NIM : 190701140
KELAS : Reguler 3 C
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai perbuatan melanggar hukum dalam bidang keperdataan. Menurut Pasal 1365
KUH Perdata, maka yang dimaksud dengan perbuatan melanggar hukum adalah
perbuatan yang melanggar hukum perdata yang dilakukan oleh seseorang yang
karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain, yang mengharuskan
orang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian tersebut untuk mengganti
kerugian. Dalam ilmu hukum dikenal tiga kategori dari perbuatan melanggar hukum,
maupun kelalaian);
1
Munir Fuady, Konsep Hukum Perdata, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2015, hlm. 247
Dari ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata ini, dapat diketahui bahwa suatu
perbuatan melanggar hukum baru dapat dituntut penggantian kerugian apabila telah
perbuatan.
kerugian (akibatnya).
perbuatan melanggar hukum merupakan suatu konsep yang terbilang rumit yang
memproses pemindahan beban resiko dari pundak korban ke pundak pelaku
perbuatan tersebut
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dianalisis dalam karya ilmiah makalah ini adalah untuk
C. Manfaat Tulisan
2. Tulisan ini merupakan salah satu syarat menyelesaian tugas mata kuliah
hukum perikatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori perlindungan hukum bersumber dari teori hukum alam atau aliran
hukum alam, aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid plato), dan Zeno
(pendiri aliran stoic). Menurut aliran hukum alam, bahwa hukum itu bersumber dari
Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh
dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral adalah
cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia yang
Eksistensi dan konsep hukum alam selama ini masih banyak dipertentangkan
dan ditolak oleh sebagian besar filosof hukum, tetapi dalam kenyataan justru tulisan-
tulisan pakar yang menolak itu banyak menggunakan hukum alam yang kemungkinan
tidak disadarinya. Salah satu alasan yang mendasari penolakan sejumlah filosof
yang absolut dari hukum alam, hanya merupakan suatu perbuatan yang sia-sia dan
tidak bermanfaat2.
terjadinya suatu sengketa dan adapun dalam perlindungan hukum represif bertujuan
2
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2004, hlm. 116.
dalam sebuah perjanjian serta perlindungan hukum bagi penggugat dan tergugat dari
dasar pertimbangan hakim dan akibat hukum yang timbul berdasarkan Putusan
hukum.
menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan
dan mengandung kepastian hukum, di samping itu juga mengandung manfaat bagi
para pilhak yang bersangkutan sehinga pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan
teliti, baik, cermat. Apabila pertimbangan hakim tidak teliti, baik, dan cermat, maka
putusan hakimyang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dapat merugikan
bagi salah satu pihak. Selain itu, pada hakikatnya pertimbangan hakim hendaknya
a. Pokok persoalan dan hal-hal yang diakui atau dalil-dalil yang tidak
disangkal.
diadili secara satu demi satu sehingga hakim dapat menarik kesimpulan
tentang terbukti atau tidaknya dan dapat dikabulkan atau tidaknya tuntutan
di atas, serta menjadi bahan yang sangat menarik untuk dianalisis apakah dasar
dalam penerbitan izin mendirikan bangunan kelapa sawit milik PT Tor Ganda.
Pada Pasal 6 ayat (1) UU No. 23 Tahun 1997 terkait Pengelolaan Lingkungan
Hidup diungkapkan yakni tiap individu wajib menjaga kelestarian peran lingkungan
lingkungan terkait. Dalam Pasal 6 ayat (2) dijelaskan yakni tiap individu yang
tertuang dalam PP No. 27 Tahun 1999 terkait Analisis Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL) yakni upaya dan/atau aktivitas yang cenderung berdampak besar dan
berarti pada lingkungan hidup diwajibkan sesuai dengan syarat AMDAL, wajib
tugas dari lembaga bidang usaha dan/atau aktivitas. Pada Pasal 67 UU RI No.32
tahun 2009 terkait Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yakni tiap
bertindak tertentu yang sesungguhnya suatu larangan. Sehingga esensi dari sebuah
pabrik kelapa swait (PKS), sangat besar artinya bagi pembangunan ekonomi,
masyarakat khususnya masyarakat petani sawit, dan yang lebih penting lagi dapat
memberikan kepastian hukum bagi para pelaku usaha. Sementara bagi pemrintah atau
penguasa, perizinan dapat pula dijadikan sebagai alat atau instrument hukum, guna
mengatur dan mengendalikan kegiatan ekonomi di dalam masyarakat, dan yang lebih
sesuatu usaha yang biasanya harus memiliki atau diperoleh suatu organisasi
yang harus dilaksanakan oleh baik yang berkepentingan ataupun oleh pejabat yang
berwenang.
