Anda di halaman 1dari 12

Nama : Mochammad Rafliansyah

NIM : 1225030124
Kelas : 1C

TUGAS REVIEW MATERI SASTRA BUDAYA SUNDA


Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Sastra Budaya Sunda

1. Kebudayaan dan Peradaban.


Istilah dari "peradaban" dalam bahasa inggris disebut dengan "civilization".
Pengertian Peradaban Menurut Albion Small, Peradaban merupakan kemampuan
manusia didalam mengendalikan dorongan dasar kemanusiaannya untuk dapat
meningkatkan kualitas hidupnya. Sementara dari hal itu,
kebudayaan mengacu kepada kemampuan manusia didalam mengendalikan alam
dengan melalui ilmu pengetahuan serta teknologi. Menurutnya, yang menytakan
bahwa peradaban berhubungan dengan adanya suatu perbaikan yang bersifat
kualitatif serta menyangkut kondisi batin manusia, sedangkan kebudayaan tersebut
mengacu pada suatu yang bersifat material, faktual, relefan, serta konkret.

Proses terjadinya kabudayan tercipta karena kebiasaan yang berkembang dan


diterima oleh masyarakat serta pengaruh pada tatanan kehidupan masyarakat.
Kebudayaan juga dapat tercipta karena pengaruh manusia dan pola piker yang
menyebabkan sebuah kebudayaan baru. Proses terbentuknya kebudayaan Indonesia
ialah pada timbulnya rasa persamaan nasib. Awalnya budaya di Indonesia
berkembang di daerah asalnya, kemudian budaya tersebut dipersatukan. Kehidupan
muncul akibat manusia. Kebudayaan juga bersifat dinamis yaitu selalu berubah
mengikuti zaman nya.

7 Unsur Kebudayaan menurut C. Kluckhohn


1. Sistem bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Sistem organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencarian
6. Sistem religi
7. Kesenian

2. Masyarakat Sunda.
Sastra lisan > Masyarakat sunda > Masyarakat ladang.
|
Pantun = Novel yang tidak tertulis. Cerita tutur yang dilagukan.
-Prolog : Rajah pamuka
-Isi : Eusi
-Epilog : Rajah penutup
o Masyarakat sunda mengutamakan ibu
o Padi tidak boleh diperjualbelikan karena itu merupakan simbol Ibu
o Ibu = sunan ambu
o Ibu sumber pengetahuan, kedudukannya dibawah Tuhan
o Masyarakat sunda jika memiliki rumah, punya ruangan kecil untuk
menyimpan beras atau padi
o Wilayah perempuan di rumah adalah di ruang tengah dan dapur sedangkan
laki laki di teras
o Pengetahuan perempuan di rumah sedangkan pengetahuan laki laki diluar
rumah

o Novel moderm prolog dan epilog dihilangkan


o Sastra lisan pasti banyak versi karena dari pencerita ke pendengar bisa
dikurangi atau dilebih-lebihkan
o Pantun melayu di Sunda itu sisidiran
o Sisindiran masuk ke genre puisi
o Pantun sunda masuk ke genre prosa

3. Novel Sastra Ssunda Pada Masa Kolonial.


Asal muasal

Pada abad ke-20 di Indonesia terjadi perubahan yang sangat besar, yakni munculnya
Politik Etis. Politik Etis juga tidak bisa dilepaskan dari adanya sistem Tanam Paksa
atau Cultuurstelsel yang diberlakukan oleh Van Den Bosch dilanjutkan dengan
adanya Politik Pintu Terbuka Politik etis muncul karena adanya kemenangan kaum
liberal atas kaum konservatif di parlemen Belanda. Politik Etis adalah suatu
pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab
moral bagi kesejahteraan pribumi Pemikiran tersebut merupakan kritikan terhadap
politik tanam paksa.

