PENDAHULUAN
menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan keyakinan
pengarang. Karya sastra juga dapat memberikan suatu pedoman bagi pembaca
ataupun bagi masyarakat yang membacanya karna sastra juga dapat mengubah
pola pikir seseorang menjadi luas, dan untuk itu sastra sangat dibutuhkan untuk
mengubah pola pikir seseorang untuk menjadi orang yang lebih kreatif lagi. Karya
pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari
Bahkan sering kali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup
terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang
masyarakat karena sastra itu hasil ciptaan seseorang yang merupakan bagian dari
kejadian yang ia alami. Dari kejadian yang dialami pada dunia nyata itulah
sebagai dasar ide dalam penulisan karya sastra. Keberagaman budaya disejajarkan
oleh Bhinneka Tunggal Ika sebagai pemersatu bangsa Indonesia. Selain hal di
atas, budaya dapat diketahui juga dari cerita-cerita yang sering kita baca atau kita
dengar. Cerita tersebut sangat bersangkutan dengan sastra. Sastra memiliki nilai
Penelitian teater, novel, dongeng, cerita rakyat, puisi, pantun, dan bentuk
dalam sastra yang begitu berharga akan mengangkat derajat struktur masyarakat.
masyarakatnya. Oleh karena itu, karya sastra dapat dijadikan media untuk
mengetahui realitas sosial yang diolah secara kreatif oleh pengarang melalui
sosiologi.
dalam kajian sastra yang memahami dan menilain karya sastra dengan
panduan ilmu sastra dengan ilmu sosiologi (interdisipliner). Oleh karena itu ,
untuk memahami konsep sosiologi sastra. Berikut ini di uraikan hubungan antara
sosiologi sebagai sebuah ilmu dan sastra sebagai fenomena masyarakat yang telah
secara ilmu sastra dalam hubungannya dengan ilmu sosiologi hubungan karya
sastra dengan masyarakat baik sebagai negasi, inovasi, maupun afirmasi jelas
merupakan hubungan yang hakiki. Karya sastra mempunyai tugas penting baik
daerah yang merupakan hasil budaya sejak dahulu tumbuh dan berkembang di
sadar dengan nilai-nilai budaya serta eksistensinya sebagai warga negara yang
punya tanggung jawab untuk ikut ambil bagian dalam pembangunan. Salah satu
Salah satu cerita rakyat di Provinsi Riau, yaitu cerita rakyat Kampar.
juga dikenal dengan julukan Serambi Mekkah di Provinsi Riau. Kabupaten ini
memiliki luas 10.928,20 km² atau 12,26% dari luas Provinsi Riau dan
Pada awalnya Kampar termasuk sebuah kawasan yang luas, merupakan sebuah
kawasan yang dilalui oleh sebuah sungai besar, yang disebut dengan Sungai
yang diasumsikan pertemuan Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri.
Penafsiran ini didukung dengan penemuan Candi Muara Takus di tepian Sungai
(https://id.wikipedia.org/wiki/- kabupaten-kampar).
terakhir, Mahmud Shah dari Melaka Sultan Mahmud Shah setelah jatuhnya
Bintan tahun 1526 ke tangan Portugis, melarikan diri ke Kampar, dua tahun
dipimpin oleh seorang raja, yang juga memiliki hubungan dengan penguasa
masyarakat Kampar tidak lepas dari pengaruh Minangkabau, yang identik dengan
sebutan Kampar Limo Koto dan dahulunya merupakan bagian dari Pagaruyung.
Limo Koto terdiri atas Kuok, Salo, Bangkinang, Air Tiris, dan Rumbio. Terdapat
dengan bahasa Minangkabau atau disebut dengan bahasa Ocu, salah satu varian
yang mirip dengan bahasa yang digunakan di Luhak Limopuluah. Bahasa ini
semacam alat musik tradisional yang disebut dengan calempong dan oguong.
(https://id.wikipedia.org/wiki/kabupatenkampar).
untuk dilakukan penelitian mengenai hasil budaya orang Kampar yang berupa
cerita rakyat berjudul Si Lancang. Hal ini untuk menjaga supaya cerita-cerita
rakyat yang berkembang di daerah Kampar tersebut tidak punah. Selain itu,
sampai sekarang belum ada penelitian terhadap sosiologi sastra cerita rakyat
Kampar yang berjudul Si Lancang yang menganalisis fungsi pelaku dalam cerita
tersebut.
