negara tidak boleh memiliki lebih dari satu
kewarganegaraan dan jika seseorang berhak mendapatkan status kewarganegaraan
karena kelahiran dan keturunan sekaligus, maka ia harus memilih salah satu
diantaranya ketika ia sudah berumur 18 tahun.







2. Asas Kewarganegaraan Khusus

Asas ini terdiri atas beberapa macam asas atau pedoman kewarganegaraan, yaitu
1. Asas Kepentingan Nasional
Adalah asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan mengutamakan
kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatannya
sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuan sendiri.
1. Asas Perlidungan Maksimum
Adalah asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan perlindungan
penuh kepada setiap warga negara Indonesia dalam keadaan apapun, baik di dalam
maupun di luar negeri.
1. Asas Persamaan di dalam Hukum dan Pemerintahan
Adalah asas yang menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia mendapatkan
perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
1. Asas Kebenaran Substantif
Adalah asas dimana prosedur kewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat
administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
1. Asas Non-Diskriminatif
Adalah asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal ihwal yang
berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis
kelamin, serta harus menjamin, melindungi, dan memuliakan HAM pada umumnya
dan hak warga negara pada khususnya.
1. Asas Pengakuan dan Penghormatan terhadap HAM
Adalah asas yang dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara harus
menjamin, melindungi, dan memuliakan HAM pada umumnya, dan hak warga negara
pada khususnya.
1. Asas Keterbukaan
Adalah asas yang menetukan bahwa segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga
negara harus dilakukan secara terbuka.
1. Asas Publisitas
Adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh dan atau kehilangan
kewarganegaraan RI akan diumumkan dalam berita negara RI agar masyarakat
mengetahuinya.

Jadi, pada asas kewarganegaraan khusus ini lebih membahas atau mengatur
berdasarkan hubungan timbal balik antara negara dan warga negaranya dalam hal hak
dan kewajiban diantara keduanya, seperti menjaga kedaulatan negara, menjamin hak
asasi manusia, dan sebagainya.