Namun tidak lagi demikian semenjak keberadaan hutan Riau khususnya daerah
Kabupaten Rohul Kecamatan Tambusai sudah habis di babat oleh PT. Tor Ganda
dengan modus koperasi yang beranggotakan fiktif. Hutan lindung yang memiliki luas
Tambusai Utara, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rokan Hulu memberikan
penghijauan hutan lindung Sei Mahato diperuntukkan bagi kelompok petani. Namun
SK dan rekomendasi tersebut dirampas oleh kedua koperaso mitra PT. Tor Ganda dan
merusak tanaman penghijauan kelompok tanni yang meliputi karet, matoa, pohon
Bersatu dan Koperaso Karya bakti yang berlokasi di km.40 area hutan Lindung Desa
Mahato.
Tindakan Koperasi Mahato Bersatu bersama Koperaso Karya bakti tersebut
dimulai dari mengusir masyarakat pemilik lahan reboisasi dan merampas lahan
tersebut kemudian lahan reboisasi tersebut dirubah menjadi lahan perkebunan sawit.
Tindakan Koperasi Mahato Bersatu bersama Koperaso Karya bakti tersebut bertolak
belakang dengan program pemerintahan lewat KLHK dan lembaga pelestarian hutan
lain.
hutan lindung Sungai Mahato Seluas 28.800 Ha yang terletak d Kabupaten Daerah
Tingkat II Kampar Provinsi Daerah Tingkat I Riau sebagai Hutan Lindung. Pada
keputusan tersebut ditegaskan bahwa dalam rangka pengamanan areal hutan Sungai
Mahato yang direncanakan akan dijadikan sumber plasma nutfah guna melindungi
ekosistem yang ada di daerah tersebut dan juga untuk daerah lintasan satwa serta
sudah porak poranda maraknya akibat praktek illegal logging. Dari cakupan 28 ribu
hektar, kini kawasan lindung hanya tersisa 20 persen atau cuma tersiasa 3.000 hektar
lagi.
Simanjuntak, SH., MH & Rekan telah memberikan Surat Kuasa Substisi kepada
Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila Kabupaten Rokan Hulu dan di back up
oleh Majelih Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila Provinsi Riau untuk mengawasi,
menguasai dan menduduki areal garapan Kelompok Tani Reboisasi Mandiri Sungai
Mahato dangan tujuan untuk lahan garapan reboisasi tersebut dikembalikan kepada
warga masyarakat kelompok tani. Pada tanggal 18 Agustus 2018 Kantor Hukum
Freddy Simanjuntak, SH., MH & Rekan telah memberikan surat kepada Gubernur
Riau yang berisi mengenai telah terjadi dugaan penyalahgunaan wewenang serta
oleh PT. Tor Ganda yang bermitra dengan Koperasi Sawit Mahato Bersatu dan
Koperasi Sawit Karya Bakti. Sebagai akibat pengrusakan tanaman dan penyerobotan
lahan garapan di Hutan Lindung Milik Negara, telah terjadi bentrol fisik selama bulan
antara kelompok tani Reboisasi Mandiri Hutan Lindung Sei Mahato dengan
karyawan PT. Tor Ganda, koperasi Sawit Mahato Bersama Koperasi Sawit Karya
Bakti yang mengakibatkan jatuh korban 7 (tujuh) orang meninggal dunia yaitu satu
orang dari kelompok tani dan enam orang dari PT. Tor Ganda. Atas surat yang
ditujukan kepada gubernur Riau tersebut, Kantor Hukum Freddy Simanjuntak, SH.,
MH & Rekan atas nama pelapor memohon keadilan dan langkah bantuan
penyelesaian terkait pengembalian fungsi awal hutan lindung dengan cara mengganti
dicanangkan Pemerintah melalui surat rekomendasi dari kepala Dinas Kehutanan dan
2008.
