191022
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Peraturan Perundang-undangan
Kepelabuhan & UU Terkait dengan judul “Hukum Keimigrasian”.
Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, Saya mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa
Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Terima kasih.
2
DAFTAR ISI
A. ijin keimigrasian…………………………………………………………………………………………………………………… 8
C. Hak dan Kewajiban WNA Yang Bertugas Sebagai Staf Diplomatik atau Konsuler
…………………………………………………………………………………………………………………………………. 10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………. 16
3
BAB I
PENDAHULUAN
Keimigrasian sebagaimana yang ditentukan di dalam Bab 1 Pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor
9 Tahun 1992 Lembaran Negara Tahun 1992, Nomor 33 Tentang Keimigrasian adalah hal ihwal
lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Negara Republik Indonesia dan pengawasan
orang asing di Indonesia.Hukum Keimigrasian merupakan bagian dari sistem hukum yang
berlaku di Indonesia, bahkan merupakan subsistem dari Hukum Administrasi Negara. Fungsi
administrasi pemerintahan, oleh karena itu sebagai bagian dari penyelenggaraan kekuasaan
eksekutif, yaitu fungsi administrasi negara dan pemerintahan, maka hukum keimigrasian dapat
dikatakan bagian dari bidang hokum administrasi negara.2 Untuk menjamin kemanfaatan dan
prinsip, tata pelayanan, tata pengawasan atas masuk dan keluar orang ke dan dari wilayah
Indonesia sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang
Keimigrasian.
Imigrasi termasuk salah satu instansi pemerintah, yang salah satu kegiatannya
memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Pelayanan dalam hal memberikan segala perizinan
keimigrasian berupa Visa, Izin masuk, pendaftaran orang asing, izin masuk kembali, izin keluar
tidak kembali, Surat Perjalanan RI, tanda bertolak, tanda masuk, surat keterangan keimigrasian
bidang imigrasi pada Perwakilan RI di luar negeri, di perjalanan dalam pesawat udara, maupun
kapal laut, tempat pemeriksaana imigrasi, Kantor Imigrasi, Bidang Imigrasi pada Kantor
4
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, serta Direktorat Jenderal Imigrasi. Terhadap orang
selektif (selective policy). Berdasarkan prinsip ini, maka orang asing yang dapat diberikan ijin
a. Orang asing yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik
Indonesia.
Untuk mewujudkan prinsip selektif, diperlukan kegiatan pengawasan terhadap orang asing,
pengawasan ini tidak hanya pada saat orang asing masuk ke wilayah Indonesia, tetapi juga
selama orang asing berada di wilayah Indonesia termasuk kegiatan-kegiatannya sebab terdapat
orang asing yang keberadaannya di Indonesia merugikan kepentingan bangsa seperti kasus-kasus
penyalahgunaan ijin tinggal keimigrasian, overstay, imigran gelap dan lain sebagainya adalah
Pengawasan Orang Asing di wilayah Indonesia, berupa pengawasan terhadap orang asing
yang masuk, keberadaan, kegiatan dan keluar dari wilayah Indonesia, antara lain dapat
menimbulkan 2 (dua) kemungkinan yakni : Pertama, Orang asing mantaati peraturan yang
berlaku dan tidak melakukan kegiatan yang berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum, hal
ini tidak menimbulkan masalah Keimigrasian maupun Kenegaraan. Kedua Orang asing tidak
mentaati peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia, hal ini menimbulkan masalah
5
a. Tindakan Hukum Pidana berupa penyidikan Keimigrasian yang merupakan bagian
daripada tindakan keimigrasian ini adalah diantaranya deportasi terhadap orang asing
Penegakan hukum pidana keimigrasian adalah penegakan hukum melalui proses penyidikan
yang dilaksanakan sesuai asas dan kaedah hukum acara pidana. Pasal 50 Undang-Undang nomor
9 Tahun 1992 mengatakan bahwa orang asing yang sengaja menyalahgunakan atau melakukan
kegiatan yang tidak sesuai dengan maksud pemberian ijin keimigrasian yang diberikan
kepadanya, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) Pasal 42 (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992
a. Melakukan kegiatan berbahaya atau patut diduga akan berbahaya bagi keamanan dan
Maksud dari Tindakan Keimigrasian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 (1) Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian adalah Tindakan Administratif dalam bidang
keimigrasian diluar proses peradilan. Dengan demikian maka orang asing yang melakukan
6
diluar proses peradilan. Tindakan administratif yang dimaksud sesuai dengan ketentuan Pasal 42
b. Larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia.
d. Pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke wilayah
Indonesia.