Sejarah Kewarganegaraan
Mengetahui tentang masalah kewarganegaraan juga melibatkan sejarah dari sistem
kewarganegaraan, yang berkembang dari masa ke masa. Diawali dengan:
1. Zaman penjajahan Belanda
Hindia Belanda bukanlah suatu negara, maka tanah air pada masa penjajahan Belanda
tidak mempunyai warga negara, dengan aturan sebagai berikut:
1) kawula negara belanda orang Belanda,
2) (2) kawula negara belanda bukan orang Belanda, tetapi yang termasuk Bumiputera,
3) (3) kawula negara belanda bukan orang Belanda, juga bukan orang Bumiputera,
misalnya: orang orang Timur Asing (Cina, India, Arab, dan lain-lain).
2. Masa kemerdekaan
pada masa ini, Indonesia belum mempunyai UUD. Sehari setelah kemerdekaan, yakni
tanggal 18 agustus 1945, panitia persiapan kemerdekaan Indonesia mengesahkan UUD
1945. Mengenai kewarganegaraan UUD 1945 dalam pasal 26 ayat(1) menentukan bahwa
Yang menjadi warga negara ialah orang orang bangsa Indonesia aseli dan orang
orang bangsa lain yang di sahkan dengan undang undang sebagai warga negara,
sedang ayat 2 menyebutkan bahwa syarat syarat yang mengenai kewarganegaraan
ditetapan dengan undang undang. Sebagai pelaksanaan dari pasal 26, tanggal 10 april
1946, diundangkan UU No. 3 Tahun 1946. Adapun yang dimaksud dengan warga negara
Indonesia menurut UU No. 3 Tahun 1946 adalah:
(1) Orang yang asli dalam daerah Indonesia,
(2) Orang yang lahir dan bertempat kedudukan dan kediaman di dalam wilayah negara
Indonesia,
(3) Anak yang lahir di dalam wilayah Indonesia.
3. Persetujuan Kewarganegaraan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB)
Persetujuan perihal pembagian warga negara hasil dari konferensi meja bundar (KMB)
tanggal 27 desember 1949 antara Belanda dengan Indonesia Serikat ada tiga hal yang
penting dalam persetujuan tersebut antara lain:
(1) Orang Belanda yang tetap berkewargaan Belanda, tetapi terhadap keturunannya
yang lain dan bertempat tinggal di Indonesia kurang lebih 6 bulan sebelum 27 desember
1949 setelah penyerahan keddaulatan dapat memilih kewarganegaraan Indonesia yang
disebut juga Hak Opsi atau hak untuk memilih kewarganegaraan.
(2) Orang orang yag tergolong kawula Belanda (orang Indonesia asli) berada di
Indonesia memperoleh kewarganegaraan Indonesia kecuali tidak tinggal di Suriname /
Antiland Belanda dan dilahirkan di wilayah Belanda dan dapat memilih
kewarganegaraan Indonesia,
(3) Orang orang Eropa dan Timur Asing, maka terhadap mereka dua kemungkinan
yaitu: jika bertempat tinggal di Belanda, maka dtetapkan kewarganegaraan Belanda,
maka yang dinyatakan sebagai WNI dapat menyatakan menolak dalam kurun waktu 2
tahun.
4. Berdasarkan undang undang nomor 62 tahun 1958
Undang undang tentang kewarganegaraan Indonesia yang berlaku sampai
sekarang adalah UU No. 62 tahun 1958, yang mutlak berlaku sejak diundangkan tanggal
1agustus 1958. Beberapa bagian dari undang undang itu, yaitu mengenai ketentuan
ketentuan siapa warga negara Indonesia, status anak anak an cara cara kehilangan
kewarganegaraan, ditetapkan berlaku surut hingga tanggal 27 desember 1949.
Hal hal selengkapnya yang diatur dalam UU No. 62 tahun 1958 antara lain: (1) siapa
yang dinyatakan berstatus warga negara Indonesia (WNI), (2) naturalisasi atau
pewarganegaraan biasa,(3) akibat pewarganegaraan, (4) pewarganegaraan istimewa, (5)
kehilangan kewarganegaraan Indonesia, dan (6) Siapa yang dinyatakan berstatus asing.
Menurut undang undang :
1) Mereka berdasarkan UU/ peraturan/perjanjian, yang terlebih dahulu (berlaku surut)