Sementara itu, dalam masyarakat telah terjadi berbagai macam pertukaran mental
antara orang-orang Belanda dan orang-orang pribumi. Kalangan pendukung politik
etis merasa prihatin terhadap pribumi yang mendapatkan diskriminasi sosial-budaya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka berusaha menyadarkan kaum pribumi agar
bisa melepaskan diri dari belenggu feodal dan mengembangkan diri menurut model
Barat, yang mencakup proses emansipasi dan menuntut pendidikan ke arah
swadaya. Secara umum bahwa sastra Indonesia baru muncul pada tahun 1920, yakni
ketika penulis-penulis Indonesia menggunakan bentuk ekspresi yang baru dan
membahas tema tema sosial yang baru, yang belum umum muncul dalam sastra
tradisional.

Periode kolonial

Mikihiro Moriyama membagi transformasi sastra Sunda ke dalam dua periode.


Kedua periode ini berlangsung sejak tahun 1800 hingga 1908

Periode pertama, ditandai dengan berkembangnya bentuk tulisan wawacan.


Wawacan adalah cerita panjang atau jenis hikayat yang ditulis dalam bentuk puisi
yang dinamakan danding Danding terdiri dari beberapa buah bentuk puisi yang
disebut pupuh Genre ini baru dikenal masyarakat Sunda setelah masuknya pengaruh
Mataram Islam pada awal abad ke-17. Wawacan dikagumi oleh para bangsawan
(ménak) Belanda pun melihat wawacan sebagai bentuk hasil karya tulis Sunda yang
paling orisinal dan bernilai tinggi.

Periode kedua, memasuki abad ke-20 sifat tulisan Sunda sudah mulai berubah. Hal
ini juga terjadi dalam pembentukan tulisan Sunda 'modern', yang diawali dengan
terbitnya buku berbahasa Sunda yang pertama, Kitab Pangadjaran Basa Soenda,
pada 1850. Penerbitan ini mengantarkan tulisan Sunda memasuki era baru Dari
tradisi dangding, sekitar peralihan ke abad ke-20, masyarakat Sunda diperkenalkan
pada omongan (prosa), gaya penulisan baru. Penerbitan buku-buku berbahasa Sunda
mula-mula diusahakan oleh beberapa orang Belanda, misalnya K.F. Holle (1829-
1896). yang sangat serius dan sangat peduli pada kebudayaan dan sastra Sunda.
Pada tahun 1913 Hazeu digantikan oleh DA. Rinkes sebagai Ketua Komisi tersebut.
Pada tahun 1917 didinkan biro independen yang secara administratif terlepas dari
Kantor Urusan-urusan Bumiputera, yaitu Balai Pustaka. Di bawah pimpinannya, Balai
Pustaka mulai merasionalisasikan menajemennya untuk membantu pemerintah
kolonial dalam mempengaruhi wacana publik dengan memanfaatkan bahasa-bahasa
daerah di koloni tersebut. Selanjutnya dibentuklah dewan pengurus editorial untuk
bahasa Jawa Sunda, Melayu dan Madura DK Ardiwinata, pengarang novel Sunda
pertama, diangkat sebagai editor kepala untuk seksi bahasa Sunda.

Novel Sunda pertama yang lahir, yaitu Baruang Ka Nu Ngarora 'Racun bagi Kaum
Muda' karya D. K Ardiwinata, menjadi titik awal tumbuh berkembangnya sastra
modern di Tatar Sunda khususnya Novel yang diterbitkan pada tahun 1914 oleh
percetakan G. Kolff & Co di Weltevreden ini, terbagi menjadi dua jilid Masing-masing
terdiri dari 63 halaman dan 48 halaman Novel ini tercatat di nomor urut 90 dalam
seri terbitan Komisi percetakan tersebut. Lambat laun novel mulai menggeser
kedudukan wawacan dan genre genre lainnya. dan kemudian menjadi bentuk tulisan
yang menonjol.