Pengertian tersebut mengandung arti bahwa segala bentuk tindakan administratif dibidang
keimigrasian diluar tindakan hukum pidana atau penyidikan masuk kategori Tindakan
Keimigrasian. Selain menurut ketentuan hukum positif tersebut diatas, juga menurut hukum
internasional bahwa tindakan keimigrasian berupa deportasi bukan tindakan hukum pidana dan
ini berlaku secara universal pada negara-negara lain di dunia. Semua tahapan-tahapan tindakan
keimigrasian, tentu diperlukan adanya suatu landasan yuridis maupun administrasi, sebagai dasar
operasional dalam menangani suatu kasus pelanggaran keimigrasian. Oleh karena pada
hakekatnya tindakan keimigrasian adalah suatu tindakan pengekangan atau pembatasan terhadap
kebebasan, dan hak asasi manusia tersebut dijamin serta dilindungi peraturan perundang-
7
BAB II
PEMBAHASAN
Keberadaan Orang Asing Di Indonesia
2.1. Ijin Keimigrasian
Ijin Keimigrasian yang berlaku di Indonesia meliputi :
a. Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa tinggal terbatas atau
Orang Asing yang diberikan alih status dari Izin Tinggal kunjungan, yang meliputi:
terbatas;
terbatas atau Izin Tinggal Tetap bagi anak yang berusia di bawah 18
8
b. Anak yang pada saat lahir di Wilayah Indonesia ayah dan/atau ibunya pemegang
c. Nakhoda, awak kapal, atau tenaga ahli asing di atas kapal laut, alat apung, atau
d. Orang Asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia; atau
e. Anak dari Orang Asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia.
2. Izin Tinggal terbatas juga dapat diberikan kepada Orang Asing untuk melakukan
pekerjaan singkat.
Indonesia;
b. Kembali ke negara asalnya dan tidak kembali lagi melebihi masa berlaku Izin
h. Meninggal dunia.
9
2.2. Hak dan Kewajiban Orang Asing
Bagi warga negara asing yang mendapat izin tinggal juga menerima hak dan kewajibanm
2.3. Hak dan Kewajiban WNA Yang Bertugas Sebagai Staf Diplomatik atau Konsuler
sebagai berikut.
1) Hak Immunitas
Hak immunitas adalah hak yang menyangkut diri pribadi seorang diplomat serta gedung
perwakilannya. Dengan hak ini, para diplomat mendapat hak istimewa atas keselamatan
diri pribadi dan harta bendanya. Mereka juga tidak tunduk kepada yuridiksi di dalam
negara tempat mereka bertugas, baik dalam perkara perdata maupun pidana. Misalnya,
panggilan untuk menjadi saksi atau dituntut di muka pengadilan, tidak dapat diberlakukan
kepada mereka, kecuali jika ada ijin dari pemerintah yang mengutus. Akan tetapi, perlu
diketahui bahwa para diplomat juga dapat diusir atau dikembalikan ke negara asalnya,
mereka bertugas.
10
2. Hak Ekstrateritorial
dokumen, dan surat-surat lainnya yang bebas sensor. Dalam hal ini, polisi atau aparat
keamanan dilarang memasuki daerah tersebut tanpa ijin pihak perwakilan yang
bersangkutan. Bila ada penjahat atau pencari suaka politik yang masuk ke dalam
kedutaan, maka ia dapat diserahkan atas permintaan pemerintah sebab para diplomat
tidak memiliki hak asylum. Hak Asylum adalah hak untuk memberi kesempatan kepada
suatu negara dalam memberikan perlindungan kepada warga negara asing yang melarikan
diri. Bagi para anggota korps konsuler, hak ekstrateritorial biasanya hanya menyangkut
dinasnya sendiri.
Untuk mengatur berbagai macam warga negara asing yang keluar dan masuk ke wilayah
Indonesia, kebijakan pemerintah di bidang keimigrasian menganut prinsip selective policy yaitu
suatu kebijakan berdasarkan prinsip selektif. Berdasarkan prinsip ini, hanya orang-orang asing
yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Republik
Indonesia, yang tidak membahayakan keamanan dan ketertiban serta tidak bermusuhan baik
terhadap rakyat maupun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan kepada
11
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), yang diizinkan masuk atau keluar
wilayah Indonesia, dan untuk itu perlu ada pengaturan dan batasan berupa perizinan yang
diberikan kepada orang asing apabila hendak tinggal di Indonesia, sedangkan masalah
pengaturan izin tinggal orang asing di Indonesia, sistem pengawasan keimigrasian terhadap
orang asing yang dilakukan oleh Wilayah Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan, terutama
terhadap masalah penindakan keimigrasian terhadap orang asing yang melebihi batas waktu izin
tinggal yang diberikan (overstay), belum tegas diatur di dalam peraturan perundang-undangan
sehingga masalah tersebut dapat dilihat dari tujuan penelitian ini antara lain, untuk mengetahui
pengaturan izin tinggal orang asing di Indonesia, untuk mengetahui sistem pengawasan
keimigrasian terhadap orang asing yang dilakukan oleh Wilayah Kantor Imigrasi Kelas I Khusus
Medan dan untuk mengetahui penindakan keimigrasian terhadap orang asing yang melebihi
batas waktu izin tinggal yang diberikan (overstay). Adapun jenis penelitian yang menggunakan
metode penelitian hukum normatif, bersifat deskriptif analitis yaitu penelitian yang berusaha
pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap izin tinggal orang asing di Indonesia, untuk
mengetahui pengaturan izin tinggal orang asing di Indonesia. Analisa data dalam penelitian ini
kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat unik dan
kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi
(keragaman). Analisis kualitatif itu juga dilakukan metode interprestasi. Berdasarkan metode
interprestasi ini, diharapkan dapat menjawab segala permasalahan hukum yang ada dalam tesis
ini. Hakikat arah kebijakan nasional terhadap keimigrasian yang meletakkan sebagai
keseimbangan antara pendekatan kesejahteraan dan pendekatan keamanan. Kedua hal tersebut
12
dapat sejalan dengan pokok pemikiran yang menyatakan negara harus memajukan kesejahteraan
umum dan disisi lain melakukan perlindungan terhadap Bangsa dan Negara. Adapun kesimpulan
dan saran penelitian ini adalah upaya adanya pembaharuan sistem penegakan hukum
keimigrasian juga harus diikuti dengan pembaharuan hukum acara penegakan hukum
keimigrasian baik terhadap pelanggaran yang termasuk pelanggaran pidana dan pelanggaran
sumber daya manusia personil imigrasi melalui pendidikan dan pelatihan agar lebih memahami
substansi yang lebih manusiawi yang berlandaskan nilai-nilai HAM dan pelaksanaan Good
Kata Suaka berasal dari kata”asylon” dalam bahasa Yunani atau ”asylum” dalam bahasa
latin berarti ”sebuah tempat terhormat dimana seorang yang sedang dikejar berlindung.