2) Mereka yang memenuhi syarat syarat tertentu yang ditentukan dalam undang
undang itu.
Selain itu, mungkin juga seorang Indonesia menjadi orang asing karena :
1) Dengan sengaja, insyaf, dan sadar menolak kewarganegaraan RI,
2) Menolak kewarganegaraan karena khilaf atau ikut ikutan saja,
3) Di tolak oleh orang lain, misalnya seorang anak yang ikut status orang tuanya yang
menolak kewarganegaraan RI.
Masalah Kedudukan Hukum Bagi Orang Asing
Sesuai dengan pasal 38 UU No. 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian, menyatakan
pengawasan terhadap orang asing di Indonesia meliputi: pertama, masuk dan keluarnya
ke dan dari wilayah Indonesia, kedua, keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah
Indonesia. Adapun tugas pengawasan terhadap orang asing yang berada di Indonesia
dilakukan oleh menteri kehakiman dengan koordinasi dengan badan atau instansi
pemerintah yang terkait.
Masalah lain yang berkaitan dengan orang asing adalah tentang perkawinan campuran,
yaitu perkawinan antar a dua orang yang berbeda kewarganegaraan. Dan yang paling
menimbulkan persoalan serius adalah perkawinan campuran antar-agama.
1. Perkawinan campuran antar-golongan (intergentiel)
Bahwa hukum mana atau hukum apa yang berlaku , kalau timbul perkawinan antara
dua orang, yang masing masing sama atau berbeda kewarganegaraannya, yang
tunduk pada peraturan hukum yang berlainan. Misalnya, WNI asal Eropa kawin dengan
orang Indonesia asli.
2. Perkawinan campuran antar-tempat (interlocal)
Yakni perkawinan antara orang orang Indonesia asli dari lingkungan adat. Misal ,
orang Minang kawin dengan orang jawa.
3. Perkawinan campuran antar-agama (interriligius)
Mengatur hubungan (perkawinan) antara dua orang yang masing masing tunduk
pada peraturan agama yang berlainan.
Dalam tataran praksis perkawinan campuran antar-agama tidak dikenal di Indonesia.
UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan secara tegas tidak menganut perkawinan
campuran antar-agama.
Berkaitan dengan status istri dalam perkawinan campuran, maka terdapat dua asas:
a) Asas mengikuti, maka suami/istri mengikuti suami/istri baik pada waktu perkawinan
berlangsung, kemudian setelah perkawinan berjalan.
Pasal 26 UU Kewarganegaraan menyatakan :
Ayat (1) perempuan warga negara Indonesia yang kawin dengan laki laki warga
negara asing kehilangan kewarganegaraan RI jika menurut hukum negara asal
suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat
perkawinan tersebut. Ayat (2) Laki laki warga negara Indonesia yang kawin dengan
perempuan warga negara asing kehilangan kewarganegaraanya RI jika menurut hukum
asal istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat
perkawinan tersebut.
b) Asas persamamerataan
Menurut asas ini, bahwasanya perkawinan tidak mempengaruhi sama sekali
kewarganegaraan seseorang, dalam arti mereka (suami atau istri) bebas menentukan
sikap dalam menentukan kewarganegaraan asal sekalipun sudah menjadi suami istri.
Ketentuan ini di atur dalam pasal 26 ayat (3) UU kewarganegaraan , bahwa perempuan
atau laki laki WNI yang menikah dengan WNA tetap menjadi WNI jika yang
bersangkutan memiliki keinginan untuk tetap menjadi WNI. Adapun mekanismenya
dengan, yaitu dengan jalan mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya
kepada pejabat atau perwakilan republik Indonesia yang wilayahnya meliputi tempat
tinggal perempuan atau laki-laki tersebut, kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan
kewarganegaraan ganda






