NIM : 1225030124
Kelas : 1C
2. Masyarakat Sunda.
Sastra lisan > Masyarakat sunda > Masyarakat ladang.
|
Pantun = Novel yang tidak tertulis. Cerita tutur yang dilagukan.
-Prolog : Rajah pamuka
-Isi : Eusi
-Epilog : Rajah penutup
o Masyarakat sunda mengutamakan ibu
o Padi tidak boleh diperjualbelikan karena itu merupakan simbol Ibu
o Ibu = sunan ambu
o Ibu sumber pengetahuan, kedudukannya dibawah Tuhan
o Masyarakat sunda jika memiliki rumah, punya ruangan kecil untuk
menyimpan beras atau padi
o Wilayah perempuan di rumah adalah di ruang tengah dan dapur sedangkan
laki laki di teras
o Pengetahuan perempuan di rumah sedangkan pengetahuan laki laki diluar
rumah
Pada abad ke-20 di Indonesia terjadi perubahan yang sangat besar, yakni munculnya
Politik Etis. Politik Etis juga tidak bisa dilepaskan dari adanya sistem Tanam Paksa
atau Cultuurstelsel yang diberlakukan oleh Van Den Bosch dilanjutkan dengan
adanya Politik Pintu Terbuka Politik etis muncul karena adanya kemenangan kaum
liberal atas kaum konservatif di parlemen Belanda. Politik Etis adalah suatu
pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial memegang tanggung jawab
moral bagi kesejahteraan pribumi Pemikiran tersebut merupakan kritikan terhadap
politik tanam paksa.
Sementara itu, dalam masyarakat telah terjadi berbagai macam pertukaran mental
antara orang-orang Belanda dan orang-orang pribumi. Kalangan pendukung politik
etis merasa prihatin terhadap pribumi yang mendapatkan diskriminasi sosial-budaya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka berusaha menyadarkan kaum pribumi agar
bisa melepaskan diri dari belenggu feodal dan mengembangkan diri menurut model
Barat, yang mencakup proses emansipasi dan menuntut pendidikan ke arah
swadaya. Secara umum bahwa sastra Indonesia baru muncul pada tahun 1920, yakni
ketika penulis-penulis Indonesia menggunakan bentuk ekspresi yang baru dan
membahas tema tema sosial yang baru, yang belum umum muncul dalam sastra
tradisional.
Periode kolonial
Periode kedua, memasuki abad ke-20 sifat tulisan Sunda sudah mulai berubah. Hal
ini juga terjadi dalam pembentukan tulisan Sunda 'modern', yang diawali dengan
terbitnya buku berbahasa Sunda yang pertama, Kitab Pangadjaran Basa Soenda,
pada 1850. Penerbitan ini mengantarkan tulisan Sunda memasuki era baru Dari
tradisi dangding, sekitar peralihan ke abad ke-20, masyarakat Sunda diperkenalkan
pada omongan (prosa), gaya penulisan baru. Penerbitan buku-buku berbahasa Sunda
mula-mula diusahakan oleh beberapa orang Belanda, misalnya K.F. Holle (1829-
1896). yang sangat serius dan sangat peduli pada kebudayaan dan sastra Sunda.
Pada tahun 1913 Hazeu digantikan oleh DA. Rinkes sebagai Ketua Komisi tersebut.
Pada tahun 1917 didinkan biro independen yang secara administratif terlepas dari
Kantor Urusan-urusan Bumiputera, yaitu Balai Pustaka. Di bawah pimpinannya, Balai
Pustaka mulai merasionalisasikan menajemennya untuk membantu pemerintah
kolonial dalam mempengaruhi wacana publik dengan memanfaatkan bahasa-bahasa
daerah di koloni tersebut. Selanjutnya dibentuklah dewan pengurus editorial untuk
bahasa Jawa Sunda, Melayu dan Madura DK Ardiwinata, pengarang novel Sunda
pertama, diangkat sebagai editor kepala untuk seksi bahasa Sunda.
Novel Sunda pertama yang lahir, yaitu Baruang Ka Nu Ngarora 'Racun bagi Kaum
Muda' karya D. K Ardiwinata, menjadi titik awal tumbuh berkembangnya sastra
modern di Tatar Sunda khususnya Novel yang diterbitkan pada tahun 1914 oleh
percetakan G. Kolff & Co di Weltevreden ini, terbagi menjadi dua jilid Masing-masing
terdiri dari 63 halaman dan 48 halaman Novel ini tercatat di nomor urut 90 dalam
seri terbitan Komisi percetakan tersebut. Lambat laun novel mulai menggeser
kedudukan wawacan dan genre genre lainnya. dan kemudian menjadi bentuk tulisan
yang menonjol.
Pupuh Sinom
Darpan rumasa, Abah kagegeringan alatan polah manéhna, tug nepi ka palastrana Ku
Abah dijajah-jeujeuh nyiar élmu nyiar kipayah dasar Darpan wangkelang, gawé ngan
ulin abring- abringan, nyandu kana inuman jeung obat-obatan.
4. Mantra/Jangjawokan.
Mantra termasuk bentuk puisi bebas yang mengandung kekuatan gaib.