hutan lindung Sungai Mahato di kawasan Hutan Lindung Sungai Mahato adalah
untuk melestarikan kembali hutan Lindung Sungai Mahato yang sebelumnya telah
porak poranda akibat perambahan liar yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak
tersebut telah ditanami dengan Tanaman Reboisasi yang bersumber dari bantuan bibit
dari pemerintah dalam hal ini Dinas Kehutanan Provinsi Riau, berupa pohon Jabon,
Mahoni, Gaharu, Matoa, Pulai, Trembesi, Durian dan Pohon Karet untuk ditanami
Tiba-tiba pada tahun 2008 dan tahun 2011 oleh kedua Koperasi yang
merupakan binaan atau mitra dari PT.Tor Ganda yaitu koperasi sawit karya bakti dan
koperasi sawit mahato bersatu telah merusak dan menghancurkan tanaman reboisasi
tersebut dan pada akhirnya kawasan areal hutan lindung tersebut menjadi perkebunan
kelapa sawit yang pada kenyataannya penguasaan secara fisik yang dilakukan oleh
PT Tor Ganda secra melawan hukum adalah mencapai lebih kurang 18.800 Ha yang
terdiri dari penguasaan fisik yang dilakukan oleh koperasi sawit karya bakti yang
dipimpin oleh Rizal Dalimunte adalah seluas 5.000 Ha, yang dikuasai dan di olah
oleh koperasi sawit Mahato Bersatu yang dipimpin oleh Alfazer, adalah seluas 7.200
Ha dan lahan garapan Reboisasi yang dipimpin oleh Paimin adalah seluas 4.600 Ha.
baik kepada pemerintah pusat, pemerintah Daerah Provinsi Riau maupun pemerintah
daerah Kabupaten Rokan Hulu beserta jajarannya dan juga pihak kepolisian Negara
Republik Indonesia maupun jajaran Polda Riau melalui direktorat reserse criminal
khusus, namun hingga kini belum membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan,
oleh karenanya pada hari Rabu tanggal 7 November 2018 anggota Kelompok Tani
reboisasi mandiri Hutan Lindung Sungai Mahato melakukan unjuk rasa baik di
halaman Mapolda Riau, kantor Gubernur Riau, dan kantor DPRD Provinsi Riau.
bahwa Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau tekah
melakukan rangkaian kata-kata bohong dan atau tipu muslihat atau bujuk rayu dan
atau memprovokasi sebagaimana termaktub di dalam rumusan pasal 160 ayat (1)
KUHP, pasal 216 KUHP, dan pasal 241 KUHP serta pasal 378 KUHP.
3 menyatakan setiap orang dilarang mengerjakan dan atau menggunakan dan atau
menduduki kawasan hutan secara tidak sah dan merambah kawasan hutan,
pelanggaran terhadap ini dikenakan sanksi penjara paling lama 10 tahun dan denda
kelapa sawit seluas 4.600 Ha Oleh PT Tor Ganda yang bermitra dengan koperasi
kelapa sawit Mahato Bersatu dan koperasi sawit karya bakti yang terletak di
lahan garapan di Hutan Lindung Milik Negara, telah terjadi bentrokan fisik selama
satu bulan antara anggota kelompok Tani Reboisasi Mandiri Hutan Lindung Sungai
Mahato dengan koperasi sawit karya bakti yang mengakibatkan jatuh korban
Hulu yang wajib di jaga kelestariannya. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan
Mandiri dengan mnemberikan Bibit tanaman hutan lindung melalui Dinas kehutanan.
Hutan Lindung Sungai Mahato Luasnya Lebih Kurang 28.800 Ha,dan di Kelola oleh
Namun sangat di sayangkan Hutan Lindung Sungai Mahato yang harus di jaga,
telah dialih Fungsikan oleh Koperasi sawit karya Bakti dan Koperasi Sawit Mahato
bersatu dengan bekerja sama dengan PT Tor Ganda, dengan mengusir Kelompok
lindung (Bapak Paimin) yang dialihkan Fungsi oleh Koperasi karya Bakti dan
Koperasi Sawit bersatu dengan bekerja sama dengan PT Tor Ganda lebih kurang
12.000 Ha, dan PT Tor Ganda telah mendirikan pabrik di kawasan Hutan lindung.
ada satu aparat Hukum pun yang menyentuhnya. status pajak yang dibayar tidak jelas
dan juga izin mendirikan yang menggunakan surat kuasa dari Kecamatan Tambusai.
Akibat pengalihan Fungsi Hutan di Sungai Mahato Negara telah di rugikan Triliun
Bapak Paimin selaku Kelompok Tani Reboisasi Hutan Lindung Sungai Mahato
untuk turun kelokasi lahan yang telah mereka garap yang di ambil alih oleh Koperasi
karya Bakti dan Koperasi Sawit bersatu dengan bekerja sama dengan PT Tor Ganda.