1. Masalah Kewarganegaraan

Membahas tentang kewarganegaraan seseorang dalam sebuah negara, maka
tidak lepas dari suatu permasalahan yang berkenaan dengan seseorang yang dinyatakan
sebagai warga negara atau bukan warga negara dalam sebuah negara. Permasalahan
tersebut diakibatkan karena setiap negara menganut asas kewarganegaraan yang
berbeda-beda, contoh di negara Jepang yang hanya menerapkan asas kewarganegaraan
bedasarkan tempat kelahiran (ius soli), negara kita Indonesia menganut kedua asas
kewarganegaraan, yaitu ius soli dan ius sanguinis.Berdasarkan hal di atas ada tiga
permasalahan kewarganegaraan, yaitu apatride, bipatride, danmultipatride.
Apatride merupakan istilah bagi seseorang yang tidak memiliki status
kewaganegaraan. Hal ini disebabkan ada seseorang yang orang tuanya menganut asas
yang berdasarkan tempat kelahiran (ius soli), namun ia lahir di negara yang menganut
asas yang berdasarkan darah keturunan (ius sanguinis). Misalkan, ada seseorang yang
orang tuanya adalah warga negara Brazil yang menganut asas kewarganegaraan ius
soli, namun ia dilahirkan di negara Jepang yang menganut asas kewarganegaraan yang
berdasarkan keturunan (ius sanguinis), maka kedua negara, baik negara asalnya,
maupun negara ia dilahirkan menolaknya untuk menjadi warga negaranya.
Bipatride adalah istilah untuk seseorang yang memiliki kewargaegaraan ganda
(rangkap), atau memiliki dua kewarganegaraan. Hal ini dapat terjadi jika ada seseorang
yang orang tuanya menganut asas kewarganegaraan yang berdasarkan keturunan (ius
sanguinis), sedangkan ia sendiri lahir di negara yang menganut asas kewarganegaraan
yang berdasarkan tempat kelahiran (ius soli). Contoh, ada seseorang yang kedua orang
tuanya tinggal di negara Jepang yang menganut asas kewarganegaraan ius
sanguinis. Waktu itu ia belum lahir, dan kedua orang tuanya pergi ke negara Brazil
yang menganut asas kewarganegaraan ius soli, dan ia pun dilahirkan di negara Brazil,
maka ia mendapatkan kewarganegaraan dari kedua negara tersebut.
Multipatride merupakan suatu istilah untuk seseorang yang memiliki lebih dari
dua kewarganegaraan. Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang yang tinggal di
daerah perbatasan antara dua negara atau juga karena seseorang yang kedua orang
tuanya memiliki kewarganegaraan yang berbeda. Misalkan, seseorang yang ayahnya
berkewarganegaraan China yang menganut asas ius sanguinis dan ibunya
berkewarganegaraan India yang juga menganut asas ius sanguinis, namun ia di
lahirkan di Kamboja yang menganut asas ius soli. Jadi, ia mendapatkan
kewarganegaraan dari negara ayahnya, dari negara ibunya, dan negara ia dilahirkan.