Dalam cerita Si Lancang anggota yang pergi meninggalkan rumah ada dua
tokoh yaitu ayah Si Lancang dan Si Lancang itu sendiri. Keluarga Si Lancang
termasuk salah satu keluarga yang hidup dalam kemiskinan. Akibat kemiskinan
itu keluarga tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup seharihari. Hal
dikirimkan oleh ayah Si Lancang untuk memenuhi kebutuhan hidup anak dan istri
yang ditinggalkannya, tetapi ayah Si Lancang tidak pernah pulang. Hal inilah
yang membuat ibu Si Lancang menjadi sedih. Akhirnya, ibu Si Lancang yang
ibunya untuk pergi merantau. Si Lancang ingin pergi merantau karena banyak
kain, pakaian, dan lain sebagainya. Namun, ibu Si Lancang tidak mengizinkan
anaknya pergi merantau dengan alasan ibunya sudah tua. Akhirnya ibu Si
Lancang mengizinkan anaknya untuk pergi dengan janji akan selalu mengirimkan
kabar dan akan mengirimkan barang-barang yang dibutuhkan oleh ibunya. Setelah
dua tahun Si Lancang pergi merantau tanpa kabar berita, baru tahun ketiga ibu Si
Lancang menerima kabar bahwa Si Lancang berada di Siak dan akan berangkat ke
Hidup dalam kemiskinan dan serba kekurangan merupakan daya dorongan yang
kuat bagi Si Lancang untuk pergi dan meninggalkan ibunya seorang diri. Berikut
adalah salah satu kutipan dialog yang menunjukkan aspek social ekonomi:
“Ibu, orang sebaya dengan saya telah banyak yang pergi merantau mencari
kerja ke negeri orang. Nampaknya kebanyakan orang yang pulang dari
rantau itu banyak membawa barang-barang, baik pecah belah maupun
kain, pakaian dan lain-lainnya. Oleh karena saya sekarang telah berumur
16 tahun, saya hendak pergi pula ke rantau orang. (Cerita Rakyat Daerah
Riau, 1982:53)
dalam keadaan social ekonomi yang serba kekurangan. Karena itu Si Lancang
untuk diteliti karena syarat akan nilai-nilai kehidupan social masyarakan dan juga
penelitian Analisis Sosiologi Sastra dalam cerita rakyat si Lancang belum pernah
sastra terhadap cerita rakyat datuk megang masyarakat melayu talawi kabupaten
batubara. terkandung dalam cerita Datuk Megang. Metode yang digunakan dalam
intrinsik yaitu : tema, tema dalam cerita Datuk Megang menggambarkan orang
yang selalu berbuat baik kepada semua orang dan suka menolong maka nama kita
akan dikenang oleh orang lain. Alur, alur yang terdapat pada cerita Datuk Megang
adalah alur maju. Latar/setting, di dalam cerita terdapat beberapa latar diantaranya
di hutan, sungai, rumah, dan di laut. Penokohan, tokohtokoh yang terdapat dalam
cerita Datuk Megang yaitu : Datuk Megang, Si Balut, dan Pak Deman.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah hubungan sastra dengan sosiologi yang
erat, karena sastra lahir dari masyarakat dan untuk masyarakat. Sosiologi dan
sastra mempunyai objek yang sama, yakni sastra dan sosiologi berurusan dengan
masyarakat.
Kedua, Wiji Karisma (2019) melakukan penelitian tentang analisis
sumatera utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masalah sosial rakyat
cerita rakyat Batu Parsidangan tersebut. Metode yang digunakan adalah metode
data dilakukan dengan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Hasil dari penelitian ini dapat menjawab
masyarakat ada sebuah Batu yang disebut Batu Parsidangan. Batu ini digunakan
kepada orang yang melakukan kejahatan. Batu ini digunakan oleh raja untuk
kebawah, hanya sebagian orang saja yang mapan, adanya kemiskinan di desa huta
Metode ini didasarkan atas pertimbangan akan adanya kesesuaian antara bentuk
wawancara. Hasil dari penelitian ini dapat menjawab pernyataan penelitian bahwa
terdapat masalah lingkungan hidup dan kearifan lokal yang di dalam masyarakat
ada sebuah Batu yang disebut Batu Parsidangan. Batu ini digunakan oleh raja
yang melakukan kejahatan. Batu ini digunakan oleh raja untuk bermusyawarah,
sebagian orang saja yang mapan, adanya kemiskinan di desa huta siallagan ini
yang berjudul “Analisis Sosiologi Sastra Dalam Cerita Rakyat Riau ‘Si
Lancang’”.