Contoh Wawacan (PROSA LIRIK)

Wawacan Sasakala Ciung Wanara

Pupuh Sinom

Aya hiji karajaan,


karajaan di Ciamis,
Raja boga istri dua,
boga budakna lalaki,
istrina nu ka hiji,
wasta Dewi Naganingrum,
tilu bulan ngantosna.
di pasih putra lalaki,
lantaran Dewi Pangrenyepna sirikan.

Contoh Carpon (PROSA)

Darpan Neangan Ajengan

Darpan leumpang sakaparan-paran mapayan jalan Teu babawaan, ukur pakéan


saraket awak, teu disendal-sendal acan Geus ampir saminggu badarat ninggalkeun
lembur. Diusir ku tatangga jeung ku dulur. Nongtoréng kénéh pok-pokan lanceukna
"Ingkah siah! Tong hayang nyicingan imah Abah! Indit sing jauh! Aing teu sudi neuleu
beungeut sia!"

Darpan rumasa, Abah kagegeringan alatan polah manéhna, tug nepi ka palastrana Ku
Abah dijajah-jeujeuh nyiar élmu nyiar kipayah dasar Darpan wangkelang, gawé ngan
ulin abring- abringan, nyandu kana inuman jeung obat-obatan.
4. Mantra/Jangjawokan.
Mantra termasuk bentuk puisi bebas yang mengandung kekuatan gaib.
Mantra biasanya diucapkan dengan cara dihafal, maksudnya agar bisa
menggunakan kekuatan gaib untuk mencapai tujuan tersebut.

Ciri-ciri Jangkawokan.
Konsep Berpikir orang yang berhubungan dengan makhluk gaib yang
dianggap mempunyai kekuasaan dan kewenangan dan berada di tempat
tertentu.

1. Ciri pertama dari mantra. Dari berbagai teks mantra yang dapat
dikumpulkan, kita dapat menunjukkan sebutan atau nama kuasa
imajiner tersebut, di antaranya: Pohaci, Sanghyang Asri, Batara,
Batari, Sang Encang encang, Rotu Pangeran Hantarum, Sri Tunggal
Sampurna, Malaikat Incer Putih, Raden Anggal Keling, Pangeran
Angga Waruling, Sang Mutiara Putih, Sang Ratu Mangangluh, Si
Kabayan, Lurah Dalem Tungga, Sangkuriang, Gurlang, dsb. Walau
belum dilakukan penelitian yang lebih mendalam, dapatlah diduga
bahwa yang empunya nama itu adalah tokoh-tokoh mitologi atau
legenda yang ada dalam benak masyarakat Sunda dahulu.

2. Ciri kedua, dalam teks terdapat kalimat atau frasa yang menyatakan
Si Pengucap mantra berada pada posisi yang lebih kuat, yang
otomatis berhadapan dengan pihak yang lemah. Ini mungkin
termasuk sugesti diri. Contoh-contoh di bawah ini menunjukkan hal
itu.

(1) awaking kasep sorangan malik welas karunya ka aing da aing ratu
asihan ti buana panca tengah
(2) curuk aing curuk angkuh bisa ngangkuh putra ratu mangka reret
soreang soreang ka badan awaking
3. Ciri ketiga, berhubungan dengan konvensi puisi yang merupakan
kelanjutan dari gaya sastra Sunda Kuno dan cerita pantun, yakni gaya
repetisi yang mengesankan adanya desakan atau perintah, di
samping himbauan, tegasnya yang bersifat imperatif dan persuasif,
misalnya:

(1) mangka langgeng mangka tetep, mangka hurip kajayaan,


(2) nu kosong pangeusiankeun, nu celong pangminuhankeun,
(3) balik ka weweg sumpeg, balik ka mandala pageuh,
(4) panginditkeun pangnyingkirkeun, pangnyampurnakeun badan
awaking,
(5) mulla badan sampurna, mulla ku panarima,
(6) mangka steup kana peunteu, mangka lanjang ka salira.