1. Cara Memperoleh Kewarganegaraan

Dalam penentuan keawarganegaraan seseorang ada beberapa cara yang
dilakukan. Cara tersebut didasarkan pada beberapa unsur, yaitu
1. Unsur Darah Keturunan (ius sanguinis)
Dalam unsur ini cara memperoleh suatu kewarganegaraan didasarkan pada
keawarganegaraan orang tuanya. Maksudnya, kewarganegaraan orang tuanya
menentukan kewarganegaraan anaknya.Misalkan jika seseorang dilahirkan dari orang
tua yang berkewarganegaraan Indonesia, maka ia dengan sendirinya telah
berkewarganegaraan Indonesia.
Prinsip ini merupakan prinsip asli yang telah berlaku sejak dahulu, hal tersebut
terbukti dalam sistem kesukuan, dimana seorang anak yang lahir dalam suatu suku
dengan sendirinya ia langsung menjadi anggota suku tersebut. Sekarang prinsip
tersebut diterapkan pada beberapa negara di dunia, yaitu negara Inggris, Amerika
Serikat, Perancis, Jepang, dan juga negara yang kita cintai, Indonesia.
Jadi, pada cara penentuan kewarganegaraan ini didasarkan pada salah satu asas
kewarganegaraan, yaitu asas keturunan (ius sanguinis), yang dimana seseorang dengan
sendirinya atau secara langsung tanpa melalui beberapa tahap yang rumit dapat
memiliki kewarganegaraan seperti yang dimiliki oleh kedua orang tuanya.

2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (ius soli)
Pada unsur ini, kewarganegaraan seseorang dapat ditentukan berdasarkan
daerah tempat ia dilahirkan.Misalkan ada seseorang dilahirkan di dalam daerah atau
wilayah hukum negara Indonesia, maka dengan sendirinyapun ia memiliki
kewarganegaraan Indonesia. Terkecuali anggota-anggota korps diplomatik dan anggota
tentara asing yang masih dalam ikatan dinas. Di samping dan bersama-sama dengan
prinsip ius sanguinis, prinsip ius soli ini juga berlaku di negara Amerika Serikat,
Inggris, Perancis, dan juga Indonesia.

3. Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan ius soli dan ius
sanguinistetap bisa mendapatkan atau memperoleh kewarganegaraan, yaitu dengan
pewarganegaraan atau naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur unsur ini di berbagai
negara itu berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan kondisi dan situasi setiap negara
itu berbeda, jadi persyaratannya itu menyesuaikan dengan kondisi dan situasi
negaranya.
Pewarganegaraan ini dibagi menjadi dua macam, yaitu pewarganegaraan aktif
dan negatif.

Sistem Kewarganegaraan berdasarkan Naturalisasi
Adalah suatu perbuatan hukum yang dapat menyebabkan seseorang memperoleh status
kewarganegaraan, Misal : seseorang memperoleh status kewarganegaraan akibat dari
pernikahan, mengajukan permohonan, memilih/menolak status kewarganegaraan.
a. Naturalisasi Biasa
Yaitu suatu naturalisasi yang dilakukan oleh orang asing melalui permohonan dan
prosedur yang telah ditentukan.
b. Naturalisasi Istimewa
Yaitu kewarganegaraan yang diberikan oleh pemerintah (presiden) dengan persetujuan
DPR dengan alasan kepentingan negara atau yang bersangkutan telah berjasa terhadap
negara.
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan naturalisasi digunakan 2
stelsel, yaitu :
1. Stelsel Aktif, yakni untuk menjadi warga negara pada suatu negara seseorang harus
melakukan tindakan-tindakan hukum secara aktif.
2. Stelsel Pasif, yakni seseorang dengan sendirinya dianggap sebagai warga negara
tanpa melakukan sesuatu tindakan hukum.



1. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Apabila seseorang telah menjadi warga negara suatu negara, maka ia memiliki
suatu hubungan dengan negaranya. Hubungan tersebut pada umumnya berupa
peranan. Peranan pada dasarnya adalah tugas yang diakukan oleh seseorang yang
sesuai dengan statusnya sebagai warga negara.Secara teori, status warga negara
meliputi status pasif, aktif, negatif, dan positif.(Cholisin, 2000).
Peranan aktif merupakan aktifitas warga negara untuk terlibat (berpartisipasi)
serta ambil bagian dalam kehidupan bernegara, terutama dalam mempengaruhi
keputusan publik. Peranan pasif adalah kepatuhan warga negara terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Peranan positif merupakan aktifitas warga negara
untuk meminta pelayanan dari negara untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan
peranan negatif merupakan aktifitas warga negara untuk menolak campur tangan
negara dalam persoalan pribadi. Selain itu, peranan itu juga dapat berupa hak dan
kewajiban.
1. Hak Warga Negara
Kita sebagai warga negara memiliki hak. Hak adalah sesuatu yang seharusnya
didapat oleh warga negara setelah melaksanakan segala sesuatu yang menjadi
kewajibannya sebagai warga negara.
Adapun Hak Warga Negara Indonesia berdasarkan UUD 1945, sebagai berikut:
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. (Pasal 27)
2. Berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan.
3. Berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan.
4. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,tumbuh, dan berkembang, serta
perlindungan terhadap kekerasan dan kriminalitas.
5. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya.
6. Berhak mendapatkan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan atau demi kesejahteraan hidupnya.
7. Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.
8. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta pengakuan yang sama di depan hukum.
9. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan pengakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja.
10. Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
11. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
12. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara, dan meninggalkannya serta berhak kembali.
13. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran, dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
14. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
15. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperileh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tesedial.
16. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi.
17. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negera lain.
18. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
19. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan
keadilan.
20. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagaim manusia yang bermartabat.
21. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
22. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikian dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di
hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
23. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
24. Identitas budayacdan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.