sastra dareah. Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan diatas, maka
fokus masalah pada penelitian ini adalah analisa Sosiologi Sastra Dalam Cerita
masalah pada penelitian ini adalah “Apa saja aspek-aspek sosiologi sastra yang
diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu “menganalisis aspek-aspek sosiologi sastra
membutuhkan, baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat teoritis dan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
Melayu di Riau
1. Karya Sastra
komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Definisi lain dari
sebuah karya sastra juga adalah pikiran dan gagasan dari seseorang pengarang
2. Sosiologi sastra
3. Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah salah satu bidang yang menjadi fokus kajian tradisi lisan.
Cerita rakyat biasanya disampaikan secara lisan atau mulut ke mulut, itulah
sebabnya cerita rakyat disebut sastra lisan. Cerita rakyat adalah sastra
bersifat tradisional. Cerita ini bersifat fiktif yaitu cerita yang dapat dibuktikan
kebenaranya.
BAB II
KAJIAN TEORI
Secara etimologis sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera)
yang berarti huruf atau karya tulis. Dalam bahasa Indonesia sastra berasal dari
bahasa Sanskerta yang terdiri dari akar kata cas atau sas dan -tra. Cas dalam
Sedangkan akhiran -tra berarti sarana atau alat. Secara harfiah sastra diartikan
huruf, tulisan, atau karangan. Wellek & Warren (2016: 3) berpendapat bahwa
sastra adalah sebuah kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Kegiatan kreatif ini
menghasilkan deretan kata atau tulisan yang memiliki unsur seni. Sebagai karya
seni, sastra merupakan ciptaan manusia yang berisi ekspresi, gagasan, dan
perasaan penciptanya.
bahwa sastra merupakan karya imajinatif dan fiktif”. Sebagai karya imajinatif dan
fiktif, karya sastra tidaklah nyata. Tokoh dan setiap kejadian yang tergambarkan
(2016: 76) merangkumnya menjadi: “sastra adalah suatu karya tulis yang
memberikan hiburan dan disampaikan dengan bahasa yang unik, indah, dan
artistik serta mengandung nilai-nilai kehidupan dan ajaran moral sehingga mampu
menggugah: pengalaman, kesadaran moral, spiritual, dan emosi pembaca”. Karya
sastra dapat dibedakan berdasarkan genrenya yaitu karya sastra imajinatif dan
karya sastra nonimajinatif. Karya sastra imajinatif merupakan karya sastra yang
memenuhi syarat estetika seni. Berikut contoh karya sastra imajinatif yaitu: puisi,
prosa, dan drama. Sedangkan karya sastra nonimajinatif merupakan karya sastra
memahami lebih dalam lagi gejala sosial yang ada dalam sastra. Dengan
demikian, sosiologi sastra objek kajian utamanya adalah sastra, yang berupa karya
sastra sedangkan sosiologi berguna sebagai ilmu untuk memahami gejala sosial
yang ada dalam sastra, baik penulis, fakta sastra, maupun pembaca dalam relasi
masyarakat”.
kemasyarakatan”.
berdasarkan imajinasi, perasaan dan intuisi. Dari pendapat ini, tampak bahwa
manusia. Tujuan sosiologi sama dengan ilmu sosial lainnya, tetapi seseorang
melihat kejadian sosial dengan caranya sendiri. Dari pemahaman materi dan
individu atau elemen individu dalam masyarakat dan kehidupan yang dihasilkan
menyatukan dua disiplin ilmu sosiologi dan sastra yang berbeda. Yang sangat
sangat jelas, sedangkan konsep yang berkaitan dengan sosiologi memainkan peran
yang paling melengkapi. Jika peneliti lebih spesifik, mereka akan menjadi lebih
peka, dan akan ada sosiologi puisi, sosiologi novel, sosiologi drama, dan lain-lain.