4. Cirl keempat, masih berhubungan dengan konvensi puisi, ialah rima-


rima yang ada pada mantra. Hal ini telah secara tuntas ditelaah oleh
Yus Rusyana pada Bogbogan Puisi Mantra (1970: 15-27) dan
kesimpulannya, rima-rima itu mempunyai (a) fungsi estetik, (b) fungsi
membangun irama, (c) fungsi magis, dan (d) fungsi membantu
ingatan orang yang mengucapkannya.

5. Cirl ketima, adanya lintas kode bahasa pada mantra yang hidup di
Priangan dan Baduy Bahasa Jawa (dialek Cirebon dan dialek Banten)
diserap seutuhnya atau disesuaikan dengan lidah Sunda pada
beberapa mantra seperti Kidung Ngambah Alas, Kidung Rempak
Baya, dan Asihan Kinasihan (1). Demikian pula serapan dari bahasa
Arab, pengaruh leksis yang biasa digunakan pada doa secara Islam,
pada beberapa mantra amat jelas adanya. Selain itu, terdapat juga
alih diksi atau idiom dari sastra Sunda Kuno dan cerita pantun kepada
mantra yang pernah digunakan oleh masyarakat Sunda.

Ditinjau dari fungsinya, Mantra dibagi ke dalam enam golongan, yaitu


Jangjawokan, Asihan, Jampe, Ajian, Singlar, dan Rajah.
1. Jangjawokan

Jangjawokan yaitu sejenis jampi berbahasa Sunda atau bahasa Jawa.

JANGJAWOKAN PARANTI DIPUPUR

Pupur aing pupur panyambur


panyambur panyangkir rupa
nyalin rupa ti Dewata
nyalin sari widadari
nya tarang lancah mentrangan
nya halis katumbirian
nya irung kuwung-kuwungan
dideuleu ti hareup sieup
disawang ti tukang lenjang
ditilik ti gigir lengik
mangka welang mangka asih
ka nu dipupur ditenjo ku saider kabeh

(Dari Pedaran Sastra Sunda, karya Tatang Sumarsono)

2. Asihan/Pelet

Asihan yaitu sejenis jampi yang bertujuan agar dicintai oleh lawan
jenisnya.

ASIHAN SI BURUNG PUNDUNG

Asihan aing si burung pundung


maung pundung datang amum
badak galak datang depa
orak laki datang numpi
burung pundung burung cidra ku karunya
malik welas malik asih ka awaking
(Dari Panyungsi Sastra, karya Yus Ruyana)

3. Jampe

Jampe yaitu kalimat yang dianggap mengandung kekuatan gaib untuk


menghilangkan penyakit, mengusir bahaya dan roh-roh jahat.

JAMPE DICOCO KALA

Kalaka kaliki
kala lumpat ka sisi cai
aing nyaho ngaran sia
ngaran sia kulit cai
tawa tawe
ditawa ku sang indung putih
tiis ti peuting waras ti beurang
paripurna hirup waras.

(Dari Panyungsi Sastra, karya Yus Ruyana)

4. Rajah

Rajah atau rajah pantun yaitu bagian awal cerita biasanya dalam lakon
pantun. Sesungguhnya rajah itu berisi puji, permohonan, permintaan izin
kepada Yang Agung, kepada dewata, kepada leluhur, untuk memohon
perlindungan, izin dan permohonan maaf.

RAJAH CITRA KASUNYIAN

Hong citra kasunyian


hong citra kasundulan
jleg bumi
jleg manusa
jleg setan
manusa wisesa
setan sampurna sampurna kersaning
Alloh ashadu alla ilaha illalloh
waashadu anna Muhammadar Rasululloh.

(Dari Panyungsi Sastra, karya Yus Ruyana)

5. Ajian

Ajian yaitu bacaan ilmu gaib yang berguna untuk beroleh kekuatan.