2. Kewajiban Warga Negara
Sebagai warga negara selain memiliki hak, juga memiliki kewajiban terhadap
negaranya. Kewajiban ini dilakukan sebelum seseorang mendapatkan haknya sebagai
warga negara. Jadi, kewajiban itu harus diutamakan, setelah itu baru meminta haknya
sebagai warga negara.
Adapun kewajiban warga negara yang tercantum dalam UUD 1945, sebagai
berikut:
1. Wajib membayar pajak tepat pada waktunya sebagai kontrak utama antara negara
dengan warga negaranya dan wajib membela tanah airnya ( Pasal 27 ).
2. Wajib membela pertahanan dan keamanan negarannya (Pasal 29).
3. Wajib menghormati hak asasi orang lain dan mematuhi pembatasan yang tertuang
dalam dalam peraturan (Pasal 28J).
4. Wajib menjunjung hukum hukum dan pemerintah.
5. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
6. Wajib tunduk terhadap pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain.
7. Wajib mengikuti pendidikan dasar.

http://pungkiindriyonoblog.wordpress.com/2014/05/04/bab-i-asas-kewarganegaraan/

ASAS KEWARGANEGARAAN DAN PEWARGANEGARAAN
25 APRIL 2012 BY UTARI KUSUMA
1. Asas Kewarganegaraan
Sesuai undang-undang No.12 tahun 2006 bahwa untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan
melaksanakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 maka asas kewarganegaraan meliputi asas
kewarganegaraan umum atau universal yaitu asas ius sanguinis, ius soli, dan campuran. Adapun
asas yang dianut dalam UU No. 12 tahun2006 adalah berikut ini.
a. Asas Ius Soli
Adalah asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran.
Bagi negara indonesia penentuan yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam undang-undang tersebut.
b. Asas Ius Sanguinis
Adalah penenuan kewarganegaraan berdasarkan keturunan atau pertalian darah. Artinya
penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kewarganegaraan orang tuanya, bukan
berdasarkan negara tempat tinggalnya.
c. Asas Kewarganegaraan Tunggal
Adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang.
d. Asas Kewaganegaraan Ganda Terbatas
Adalah asas menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam undang-undang ini. Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenal
kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride).
Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam undang-undang ini merupakan suatu
pengecualian. Namun ada suatu negara dalam menentukan kewarganegaraannya hanya
menggunakan asas ius soli atau ius sanguinis saja, maka dapat mengakibatkan dua kemungkinan
yang terjadi yaitu bipatride dan apatride.
Bipatride (dwi kewarganegaraan) yaitu kewarganegaraan rangkap/ganda. Dengan demikian
mengakibatkan ketidakpastian status orang yang bersangkutan dan kerumitan administrasi
tentang kewarganegaraan tersebut. Apatride (tanpa kewarganegaraan) yaitu seseorang tanpa
memiliki kewarganegaraan. Dengan demikian keadaan apatride ini mengakibatkan seseorang
tidak akan mendapat perlindungan dari negara manapun juga. Contoh negara yang menerapkan
asas ius soli adalah Amerika Serikat, sedangkan yang menerapkan asas ius sanguinis adalah
Cina. Seorang warga negara Cina yang meahirkan anak di Amerika Serikat, menurut asas yang
dianut oleh masing-masing negara tersebut memiliki dua kewarganegaraan yaitu warga negara
Amerika Serikat dan warga negara Cina. Sebaliknya warga negara Amerika Serikat yang
melahirkan seorang anak di Cina menurut asas tersebut tidak memiliki kewarganegaraan
(apatride).
Untuk mengatasi keslitan diatas diadakan perundingan dengan negara lain untuk menentukan
pewarganegaraan seseorang terdapat 2 macam stetsel yaitu stetsel pasif dan aktif. Stetsel pasif
adalah semua penduduk diakui sebagai wargnegara kecuali ia menolak menjadi warga negara
atau hak repudiasi. Stetsel aktif adalah untuk menjadi warga negara seseorang harus
menggunakan hak opsi atau hak untuk memilih menjadi warga negara.
2. Pewarganegaraan (Naturalisasi)
Negara Republik Indonesia memberi kesempatan kepada orang asing (bukan warga negara)
untuk menjadi warga negara. Dalam hal permohonan kewarganegaraan atau naturalisasi.
Naturalisasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu naturalisasi biasa dan istimewa.
a. Naturalisasi Biasa
Persyaratan menjadi kewarganegaraan Republik Indonesia menurut undang-undang
kewarganegaran adalah sebagai berikut.
- Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin
- Pada waktu pengajuan permohonan sudah bertempat tinggal diwilayah negara sedikitnya 5
tahun berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut.
- Sehat jasmani dan rohani.
- Dapat berbahasa Indonesia dan mengakui dasar negara Pancasila dan UUD 1945.
- Tidak pernah dijatuhi pidana karena tindak pidana yang diancam sanksi penjara 1 tahun atau
lebih.
- Tidak menjadi berkewarganegaraan ganda.
- Mempunyai pekerjaan atau penghasilan tetap.
- Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara sebesar ketentuan peraturan pemerintah.
b. Naturlisasi Istimewa (Luar Biasa)
Nauralisasi istemewa di neara RI dapat diberikan kepada warga negara asing yang status
kewarganegaraannya sebagai berikut.
- Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun atau belum kawin
diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.
- Anak WNI yang belum berusia 5 tahun meskipun secara sah sebagai anak oleh WNA
berdasarkan penetapan pengadilan, tetap sebagai WNI.
- Perkawinan WNI dan WNA baik sah maupun tidak sah dan diakui orang tuanya yang WNI,
atau perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI meskipun status kewarganegaraan orang
tuanya tidak jelas berakibat anak berkewarganegaraan ganda hingga usia 18 tahun atau sudah
kawin.
- Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada
pjabat dengan melampirkan dokumen sebbagaimana ditentukan dalam perundang-undangan.
- Perbuatan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling lambat 3 tahun
setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin.
- Warga asing yang telah berjasa kepada negara RI dengan pernyataannya sendiri (permohonan)
untuk menjadi warga negara RI, atau dapat diminta oleh negara RI. Kemudian mereka
mengucapkan sumpah atau janji setia. Cara ini diberikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
c. Akibat Pewarganegaraan
Pewarganegaraan membawa akibat hukum pasangan kawin campuran dan anak-anaknya yang
menjadi warga negara karena pewarganegaraan. Berikut adalah akibat dari pewarganegaraan:
- Setiap orang yang bukan WNI diperlakukan seperti orang asing.
- Kehilangan kewarganegaraan RI bagi suami atau istri yang terikat perkawinan sah tidak
menyebabkan kehilangan status kewarganegaraan itu.
- Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai hubungan hukum
kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarganegaraan RI turut
memperoleh kewarganegaraan RI.
- Seorang anak yang lahir dari perkawinan WNA dan WNI tanpa memandang kedudukan
hukukm ayahnya baik sah maupun tidak sebelum usia 18 tahun memiliki kewarganegaran ganda.
Setelah 18 tahun diharuskan memilih kewaranegaraan.
- Anak yang lahir di wilayah negara RI yang saat lahir tidak jelas kedudukan orang tuanya atau
tidak diketahui orang tuanya merupakan kewarganegaraan RI.
- Anak dibawah usia 5 tahun telah ditetapkan secara sah sebagai anak WNA berdasarkan
pengadilan, tetap diakui sebagai WNI.
Sumber:
Kewarganegaraan 1 menuju masyarakat madani, Yudistira

http://utarikusuma.wordpress.com/2012/04/25/asas-kewarganegaraan-dan-pewarganegaraan/