Metode sastra yang mempertimbangkan aspek sosial ini disebut sosiologi sastra,
fenomena sosial di luar sastra (Damono dalam AlMa’ruf dan Nugrahani, 2017:
99).
kreatif dan karya seni. Karya sastra pada dasarnya tercipta dari realitas kehidupan
masyarakat yang terjadi dan dibuat oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami,
dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sejalan dengan itu, sastra merupakan karya
dalam teori ini adalah sosiologi sastra. Penelitian sosiologi sastra lebih banyak
mengenai novel. Roucek dan Warren (2009: 18) sosiologi adalah ilmu yang
tersebut banyak diminati oleh penulis yang ingin melihat sastra sebagai cermin
kehidupan masyarakat.
melalui refleksi, sehingga karya yang dibuat memang merupakan gambaran dari
era sosial. Dalam karya sastra sering seseorang jumpai cerita yang
ekonomi, budaya, dan agama. Oleh karena itu, kalaupun dianggap novel, karya
sastra belum tentu murni fantasi dan imajinasi. Namun, karya sastra berasal dari
akumulasi pengalaman pengarangnya. Sastra berasal dari bahasa Sansekerta, dari
akar kata “sas”, yang berarti menginstruksikan dengan kata kerja tururnan. Pada
saat yang sama, sufiks “tra” artinya biasanya menunjukan alat atau sarana. Istilah
sastra dapat diartikan sebagai pengajaran, manual (instruksi) atau alat pengajaran.
masyarakat pada saat penciptaan karya tersebut. Dengan kata lain, seberapa jauh
nilai-nilai sosial dalam karya sastra tersebut berkaitan dengan nilai-nilai sosial
yang ada. Fungsi sosial memiliki tiga hal penting yang harus diperhatikan, yaitu
penghibur, dan hubungan antara sastra sebagai pendidik dengan cara menghibur
Keberadaan karya sastra tidak terlepas dari adanya hubungan timbal balik
(1994), menawarkan adanya tiga jenis sosiologi sastra, yaitu sosiologi pengarang,
sosiologi karya sastra, dan sosiologi pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.
Pembagian jenis sosiologi sastra tersebut, hampir mirip dengan apa yang
dilakukan oleh Ian Watt dalam esainya “Litetarure an Society” (via Damono,
1979:3). Ian Watt, membedakan antara sosiologi sastra yang mengkaji konteks
sosial pengarang, sastra sebagai cermin masyarakat, dan fungsi sosial sastra.
Mengkaji apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya.
Menurut Ian Watt, konteks sosial pengarang, antara lain mengkaji posisi
sastra yang mengkaji sastra sebagai cermin masyarakat mengkaji sejauh mana
sastra mengkaji sampai berapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial.
Dalam hal ini Ian Watt (via Damono, 1979) membedakan adanya tiga pandangan
yang berhubungan dengan fungsi sosial sastra, yaitu (1) pandangan kaum
romantik yang menganggap sastra sama derajatnya dengan karya pendeta atau
nabi, sehingga sastra harus berfungsi sebagai pembaharu dan perombak; (2)
pandangan “seni untuk seni”, yang melihat sastra sebagai penghibur belaka; (3)
pandangan yang bersifat kompromis, di satu sisi sastra harus mengajarkan sesuatu
dengan cara menghibur. Dari berbagai macam dasar kajian sosiologi sastra
Rene Wellek dan Austin Warren (Sutejo dan Kusnadi, 2016:7) membagi
1. Aspek sosial
a. Sosial ekonomi
b. Sosial pendidikan
c. Sosial religi
d. Sosial kemasyarakatan
2. Aspek adat istiadat
a. tentang perkawinan
c. tentang kematian
3. Aspek religious
a. Keimanan
b. Ketakwaan
c. Ibadah
d. Hokum
e. muamalah
4. Aspek etika
b. pertemanan
c. bertamu
5. Aspek moral
a. Penolong
b. kasih sayang
c. ketabahan);
6. Aspek nilai
a. nilai kepahlawanan
b. nilai religi
c. nilai persahabatan
d. nilai moral
e. nilai social
f. nilai perjuangan
g. nilai didaktif
Cerita rakyat merupakan cerita yang hadir dari masyarakat suatu wilayah
mengenai kejadian atau asal-usul dari wilayahnya. Cerita rakyat diwariskan atau
dilestarikan dalam bentuk lisan secara turun temurun. Cerita rakyat melayu Riau
merupakan cerita yang berasal dan berkembang di daerah Riau yang diwariskan
atau dilestarikan dalam bentuk lisan secara turun-temurun. Cerita rakyat adalah
cerita berlatar masa lampau yang dapat menjadi ciri khas setiap daerah, hal ini
kreatifitas pembuatan cerita anak ataupun cerita rakyat dari asal cerita rakyat
budaya serta sejarah yang dimiliki daerah tersebut (Anindya & Ali 2019:2). Cerita
rakyat adalah cerita sejak tempo dulu yang berkembang dimasyarakat secara turun
tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam
dewa. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat
melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya
fungsi bagi kehidupan yaitu sebagai hiburan dan pengokoh nilai-nilai sosial
budaya yang berlaku dalam masyarakat Riau. Di samping itu didalamnya juga
terdapat larangan dan pantangan yang perlu dihindari. Cerita rakyat bagi warga
formal dalam bentuk sekolah, maka cerita rakyat menjadi sarana untuk
Menurut Fauzi (2020:34) cerita rakyat memiliki beberapa fungsi yaitu: (1) fungsi
rekreatif (hiburan), (2) fungsi didaktif (pendidikan), (3) estetis (keindahan), (4)
cerita rakyat menjadi tiga golongan besar yaitu mite (myth), legenda (legend), dan
prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empunya
cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau tokoh setengah dewa. Dananjaja
terjadinya makanan pokok, seperti beras dan sebagainya untuk pertama kali.