Pihak dari kelompok Tani Reboisasi Hutan Lindung Sungai Mahato yang di
ketuai oleh Bapak Paimin telah melaporkan kepada penegak Hukum dan instansi
Mahatosejak tahun 2008 hingga sampai saat ini,namun belum ada tindakan tegas
yang di ambil baik dari Penegak Hukum maupun instansi Pemerintahan yang
berwenang setempat. Dan Pada Tahun 2016 Dinas Kehutan dan Perkebunan Provinsi
bibit kayu sebanyak 15 ribu pokok kepada Kelompok Tani Reboisasi Hutan Lindung
sungai Mahato untuk di tanam di areal kawasan Hutan lindung,akan tetapi belum
sempat bibit yang di berikan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Riau di
tanam ,namun bibit yang berada di lokasi hutan lindung tersebut sudah di
Sawit Mahato Bersatu dan Koperasi Sawit Karya Bakti yang merupakan
bebarapa upaya penyelesaian secara Hukum,namun sampai saat ini belum ada
kepastian Hukum dari Pihak Penegak Hukum dan Instansi Pemerintahan yang terkait.
Dan Kelompok Tani telah melayangkan surat laporan dan Pengaduan kepada :
Pengaduan kepada:
5. Bapak Ketua dan Anggota Komisioner Komisi Hak Asasi Manusia RI
6. Bapak Menteri Pendayaan Aparatur Negara Dan Reformasi Republik Indonesia.
Dengan Nomor surat : 129/FS-APH/XII/2018, tertanggal 18 Desember 2018
15. Bapak Kepala Dinas Koperasi Dan UKM Transmigrasi Dan Tenaga Kerja
Dalam Perda Rokan Hulu No 15 tahun 2002 Tentang restribusi izin mendirikan
Tor Ganda tidak sesuai dengan Perda Rokan Hulu No 15 tahun 2002 Bab II pasal 2
yang menyatakan bahwa dengan nama retribusi izin mendirikan bangunan dipungut
retribusi atas setiap pemberian izin mendirikan bangunan. Namun faktan yang terjadi
Selain itu, Dalam Perda Rokan Hulu No 15 tahun 2002 Bab III tentang perizinan
Pasal 5 dikatakan bahwa setiap orang pribadi atau badan yang akan mendirikan
bangunan menanbah luas dan meningkatkan bangunan harus mendapat izin bupati.
sedangkan PT Tor Ganda tidak memiliki izin dari Bupati Rokan Hulu dan hanya
mengantongi surat keterangan tanah dari Kantor Camat Tambusai. Dengan demikian
PT Tor Ganda sudah melanggar erda Rokan Hulu No 15 tahun 2002 Bab III tentang
perizinan Pasal 5.
dirumuskan secara formal dalam bentuk tertulis dan sangat jarang atau bahkan belum
bentuk implementasi dari asas-asas umum pemerintahan yang adil itu. Asas-asas itu
undangan Indonesia dan yurisprudensi. Karena itu asas-asas yang telah dijabarkan
tersebut tidak saja memiliki daya mengikat secara moral dan doktrinal, bahkan
mempunyai kekuatan mengikat secara yuridis. Dengan demikian dapat dijadikan
Asas-asas umum pemerintahan yang baik merupakan kaidah atau norma yang
berlaku didalam lingkungan tindakan pemerintahan yang dilakukan oleh setiap organ
Dengan demikian asas-asas ini dipahami, diikuti dan dijadikan pedoman bagi organ
menerbitkan IMB.
Peradilan Tata Usaha Negara) Belanda tahun 1975 disebutkan : strijd met in het
dengan apa yang ada dalam kesadaran hukum umum merupakan asas-asas yang
berlaku /hidup tentang pemerintahan yang baik). Mencermati apa yang dirumuskan
dalam pasal 8 Wet AROP tersebut, maka dapat dikatakan bahwa asas-asas umum
pemerintahan yang baik merupakan suatu asas yang hidup yang melekat pada
kesadaran hukum umum, yang dalam hal ini masyarakat. Dengan demikian apa yang
demikian halnya oleh Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu dalam menerbitkan IMB.
keabsahan dan sasaran yang jelas dari setiap tindakan pemerintahan tersebut harus
bertumpu pada norma hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Dengan demikian
hendaklah disadari bahwa asas legalitas sebagai dasar penggunaan wewenang
bukanlah merupakan suatu sistem tertutup tetapi suatu sistem yang terbuka. Artinya
norma hukum yang tidak tertulis harus dipatuhi dalam rangka penggunaan wewenang
yang masih dalam batas-batas tertentu masih memiliki ruang kebebasan (Freies
dianggap merugikan.
Dewasa ini disaat segala sesuatunya berkembang dengan pesat, kemungkinan untuk
terjadinya perbenturan kepentingan maupun ruginya orang lain atas sesuatu perbuatan
yang dilakukan orang lain juga semakin meningkat. Hal ini bisa dilihat dari pesatnya
melalui selokan tetangga dan lain-lain hal yang memaksa seseorang untuk
berhubungan dengan penggunaan sarana milik bersama. Oleh karena itu sudah
PENUTUP
“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain,
akan dilakukan.