AJIAN KABEDASAN

Dampal suku ngabatu datar


bitis ngabatu wilis
nyurup ka badana
nyurup ka sungsumna
getih sabadan
bedas ngala ka aki

(Dari Pedaran Sastra Sunda, karya Tatang Sumarsono)

6. Singlar

Singlar yaitu puisi mantra yang bertujuan untuk mengusir musuh,


binatang dan roh-roh halus.

SINGLAR KA MUSUH

Curulung cai ti manggung


barabat ti awang-awang
cai tiis tanpa bisi
mun deuk nyatru ka si itu
mun deuk hala ka si eta
anaking palias teuing.
(Dari Panyungsi Sastra, karya Yus Ruyana)

JAMPE NGANJANG

Si Semar datang
Si Togog puyuh gumuyuh
sangkan hewan sangkan mati
ngaran talaga di cai
sabulan meunang ngaherang
dua mana ngalenggang
tilu mana gumulung
opat mangrupa, limana usik
genep bulan kumuruloh
tujuh bulan jaga nata
dalapan bulan conggeang
nu larang malik ka handap
salapan bulan godebag
godebag ka mata sare
ao tandana rupana
Si Risih Si Marangasih
Si Rasah Si Manaranewa
seuweu ratu komo irut seuweu menak
sacakan sewa dewata
komo lulut komo anut
komo welas komo asih ka awaking
awaking gejleg sorangan

(Dari Lima Abad Sastra Sunda karya Wahyu Wibisana, dkk.)


5. Nadom/ Pupujian
Nadom atau nadhom sendiri berasal dari bahasa arab yaitu "Nadham" yang memiliki
arti sistem. Dalam pengertian lebih luasnya kata nadom adalah susunan kata atau
kalimat yang sistemik yang tersusun dan terkonsep dengan baik secara teks maupun
secara konteks. Nadoman menjadi satu bentuk yang menyerupai puisi satra lama
yang sangat terpola, misalnya pada jumlah kata dalam satu barisnya, jumlah baris
dalam satu baitnya yang bisa terdapat 2, 4 atau bahkan lebih.

Ekspansi Islam

1. Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7


2. Islam masuk ke Jawa pada abad ke-13
3. Syaikh Quro salah seorang penyebar Islam di Sunda
4. Mulai adanya pendidikan yang disebut dengan pesantren
5. Materi keagamaan diajarkan melalui sastra dalam bentuk nadom.

Contoh-contoh Nadom
• Ilaahii lastu lil firdausi ahlaa
wa laa aqwaa 'alaa naaril jahiimi
Fa hablii taubatan waghfir zunuubii
fa innaka ghaafirudzdzambil 'azhiimi

• Aduh Gusti abdi sanés ahli surga


Tapi henteu kiat nandangan naraka
Dosa abdi sapertos keusik seueurna
Mugi Gusti kersa ngahapunten sadayana

• Ulah sok solat di imah


Salagi aya masjid mah
Pribumi atawa sémah
hayu urang berjama'ah

• Ka kuping suara adzan


Di masjid ti kateubihan
Singhoréng téh ngawartosan
Ngajak solat babarengan

• Sorban sanés ciri haji, sanés ciri pa kiai Tapi sorban ciri lalaki nu ngabakti ka
yangwidi
• Jilbab sanés ciri santri, sanés ciri bias ngaji Tapi jilbab ciri istri nu ngabakti ka
yangwidi
•Allah huma soli ala sayidina Muhammad Yarobi soli alaihi wasalim.

6. Kumpulan Sajak “TUNGTUNG TEUTEUPAN” (Acép Zamzam Noor).


DI PANGUNGSIAN
-Andum Salam,
-Nini Sakin,
KIBLAT KURING
-Sajadah,
-Lain Cimata,
SURAT KEUR EUIS
-Un Canzone Sentimentale,
-Surat keur Euis,
TUNGTUNG TEUTEUPAN
-Sadahurip,
-Dayeuhmanggung,

Anda mungkin juga menyukai