Legenda menurut Bascom (Dananjaja, 2002:50) adalah cerita prosa rakyat
yang mempunyai ciri-ciri mirip mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi tetapi
tidak dianggap suci. Berlainan dengan mite, legenda ditokohi manusia, walaupun
ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan seringkali juga dibatu oleh
belum begitu lampau. Menurut Dananjaja (2002:66) legenda adalah cerita prosa
rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai kejadian yang sungguh pernah
terjadi. Berbeda dengan mite, legenda bersifat sekuler atau keduniawian. Legenda
itu karena tidak tertulis telah mengalami distorsi, sehingga seringkali dapat jauh
walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisi pelajaran (moral), atau
bahkan sindiran.
sastra terhadap cerita rakyat datuk megang masyarakat melayu talawi kabupaten
batubara. terkandung dalam cerita Datuk Megang. Metode yang digunakan dalam
intrinsik yaitu : tema, tema dalam cerita Datuk Megang menggambarkan orang
yang selalu berbuat baik kepada semua orang dan suka menolong maka nama kita
akan dikenang oleh orang lain. Alur, alur yang terdapat pada cerita Datuk Megang
adalah alur maju. Latar/setting, di dalam cerita terdapat beberapa latar diantaranya
di hutan, sungai, rumah, dan di laut. Penokohan, tokohtokoh yang terdapat dalam
cerita Datuk Megang yaitu : Datuk Megang, Si Balut, dan Pak Deman.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah hubungan sastra dengan sosiologi yang
erat, karena sastra lahir dari masyarakat dan untuk masyarakat. Sosiologi dan
sastra mempunyai objek yang sama, yakni sastra dan sosiologi berurusan dengan
masyarakat.
sumatera utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masalah sosial rakyat
cerita rakyat Batu Parsidangan tersebut. Metode yang digunakan adalah metode
data dilakukan dengan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Hasil dari penelitian ini dapat menjawab
kepada orang yang melakukan kejahatan. Batu ini digunakan oleh raja untuk
kebawah, hanya sebagian orang saja yang mapan, adanya kemiskinan di desa huta
utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masalah sosial dan kearifan lokal
Metode ini didasarkan atas pertimbangan akan adanya kesesuaian antara bentuk
wawancara. Hasil dari penelitian ini dapat menjawab pernyataan penelitian bahwa
terdapat masalah lingkungan hidup dan kearifan lokal yang di dalam masyarakat
ada sebuah Batu yang disebut Batu Parsidangan. Batu ini digunakan oleh raja
yang melakukan kejahatan. Batu ini digunakan oleh raja untuk bermusyawarah,
Sosiologi sastra
Cerita Rakyat
METODOLOGI PENELITIAN
Penggunaan metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi atau pun gambaran
secara sistematis, faktual dan akurat dengan menggunakan kata-kata serta kalimat
Lofland (dalam Moleong, 2014:157. Dalam penelitian ini data yang digunakan
adalah hasil jawaban angket dan hasil jawaban wawancara dari informan dan
responden penelititian.
Lancang. Sumber data dalam penelitian ini adalah cerita rakyat Riau Si Lancang
dan juga beberapa pihak sastrawan Riau. Peneliti juga menggunakan referensi
lain berupa bahan pustaka dan jurnal yang berhubungan dengan sosiologi sastra
secara seksama cerita rakyat Riau Si Lancang sehingga memenuhi data yang
Menurut Sugiyono (2017: 244) Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif.
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti untuk menganalisis data
dari berbagai sumber, cara, dan waktu. Sugiyono (2018 : 274) triangulasi dibagi
berbeda.