Berdasarkan alasan baik itu agama dan sipil, hak memberikan perlindungan ini diberikan kepada
tempat-tempat ibadah dan kepada Negara terhadap seorang warga negara asing yang berada
dalam status buronan tanpa mempertimbangkan jenis perbuatan kriminal atau pelanggaran yang
telah dilakukannnya. Sehingga, dalam waktu yang lama, kejahatankejahatan umum (ordinary
crime) tidak dapat di-ekstradisi-kan. Baru sejak abad ke tujuh belas beberapa lmuwan termasuk
ahli hukum dari Belanda Hugo Grotius membedakan antara kejahatan bersifat politik dan
kejahatan umum, selanjutnya status Asylum hanya dapat digunakan oleh mereka yang
menghadapi penuntutan (prosecution) karena alasan politik dan keagamaan. Sampai dengan
pertengahan abad ke sembilan belas hampir semua Perjanjian Ekstradisi mengakui prinsip Non-
13
Ekstradisi terhadap pelaku kejahatan politik, namun dengan pengecualian terhadap mereka yang
Asylum adalah sebuah lembaga yang lahir karena kemanusiaan (humanitarian) dan juga hukum
merupakan instrumen hukum karena sekali Asylum diberikan maka seseorang yang
mendapatkan status sebagai penerima suaka (asylee) akan melekat padanya hak dan kewajiban
yang dapat dijalankan dan dipaksakan oleh Negara pemberi Asylum berdasarkan hukum
nasionalnya ataupun berdasarkan aturan Hukum In ternasional dan atau aturan hukum regional
yang mempunyai kekuatan hukum mengikat. Sampai saat ini dalam instrumen Hukum
Internasional tidak terdapat satu definisi yang diterima secara umum mengenai pengertian
Asylum, namun demikian sebagai langkah awal Institute of International Law6 dalam sebuah
sesi pertemuannya di Bath, tahun 1950, mencoba mendefinisikan pengertian Asylum sebagai
berikut:
”Asylum is the protection which a State grants on its territory or in some other places
under the control of its organs, to a person who comes to seek it”.
14
BAB III
KESIMPULAN
Jadi dalam penulisan makalah ini dapat kita Tarik beberapa kesimpulan tentang masalah
hukum keimigrasian, imigrasi sendiri memiliki pengertian “Imigrasi termasuk salah satu instansi
pemerintah, yang salah satu kegiatannya memberikan pelayanan terhadap masyarakat. Pelayanan
dalam hal memberikan segala perizinan keimigrasian berupa Visa, Izin masuk, pendaftaran
orang asing, izin masuk kembali, izin keluar tidak kembali, Surat Perjalanan RI, tanda bertolak,
tanda masuk, surat keterangan keimigrasian dan perubahan keimigrasian” dari pengertian
penyelesaian masalah orang asing ataupun WNI yang diluar negeri, dan keimigrasian dalam
Dan kita juga mengetahui apa saja yang menjadi pelanggaran yang menjadi masalah
dalam tugas keimigrasian seperti: overstay, imigran gelap, dan pelintas batas illegal, serta kita
juga dapat mengetahui tentang masalah pemberian suaka, dan pengawasan orang asing yang ada
15
DAFTAR PUSTAKA
1. https://id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_9_Tahun_1992
2. https://referensi.elsam.or.id/tag/pengungsi-suaka/
Penerapan dan Penegakkan Hukum Keimigrasian Pada Era Globalisasi, Oleh Bagir Manan,
disampaikan pada ceramah rapat kerja Direktorat Jenderal Imigrasi, Departemen Kehakiman,
16