Arti, Makna, Jumlah bulu di burung Garuda
Garuda
Garuda Pancasila sendiri adalah burung Garuda yang sudah dikenal melalui mitologi kuno
dalam sejarah bangsa Indonesia, yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai burung elang rajawali.
Garuda digunakan sebagai Lambang Negara untuk menggambarkan bahwa Indonesia adalah
bangsa yang besar dan negara yang kuat.
Warna keemasan pada burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.
Garuda memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang melambangkan kekuatan dan tenaga
pembangunan.
Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, antara lain:
17 helai bulu pada masing-masing sayap
8 helai bulu pada ekor
19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor
45 helai bulu di leher
[sunting] Perisai
Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban Indonesia
sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan perlindungan diri untuk
mencapai tujuan.
Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan
garis khatulistiwa yang menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu negara
tropis yang dilintasi garis khatulistiwa membentang dari timur ke barat.
Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaan Indonesia "merah-
putih". Sedangkan pada bagian tengahnya berwarna dasar hitam.
Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila.
Pengaturan lambang pada ruang perisai adalah sebagai berikut
[5]
:
1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di bagian
tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima berlatar hitam
[6]
;
2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai
bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai berlatar merah
[7]
;
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri
atas perisai berlatar putih
[8]
;
4. Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng
[9]
di bagian kanan atas
perisai berlatar merah
[10]
; dan
5. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan
kapas dan padi di bagian kanan bawah perisai berlatar putih.
[sunting] Pita bertuliskan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
Kedua cakar Garuda Pancasila mencengkeram sehelai pita putih bertuliskan "Bhinneka
Tunggal Ika" berwarna hitam.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu
Tantular. Kata "bhinneka" berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, kata "tunggal" berarti satu,
kata "ika" berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang
bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap adalah satu kesatuan, bahwa di
antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
[sunting] Beberapa aturan


Patung besar Garuda Pancasila, terpasang di Ruang KemerdekaanMonas, Jakarta.
Penggunaan lambang negara diatur dalam UUD 1945 pasal 36A dan UU No 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. (LN 2009 Nmr 109, TLN 5035).
Sebelumnya lambang negara diatur dalam Konstitusi RIS, UUD Sementara 1950, dan Peraturan
Pemerintah No. 43/1958
[11]