Mantra biasanya diucapkan dengan cara dihafal, maksudnya agar bisa
menggunakan kekuatan gaib untuk mencapai tujuan tersebut.
Ciri-ciri Jangkawokan.
Konsep Berpikir orang yang berhubungan dengan makhluk gaib yang
dianggap mempunyai kekuasaan dan kewenangan dan berada di tempat
tertentu.
1. Ciri pertama dari mantra. Dari berbagai teks mantra yang dapat
dikumpulkan, kita dapat menunjukkan sebutan atau nama kuasa
imajiner tersebut, di antaranya: Pohaci, Sanghyang Asri, Batara,
Batari, Sang Encang encang, Rotu Pangeran Hantarum, Sri Tunggal
Sampurna, Malaikat Incer Putih, Raden Anggal Keling, Pangeran
Angga Waruling, Sang Mutiara Putih, Sang Ratu Mangangluh, Si
Kabayan, Lurah Dalem Tungga, Sangkuriang, Gurlang, dsb. Walau
belum dilakukan penelitian yang lebih mendalam, dapatlah diduga
bahwa yang empunya nama itu adalah tokoh-tokoh mitologi atau
legenda yang ada dalam benak masyarakat Sunda dahulu.
2. Ciri kedua, dalam teks terdapat kalimat atau frasa yang menyatakan
Si Pengucap mantra berada pada posisi yang lebih kuat, yang
otomatis berhadapan dengan pihak yang lemah. Ini mungkin
termasuk sugesti diri. Contoh-contoh di bawah ini menunjukkan hal
itu.
(1) awaking kasep sorangan malik welas karunya ka aing da aing ratu
asihan ti buana panca tengah
(2) curuk aing curuk angkuh bisa ngangkuh putra ratu mangka reret
soreang soreang ka badan awaking
3. Ciri ketiga, berhubungan dengan konvensi puisi yang merupakan
kelanjutan dari gaya sastra Sunda Kuno dan cerita pantun, yakni gaya
repetisi yang mengesankan adanya desakan atau perintah, di
samping himbauan, tegasnya yang bersifat imperatif dan persuasif,
misalnya:
5. Cirl ketima, adanya lintas kode bahasa pada mantra yang hidup di
Priangan dan Baduy Bahasa Jawa (dialek Cirebon dan dialek Banten)
diserap seutuhnya atau disesuaikan dengan lidah Sunda pada
beberapa mantra seperti Kidung Ngambah Alas, Kidung Rempak
Baya, dan Asihan Kinasihan (1). Demikian pula serapan dari bahasa
Arab, pengaruh leksis yang biasa digunakan pada doa secara Islam,
pada beberapa mantra amat jelas adanya. Selain itu, terdapat juga
alih diksi atau idiom dari sastra Sunda Kuno dan cerita pantun kepada
mantra yang pernah digunakan oleh masyarakat Sunda.
2. Asihan/Pelet
Asihan yaitu sejenis jampi yang bertujuan agar dicintai oleh lawan
jenisnya.
3. Jampe
Kalaka kaliki
kala lumpat ka sisi cai
aing nyaho ngaran sia
ngaran sia kulit cai
tawa tawe
ditawa ku sang indung putih
tiis ti peuting waras ti beurang
paripurna hirup waras.
4. Rajah
Rajah atau rajah pantun yaitu bagian awal cerita biasanya dalam lakon
pantun. Sesungguhnya rajah itu berisi puji, permohonan, permintaan izin
kepada Yang Agung, kepada dewata, kepada leluhur, untuk memohon
perlindungan, izin dan permohonan maaf.
5. Ajian
Ajian yaitu bacaan ilmu gaib yang berguna untuk beroleh kekuatan.
AJIAN KABEDASAN
6. Singlar
SINGLAR KA MUSUH
JAMPE NGANJANG
Si Semar datang
Si Togog puyuh gumuyuh
sangkan hewan sangkan mati
ngaran talaga di cai
sabulan meunang ngaherang
dua mana ngalenggang
tilu mana gumulung
opat mangrupa, limana usik
genep bulan kumuruloh
tujuh bulan jaga nata
dalapan bulan conggeang
nu larang malik ka handap
salapan bulan godebag
godebag ka mata sare
ao tandana rupana
Si Risih Si Marangasih
Si Rasah Si Manaranewa
seuweu ratu komo irut seuweu menak
sacakan sewa dewata
komo lulut komo anut
komo welas komo asih ka awaking
awaking gejleg sorangan
Ekspansi Islam
Contoh-contoh Nadom
• Ilaahii lastu lil firdausi ahlaa
wa laa aqwaa 'alaa naaril jahiimi
Fa hablii taubatan waghfir zunuubii
fa innaka ghaafirudzdzambil 'azhiimi
• Sorban sanés ciri haji, sanés ciri pa kiai Tapi sorban ciri lalaki nu ngabakti ka
yangwidi
• Jilbab sanés ciri santri, sanés ciri bias ngaji Tapi jilbab ciri istri nu ngabakti ka
yangwidi
•Allah huma soli ala sayidina Muhammad Yarobi soli alaihi wasalim.