Lambang Negara menggunakan warna pokok yang terdiri atas:
1. warna merah di bagian kanan atas dan kiri bawah perisai;
2. warna putih di bagian kiri atas dan kanan bawah perisai;
3. warna kuning emas untuk seluruh burung Garuda;
4. warna hitam di tengah-tengah perisai yang berbentuk jantung; dan
5. warna alam untuk seluruh gambar lambang.
Lambang Negara wajib digunakan di:
1. dalam gedung, kantor, atau ruang kelas satuan pendidikan;
2. luar gedung atau kantor;
3. lembaran negara, tambahan lembaran negara, berita negara, dan tambahan berita
negara;
4. paspor, ijazah, dan dokumen resmi yang diterbitkan pemerintah;
5. uang logam dan uang kertas; atau
6. meterai.
Dalam hal Lambang Negara ditempatkan bersama-sama dengan Bendera Negara, gambar
Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden, penggunaannya diatur dengan ketentuan:
1. Lambang Negara ditempatkan di sebelah kiri dan lebih tinggi daripada Bendera
Negara; dan
2. gambar resmi Presiden dan/atau gambar Wakil Presiden ditempatkan sejajar dan
dipasang lebih rendah daripada Lambang Negara.
Setiap orang dilarang:
1. mencoret, menulisi, menggambari, atau membuat rusak Lambang Negara dengan
maksud menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan Lambang Negara;
2. menggunakan Lambang Negara yang rusak dan tidak sesuai dengan bentuk, warna,
dan perbandingan ukuran;
3. membuat lambang untuk perseorangan, partai politik, perkumpulan, organisasi
dan/atau perusahaan yang sama atau menyerupai Lambang Negara; dan
4. menggunakan Lambang Negara untuk keperluan selain yang diatur dalam Undang-
Undang ini.
http://pakexa.blogspot.com/2012/03/arti-makna-jumlah-bulu-di-burung-garuda.html
A. MAKNA DAN ARTI LAMBANG GARUDA PANCASILA
Garuda Pancasila terdiri atas tiga komponen utama, yakni Burung Garuda, perisai dan pita putih.
1. Burung Garuda
Burung Garuda merupakan burung mistis yang berasal dari Mitologi Hindu yang berasal dari India dan
berkembang di wilayah Indonesia sejak abad ke-6. Burung Garuda itu sendiri melambangkan kekuatan,
sementara warna emas pada burung garuda itu melambangkan kemegahan atau kejayaan. Pada burung
garuda,
Jumlah masing-masing sayap bulunya berjumlah 17 yang mempunyai makna, tanggal kemerdakaan
negara kita yakni tanggal 17.
Bulu ekor memiliki jumlah 8 yang melambangkan bulan kemerdekaan negara kita bulan Agustus yang
merupakan bulan ke-8.
Dan bulu-bulu di pangkal ekor atau perisai berjumlah 19 helai dan di lehernya berjumlah 45 helai.
Sehingga kesemua jumlah bulu yang ada di setiap bagiannya melambangkan tanggal kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945.
Kepala Burung Garuda yang menoleh ke kanan mungkin karena pemikiran orang zaman dahlu yang
ingin Indonesia menjadi negara yang benar dan bermaksud agar Indonesia tidak menempuh jalan yang
salah. Dan anggapan bahwa arah ke kanan adalah arah yang baik lah yang membuat kepala Garuda
dibuat menghadap ke kanan. Biasanya banyak anggapan yang mengatakan bahwa jalan yang benar itu
dilambangkan dengan arah kanan, makanya kepala garuda Indonesia selalu mengarah ke kanan.
Sayap yang membentang adalah siap terbang ke angkasa.
Burung Garuda dengan sayap yang mengembang siap terbang ke angkasa, melambangkan dinamika dan
semangat untuk menjunjung tinggi nama baik bangsa dan negara
2. Perisai
Perisai yang dikalungkan melambangkan pertahanan Indonesia. Pada perisai itu mengandung lima buah
simbol yang masing-masing simbol melambangkan sila-sila dari dasar negara Pancasila.
Bagian tengah terdapat simbol bintang bersudut lima yang melambangkan sila pertama Pancasila,
Ketuhanan yang Maha Esa. Lambang bintang dimaksudkan sebagai sebuah cahaya, seperti layaknya
Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia. Sedangkan latar berwarna hitam
melambangkan warna alam atau warna asli, yang menunjukkan bahwa Tuhan bukanlah sekedar rekaan
manusia, tetapi sumber dari segalanya dan telah ada sebelum segala sesuatu di dunia ini ada.
Di bagian kanan bawah terdapat rantai yang melambangkan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab. Rantai tersebut terdiri atas mata rantai berbentuk segi empat dan lingkaran yang
saling berkait membentuk lingkaran. Mata rantai segi empat melambangkan laki-laki, sedangkan yang
lingkaran melambangkan perempuan. Mata rantai yang saling berkait pun melambangkan bahwa setiap
manusia, laki-laki dan perempuan, membutuhkan satu sama lain dan perlu bersatu sehingga menjadi
kuat seperti sebuah rantai.
Di bagian kanan atas terdapat gambar pohon beringin yang melambangkan sila ketiga, Persatuan
Indonesia. Pohon beringin digunakan karena pohon beringin merupakan pohon yang besar di mana
banyak orang bisa berteduh di bawahnya, seperti halnya semua rakyat Indonesia bisa " berteduh " di
bawah naungan negara Indonesia. Selain itu, pohon beringin memiliki sulur dan akar yang menjalar ke
mana-mana, namun tetap berasal dari satu pohon yang sama, seperti halnya keragaman suku bangsa
yang menyatu di bawah nama Indonesia.
Kemudian, di sebelah kiri atas terdapat gambar kepala banteng yang melambangkan sila keempat,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan. Lambang
banteng digunakan karena banteng merupakan hewan sosial yang suka berkumpul, seperti halnya
musyawarah di mana orang-orang harus berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu.
Dan di sebelah kiri bawah terdapat padi dan kapas yang melambangkan sila kelima, Keadilan Sosial
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan kapas digunakan karena merupakan kebutuhan dasar setiap
manusia, yakni pangan dan sandang sebagai syarat utama untuk mencapai kemakmuran yang
merupakan tujuan utama bagi sila kelima ini.
Ditengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis khatulistiwa yang
menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu negara tropis yang di lintasi garis
khatulistiwa yang membentang dari timur ke barat.
Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaa Indonesia Merah-Putih. Merah
berarti berani dan putih berarti suci. Sedangkan bagian tengahnya berwarna dasar hitam berarti warna
alam atau warna asli.
3. Pita Putih
Pada bagian bawah Garuda Pancasila, terdapat pita putih yang dicengkeram, yang bertuliskan "
BHINNEKA TUNGGAL IKA " yang ditulis dengan huruf latin, yang merupakan semboyan negara
Indonesia. Kata Bhineka berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, Kata Tunggal berarti satu, dan
Kata Ika berarti itu. Perkataan bhinneka tunggal ika merupakan kata dalam Bahasa Jawa Kuno yang
berarti " berbeda-beda tetapi tetap satu jua ". Perkataan itu diambil dari Kakimpoi Sutasoma karangan
Mpu Tantular, seorang pujangga dari Kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Perkataan itu
menggambarkan persatuan dan kesatuan Nusa dan Bangsa Indonesia yang terdiri atas berbagai pulau,
ras, suku, bangsa, adat, kebudayaan, bahasa, serta agama.

Anda mungkin juga menyukai